It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hari;...haredang euyyy..............
: )))))))...............
trakir yg pacaran ma sapa si?
abis pacarmu bnyk bener?;...kyk 7 ICONS;...nggak kuat nggak kuwaaatt;....
ama pleiyyboyyy.....;pleiyyboooyyy;...
pissss;.....currrrr...................
Tentang Aris alias beben alias Sang Mentari Pagi…. Aku memberinya nama
Dua tahun yang lalu
Pagi yang sejuk….
Langit biru cerah, menemani langkahku menyusuri jalan sempit di kost2an. Gang sempit yang meliuk2 dan bercabang2 gak tau pasti juga setiap ujungnya mengarah kemana dan sampai dimana. Kalau saja rumah2 penduduk yang dikiri-kanan gang sempit ini adalah tembok atau tanaman yang tinggi, maka sekarang aku berada di tengah-tengah labirin raksasa yang membingungkan. Aku menamakan gang ini sebagai gang labirin…. Meski namanya bukan itu… aku menyukai memberikan nama2 atas sesuatu hal yang membuat hal itu menjadi lebih menarik dan berwarna.
Sama halnya ketika aku memberikan nama tikungan landai yang dikiri –kannanya terdapat hamparan padi yang tumbuh subur menghijau, segera saat itu aku menamakannya sebagai : lekukan tubuh gadis bergaun hijau. Karena bukankah sesuatu itu lebih indah dan bermakna ketika dapat menterjemahkan sesuatu itu kedalam bentuk yang senyata-nyatanya di mata kita – tentunya dengan sebuah nama yang tepat-. Sehingga dapat dengan mudah untuk mengerti kenapa sesuatu itu diberikan atau disematkan nama atasnya - ada alasan - bukan nama hanya sebagai sesuatu hal kewajaran atau kebiasaaan dan tanpa alasan.
Sungguh tak berwarnanya hidup ini kalau itu berlaku atasku.
Langkah kaki ku kupercepat, karena hari ini adalah pendaftaran ulang mahasiswa.
Kulihat fakultas baru ini sebuah bangunan berlantai dua berbentuk huruf L. tepat didepannya sebuah areal yang banyak ditumbuhi beranekan jenis pohon-pohon yang cukup besar dan menjulang. Sebuah kekhasan dari kampus ini - dan aku sudah jatuh hati dengan kampus ini - dengan lingkungan yang asri ini…terlebih ketika mata ini menemukan sesuatu hal yang indah di ujung - tepatnya disudut - kampus ini. duduk dengan manis di sebuah kursi - dari deretan kursi yang tersusun secara berhadapan - dan asik menulis sesuatu di lembaran kertas.
Aku mengenal wajahnya, tidak asing.. karena cukup sering aku melihatnya waktu di tingkat pertama dulu. tapi hanya kenal wajah… bukan nama… dan waktu itu hanya penyesalan yang aku rutuk dalam hati, karena begitu bodohnya tidak mau berkenalan atau bertegur sapa dg nya.
Dan pagi ini, bagai sebuah mendapat bingkisan indah di hari yang tak terduga, kini sosok itu ada di hadapanku sedang asik mengisi formulir di sebuah kursi, disudut kampus ini.
Langkah ku pelan mengambang….
Menghampirinya – tepatnya menghampiri kursi yang kosong di depannya - dengan formulis pendaftaran ulang yang masih tergenggam di tangan.
Wajah itu begitu tenang, sesekali alisnya yang unik tapi indah – seperti setangkai penuh bulir padi yang melengkung turun mencecah air – naik ,sehingga membuat lekukan yang menawan dan enak di pandang mata.
Sebegitu banyaknya orang disini, tidak adakah seorangpun yang sadar akan keindahan ini… cahaya mentari pagi yang ceria, menyapu-nyapu wajahnya dan memantul indah masuk ke dalam kedua bola mataku.
Mentari pagi yang indah - Sang Mentari Pagi (begitu ku tasbihkan nama atasnya) – menampakkan wujudnya dalam kemaskulinan seorang laki-laki di depan ku.
“hai….”
Gubrak….. gak ada respon… tuh anak. Masih asik dengan formulirnya..
“maaf… mas” kataku lagi agak keras…
Jrenngggggg….. wajah itu terangkat juga akhirnya, lurus tepat memandang kearahku. Dengan kedua alis yang sedikit terangkat….
“iya… mas manggil saya.” Katanya..
“iya, sorry.. ganggu.. nih..” kataku asal..
“lo masuk ke fakultas ini juga yah” gubrak…. Gak mutu nanya nya – yah sudah jelas dong, gi.. wong dia lagi ngisi formulir begitu sama seperti lo – kataku dalam hati
Dia tersenyum… dan menganggukan kepalanya, pelan tapi ngefeknya buat aku wedew… indah bener .
“lo kan satu kelompok ama si mardi kan?” kata ku lagi
Kali ini wajahnya lekat memandangiku – clep, dan membuat jantungku copot, matanya menyelidik jauh kedalam mataku – membuat aku sedikit salah laku… he.he.he
Aku berusaha tersenyum senormal dan semanis – semanis buah anggur yang sekilonya enampuluh ribu.. – yang aku bisa lakukan saat ini.
“iya, gw dan mardi satu kelompok dulu” katanya
“lo kenal dengan mardi?” Tanya dia.. penasarn mungkin
“iya dong, lah diakan kostannya deket dengan kostannya gw” jelas ku untuk menghilangkan wajah penasarannya.
“ooo ya… tapi mardi gak pernah cerita keg w tuh” katanya polos..
“lah iya lah…. Ngapain juga dia cerita tentang gw, emang siapa gw… artis kagak, seleb juga kagak, anak presiden apa lagi.. jauuuuuhhhh” kata ku dengan ekspresi – yang mungkin lucu nyaris ke konyol –
“ha.ha.ha.ha…. jadi lo tau gw dari si mardi?” Tanya nya lagi..
“gak juga…. Kebetulan gw sering berangkat kuliah bareng mardi, dan saat itu gw pernah liat lo, jadi yah dari situ gw tau kalau lo sekelompok ama mardi” jelasku..
Kulihat dia menganggu2kan kepalanya – entah paham atau apa gak jelas - sambil tersenyum.. mak nyesss….. – gunung es di di puncak hati ini meleleh dan menjadi hangat menyelimuti kalbu – kearahku.
“Aris…..” katanya menyodorkan tangannya
“ha……….” Kata ku dengan bego nya…. Asli melongo – sial-sial kog jadi segugup ini aku di hadapannya – gerutu ku…
“Aris… “ katanya lagi…
“eehhhh ,… nggg.… nugraha “ kataku belepotan sambil menyalami tangannya..
Berharap sesuatu akan terjadi –huekkk… menahan segumpal harapan yang gak bakal terjadi – ketika kau menjabat tangan ini erat. romantisme picisan yang selalu melingkar-lingkar dan muter-muter di kepalaku kalau lagi berharap lebih – menyedihkan – tapi jujur ini adalah kebahagian tersendiri. Pernahkah anda merasakan – ketika sesuatu yang indah itu ada di depan kita – tapi gak bisa menggenggamnya – tentunya secara benar dan alami – tapi anda benar-benar menginginkannya. Kebahagian yang menyedihkan.
Tapi aku bersyukur dengan harapan ini – bukankah dengan berharap kita sudah mendapatkan setengah dari kebahagian itu sendiri – meskipun akhirnya kita tidak mendapatkannya dan kecewa. Aku lebih mensyukuri rasa kecewa itu daripada kita tidak berharap sama sekali.
*****
Bulan Mei yang indah….
Meski hujan sudah tidak sesering seperti bulan2 sebelumnya, tetapi cuaca di kota ini masih saja sejuk dengan awan yang selalu setia dan dengan penuh kasih menaungin manusia2 yang ada di bawahnya.
Sehingga sinar mentari selalu saja mencari jalan keluar di celah2 awan yang tampak seperti tumpukan kapas putih yang bergerak kian kemari..
Tak seharusnya aku berada di kampus sepagi ini, kalau tidak karena tugas dari dosen yang mengharuskan aku melangkahkan kakiku dengan berat ke perpustakaan fakultas di lantai 2 kampus ini. bejibun tugas dan kewajian yang harus terselesaikan – kadang aku berfikir.. apa tuh dosen gak pernah ngerti apa bahwa mahasiswanya juga butuh santai sejenak,
Menyusuri anak tangga kampus perlahan. Sedikit lemas, karena kemarin sore aku terlalu bersemangat latihan volley ball. Karena baru bergabung dengan group volley fakultas, jadi yah gitu deh – belaga serba tau dan bisa, dan akhirnya ngos-ngosan sendiri – dikerjain senior. Meskipun pada akhirnya si Andre (seniorku) harus mengakui beberapa kelebihanku. Ha.ha.ha
“gi.. yugi…” kudengar seseorang berteriak..
Yugi… siapa lagi si yugi…. Dan ini siapa lagi yang teriak-teriak , gak keliatan nih orangnya. – ketika aku sudah sampai di lantai dua –
Tuh suara seperti suara si Aris, kataku.. manggil siapa dia.. perasaan gak ada anak yang bernama yugi deh..
Aku melangkahkan ke tepi pagar pembatas lantai dua ini, dan kulihat
Aris melihat kearahku dari bawah –tepatnya dia berdiri persis di depan pohon palem raja yang tumbuh di depan kampus .
“hoi.. ngapain lo ris… manggil siapa lo” kataku
“manggil lo…” katanya aneh..
“manggil gw…” alah.. mimpi nih anak –sejak kapan nama gw jadi yugi…
“udah, lo turun dulu lah, gw ada perlu nih, gi” katanya lagi
“lo aja yang naik, gw baru aja nyampe ini” kataku
“ngapain sih lo di atas, udah turun bentar, gw tunggu di kantin, gi” katanya
“ga, gi, ga,gi… gw nugraha woi… “ teriakku sambil berbalik badan hendak nyusul si aris – oppsss… beberapa mahasiswa yang ada di belakangku pada bengong mendengar teriakan ku tadi.
Dengan langkah berat aku menuruni anak tangga menuju kebawah, sial bener… sudah naik sekarang turun lagi… gak capek apa… dasar..
Kantin yang ada di belakang kampus ku ini lumayan asik, terbagai ke dalam beberapa petak (ada 4 petak) yang pembatasnya hanya berupa kayu2 yang dipotong rapih dan terkesan alami. Apalagi disekelilingnya tumbuh subur pohon albazia, mahoni, kenari dan palem.
“gi, yugi…” kudengar suara yang lantang memanggil nama yang aneh itu lagi..
Aku lihat Aris sedang duduk di kantin Soto Mang Ai… melambaikan tangannya dan tersenyum kearah ku..
Sejak pertemuan dan berkenalan dengan aris, pertemanan kami lumayan dibilang semakin asik. Kalau gw lebih ngerasa nih orang asik buat dijadikan temen, dan gw melihat lebih tepatnya ngerasa kalau ada
“sesuatu” pada diri aris.. dang w gak tau apa itu. tapi gw yakin kalau di dirinya itu ada sesatu yang berbeda dari temen co gw di kampus.
“apaan sih ris, manggil-manggil gak jelas gitu…” tanyaku sambil duduk di sebelahnya.
“mang sotonya satu yah.. “ kata aris cuek dan gak dengerin pertanyaan ku
“lo sudah sarapan gi…” tanyanya sambil ngeliat keg w..
“siapa?” Tanya ku “gw…?” sambil nunjuk ke diri sendiri – asli gw aneh aja denger dia manggil gw seperti itu
Hanya anggukan dan senyuman usil dari wajahnya, tanda mengiyakan pertanyaan ku
Bletak………
Kuajitak kepala aris – walau gak keras- tapi itu membuat mata aris melotot ke arahku..
“aduh, ……” kataya sambil ngusap kepalanya..
“ sakit tau.. “ katanya lagi
“mau lagi… “kata ku sambil mengangkat tanganku
“sadis bener… lagi dapet lo yah” kata nya
“dapet.. dapet.. dapet togel, kesambet kunti dimana lo,.. “ kataku melotot.
“ha.ha.ha.ha” terdengar suara tertawa aris yg keras – dan asli malah membuatku yakin kalau nih anak kesambet kunti penunggu lab tanah – ihhhh…
“wahh…. Kacau nih.. temen gw beneran kesambet” kataku sambil memegang keningnya
“ihhh.. apaan sih… “ katanya sambil menepis tanganku
“mau mastiin aja… siapa tau lo demam karena kerasukan kunti” kataku tersenyum ngejek
“lagian ngapain lo ketawa ngakak gak jelas gitu” kataku sambil tetep dengan melotot..
“ha.. ha.ha.ha asli lo lucu banget…” katanya sambil menunjukk ke arah wajahku
“lucu apaan, muka gw ada yg salah” kataku mulai mengusap2 wajah ku sendiri
“gi..gi… punya mata yang hanya segaris itu aja maksain melotot… bukannya angker, malah lo kelihatan imut banget…wk.wk.wk” katanya
Sialan…. Aku akui emang mataku gak seindah dan sebelok matanya aris… tapi kebanyakan temen2 ku bilang terutama yg cewek2 mataku itu unik… dibilang sipit yah gak , Cuma kesannya sipit karena diujungnya agak ketarik gitu. Kalau aku tersenyum biasanya pada bilang senyumanku itu enak dilihat…. Ha.ha.ha.ha
Kulihat mang Ai datang membawa semangkok soto dan sepering nasi putih yang diatasnya ditaburi bawang goreng dan meletakkannya dihadapan aris.
Secepat kilat aku sambar dan tarik hidangan itu kearah ku dan langsung menyantapnya.
Mang Ai melongo dan aris kulihat melotot kearahku, dan aku dengan santainya melahapnya.
“mang minta satu lagi” kata aris, dan tanpa sepengetahuanku, telunjuk tangannya bergerak ke pinggangku
“aarrghhhhhhh kambing lo ris” kataku terlonjak kaget beringsut.
Sendokan soto yang tadinya tengah dalam perjalanan ke mulut, sukses berserakan tercecer diatas meja.
“ha.ha.ha… rasain lo… muncrta-muncrat deh tuh soto.. “ katanya tersenyum penuh kemenangan.
“gila lu yah…. Orang lagi makan digangguin…”
“awas lo kalau gangguin lagi” kataku sambil mengarahkan sendok ke kepalanya
“ha.ha.ha… tenang gi.. santai… siapa juga yang suruh lo penggelian gitu..”
“yah mana gw tau dodol… sdh dari sononya gw gini… gak tahan kalau di kitik2, awas lo yah… sekalai lo bergerak jangan salahkan kalau sendok ini nih, nyampe di kepala lo” kataku sambil terus mengayun-ayunkan sendok yang ada di tanganku.
Aku menyukai saat-saat seperti ini, persahabatan yang terjalin alami, tidak dipaksakan dan tanpa adanya pamrih… mengalir seperti aliran air di curug luhur. Bening dan sejuk.
Temanku banyak, dan aris hanyalah salah satu diantara sekian banyak teman-temanku. Tetapi lucunya – kenapa diantara mereka – hanya aris yang bernilai lebih dimataku. Lebih – membuat aku merasa nyaman - walau dia adalah teman yang selalu jahil dan rada aneh.
Seperti hari ini, gak ada hujan – ehhh ada deng tadi malam kan hujan – tiba-tiba aris memanggilku dengan sebutan Yugi…. Argghhhhh aneh kan??
“lo mau ngomong apaan sih ris? “ tanyaku sambil menghisap the botol dingin
“ apaan..?” katanya dengan wajah sok lugu
“aahhh parah lu ini,,, lah tadi manggil-manggil trus nyuruh nyusul lo kemari itu namanya apaan? Pasti ada yang lo omongin kan? “ tanyaku
“he.he.he… gak. Gak ada kok gi… hanya mau ngajak lo sarapan aja” katanya datar
“Ga.. Gi.. Ga .. Gi… kok lo manggil gw seperti itu, lo lagi mimpi yah?”
“he.he.he.. knapa lo gak suka?” Tanya aris
“suka dari hongkong…. Seenaknya ngasi nama ke orang, asal lo tau yah, nama gw itu diberi sama ortu dibuatin bubur merah putih, nasi urap, ayam goreng, kerupuk melinjo dan pake acara selametan… tau gak lo”
“ lah ini.. kan sudah… gw ngasi lo nama Yugi dan kita selametan sambil makan soto nasinya Mang Ai” katanya
“enak aja lo yah… murah amat, kalau tau gitu mendingan di rumah makan padang aja sekalian tadi..” kataku menyesal
“jadi, mulai sekarang gw panggil lo Yugi yah..” katanya sambil menepuk2 pundakku
“buset dah…. “ kata ku sambil menepis tangan aris
“udah ah… gw mau ke perpus dulu,” kataku sambil berdiri
“eeeiiit tunggu dulu gi”
“apa lagi…”
“ini yang bayarin siapa?”
“mana gw tempe….. gw cabut dulu” kataku sambil ngacir
“gi..gi.. gw gak bawa duit nih”
Aku berjalan cepat gak menghiraukan teriakan aris. Bodo amat, wong dia tadi yang ngajakin gw, masa gw yang musti bayarin. Enakan di dia gak enakan dig w dong.. ha.ha.ha
Tapi kalau bener2 dia gak bawa duit gimana yah…. Ahhhh biarin lah…
Aku tersenyum sambil melangkah kan kaki ke kampus. Yugi… yugi…. Nama yang aneh.. dan unik… knapa si aris manggil aku seperti itu yah…
Yugi.. yugi… asik juga dengernya… seperti nama dari jepang sana… kira-kira artinya apa yah… aneh tuh anak.. bisa-bisanya dia kasi nama aku seperti itu.. tapi yah sudah lah..
******* ..
Perkuliahan, praktikum dan tugas-tugas dari dosen yang seabreg, telah sukses membuat dan menjadikan ku jenuh. Ada kalanya batas kemampuan ku – baca stamina – tidak sehebat dan sekuat yang aku kira. Dan sampai pada suatu ketika ketika tubuh ini gak sanggup lagi dengan beban yang harus ditanggungnya, membuat sosok ku terkapar lemas di kamar kost-kostan. Yupppsss…. Sudah 2 hari ini aku gak masuk kampus, karena aku sakit.. sebenarnya sakit biasa demam, flu, batuk. Tapi karena memang gak ada yang ngurusin – gak seperti kalau lagi dirumah – membuat sakit ringan ini seperti penyakit yang mematikan buatku. Biasanya kalau aku terkena sakit seperti ini, cukup dengan beberapa pil yang ku beli di warung akan segera ngacir. Tapi kali ini nih penyakit kok yah betah amat mendekem di tubuhku.
Nasi bungkus yang tadi diantar Bowo (aku nitip minta dibelikan di warung soponyono), hanya sedikit yang bisa lolos ke lambungku, dan slelebihnya masih tergeletak di meja belajar.
Wah… nasip-nasip kalau lagi apes yah gini nih… sakit gak ada yang ngerawat.. batinku sambil menarik selimut kea rah leherku dan bersiap untuk tidur lagi.
Cekrekkkk….
Kudengar pintu kamarku terbuka
“gi…. Lo sakit yah..” suara seseorang mendekat kearah ku.
“elo ris… iya.. demam.. biasalah” kataku
Kurasakan telapak tangan aris menempel di keningku. Sejuk… nyaman
“ahhh demem lo masih tinggi nih gi… lo sudah ke dokter?”
“ahhh gak perlu lah…. Biasanya juga turun sendiri nih demam, kalau sduah bosen” kataku
“wahhh lo ini gi.. masih bisa becanda juga… “
“hayoo lo ikut gw… kita ke dokter..” kata aris.
“gak usah lah ris… gw gak apa-apa lah”
“udah.. kali ini ini lo harus nurut gi… jangan bantah OK.” Kata aris sambil menarik selimut gw
“eeeeeehhhh… stop… “ teriakku dan tanganku berusaha menggenggam tepi selimut, tapi terlambat.. tanagn aris lebih gesit dan cekatan, apalgi gerakanku sedikit lemah – kan lagi sakit
Sekali sentak aris sudah menarik selimut dan asli muka gw merah karena malu + demam…
Dan kulihat aris juga jadi salah tingkah, karena melihat gw yang hanya mengenakan CD..
“Opppsss.. sorry…” katanya
“yah gak apa2” kataku sambil menutupi gundukan ku dengan kedua tanganku
Aku berusaha duduk ditepi ranjang, dan melangkah ke lemari pakaian. Asli – nih badan kok yah ngambang gitu rasanya – mungkin karena kebanyakan baring doang di kasur jadinya yah seperti oleng gini.
Hari itu aku baru tau persis kalau Aris anak orang berada. Meski selama ini aku sudah ngerasa, tapi kali ini baru ngeh aku.
Setelah diantar ke dokter dengan mengendari Mobil BMW nya, setelah menebus obat diapotik, setelah dibeliin sesuatu yang membuatku rada gak enak hati buat menerimanya.
Setelah aku dirawat di rumahnya selama aku sakit – yang sebelumnya dia mengaku kalau itu adalah kost2an . dan seluruh peristiwa setelah-setelah sesudah kejadian itu. dan aku merasa menjadi sangat-sangat tersanjung dan bahagaia atas perlakuan “istimewa” dari temenku yang satu ini.
Dan itu adalah seujung kuku atau sedikit dari kebaikan Aris yang aku rasakan. Dan suer aku semakin menjadi lebih peduli dengan si Aris, bukan karena dia anak orang berada, tetapi lebih kepada jiwa social dan sifatnya yang rendah hati.
Ok…. Itu sekelumit tentang Aris.. sang mentari pagi….
*******..
bersambung...
Kembali ke awal cerita…..
Setelah percintaan semalam, semua berjalan begitu indah. Semua berjalan seperti apa adanya. Tidak ada perubahan yang terlalu mencolok antara aku dan beben. Ya iyalah…. Hubungan ini harus tetep di jaga di tempatnya – gawat kalau sampai tersiar kemana-mana –
Hari minggu sore…. Hari yang cerah. Sebuah kegiatan rutin akan segera aku lakukan. Berenang… dan aku juga sedang menunggu Rudi, semoga tuh anak gak lupa untuk datang, karena dia sudah berjanji… meskipun gak terlalu berharap dia akan datang, tapi aku merasa kalau dia datang dan berenang bersama akan nambah seru acara renangku hari ini. yah siapa tau…
Semua perlengkapan renang (cieeeee perlengkapan.. ha.ha.ha) sudah kumasukkan dalam tas ranselku.. kulihat baru pukul 3.40. mana nih si Rudi.. kok belum muncul juga..
Buku-buku di atas mejaku sudah dari tadi aku susun rapi, menyapu, membereskan tempat tidur, melipat baju, semua sudah aku selesaikan, tepat ketika sesosok wajah muncul dan melongok ke kamar ku…
“gi… sorry.. sudah lama nunggu nya?” sapa Rudi sambil nyelonong masuk dan duduk di tepi ranjang. Sebuah senyuman yang khas darinya.
Pakaian yang dikenakannya santai, kaos berkerah dan celana jeans yang lumayan ngepas. Sepatu kain berwarna krem tua… nyantai sekali dan asik dilihat. Rambutnya yang lumayan agak panjang dan lembut menutupi ujung mata kirinya – kukira seperti helaian selendang sutera tipis yang terlepas dari bahu wanita anggun dan tergerai begitu saja di belahan punggungnya -.. berkibar ketika ditiup angin sore yang menerobos masuk melalui jendela kamarku.
Aku suka dengan paduan mata, hidung dan bibirnya… sipit, mancung – tapi terkesan imut dan menggemaskan -, dan merah jambu di kedua bibirnya. Meski tidak sama persis dengan beben… tapi semua yang ada di diri Rudi membuat dia layak disebut sebagai Pria imut dan menggemaskan. Halah…… ngawur nih otak gw… dan tanpa sadar, tangan ku menepuk kening sendiri dengan tetap memandangi Rudi.
PLAAAAAK...
“knapa gi…. “
“eenggggg… gak.. gak ada… ok gw sdh siap nih” kataku mencoba kembali nyadar
“ok… gw juga sdh siap nih…”
Setelah mengunci kamar, kami bergegas untuk berangkat berenang.
Sepanjang perjalanan – di dalam angkot – kami lebih banyak membicarakan kegiatan kampus dan kesibukan masing2. Ngomongin dosen dan sedikit kenangan sewaktu di tingkat pertama dulu. dan ternyata ehh ternyata, nih anak lumayan tau juga tentang gw… seperti,
Rudi tau kalau gw ikut paduan suara, tau kalau gw itu suka olah raga volley, tau kalau gw itu sukanya makan bakso di BS, wah….
Turun dari angkot, dan sambil berjalan menyusuri median jalan aku bertanya ke Rudi..
“loh.. kok lo tau Rud… jangan2 lo mata2in gw yah” kataku sambil nunjuk ke wajahnya
“ha.ha.ha… ya tau lah…. Wong gw tau nya dari si Desi…”
“ooo Desiiii… kirain lo yang cari tau sendiri…” kataku datar..
“emang kalau gw yg cari tau sendiri knapa” katanya sambil lurus matanya memandang kea rah lapangan sepak bola yang terbentang di depan kami.
“yah… gpp….. malah bagus lah..” kataku asal
“tuh… tempatnya sudah Nampak “ kataku lagi sambil menunjuk ke sebuah gedung di depan kami.
“oooo disini…. Wah asik juga tempatnya..”
Setelah membayar tiket masuk, kami pun bergegas menuju ruang ganti.
Dan disinilah awal nya dimulai… awal dimana sebuah masalah muncul dengan tidak disengaja…. Muncul ketika memang benar-benar tidak diduga dan diharapkan muncul.
Dan kusadari bahwa, hal ini terjadi juga karena ke khilafanku – atau tepatnya keingin tahuanku -
Aku tau, Rudi tidak memalingkan mukanya sedikitpun darti tubuhku, ketika aku dengan santainya melucuti pakain yang aku kenakan dan hanya meninggalkan celana dalam. Aku sadar waktu itu – sepenuhnya – kalau akupun telah memancingnya . penasaran dengan Rudi – apakah dia G seperti Beben – atau tidak. Dan aku tau pasti, dengan matanya yang tidak lepas dari menatap tubuhku, aku yakin bahwa Rudi pun tak jauh beda dengan Beben.
Entah apa yang ada di pikiranku saat itu… mengapa sejak aku berhubungan badan dengan Beben, dan menjadikannya sebagai “sahabat” hal itu malah membuat rasa penasaran ku terhadap pria-pria yang dekat dengan ku – menjadi lebih menggebu-gebu-, untuk mengetahui apakah mereka itu G atau tidak. Arrgghhhh… sebuah keingin tahuan yang akhirnya mendatangkan sesal di belakang hari….
“ lo gak buka baju Rud? “ kataku
“mmmm apa… mmm. Iya ini juga baru mau gw lepasin” katanya tergagap sambil membuka kaosnya.
Baju dan celanan serta sepatu kets yang aku pakai sdh aku masukkan kedalam tas ransel dan menggantungkannya di balik pintu. Celanan renang berwarna biru muda dengan corak garis berwarna biru tua melengkung di kedua sisinya terlihat ngepas dipaha dan pantatku.
Gundukan ku juga terlihat lumayan menonjol di depannya, dan sedikit gerakan ringan, aku geser posisi P, supaya lebih nyaman.
kuhidupkan kran pancuran air yang ada di depanku, untuk membasahi tubuh. Sengaja aku mengguyur badan dengan posisi menghadap ke Rudi. Guyuran air pancuran menerpa dengan bebas rambut dan badanku.
Ternyata Rudi tengah membelakangiku, dan dengan asik mengenakan celana renangnya. Sambil terus membasahi tubuh aku memejamkan mata sambil menikmati sentuhan air pancuran ini… lalu
Kulirik Rudi lagi dan dia tepat memandangi ku, mengenakan celana renangnya yang didominasi warna biru tua. Terlihat kontras dengan warna kulit tubuhnya yang berwarna putih bersih seperti batu pualam yang mengkilat. Tubuh yang indah, meski tidak berotot, tapi enak dilihat. Karena tidak ada bagian2 yang berlebihan. Semuanya pas, proporsional dan terpahat menawan di rangka tubuhnya yang lumayan kokoh. Dada yang indah dengan kedua putting susu merah muda merona… garis halus hitam tergambar rapih dari bawah dadanya terusss menuju pusar dan sedikit menyebar di antara pusar dan tepian celana renangnya – kuingat semut hitam yang sedang berbaris dan berjalan rapi yang merayap di dinding kamar kostan ku – dan tak jarang untuk merusak barisan semut itu aku dengan isengnya membatasi jalan semut2 itu dengan jemariku. Bukankah mengasikkan kalau aku dapat membatasi jalan semut yang ada di perut Rudi saaat ini.. ?????
“loh kok diem, sini basahin dulu badan lo”
“iya… lo dulu…”
“udah, sini barengan aja” kataku sambil melangkah dan menarik tangannya paksa, sedikit lebih kuat dari yang aku perkirakan.. dan akibatnya….. ha.ha.ha
Tubuhku terdorong kebelakang hingga sukses punggungku membentur dinding, sedang Rudi dengan terhuyung sukses nemplok di tubuh bagian depanku… dan posisinya tepat berada dibawah guyuran air pancuran.
Tanganku masih menggenggam pergelangan tangannya. Dadanya menghimpit dadaku…. Hanya hitungan detik… ketika aku dan Rudi di kejutkan dengan suara keras di Pintu kamar ganti ini..
Braaaaaakkkk….
Aku kaget.. Rudi segera melepaskan tangannya dari pegangan tanganku…
“eehhh… suara apa itu Gi”
Aku diam, gak menjawab, hanya perlahan melangkah ke pintu, dan membukanya dengan perlahan.
Tak kutemukan seorangpun di ruang kamar ganti ini,.. sepi…. Aku melangkah ke sisi kiri ruangan ini, memeriksa satu persatu kamar ganti dan hasilnya juga nihil… gak ada siapa-siapa.. kulihat Rudi memeriksa di sisi sebelah kanan. Dan kulihat Rudi mengangkat kedua lengannya dan mengangkat bahu sambil menggeleng. Tidak ada juga…
Huuu… siapa sih… iseng banget, main ngegedor pintu kamar ganti … sialan… kataku dalam hati.
Dengan sedikit penasaran, aku melangkah keluar kamar ganti sambil menjinjing ransel.
Rudi juga mengikuti ku dari belakang dan bergegas mensejajarkan langkahnya dengan ku.
“siapa yah Gi?”
“mana gw tahu rud…” kataku..
“udahlah… anggap aja orang gila…. Cuma jadi nyesel juga” kataku
“nyesel? Maksud lo”
“coba kalau tuh orang gak usil, pasti deh… berlanjut…” kataku sambil ngelirik ke rudi
“berlanjut apa Gi”…
“ yah berlanjut….” Kataku tersenyum usil
“berlanjut… berlanjut….” Kata rudi bergumam pelan – seperti menerka kelanjutan ucapanku tadi - sambil menyimpan tasnya di locker…
Dan sesaat kuliahat wajah Rudi bersemu merah dan sedikit kaku…. Terpaku menatapku….
Aku balas dengan senyum usil dan menaikkan kedua alis ku…sambil berjalan menuju kolam renang yang terlihat biru airnya…. Dan jeburrrrrrrrrrrr
Kuayunkan kedua tanganku dengan santai… gaya bebas… hingga akhirnya tanganku menyentuh bibir kolam di seberang. Sambil berpegangan pada tepian kolam aku melihat Rudi masih tegak kaku berdiri di ujung kolam di sebarang ku…
Aku melambaikan tangan kananku ke arahnya…
Dan jebuurrrrr… kulihat Rudi berenang kearahku.. dengan gaya dada….
Kepalanya timbul tenggelam… riak air akibat gerakan rudi sampai kearahku. Menerpa wajahku yang sesekali aku masukkan sebatas hidung..
Sengaja aku menyelam ketika Rudi mendekat ke arahku… dan sekali gerakan aku menangkap pinggangnya dari dalam air… memitingnya… dan menariknya ke dalam… dan dengan sengaja aku menyentuh tonjolan Rudi sambil menarik tepian ujung celana renangnya. Ha.ha.ha dan hal ini sukses membuat Rudi gelagapan… malah mungkin air kolam tertelan olehnya…
Sesaat berikutnya aku kabur menjauh dari Rudi menuju tempat tadi dimana aku melompat pertamakalinya..
Aku tertawa ngakak di tepian kolam renang… dan kulihat Rudi diseberang mengacung2kan kepalan tangannya kearahku sambil terbatuk2..
Aku lihat Rudi menyelam dan mulai berenang menuju tempatku. Aku bersiap-siap dengan segala kemungkinan yang terjadi,.. he.he.he siapa tau dia mau balas dendam..
Dan huupppppp….. sekali ayun Rudi tepat berada di sampingku.
Mengatur napas dan berpegang pada tepian kolam.
“buset lo Gi… ngapain tadi .. ketelen air nih gw”
“he.he.he… sorry…. Becanda Rud.”
“mmm gimana asik gak kolamnya…”
“lumayan… “
Kaki ku dan kakinya yang berayun2 di dalam kolam terkadang bersentuhan. Sesekali malah pahaku bersinggungan dengan pahanya…. Berdekatan.
Sudah mulai sepi kolam, ketika aku dan Rudi asik berenang. Dan kelelahan juga menyeruak ketika gw sdh beberapa kali bolak-balik menyusuri kolam renang.
“Rud… cabut yok…”
“ok… “
Kami berjalan bersebelehan sambil menuju locker tempat tas kami disimpan. Dengan santai kami menuju ke kamar ganti, dan sesekali aku melirik kea rah Rudi. Dan sebuah senyuman tipis selalu saja diberikannya ketiika mata kami bertemu… wah… indahnya.
***********
Ketika asa terlalu menggebu… ketika rindu tengah bergemuruh di dada… dan ketika hasrat yang meluap di ujung penuhnya belanga nafsu atau cinta?... ketika itu pula aku tersentak akan khilaf yang telah aku lakukan terhadap rasa tulus yang Beben telah berikan kepada ku…
Kukira semua berjalan damai… kukira semua berjalan tenang…. Kukira semua ucapan dan janjiku bisa terlaksanakan tanpa cela…
Semua peristiwa di depanku yang terjadi kelak… bagai menyadarkanku akan arti sebuah rasa ketulusan…
Agustus….
Semua berjalan seperti apa adanya… aku tak mengira.. kukira hubunganku dengan Beben setenang dan siindah danau toba di pagi hari.. – seindah aku besetubuh dengan sejuk dan lembutnya air Danau itu yang menyelimuti dan memasuki tubuhku ketika aku bergerak di dalamnya-
Pagi itu, setengah berlari, aku menuju kampus Gizi… hal yang terbesar akan aku lakukan (hal yang terbesar kedua… setelah beben) akan aku lakukan hari ini.. aku sudha bertekat untuk menemui Tiara Pagi ini. di kampusnya.. untuk mengatakan kalau aku menyukainya… dan ini sudah aku rencanakan jauh hari. Satu hal yang mengganggu pikiran ku hanya Beben.
Ketika kemarin sore aku menceriutakan rencanaku, kepadanya.. di Perpustakaan Kampus.
“ben.. gw mau ngomong” kata ku pelan. Sambil melirik kiri-kanan dan sukurnya tuh perpustakaan kampus luas banget, dan sengaja aku mengambil posisi duduk di pojokan ruang baca dengan beben.
“mmmm… apaan” katanya sambil menulis
“hmmm besok gw mau nembak Tiara” kataku pelan, datar dan sewajar mungkin. Kulihat Beben menghentikan gerakan menulisnya dan memandangiku kosong… lalu melanjutkan menulis
Satu, dua, tiga detik… gak ada tanggapan….
“ben… lo denger gw gak?”
“hmmmm…..iya” katanya sambil tetep nulis..
“trus bagaimana menurut lo? Lo gak apa-apa kan?” kataku lagi
“hmmm… “ katanya..
Asli gw kesel juga dengan tanggapannya yang ham..hem..ham.hem..
“lo gak keberatankan?” kataku lagi..
“terserahhhhh… “ katanya pendek
“maksud lo?”
“terserah lo Gi… gw bisa apa coba?”.. katanya lirih..
“yah seenggaknya lo kasi pendapat kek… gimana-gimananya gitu” kataku lagi
“gi.. gw gak mungkin bisa ngasi pendapat yang netral dalam hal ini… lo tau gak … meski gw pernah bilang bahwa gw gak keberatan lo deketin ce, tapi lo harusnya tau dong gi… mana ada orang yang mau di duain… mikir dong gi… lo harus ngertiin posisi gw dong..” kaanya
“loh kok lo jadi ninggi gitu nadanya, gw kan hanya minta pendapat lo ben?”
“buat lo mungkin ini gampangan gi.. tp buat gw gi..buat gw… “ katanya terputus sambil nunjuk ke dirinya sendiri. Dan aku lihat genangan itu mengambang di kedua matanya… basah.
“jadi lo gak rela kalau gw nembak Tiara..” kataku dengan egoisnya
“terserah lah gi, lo mau ngomong apa”
“gw cabut dulu gi…. “ kata beben sambil meninggalkanku
“eehhhh ben… tunggu..”
Beben berjalan bergegas menuju luar gedung perpustakaan. Cepat juga jalannya….
Setelah di depan tak kulihat sosok beben.. celingukan kesana kemari….. akhirnya aku memutuskan untuk menuju danau yang ada didepan perpustakaan ini. aliran danau ini melintasi gedung perpustakaan ini, dan asiknya lagi… ada tangga yang menuju kea rah bawah gedung perpustakaan tepat dimana aliran air danau ini mengalir ke lembah di depanya….. dan sangat berterimakasih kepada yang mendisign gedung ini sedemikian cantiknya… dengan meletakkan batu cor-coran bulat yang tersusun secara rapi di antara aliran air danau yang melintasi bagian bawah gedung perpustakaan ini hinggga ke tangga di ujung gedung ini. jadi kami dapat melintasi aliran ini dari bawah dengan melompati formasi cor2 batu itu hingga sampai ke seberang.
Tepat mataku menangkap sosok manusia yang sedang duduk sendirian di sudut kiri tangga gedung ini sambil menekuri dan memandangi riak air aliran danau. Kepulan asap rokok tak putus-putus dari mulutnya… membentuk awan tipis yang menari2 di seputar tubuhnya yang sesekali terdiam mematung – tak bergerak.
Aku kenal sosok itu..
Aku kenal dengan aura itu…
Aku melangkah pelan ke arahnya..
Sosok itu menoleh dengan sekedarnya.. menghembuskan kembali asap rokok dengan keras ke udara…. Huuuuuuussssss….
Aku duduk merapat kearah tubuhnya…
Aku merangkul pinggangnya…
Tepisan ringan namun tegas menolak rangkulanku…
Senyap…
Ketika suara itu ku dengar dengan tenang nya..
“maafkan gw gi…”
“gak ben, gw yang seharusnya minta maaf., karena gw gak bisa ngertiin lo..” aku memegang tangannya dan meremasnya pelan.
“jangan pernah ninggalin gw gi” katanya lririh..
“iya-iya gw janji gak akan ninggalin lo” kataku lebih meenggengam erat tangannya.
“gw janji gak akan nyakitin lo ben…. Gw janji”
“gw ngerti gi, tapi hati ini gi… hati gw gi… kok tetep aja sakit waktu lo bilang mau nembak Tiara” katanya pilu..
“maafkan gw ben.. bener2 maafkan gw ben.. gak ada sedikitpun maksud buat nyakitin hati lo”
“iya gw ngerti.. gi.. tapi anehnya hati gw juga gak bisa dengan mudah gi menerima itu…”
“terus lo maunya gw mesti gimana ben? Apa gw batalin aja buat nembak Tiara?” kataku… dan seeeeeetttttttttttttttt…. Ada ngilu di hati ketika aku mengucapkan itu. seperti diremas dan ditusuk2… sakit yang menyesakkan…
“bukan gi, gw gak mau lo batalin rencana lo.. lo harus lanjut… gw tadi hanya gak siap aja.. meski terus terang gw ngerasa hal ini terlalu mendadak buat gw dengar “
“padahal gi, jujur, gw sudah berkali2 berujar dalam hati kalau suatu saat hal ini tiba gw harus siap, tapi ternyata sulit gi… sulit, ketika kenyataan itu tiba2 bener berwujud di depan gw” kata beben sambil menghisap rokoknya
“gw minta maaf ben, sudah buat lo sedih begini” kataku
“ok.. gap apa2 gi.. gw tetep sayang lo gi.. lo tetep kekasih gw..” dan tanpa terduga sebuah rangkulan erat dan kecupan hangat mendarat di bibirku..
Sekilas… pertamanya kukira demikian… namun kembali…
“ben.. lo nginep di Kostan gw yah mala mini?” kataku
Senyuman itu membuatku melupakan sesaat apa yang barusan terjadi.. meski ku sadar bahwa ini adalah awal dari kerumitan yang ku ciptakan sendiri.
….
bersambung...
lanjut ya....
jadi dundi nggak pacaran ama harry haredangg?
kirain nyungsep di alas purwo buat pacaran ama harry....
uh uhhh....
tapi si harry asli romantis bgt dan lembut;
minus nya cuman suara nya CEMPRENGG bgt kyk abis nelen KODOQQ..
...
tuk :
adinu, dundileo, noik (mm nama yg unik) tks sdh mau mampir dan salam kenal.. eehhh dg dundi sdh kenal deng.. ha.ha.ha
khusus buat BJ... lo ini yah... tetap gak berubah ha.ha.ha... suara ku cempreng???? prasaan hanya lo deh yg ngomong gitu.. yg lain malah ketagihan denger suara gw.. ha.ha.ha
buat yg mbaca tp gak komen tks juga dan tks atas email2nya... sorry cerita selanjutnya blm bisa di update.. soale.. lg mumet ..
....
itu cuma singkatan dari julukan dari temen-temen.
*halah, ribet banget ngomongnya.....