It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
jgn lupa bro nyisipin alamat url blog kamu di ceritanya biar gak asal COPAS
dia suka bgt sm cerita2 lu...
tapi udah di tutup,
katanya harus lu yg invite,
tolong invite yaaa , blog dia putnaki.blogspot.com
makasih ya
Yang mau di invite kirimnya ke email saya aja ya, biar bisa gua tandain.
makasih
Berada di Puncak dan berada di “puncak”
Gua sedang mengendarai motor Satria F gua dengan Evan duduk di kursi belakang. Jam 11 siang kita udah jalan dari kosan menuju puncak. Sabtu jam setengah 9 pagi gua dan Evan sudah meninggalkan kosan menuju rumah gua, lengkap dengan tas ransel besar berisi berbagai kebutuhan primer yang nggak bisa dibeli di puncak, untuk mengambil motor. Lalu setelah setengah jam istirahat dan berpamitan gua dan Evan pun berangkat menuju puncak dengan berkendara motor. Gua pikir perjalanan ke puncak naik motor bakalan melelahkan dan membosankan, tapi untungnya tidak.
Evan dari awal perjalanan ngoceh mulu soal berbagai hal. Mulai dari kemacetan, tata kota, jalan yang tidak bagus sampai hal-hal yang nggak penting seperti kenapa sayur bayam warnanya hijau, kenapa gak biru. Kenapa gedung harus dibangun pake batu bata, kenapa gak pake besi aja semuanya. Lalu kenapa cewek lobangnya dibawahnya ada 3, kan itu pemborosan. Dan setiap topik yang ia bicarakan, dia selalu menanyakan tanggapan gua soal pemikiran-pemikirannya yang kadang gak penting dan kadang nyeleneh.
Akhirnya sekitar jam dua siang kita tiba di puncak. Setelah kebingungan nyari alamat karena ternyata Evan sudah lupa-lupa ingat sama lokasi vilanya, baru deh kita ketemu. Vilanya harus masuk lagi ke jalan kecil dari jalan utama puncak, dan itu harus menempuh jarak 3 kilometer lagi sampai akhirnya ketemu sebuah villa yang dilatar belakangi pemandangan gunung berhutan. Bentuknya tidak besar namun bertingkat, ada kolam renang walaupun ukurannya bener-bener standar banget, nggak besar namun tidak kecil. Vila tersebut saling berjarak dengan vila-vila yang lain.
Begitu masuk, vila tersebut tampak bersih, pas gua tanya ternyata vila tersebut sudah dibersihkan sehari sebelumnya oleh orang yang ditugaskan untuk menjaga vila ini. Rumah penjaganya Cuma 1 kilometer jaraknya dari vila ini.
“Enak juga ya vilanya, Van.” Kata gua.
“Iya dong, hahaha... abis beres-beres langsung berenang yuk.” Kata Evan sambil membuka tasnya dan mengeluarkan isinya. Ada pakaian, peralatan mandi, makanan ringan dan lain-lain. Baju-bajunya langsung dimasukan ke dalam lemari.
“Disini ada berapa kamar, Van?”
“Ada 3, yang dibawah ini, sama dua diatas. Tapi nanti kita tidurnya disini aja, Raff, biar enak, soalnya ada TV-nya, hehehe...”
“Oh, oke.” Gua juga akhirnya ikut membuka tas gua dan mengeluarkan isinya. Nggak banyak sih isi tas gua, Cuma dua stel pakaian, peralatan mandi, dan dua buah boxer doang. Semuanya langsung udah rapih di lemari.
Lima menit kemudian kita berdua selesai rapih-rapih, lalu seperti yang sudah Evan ajak, kita lantas menuju kolam renang yang berada dibelakang vila. Gua tanpa babibu lagi langsung melepaskan kaos serta celana jeans dan langsung nyebur ke kolam renang berboxer doang. Rasanya segar dan agak dingin, hahaha... tapi enak. Evan datang nggak lama kemudian. Ia berjalan mendekati kolam renang sambil melepaskan kaosnya, kemudian celana jeansnya, kemudian celana dalamnya. Dalam keadaan bugil ia melompat kedalam kolam renang. Gua terpengarah.
“Gila lo, Van, apa nggak takut diliat orang?” tanya gua setelah Evan muncul kepermukaan.
“Ya nggak lah, lo liat aja sekeliling, emang elo bisa liat perumahan atau jalanan?”
Gua pun mengedarkan pandangan. Emang bener sih dari kolam nggak keliatan, jadi kalo mau ML di kolam atau pinggirannya pun nggak bakalan ketahuan dari luar. Kemudian disisi seberang kolam memang ada pagar tembok yang Cuma setinggi pinggang orang dewasa, namun dataran yang diluar pagar lebih rendah empat meter dari dataran didalam pagar jadi walaupun kita berdiri orang diluar juga nggak bakalan bisa ngeliat bagian pinggang kebawah kita.
Akhirnya gua ikutan melepaskan celana boxer gua dan melemparnya kepinggir kolam. Kita berdua bertelanjang ria berenang siang itu sampai jam 4 sore. Kita mulai adu balap renang di kolam yang luasnya Cuma 4 x 9 meter itu. Kamudian adu tahan-tahanan nafas didalam air sampai akhirnya Evan mendekati gua dan berdiri disamping gua.
“Hyung, makasih ya, elu udah mau nemenin gua ke puncak. Hahaha... naik motor pula.” Kata Evan.
“Hahaha... biasa aja lagi, Van. Gua juga makasih banget nih udah diajak kepuncak gini. Cuma modal motor doang lagi, hahaha...” gua menjawab sambil tersenyum segar menatap Evan.
Evan pun tersenyum sambil menatap gua. Kita saling bertatapan selama beberapa saat sebelum kemudian Evan mendekatkan bibirnya dan mencium bibirnya gua. Ia mendekati gua dan memeluk badan gua. Bibirnya melumat-lumat bibir gua dan hal yang sama gua lakukan. Semenit kemudian gua merasakan kedua tangan Evan mendarat di pantat gua, dan berikutnya gua merasakan remasan. Kedua tangan gua masih saja memeluk punggung Evan tanpa ada niatan apapun untuk melakukan hal yang sama seperti Evan.
Kita masih berciuman ketika gua merasakan penis Evan mengeras diantara tubuh kita dan remasan dipantat gua makin kuat. Lalu berikutnya semuanya berhenti. Evan menghentikan ciumanya dan menatap gua. Ia tersenyum, gua yang sempet bingung juga akhirnya ikutan senyum. Dan satu kecupan kembali terjadi.
“Udahan yuk, udah mau setengah lima nih.” Kata Evan sambil naik dari kolam renang dan berjalan telanjang ke dalam vila. Guapun ikutan naik dan memungut boxer dan celana dalam Evan sebelum masuk kedalam vila. Nggak mungkin kan gua biarin tuh dua celana dalam diluar begitu, pagi-pagi bisa lenyap tuh.
http://verterusvoso.blogspot.com/
Sekitar pukul 6 sore kita berdua keluar untuk cari makan. Memang naluri anak kos nggak bisa hilang walaupun sudah beda lokasi. Kita berdua yang males masak memutuskan untuk pergi cari makan diluar, dan akhirnya bertemu tukang nasi goreng dan langsung makan disana. Setelah makan nasi goreng si Evan ngajak gua ke alfa mart, katanya ada yang mau dia beli.
“Elu tunggu disini aja, hyung, biar nggak kena bayar parkir.” Kata Evan, ketika gua hendak turun untuk ikut masuk ke alfa mart. Dasar orang pelit, bayar parkir aja masih perhitungan.
10 menit kemudian Evan keluar sambil membawa sebuah kantong belanjaan dan satu kardus aqua gelas. Ia dengan mudahnya membawa benda-benda tersebut tanpa kerepotan. Lalu setelah agak ribet naik ke motor kita berdua kembali ke vila.
http://verterusvoso.blogspot.com/
“Ah acaranya udah nggak ada yang enak lagi.” Kata Evan.
“Iya.” Sahut gua menyetujui. “Ngapain ya enaknya?”
“Nonton DVD yuk, gua bawa stok kaset nih.” Kata Evan.
“Boleh.”
Evan lantas beranjak dari tempat tidur menuju tas ranselnya yang diletakan dipojok ruangan. Ia kembali sambil membawa sebuah kantong plastik berwarna hitam.
“Nih, lo pilih deh film yang bagus.” Kata Evan sambil kembali naik ke tempat tidur.
Gua menuangkan isi kantong tersebut dan langsung terkejut. Ternyata semua dvd yang dibawa Evan adalah film bokep semua! Beberapa diantarnya malah ada bokep gay. Gila deh!
“Ah, elu mah sengaja ya bawa film bokep semua.” Kata gua pura-pura nggak berminat padahal tangan gua sibuk mencari-cari film bokep mana yang bagus untuk ditonton duluan.
“Tapi elu mau kaaaan?” kata Evan.
“Hehehe... iya.” Gua pun nyengir kuda. “Nih nonton yang ini nih, kayanya seru Van.”
Evan pun pergi kedekat TV dan memasang kaset dvdnya. Kemudian ia kembali keatas tempat tidur. Filmnya pun dimulai. Film bokep straight. Ya iyalah, mana mungkin gua nonton bokep gay.
Lima menit pertama, semuanya masih normal. 15 belas menit kemudian sudah mulai gairah muncul. Sepuluh menit berikutnya tenda sudah berdiri dimasing-masing celana dalam kita. 20 menit kemudian kedua tangan kita masuk kedalam celana. 10 menit berikutnya gua udah nggak tahan lagi. Ini harus segera disalurkan!
Gua menurunkan boxer gua dan langsung onani saat itu juga. Rasanya nikmat sekali. Namun belum ada semenit gua onani tiba-tiba aktivitas menyenangkan itu dihentikan oleh Evan.
“Kenapa Van?” tanya gua bingung.
“Elu ngapain sih onani.” Tanya Evan.
“Gua nggak tahan, Van.” Jawab gua dengan lugu sambil hendak lanjut mengocok penis namun kembali dihentikan oleh Evan.
“Kan ada gua.”
“Hah? Maksudnya?” gua bertanya bego. Nggak tau maksud Evan apaan sampai beberapa detik berikutnya, Evan sudah berlutut diantara kedua kaki gua yang ngangkang. Kedua tangannya meraba paha gua. Dalam sekejap gua merasa gugup bukan main. Jantung gua pun mulai berdebar nggak karuan. Kemudian kepalanya membungkuk mendekati penis gua.
“Elu mau ngapain Van?” lagi-lagi pertanyaan bego, yang gua udah tau jawabannya bakalan kaya gimana.
Secara mendadak penis gua yang tadinya keras seperti baja mendadak lemas. Mungkin ini faktor dari kegugupan gua yang luar biasa ini.
“Gua pengen ngisep punya lo, Raff.” Kata Evan. “Boleh nggak?”
Dia mau ngisep penis gua?! Gua diem sebentar dengan mata menatap wajah temen gua yang sudah dekat sekali dengan penis gua dan salah satu tangannya mengocok-ngocok perlahan penis gua. Sesuatu yang tidak pernah gua bayangkan sebelumnya, bahwa cowok yang gua kira normal, yang dulu gua kenal kebetulan dikampus kini sudah telanjang didepan gua siap menghisap penis gua. Gua pun akhirnya menganggukan kepala.
Evan tersenyum lalu berikutnya gua bisa menyaksikan dengan jelas bibirnya menyentuh penis gua yang sudah mulai tidur kembali. Ia mengecup penis kecokelatan gua yang tidak disunat. Tangan Evan membuka kulup penis gua, mengamatinya selama beberapa saat kemudian mulai menghisapnya. Ada rasa merinding yang gua alami ketika pertama kali Evan menghisap penis gua. Lalu perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat. Dan perlahan-lahan pula gua merasakan penis gua kembali mengeras.
Aaaaaahhhh.... ini enak banget! Evan luar biasa dalam menghisap. Sepongannya Gadis nggak pernah seenak ini. Tanpa sadar kedua tangan gua letakan dibawah kepala dan mata gua merem-melek menikmati ini semua. Dan untuk pertama kalinya gua mendesah nikmat. Aaaaaah... rasanya enak.
Evan terus menghisap penis gua tanpa henti dan tanpa ampun. Seolah dia sudah kehausan dan langsung melahap ketika ada air muncul. Sementara perlahan-lahan badan gua mulai menggelinjang. Lalu mendadak Evan menghentikan hisapannya.
“Elu mau nembak gua nggak?” tanya Evan.
“Hah? Masukin kedalam pantat lo maksudnya?”
Evan mengangguk-angguk. Ya sudah lah, sudah kepalang basah, gua setuju-setuju aja. Lagian gua juga lagi horny banget, jadi segala sesuatunya saat ini diputuskan dengan pemikiran pendek. Evan kemudian beranjak dari tempat tidur dan menuju ke plastik belanjaan tadi untuk mengambil sesuatu yang rupanya adalah sekotak kondom. Ia kemudian naik kembali ke tempat tidur dimana gua sudah berbaring telanjang tanpa sehelai pakaian pun dengan penis yang sudah tegak mengokang ke arah langit. Ia kemudian dengan hati-hati memasangkan kondom tersebut ke penis gua. dan setelah terpasang Evan pun menanggalkan sisa pakaiannya. Lalu mulai berjongkok diatas badan gua, mengatur penis gua agar masuk dilobangnya.
Jujur saat ini jantung gua berdebar luar biasa. Ini pertama kalinya dalam hidup gua, dan sebuah hal yang tidak pernah gua bayangkan sebelumnya, gua akan melakukan hubungan intim dengan seorang pria. Layaknya pria bercinta dengan wanita, namun kali ini pria dengan pria.
Kemudian gua melihat ekspresi Evan yang seperti kesakitan namun dia tetap teguh memasukan penisnya kedalam lobangnya. Gua mendengar Evan merintih sedikit, tampak menahan rasa sakit. Dan akhirnya penis gua sudah utuh masuk kedalam lobang pantatnya. Ia kemudian melakukan gerakan naik turun dengan wajah keperihan. Gua merasakan sensasi berbeda. Enjotan yang Evan lakukan membuat penis gua diliputi kenikmatan. Libido gua pun mulai merambat naik, ditambah film bokep yang penuh gairah membuat gua akhirnya ikut mengambil bagian dalam kegiatan seks ini.
Gua memeluk Evan lalu membaringkannya, gua buka lebar-lebar kaki Evan dan gua sodok selayaknya gua menyodok vagina Gadis. Gua melihat ekspresi wajah Evan yang tampak kesakitan, apakah penis gua terlalu besar sampai-sampai dia merintih begitu, karena gua merasa ukuran penis gua biasa aja.
Ditengah kegiatan sodok menyodok Evan menarik badan gua dan mencium gua. Gua menciumnya dengan pantat gua yang terus maju mundur menerobos lobang kenikmatan Evan. gua mencupang lehernya, lalu menciumnya lagi, dan terus begitu. Sementara Evan meraba setiap bagian tubuh gua yang bisa diraba. Ia meremas-remas pantat gua, punggung gua, otot lengan gua dengan penuh nafsu. Aaaaah... aaaahhh... rasanya sangat nikmat!
Gua memegang kedua kaki Evan dan merem-melek sambil terus menyodok pantat Evan. sedangkan Evan mulai meremas-remas sprei putih kasur kita dengan wajah menahan sakit.
Tidak lama kemudian Evan menarik badan gua, ia bersusah payah untuk menghisap puting dada gua. Ia menghisapnya sekuat tenaga dan penuh nafsu sehingga menimbulkan perpaduan antara geli dan nikmat. Satu puting selesai, maka ia berpindah ke puting selanjutnya
“Enak, Raff?” tanya Evan sambil menatap mata gua.
Gua menangguk-angguk sambil tersenyum. “Sakit ya, Van?” gua balas bertanya.
“Sakit... tapi nggak apa-apa. Enak kok lama-lama...” kata Evan.
Dan gua merunduk dan mencium bibir Evan. saling melumat penuh gairah. Tangan Evan mulai mengocok-ngocok penisnya sendiri sementara gua terus melakukan gerakan maju mundur sambil sesekali menonton film bokep di TV.
Lima menit berlalu ketika mendadak rintihan Evan berubah menjadi erangan dan kocokan penisnya semakin intens. Lalu berikutnya... cairan putih hangat melesat keluar dari penis Evan, dia mengerang hebat.
“Aaaaaahhhhh... aaaaahhhhh....!!!” Evan mengerang hebat, dia sedang menikmati detik-detik puncak kenikmatannya.
Gua juga merasakan lobang pantatnya berdenyut-denyut seiring dengan ritme orgasme Evan. Hal itu malah membuat sensasi luar biasa nikmat yang akhirnya membawa gua kepada puncak kenikmatan. Gua pun mulai mendesah-desah dan hal yang sama terjadi pada diri gua. Sperma gua melesat keluar dari lubang penis didalam lubang pantat Evan, namun gua terus menyodok-nyodoknya.
“Aaaah... AAAAAHHH... Aaaahhhh....!!!”
Mata gua merem melek, gua mendesah, gua gemetar hebat sampai semua usai. Sensasi surga gua rasakan selama beberapa saat sebelum rasa lemas kemudian merasuk kedalam.
Kelahan, gua terjatuh dipelukan Evan. Dengan nafas tidak beraturan dan penis gua masuk didalam lobang pantat Evan. walaupun puncak dingin, tapi itu tidak dapat mencegah keringat membasahi tubuh kita berdua, dua pria telanjang yang sedang kelelahan setelah bercinta.
Walaupun sebenarnya kita kelelahan namun Evan tidak ingin kita tertidur dalam keadaan berantakan dan kotor begini, maka dengan memaksakan diri kita berdua beranjak ke kamar mandi dan saling membersihkan diri. Lalu setelah mandi dan handukan, tanpa perlu berpakaian kita naik keatas tempat tidur, menarik selimut dan tidur. Namun sebelumnya,
“Thanks...” kata Evan setelah mengecup bibir gua.
“Sama-sama.” Kata gua.
Dan kitapun tidur...
http://verterusvoso.blogspot.com/
Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui jendela yang sudah terbuka. Tubuh telanjang gua masih tertutup selimut sampai kepinggang ketika gua menyadari Evan sudah tidak ada disamping gua. Sejenak memori gua membawa gua kedalam kejadian kemarin malam. Gua mendadak merasa yang terjadi semalam itu kenyataan atau hanya mimpi? Sebuah peristiwa yang gak akan pernah bisa gua lupain seumur hidup gua, untuk pertama kalinya gua ngentot sama cowok. Pertama kalinya penis gua memasuki lobang pantat cowok. Untuk pertama kalinya gua bercinta seperti suami istri dengan seorang cowok, dan tiduk telanjang berdua dalam satu kasur.
Jika ini mimpi, tapi kenapa gua bisa ingat semua yang terjadi kemarin malam? Sesuatu yang dahulu gua anggap menjijikan, namun sekarang gua menikmatinya. Apa yang terjadi pada diri gua? apakah sekarang gua sudah berubah jadi gay? Apakah gua sekarang sudah suka cowok? Mengingat sudah beberapa kali gua dan Evan berciuman, sampai akhirnya kita berdua melakukan hubungan intim. Jika benar gua berubah jadi gay apakah gua harus menerima ini? Karena sedari kecil gak pernah sekalipun gua berhubungan dengan hal-hal homo semacam ini sampai gua menginjak SMA dan bangku kuliah. Gua dibesarkan di keluarga yang baik-baik dan tumbuh menjadi anak normal seperti cowok-cowok normal lainnya. Suka sama cewek, nonton bokep straight, ngintipin cewek mandi waktu studi tour ke bandung, pacaran sama cewek, ngentot sama cewek. Kalaupun jalan di mall gua gak pernah ngelirik-lirik cowok, yang gua lirik selalu dan otomatis cewek.
Hidup gua normal-normal saja sampai Evan datang kedalam hidup gua, dan segalanya berputar. Dunia baru masuk, karena gua mengizinkannya, dan segala yang dulu tak pernah gua pikirkan akan terjadi pada diri gua, kini terjadi. Gua melihatnya dan mengalaminya betul-betul.
Pemikiran-pemikiran tersebut terus bergelut dalam kepala gua selama beberapa menit, dan ketika gua kembali menyadari bahwa Evan tidak ada disamping gua, realita menarik gua ke alam sadar.
Gua bangun, mengenakan celana boxer gua dan keluar dari kamar. Tujuan pertama gua yaitu dapur, cari makanan. Nyatanya disana sudah ada Evan yang sedang masak indomie. Dia juga hanya bercelana dalam saja.
“Udah bangun lo ternyata.” Kata Evan ketika menyadari kehadiran gua. “Tadinya gua mau bangunin elu pas kelar bikin sarapan.”
Gua Cuma tertawa kecil aja sambil duduk di kursi meja makan. “Masak apaan lo, Van?”
“Indomie. Dingin-dingin gini enaknya makan indomie, hyung.” Kata Evan. “Punya lo spesial tuh gua bikin doble, telornya dua pula, sama kaya telor lo, hahaha...”
“Hahaha, konyol lo.” Gua kembali tertawa malas. “Telor elo kan juga dua.”
“Hahahaha...” Kita berdua tertawa.
Indomie gua dan Evan sudah jadi, kita berdua kemudian makan di meja makan. Tidak ada pembicaraan selama sarapan, kita berdua fokus untuk sarapan sambil nonton TV. Setelah selesai makan, naluri babu Evan langsung mengambil piring gua yang sudah kotor dan diletakan ditempat cucian. Melihat Evan mendadak gua teringat sesuatu. Gila! Kemaren kan si Evan ulang tahun, dan gua belum sempet ngucapin selamat sama ngasih kado yang udah gua siapin. Mengingat itu gua langsung buru-buru ke kamar dan mengambil kado dari tas gua.
“Abis ngapain lo?” tanya Evan yang duduk di sofa ketika gua kembali dari kamar.
“Van, gua baru inget kalo elo kemaren ulang tahun. Hehehe, maap yak.” Kata gua sambil cengar-cengir cengegesan.
“Hahaha... gapapa.” Kata Evan sambil tertawa manis.
Lalu gua berdiri dihadapan Evan dengan kedua tangan mengumpat dibelakang.
“Jadiiii... happy birthday ya Evaaaaan...” kata gua. “Semoga panjang umur, sehat selalu, murah rejeki, enteng jodoh, tambah baik, tambah ganteng, tambah penurut, gak males lagi, terus...”
“Iya-iya-iya, amin-amin-amin, makasih Raff.” Kata Evan buru-buru. “Bisa panjang banget nanti doa lo buat gua.”
“Hahaha...” Gua ikut tertawa. “Lalu ini kado buat lo.” Gua menyodorkan tangan kanan gua, memberikan sekotak kado kepada Evan.
“Asiiiiik...” Evan menerima kado gua, lalu membukanya secara membabi-buta. Ckckck... kasian gua ngeliat kado gua. Setelah terlihat isinya, dia pun terdiam sejenak. Sebuah jam Swiss Army yang baru untuk dia. Dengan model dan warna cokelat kesukaan dia. “Raff, keren banget jamnya.” Evan terkesima.
“Ini untuk mengganti jam lo yang dulu itu.” Kata gua agak kaku, takut mengingat peristiwa perang dingin jaman dulu itu.
“Makasih ya, hyung.” Evan berkata sambil tersenyum tulus.
“Ada lagi kadonya.” Kata gua, dan gua memberikan bungkusan dari tangan gua yang lain. Evan menerimanya dan lagi-lagi dengan membabi-buta ia membuka bungkusan kadonya. Dua buah gelang tali. Begitu terlihat gua mengambilnya dari tangan Evan, lalu memasangkan di lengan kanannya. “Yang satu ini buat elo.” Lalu gua memasangkan gelang satunya lagi di lengan gua. “Dan yang ini buat gua.”
“Ini maksudnya apaan?”
“Gelang ini sebagai simbol pertemanan kita.” Kata gua.
“Asik dah si hyung, romantis amat dah lu, wuakakakakak...” kata Evan berusaha untuk melucu, padahal gua bisa melihat matanya berkaca-kaca karena haru dan bahagia.
“Elo suka?”
“Suka banget, hyung!” Seru Evan.
“Baguslah.” Gua merasa lega.
“Kado yang lain gak dikasih?” Tanya Evan beberapa saat kemudian.
“Hah, kado yang lain? Kado yang gua kasih Cuma dua, Van.” Kata gua bingung, kado yang mana lagi. “Udah abis, Van, kadonya.”
“Aaaaahhh, ada lagi kado yang ketiga.” Kata Evan.
“Apaan?”
“Ini didepan gua.” kata Evan, tangannya lantas memegang penis gua yang tertutup boxer dan memijit-mijitnya. “Nih kado yang ketiga, dan yang paling nikmat.”
Melihat apa yang dilakukan Evan gua Cuma bisa diam saja. Kalo dulu ada cowok yang berani-beraninya megang kontol gua kaya gini bakalan gua tinju. Tapi sekarang, Evan dengan sesuka hatinya memegang dan memijit-mijit kontol gua, dan gua Cuma bisa diam saja.
Lalu kedua tangan Evan menurunkan boxer gua secara perlahan, memperlihatkan penis gua yang sudah setengah menegang. Dia menatap penis gua selama beberapa saat.
“Ah entar aja deh pas dikolam renang.” Kata Evan sambil kembali menaikan boxer gua. “Kita berenang yuk.”
“Ayo.” Kata gua.
Gua dan Evan lantas bergerak menuju kolam renang lalu kita berdua menanggalkan celana dalam kita dan terjun ke kolam renang. Menyegarkan diri dengan dinginnya air kolam renang, namun untungnya matahari sedang bersinar hangat. Lima belas menit berenang gua merasa agak lelah, sehingga gua naik ketepian dan duduk.
Evan masih berenang-renang dengan gayanya yang berubah-ubah setiap beberapa saat. Tidak ada kekonsistenan dalam metode berenangnya. Lalu setelah itu ia mendekat kearah gua dan memperhatian tubuh telanjang gua.
“Gila ya, setengah tahun yang lalu badan lo masih ceking, tapi sekarang udah keren banget.” Evan berkata sambil mendekati dan menatap gua, tangannya kemudian memegang biceps gua. “Lengan lo sekarang udah berotot, dada lo juga udah bidang dan berotot.” Ia kemudian meraba-raba perut gua. “Perut lo sekarang six packnya udah keliatan banget. Elo udah gak ceking lagi, hyung, tapi udah seksi banget.” Kata Evan, dari perut kemudian kedua tangannya meraba-raba paha gua. “Tapi tetep aja yang paling seksi yang ditengah dan berbulu ini, hyung.” Katanya.
Gua Cuma tersenyum dan agak sedikit bangga dibilang begitu. Emang bener, dulu badan gua ceking tapi sekarang gua udah bertransformasi. Keuntungan dari keringnya badan gua dari lemak memudahkan gua untuk membentuk otot-otot yang tajam. Ditambah berat badan gua yang bertambah sehingga gua tidak ceking lagi.
Evan kini memain-mainkan penis gua, dan semenit kemudian penis gua sudah hilang didalam mulutnya. Ia menghisap penis gua, dialam terbuka gini. Cukup beberapa menit saja untuk membangunkan adik kecil gua ini dari tidurnya, karena permainan mulut Evan. Sejurus kemudian desahan mulai keluar dari mulut gua. Mata gua mulai merem-melek menikmati sensasi hisapan luar biasa Evan.
Gua merebahkan badan gua ditepian kolam karena tidak sanggup melawan nikmatannya hisapan Evan dalam posisi duduk.
“Aaaahhh... ahhhh... aaaahhhh...” gua terus mendesah-desah karena merasa keenakan. Evan tanpa henti terus menghisap penis gua.
Selang sepuluh menit berikutnya gua merasakan gejala akan orgasme. Dan selama 10 menit itu penis gua terus menerus didalam mulut Evan. gua merasakan kejang-kejang dan aaaaahhhh... cairan surga itu keluar. Gua menggelinjang hebat disertai erangan kenikmatan. Gak peduli kedengeran orang atau enggak yang jelas gua mau menikmati sensasi surga ini. Cairan sperma gua terus menerus keluar dari penis gua, menembak kedalam mulut Evan.
Lalu beberapa detik kemudian gua terdiam lemas. Nafas ngos-ngosan namun merasa senang. Evan naik dan menimpa tubuh gua.
“Lah peju gua lo buang kemana?” tanya gua ketika mendapati Evan sudah menimpa gua.
“Gua telen, hyung.”
“HAHK!” gua berseru antara terkejut dan tidak percaya. “Lo telen!”
Evan mengangguk-angguk. Ia kemudian hendak mencium gua namun gua buru-buru menghindar dan nyebur ke kolam. “Enggak-enggak-enggak, jijik gua.” kata gua.
“Yak elah, lebay amat sih lo, hyung.” Kata Evan.
“Nggak ah, jijik banget cipokan tapi mulut lu belepotan peju gitu, hiiii.”
“Eh goblok, ini peju elu ya, gak ada salahnya. Yang dimulut gua ini tuh peju elu bukan peju gua, jadi gak perlu elu jijik gitu. Emang Gadis gak pernah apa nyium elu setelah elu buang sperma elu dimulutnya?”
Gua gak mau menjawab karena males ngejawabnya. “Udaah ah, gua mau mandi.” Kata gua mengalihkan topik.
“Dasaaaaar... hahahaha...” Evan kembali nyebur ke kolam dan berenang.
http://verterusvoso.blogspot.com/
Bisa dibilang selama dipuncak ini gua dan Evan mengalami kemajuan signifikan dalam soal masalah seks. Kemarin malam, gua udah ngentot sama Evan, tadi pagi penis gua udah diservis sama Evan, dan yang berikutnya adalah siang ini.
Pukul setengah 3 siang gua sama Evan jalan-jalan naik motor keliling-keliling puncak. Lalu menyempatkan diri untuk mampir ke salah satu distro. Kita memilih-milih kaos dan celana jeans. Lalu kemudian mencari kamar pas untuk mencobanya, kamar pasnya ada 3 namun dua sudah terisi jadi kita berdua masuk bersamaan ke kamar pas yang tersisa. Didalam kita langsung mencoba-cobain semua pakaian yang kita bawa kedalam. Lepas kaos pake yang baru, lepasin celana pake celana jeans. Setelah selesai lepasin lagi semuanya terus pake yang lain lagi. Setelah itu saling menilai apakah bagus atau enggak. Setelah semua dicoba kita kembali melepaskan semuanya. Sebelum hendak mengenakan pakaian semula kita saling berpose dulu didepan kaca seukuran tubuh ini. Tubuh gua yang seksi atletis dan tubuh Evan yang atletis namun lebih kering dari gua. Namun mendadak gua mendengar suara-suara dari blik sebelah. Gua menempelkan kuping gua dan mendengar suara wanita mendesah pelan-pelan. OMG ada yang lagi ML didalam kamar bilik, wuakakakakak... gua tanpa suara menyuruh Evan ikut menguping dan mendengar. Sudah jelas banget kalo bilik sebelah ini ada orang yang lagi ML, kedengeran dari suara desahan cewek. Suaranya agak terdistrosi oleh suara musik didalam distro namun kalo gua tempelin kuping gua maka suara desahanya jadi lebih jelas.
Gua dan Evan ketawa tanpa suara, lalu kemudian... Evan mendadak melumat bibir gua. Kalo udah gini ya gua pasrah aja dah. Sepertinya dipuncak ini Evan benar-benar melampiaskan hasrat seksnya yang sudah lama dia pendam. Kita berdua hanya bercelana dalam dan bermesraan didalam bilik kamar ganti. Gua diam saja karena sebenernya gua juga horny mengetahui ada sepasang cewek cowok lagi ngentot tepat disebelah kita. Jadi begitu Evan mulai mencium dan meraba-raba gua, ya gua nikmatin aja.
Ciumannya kini berubah jadi kecupun ditubuh. Leher, turun ke dada, turun ke perut sampai akhirnya tiba giliran penis gua menerima servis spesial lagi dari Evan. Evan menurunkan celana dalam gua dan kembali menghisap penis gua. Kini dua dari tiga kamar ganti di distro tersebut diisi oleh orang-orang yang sedang berzinah. Hahaha...
Evan terus menghisap penis gua, mengocoknya, menjilatnya, memainkan kedua bola gua, lalu menghisapnya, lalu menghisap penis gua lagi, menjilatnya lagi seperti es krim, lalu mengocoknya. Pas ketika gua menuju saat-saat orgasme, mendadak Evan menghentikannya.
“Kok berenti, Van?” gua berbisik ketika Evan mulai mengenakan pakaiannya lagi.
“Entar aja buat entar malem.” Kata Evan. “Pake gih bajunya.”
Gua menurut aja dan ikut berpakaian. Lalu setelah dirasa rapih dan tidak menimbulkan kecurigaan, kita keluar dari kamar ganti dan menyerahkan barang-barang yang sudah kita coba untuk kita bayar. Orang dibilik sebelah masih belum juga keluar.
Setelah selesai membayar kita meninggalkan distro tersebut untuk jalan-jalan ke tempat yang lain lagi.
http://verterusvoso.blogspot.com/
Evan sedang memasak makan malam, sementara gua beres-beres tempat tidur. Lalu gua mendengar hape gua berbunyi. Gua diam sebentar menyadari bahwa dari dua hari yang lalu hape gua gak pernah bunyi, sehingga gua sempat berpikir apa kartu telepon gua yang rusak atau emang gak ada yang mau nelpon gua. Kasian amat gua kalo gitu. Namun akhirnya gua mendekat, sejenak gua berharap Gadis lah yang menelepon gua saat itu, karena sumpah mati gua kangen banget sama dia. Namun begitu gua melihat si penelepon, ternyata bukan Gadis, tapi orang lain. Bahkan nomornya pun asing.
“Halo...?” gua menjawab agak ragu.
“Woy Rapa...!!! apa kabar lo!” suara yang tidak asing menyapa gua dari seberang.
“WOOOOOY...!!! Anjrit lo, apa kabar lo nyet!” Seru gua tampak riang gembira. Orang yang menelepon gua ini diluar ekspetasi dan harapan gua, namun gua begitu bahagia dia menelepon gua setelah sekian lama.
“Baik gua, nyet. Elo sendiri gimana kabarnya?”
“Baik gua. Lo ganti nomor ya?”
“Iya, nomor yang lama udah banyak masalah, gua pake nomor baru akhirnya!”
“Jiaaaah, hidup lo mah emang gak pernah jauh-jauh dari masalah kayanya, wuahahahah...”
“Tai lo.” tanya orang diseberang tersebut. “Gimana kuliah lo? Lancar gak?”
“Lancar jaya aja lah, elu sendiri gimana kerjaan elo di amerika? Udah dapet cewek sono belom?” tanya gua.
“Kerjaan gua mah baek-baek aja. Ya dapet lah gua cewek sono. Cantik banget, Raff. Elu pasti bakalan terkesima dah sama cewek gua. Gimana si Gadis? Kapan lo nikahin tuh anak?”
“Hahaha, ada-ada aja lo. Masih lama lah gua nikah sama dia. Elu dimana sih? Kok ribut amat?”
“Gua lagi otw ke apartermen gua, di pinggir jalan nih, emang ribut sih. Elu lagi dimana?”
“Gua lagi di puncak nih, liburan.”
“Asik dah lu, liburan ke puncak. Nyewa jablay gak lo disana?”
“Kagak lah, hahaha...”
“Eh, gua ada kabar nih buat elu, minggu depan gua balik ke Indonesia!”
“What?!” Gua berseruh antara terkejut dan senang. “Elu ke Jakarta!”
“Iya, gua cuti dulu dari kerjaan sekalian nyari tempat kerja di Jakarta. Homesick banget gua dia Amerika. Kan gua kangen elu, nyet.”
“Hahaha... sama gua juga kangen sama elu nyet. Ya bagus deh. Gua dukung lo kerja di Indonesia.”
“Ya udah-ya udah, nanti pas gua mau balik ke Jakarta gua kabarin elu, biar elu jemput gua. okay!”
“Okay, bang! Gak sabar gua main smack down lagi sama elu, hahaha...” kata gua riang gembira.
Dan percakapan kitapun berakhir dengan bahagia. Gua cengar-cengir terus karena mendapati kenyataan bahwa abang gua bakalan kembali ke Indonesia setelah 4 tahun tinggal di New York. Terus-terusan gua senyum-senyum sendiri sampai Evan masuk ke kamar gua.
“Eh, makan malam udah siap tuh, yuk makan. Elu udah kelar rapiin tempat tidurnya?”
“Udah nih. Ya udah yuk.” Kata gua.
Kita berdua meninggalkan kamar bersama.
“Betewe, tadi elu abis teleponan sama siapa?” tanya Evan seraya mendekati meja makan.
“Sama abang gua.”
http://verterusvoso.blogspot.com/
Gua lagi berendam dengan air hangat di bathube. Menikmati kehangatan, ketenangan dan kenyamanan gua saat ini. Lalu mendadak Evan muncul dengan telanjang dan ikutan masuk ke bathube. Pengganggu.
“Aaaaah, enak banget.” Kata Evan begitu seluruh badannya terendam air hangat.
“Elu ganggu orang aja lu.” Kata gua.
“Yeeee... harusnya elu seneng, gua temenin mandi. Elu gimana sih, hyung.” Kata Evan.
“Elu ganggu kenyamanan dan kesenengan gua, soalnya.” Kata gua.
“Seneng kenapa lo? Si Gadis nelepon?”
“Bukaaaan, ya tadi itu lo, abang gua. Dia nelepon, dia bilang minggu depan dia mau balik ke Jakarta.” Kata gua.
“Abang kandung lo?” tanya Evan.
“Iya.”
“Siapa namanya?”
“Alex.”
“Oooooh, untuk alasan apa dia balik ke Jakarta?”
“Katanya mau cuti, sekalian mau cari tempat kerja di Jakarta.”
“Ooooh...”
Lalu kita diam sejenak sampai Evan kembali membuka pembicaraan dengan topik baru.
“Gimana elu sama Gadis? Dia udah nelepon elo?”
“Belom.” Gua menjawab dengan agak malas.
“Elo udah nelepon dia?”
“Belom.”
“Hahaha... udah putus aja dah kalian berdua. Gak jelas gini hubungan kalian.” Kata Evan.
Gua tampak diam sejenak, disatu sisi gua merasa jalan yang terbaik untuk semua ini adalah memutuskan hubungan dengan Gadis, namun disatu sisi gua masih sayang sama Gadis dan gua merasa diapun begitu. Jadi gua gak bisa mutusin dia.
“Bagaimana perasaan elo sama gua, hyung?” tanya Evan tiba-tiba.
“Hah?”
“Perasaan elo sama gua gimana?”
“Sama aja kaya kemaren-kemaren.”
“Maksudnya?”
“Ya gua sayang sama lo.”
“Owh, oke. Sekarang, gimana perasaan elo setelah pernah having sex sama gua?”
“Hmmm... pertanyaan yang sulit.”
“Elu suka?”
Gua diam sebentar menatap Evan yang tampak manis didepan gua. Gua gak bisa menyangkal kalo gua emang menyayangi Evan sebagai teman gua. Gua juga gak menyangkal dibalik rasa bersalah gua karena telah bercinta dengan orang lain ditambah orang lain itu adalah pria, gua menikmatinya. Namun untuk dibilang gua menyukainya... ceritanya belum sampe situ.
“Belum.” Jawab gua mencoba bijaksana.
Evan tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepala. Lalu dia beranjak dari bathube dan mengeringkan diri, lalu keluar dari kamar mandi. Meninggalkan gua kembali sendirian.
Gua masih berendam selama kira-kira 10 menit sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari bathube dan mengeringkan diri. Begitu keluar kamar mandi, gua mendapati Evan tiduran telanjang di kasur, dan langsung menoleh ke gua begitu gua keluar dari kamar mandi.
“Katanya belum suka kan.” Evan berkata.
Gua hanya diam saja tidak bereaksi apa-apa.
“Kita coba lagi aja, siapa tahu nanti mulai suka.” Evan menatap gua sambil tersenyum dan tangan kanannya memegang sebungkus kondom. “Naik lu!”
Gua melepaskan handuk gua dan berjalan telanjang menaiki kasur. Mencoba menikmati kembali sensasi seks yang tidak biasa bagi gua ini. Merasakan sensasi dihisap, dijilat, dicupang, dicium dan mengagahi. Menyaksikan Evan memasang kondom ke penis gua yang sudah tegang, lalu gua secara perlahan tapi pasti memasukan penis gua kedalam lobang pantat Evan. Menyaksikan teman gua itu merasakan perih namun kemudian mulai menikmati. Merasakan desiran adrenalin, lembab keringat yang membasahi kulit.
Gua dan Evan kembali bercinta malam ini.
http://verterusvoso.blogspot.com/
Gua baru saja mandi, sementara Evan baru saja dari rumah penjaga vila ini untuk mengurus urusan mengenai vila ini. Ia kembali tidak lama kemudian dan langsung mandi begitu tiba.
Liburan gua dan Evan nambah sehari, yang seharusnya kemaren kita baliknya, jadi hari senin siang ini. Gua dan Evan sepakat untuk pulang hari ini karena besok kita ada kelas 2 mata kuliah, jadi rugi rasanya kalo sampai nggak masuk. Begitu tiba di vila Evan langsung menanggalkan pakaiannya di kamar secara sembarangan dan mandi tanpa menutup pintu. Mungkin dia berharap gua akan tergoda melihat ketelanjangannya dan ikut masuk kedalam dan mandi lagi bersamanya, namun kali ini dengan seks. Sayangnya itu tidak akan terjadi, karena tadi pagi Evan sudah menghisap penis gua beberapa saat begitu mata gua melek dari tidur. Yang awalnya gua agak keget, namun lama-kelamaan gua menikmatinya. Cukup 15 menit yang diperlukan sampai sperma gua berpindah dari dalam penis gua kedalam mulut Evan. Dan dia menelannya, ew, jijik banget ih. Apa enaknya sih?
Gua juga gak mau ngeberesin pakaian-pakaian bekas dia pake, biarin aja dia nanti yang mungutin sendiri tuh baju-bajunya. Gua pergi ke ruang tamu untuk menonton TV. Menikmati tayangan berita siang hari.
Lagi tenang-tenangnya gua nonton tiba-tiba ponsel gua berbunyi. Ada sebuah panggilan, dan begitu gua melihat siapa yang nelpon gua, jantung gua rasanya berdebar-debar. Gadis yang nelpon.
“Halo...” Gua akhirnya menjawab setelah beberapa saat gua mengatur nafas dulu supaya suara gua terdengar cool dan tenang.
“Kapan kamu ada waktu. Kita harus bicara.” Kata Gadis yang juga sama tenangnya dengan gua. Jangan-jangan dia juga ngatur nafas dulu kalo sebelum nelpon gua, hihihi...
“Bicara soal apa?”
“Soal hubungan kita.”
Dada gua terasa seperti ditonjok ketika Gadis mengatakan itu. Hubungan ini akan benar-benar ditentukan bagaimana akhirnya.
“Oh... hari rabu. Jam 3 sore.”
“Oke, aku bisa. Nanti aku akan kabarin dimana kita ketemunya.”
“Oke.”
Gadis langsung menutup teleponnya tanpa mengucapkan kata perpisahan seperti “Bye” atau “Love you.”
Gua terdiam, mulai galau. Apa benar hubungan gua dan Gadis akan segera berakhir. Apa yang nanti bakalan kita omongin besok adalah soal mengakhiri hubungan? Semua ini bener-bener membuat gua galau. Wanita yang gua sayangi sejak gua SMA kini mulai menjauh dan terancam akan berpisah dari dari gua. Gua berada dalam dilema besar. Disatu sisi gua sangat menyayangi Gadis, namun disisi lain akhir-akhir ini hubungan gua dengan Gadis mulai renggang. Kita lebih sering berantem daripada ketawa. Gua merasa pasrah. Jika Gadis masih akan tetap mempertahankan hubungan ini, maka gua akan bersyukur terhadapnya, namun jika Gadis memutuskan untuk mengakhirinya, maka gua tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menerimanya. Ah, gua galau jadinya.
Evan keluar dari kamar dalam keadaan sudah rapi. Gua bangkit dari kursi untuk melihat kedalam kamar.
“Apa, lo kira gua bakalan biarin tuh baju disitu selamanya. Ya enggak lah.” Kata Evan, ketika gua melihat ke dalam kamar yang sudah rapih. Pakaian tadinya yang dia buang sembarangan kini sudah lenyap, entah pindah ke tong sampah atau ke tasnya si Evan, tapi sepertinya sih ke tasnya si Evan.
“Hahaha,” gua ketawa maksa. “Gua kirain bakalan lo tinggalin disitu, hahaha...”
“Nggak lah.” Kata Evan. “Ya udah yuk, kita berangkat. Mau makan siang dimana nih?”
“Gampang lah, kita cari aja yang dipinggir jalan.” Kata gua sembari memimpin keluar dari vila.
Kita menaiki motor Satria F gua dan melaju meninggalkan vila tersebut. Meninggalkan nikmatnya puncak, meninggalkan pengalaman yang luar biasa baru bagi gua. Berada di puncak adalah saat-saat dimana gua dan Evan berada di’puncak’ hubungan gua sebagai teman ataupun lebih. Motor gua terus melaju disiang yang sejuk ini. Dan kembali, selama perjalanan, si Evan ngomoooong terus.
Bersambung ke Chapter 14
Walo ntah kenapa bahasa yg dipake jenga buat saia.. Tapi,, so much fun
Up datenya panjang,....
Kapan eps selanjutnya rilis nih??
Nga sabar bgt..:)
hanya sesuai untuk dewasa.''
itu kenapa yah?