It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hehe
seringkali tak seperti yang diharapkan
moga tokoh utamanya jadi tegar
gak ngacir duluan kayak ending part 3
Kira2 James bakal nyusul Bas ga y??
########################################################
“rasakan itu, rasakan, kamu bodoh!” bentakan-bentakan dan juga hinaan itu terdengar di telingaku, semua terasa tak bersahabat, bulan yang seharusnya iri denganku kali ini malah tertawa angkuh melihatku,
“diammmmmmm”teriakku sambil menutup kupingku, aku berlari sekuat tenaga, aku ingin berlari dari masalah ini, lari dan terus berlari, tapi suara-suara itu terdengar semakin kencang, pohon-pohon menertawakanku, aku lemah, aku tak sekuat batu karang yang di hempas ombak masih bisa berdiri kokoh, aku sangat lemah, aku bagai daun kering yang tertiup angin, jatuh dan menyusahkan orang untuk memungut dan akhirnya membakarku.
Aku tak tahu dimana aku berada sekarang, tempat yang sangat asing bagiku, aku hanya ingin pulang, pulang ke kotaku,
“ko, tolong bastian ko, tolong ko” aku memelas minta tolong, tapi ko Hendra tak kunjung menampakan diri disini
“koko bohong sama Bas, koko bilang akan selalu disamping Bas, mana ko? Mana?”
Langkah kakiku terus membawaku melangkah, aku mungkin terlihat seperti orang gila yang berjalan di tengah malam sambil membawa koper dengan wajah kusut,
Bagaimana James sekarang? Apa dia mencariku? Sedikit ada kata hatiku yang memintaku untuk pulang, tapi disisi lain ada yang membisikanku untuk meninggalkan james,
“maafkan aku James, maaf aku sudah mengingkari janji kita, tapi memang inilah yang terbaik untukmu,”
************************************
“dek, kenapa tidur disini?” mataku terasa berat untuk dibuka, kulihat ada seorang bapak-bapak dengan wajah iba menatapku
“ehh maaf pak, kemarin saya tertidur” jawabku sekenanya
“adek ada masalah? Mungkin bapak bisa membantu” tawarnya dengan tersenyum, sedikit lega hatiku sekarang, tapi aku tak mungkin menceritakan masalahku padanya
“saya tidak apa-apa pak, maaf sudah mengganggu, saya pamit sekarang”
“kalau kamu tidak enak hati menceritakan kepada bapak, kamu bisa menceritakan kepada Tuhan di dalam”
Aku melihat ke sekeliling, ternyata ini gereja, pintu depan sudah terbuka dan aku bisa langsung melihat kedalam altar gereja, terlihat sebuah salib besar disana, hatiku merasa rindu akan Tuhan, dengan langkah gontai aku masuk ke dalam
Semua masalahku aku tumpahkan disana, aku merasa kotor dan berdosa, tapi aku tak pernah menyalahkan Tuhan, aku tahu kalau aku hanya manusia biasa yang tak lepas akan dosa, aku juga tak minta Tuhan mengampuni semua dosaku, aku hanya ingin Tuhan memberi jalan keluar untukku, menuntunku untuk menuju jalan yang terbaik
Setelah selesai berdoa, hatiku terasa lebih tenang, memang ketenanganlah yang paling aku butuhkan sekarang, aku ingin tenang dalam menghadapi berbagai persoalan hidupku.
“pak, boleh saya minta tolong?” pintaku kepada bapak tadi yang sedang menyapu ruangan di gereja”
“iya dek, apa yang bisa saya bantu untukmu?”
“saya ingin ke bandara pak, saya ingin pulang ke pontianak , bisakah bapak membantu saya mendapatkan taksi?”
“oh iya tentu saja” kulihat bapak itu berjalan mendekati sebuah telpon dan membuka sebuah buku, mungkin buku telpon, dan terlihat berbicara dengan seseorang
“taksinya sudah bapak pesankan dek, sebentar lagi mungkin sudah datang, kamu mau sarapan dulu?”
“terima kasih pak” aku sedikit sungkan tapi tak juga menolak karena aku memang sangat lapar setelah berjalan semalaman, meski makan seadanya tapi aku sudah sangat bersyukur atas nikmat yang kudapat sekarang, di dalam kelam juga ada cahaya, aku percaya itu
Selang beberapa menit, terdengar suara mobil di depan, aku berjalan keluar dan ternyata taksinya sudah sampai, aku pamit kepada bapak itu, dia tersenyum padaku dan mengucapkan selamat tinggal
“James, aku cinta padamu, maafkan aku karena telah memilih jalan ini” kataku didalam hati dengan berlajunya taksi membawaku ke bandara.
**********************************
“mohon perhatian para penumpang, pesawat Batavia Air boeing 373 akan segera mendarat di Bandara Supadio Pontianak dalam beberapa saat lagi, mohon untuk jangan melepaskan sabuk pengaman samapi pesawat mendarat. Terima kasih” suara dari speaker tersebut membangunkanku dari tidurku, aku sudah akan sampai di Pontianak, di kotaku
Setelah pesawat berhasil mendarat, aku dan rombongan turun, aku bingung harus kemana hanya dokter Heru yang aku ingat dan segera aku menelponnya, aku nyalakan handhoneku, segera beberapa sms masuk, semua dari james, dan juga ada beberapa mail box dari James, tapi aku tak memperdulikannya, ku tekan no dokter heru dan menghubunginya
“halo”terdengar sapaan diseberang sana
“dengan dokter Heru? Saya Bastian dok, adik Hendra”
“Bastian? Bastian Liem? Kamu dimana?” Tanya dokter heru yang terdengar sedikit terkejut
“saya sekarang ada di Pontianak dok, boleh saya menumpang sementara di rumah dokter?”
“ya, tentu, tentu, kamu dimana biar saya yang jemput kamu”
“tidak perlu dok, biar saya saja yang kerumah dokter, saya ada di dalam taksi”
“ok, saya tunggu kedatanganmu”
Aku sengaja tak ingin pulang kerumahku dulu, karena aku yakin James akan menyusulku kesana, dirumah dokter Herulah aku bisa menyembunyikan diriku dari James, kubuka lagi inbox di handphoneku dan membaca beberapa sms dari James
“sayang, kamu kemana?”
“sayang, aku mohon angkat telponku”
“sayang, jangan tinggalkan aku”
“sayang, kamu kemana? Aku sudah mencarimu semalaman, tolong jangan siksa aku seperti ini, aku mohon kembalilah padaku, aku mohon” suara James terdengar menangis di mail box yang baru saja ku dengar air mataku kembali bercucuran di dalam taksi, maafkan aku james, aku kembali menonaktifkan Handphoneku.
Sesampainya di rumah dokter Heru, aku disambut bak keluarga sendiri, ada istri dan juga anaknya yang berusia 3 tahun serta adiknya, dokter Heru memperkenalkan aku pada keluarganya satu persatu, istrinya memang sudah aku kenal karena di pemakaman ko Hendra istrinya juga ada datang, anaknya bernama Nobo, sangat lucu, wajahnya sedikit mirip dengan James, dan itu kembali membuatku teringat kembali dengan James dan kata-kata ayahnya, mungkin kalau James tak bersamaku beberapa tahun yang lalu dia sudah memiliki anak seperti Nobo, aku berusaha tersenyum dan menguatkan diriku.
Dan yang terakhir ada Sinta, adik dokter Heru yang sedang kuliah kedokteran di salah satu Universitas terkemuka di Pontianak, aku salami satu persatu, Nobo terlihat mudah akrab denganku, sedang Sinta kulihat sering curi-curi pandang padaku, setelah berkenalan, aku dibawa ke kamar tamu oleh dokter Heru.
“terima kasih atas kebaikan dokter” ucapku berterima kasih
“kamu tidak perlu sungkan bas, saya sudah pernah bilang sama kamu, setiap kamu membutuhkan bantuan, bilang sama saya saya akan bersedia membantu”
Aku tersenyum dan sangat bersyukur ada dokter Heru yang membantuku,
“kamu punya masalah Bas?” Tanya dokter Heru, aku sedikit ragu untuk menceritakannya, tapi aku yakin dokter Heru adalah orang yang dapat di percaya, akhirnya aku ceritakan semua kepadanya, dia terlihat kaget dan juga iba
“kamu sudah ambil keputusan yang benar Bastian, hubungan seperti itu tak akan bisa memberi kebahagiaan untuk kalian” nasehat dokter Heru
“terima kasih dok, terima kasih atas kebaikan dokter”
“sama-sama Bas, kita adalah keluarga sekarang”
“tok tok tok” terdengar suara pintu di ketuk dari luar
“ko, makan!” kudengar suara Santi dari luar
“ayo Bas, makan dulu!” ajak dokter Heru, aku mengiyakan dan mengikuti dokter Heru ke ruang makan, makan di keluarga yang sangat hangat, aku merasa di terima disini, dan tanpa aku sadari air mataku menetes
“lho ko Bastian kenapa nangis?”Tanya Santi heran, aku segera menghapus air mataku,
“ohh maaf, koko hanya senang saja disini seperti ada keluarga”jelasku pada mereka,
sebenarnya aku mengingat james pada saat ini, apa dia sudah makan? Apa dia tidak apa-apa? Aku teringat disaat kami makan di meja makan berdua, semua terasa sangat hangat dan penuh dengan cinta, tapi kini semua sudah hilang.
“ayo ko Bas, makan yang banyak” Santi menaruh sepotong ayam ke piringku, aku tersenyum padanya, kulihat dia beberapa kali menatapku sambil tersenyum, dia memang sangat manis, dengan wajah putih bersih dan rambut hitam sebahu membuat dia menjadi terlihat sangat anggun
Setelah makan, aku kembali ke kamar, lagi-lagi bayangan James yang terlintas di benakku, tak mampu aku menghapus bayangnya dari otakku.
“James, mengapa kamu menyiksaku seperti ini?” ingin rasanya aku mengakhiri hidupku, aku tak mampu membayangkan hidup tanpa James, segera ku berlari keluar dari kamar dan meminjam motor dokter Heru,
ku starter motor dan melaju dengan kencang, beberapa kali aku melewati motor dan mobil dan bunyi klakson juga beberapa kali terdengar menantangku untuk lebih melajukan motorku di jalan Adi Sucipto ini, akhirnya motorku kudiamkan di sebuah gapura bercat merah besar, di dalam pemakaman inilah berbaring koko ku,
“ko, tolong aku ko” tangisku meledak di nisan ko Hendra
“apa yang harus Bas lakukan sekarang ko? Jawab ko”
“kooooooooooooooooo” teriakku tak tertahan lagi, aku ingin mengeluarkan segala yang ada di hatiku, aku tak mampu, aku lemah, aku tak berdaya
Aku berlari meninggalkan makam ko Hendra, percuma saja aku disini, ko Hendra tak akan pernah bisa menjawabku, tak akan pernah……..
***************************
“Bastian” kudengar ada suara yang memanggilku dan langsung memelukku erat
“jangan tinggalkan aku bas, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu” air mata yang sudah aku simpan selama satu bulan ini akhirnya pecah juga mendengar suara dan dekapannya,dalam sekejap kurasakan hatiku luluh, tapi aku berusaha untuk tegar, kulepaskan pelukannya dan segera berlari menjauhinya, tapi lariku tak secepat larinya, tanganku berhasil di raihnya dan kembali dia mendekap tubuhku
“Bas, aku mohon Bas” James berlutut di depanku sambil menangis, kulihat penampilannya sungguh sangat berbeda dengan James yang ku kenal, dia terlihat sangat tidak terawat, kumis liar tumbuh diwajahnya yang halus, ingin sekali aku membelai wajahnya, tapi tanganku tak mampu menyentuhnya, aku sudah bertekat untuk menguatkan diriku
Beberapa orang yang di sekitar makam aneh melihat kearah kami,
“James, bangun James, kamu jangan begini” pintaku pada James,
“katakan kalau kau tak lagi mencintaiku Bas, katakan!”pekik James padaku
“James, aku mohon” aku terduduk menatapnya, hatiku luluh dan memeluknya, kami menangis bersama disini
“maafkan aku James, tapi aku tak bisa, kita tidak bisa seperti ini”
“kenapa tak bisa? kenapa Bas? Aku mencintaimu, kamu juga kan? Apa yang tak bisa” James marah dengan sikapku yang tak juga mengerti
“James, sudah berulang kali aku berkata padamu, aku mohon mengertilah James, jangan egois, kita hidup bukan hanya berdua, kita bisa tua, kita butuh orang James, aku memang tak apa merawatmu saat aku sudah tua, bahkan sampai aku mati aku rela, tapi kalau aku sudah tiada duluan, siapa yang merawatmu James”
“aku tak peduli Bas, aku akan mati bersamamu, aku tak bisa tanpamu Bas”
“plakk” aku menamparnya, aku menampar keegoisannya, tapi dia tetap saja tak bergeming,
“James, aku mohon, jangan siksa aku seperti ini, aku mohon”
“Bas, jangan menangis Bas, aku sudah berjanji tak akan lagi buatmu menangis, tapi aku malah kembali membuatmu menangis”
Akhirnya dengan berat James mau mengerti dengan sikapku walaupun sulit untuk di terimanya,
“James, kita sekarang adalah sahabat,”
“ya, sahabat” James mencoba untuk tersenyum, kulihat ada kesakitan di matanya, aku memeluknya dengan erat, lama kami berpelukan erat, lama sekali, langit juga sedih dengan perpisahan kami, hujan rintik yang berubah menjadi deras, kami tetap berpelukan, mungkin ini akan menjadi yang terakhir antara aku dan James.
James memutuskan untuk kembali ke Jakarta, dia bilang tak bisa berlama disini, dia tak akan bisa melupakanku jika terus bersamaku
Aku mengantarnya sampai ke bandara, aku dan James sudah memutuskan untuk tinggal di Indonesia dan melepaskan pekerjaan kami di New York, James ingin menemani papanya disini.
“Bas, kalau kamu membutuhkanku, aku akan segera datang”
“ya James, terima kasih” James memelukku sebelum masuk ke Bandara Supadio Pontianak.
Tangisku pecah ketika berada di jalan, mungkin supir taksi melihatku dengan aneh, tapi inilah aku, hatiku sudah hancur, separuh nyawaku sudah pergi, kini aku sendiri disini dengan separuh dari diriku.
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
**6 BULAN KEMUDIAN**
“kringggg” terdengar bunyi handphoneku membangunkanku dari tidur, kulihat di layar, hanya no yang tertera disana,
“halo” sapaku dengan sopan
“Bastian? I’m John” tak percaya rasanya aku mendengar suaranya, aku terkaget dan langsung beranjak dari tidurku, kini aku tak lagi dirumah dokter Heru, aku kost sendiri di dekat perusahaan tempat aku bekerja, meskipun pekerjaan yang sekarang tak sebagus dengan pekerjaanku saat di New York, tapi aku sudah sangat bersyukur
“John? John Marten?” tanyaku masih tak percaya
“yes Bastian, I’m John Marten, I’m in Pontianak now, on the air port”
“ok-ok, I will be there soon” segera aku mandi dan berpakaian dan melajukan motor ke air port.
“John” panggilku dan langsung memeluknya
“Bastian, nice to meet you again” John memelukku
“mee too, ok, lets go” dia naik ke motor dengan sedikit ragu, wajar di New York dia selalu menggunakan mobil kemanapun.
“Why you come here John?”
“I am here for you Bas, I searched you in the internet and I found you”
“thanks John, I’m really happy” aku membawa John ke kostku, dia terlihat sangat senang, dia bilang akan berada disini selama 2 minggu,
“where’s James?” Tanya John saat di kostku, mau tak mau aku menceritakan semua padanya, dia terlihat sangat iba denganku, pelukan hangat dia berikan untukku, aku memang sangat membutuhkan pelukannya,
aku sangat rindu dengan James, sudah 5 bulan kami tak bertemu semenjak pertemuan di makam ko Hendra, meski dia selalu menelopon dan sms aku tiap hari, dia bilang masih tak dapat melupakanku, begitu juga denganku.
“ok, stop talk about James, I wanna eat right now!”
“ok ok wait a moment”, aku membuatkan sereal untuk John dan setelah itu aku membawanya keliling Pontianak, aku juga sudah beritahu James kalau John datang kesini, tapi James tak merespon, apa dia masih cemburu dengan John? Ahh aku sudah tak boleh memikirkan itu, James sudah menjadi sahabatku sekarang, mulai dari ujung ke ujung aku membawa John, dia sangat antusias sekali, meski Pontianak kota kecil dan panas, tapi dia bilang lebih enak disini karena tidak terlalu ramai dan bisa menghitamkan kulitnya.
“James?” aku sangat kaget melihat James ada di depan kost-anku, wajahnya terlihat sendu, ada pancaran amarah disana,
“hi James, nice to see you” John tersenyum dan mencoba memeluk James, tapi langsung di tepis olehnya, John terlihat sedikit tidak enak
“James, kenapa kamu kemari?’ tanyaku
James sama sekali tak menggubris, dia memelukku dan langsung menciumku, aku kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi James memelukku dengan sangat erat, aku tak bisa melakukan apa-apa, jujur aku sangat merindukan ciumannya, tapi ciumannya sekarang sangat berbeda, tak seperti James dulu, yang ada hanya dingin,, aku berusaha melepasnya dan langsung menamparnya,
“james, apa-apaan ini, kita sudah janji untuk jadi sahabat” aku memarahinya, tapi dia diam saja dan memberiku sebuah undangan dan berlalu,, aku benar-benar tak mengerti dengan sikapnya.
Ku baca undangan yang di berikannya, hancur berkeping-keping hatiku membaca nama James terpatri disana dan bersanding dengan nama Mitha, sontak air mataku tak lagi terbendung, aku langsung masuk ke kamar dan menangis,
“Bas” John mencoba menenangkanku, tapi aku tak bisa berkata apa-apa lagi,
“I’m sorry Bas, James….” John tak sempat melanjutkan kata-katanya saat kulihat wajahnya berdarah aku langsung berlari mengejar James, kulihat dia tertegun di bawah pohon dengan bercucuran darah, John memukulnya,
“James, kamu tidak apa-apa?” tangisku juga belum dapat aku hentikan
“stop Bas, stop, aku mohon” james berlari dan pergi meninggalkanku,
“Bas” John memegang pundakku dan aku langsung menepisnya
“I’m sorry Bas” John terus meminta maaf
“plakk” aku menamparnya
“why did you do that? You know, I love him, why you hurt him?”
“I’m sorry Bas, sorry” John menangis meminta maaf, aku memeluknya, aku butuh pelukan, aku ingin berlari dari ini semua.
“do you wanna attend his wedding Bas?” Tanya John saat sarapan pagi
“Yes, I will be there, I will book two ticket for me and you” tak mudah untukku menerimanya, tapi aku harus, cepat atau lambat semua memang akan terjadi, aku harus bisa mengikhlaskannya.
Pesawat ke Jakarta sudah ku booking, John juga berjanji akan menemaniku, aku akan menghadiri pernikahan orang yang paling aku cintai didunia ini, aku akan menghadiri pesta kehancuranku.
****************************
“James Harjono, apa kamu bersedia menerima Mitha Wulansari menjadi istrimu disaat senang maupun sedih sampai maut memisahkan kalian?”
“saya bersedia”
“Mitha Wulansari, apa kamu bersedia menerima James Harjono menjadi suamimu disaat sedih dan senang sampai maut memisahkan kalian?”
“saya bersedia”
“sekarang saya nyatakan kedua mempelai resmi menjadi suami istri di dalam Tuhan”
Hancur hatiku melihat adegan yang ada di depanku, James bukan lagi milikku, sekarang dia sudah menjadi milik Mitha,
“selamat ya James” aku menyalami James, ku tahan semua air mataku agar tak menetes, aku mencoba tersenyum, kulihat Mitha tersenyum sinis, mungkin dia sudah merasa menang berhasil mendapatkan james.
“Bas” panggil James pelan, kulihat dari sinar matanya masih ada cinta untukku, aku sangat tahu itu,
Aku tak menghiraukannya, aku berjalan menyusuri lorong gereja ini dengan langkah gontai, untung ada John yang memapahku,
“Bas, are you ok?”Tanya John dengan iba
“yeah, I’m ok, thank you for coming here, I’m really need a friend”
“I’ll be here for you Bas”
“Bas”, kembali lagi James memanggilku, tapi aku sama sekali tak menghiraukannya, aku masuk ke dalam mobil dengan John, aku menangis di pundaknya,
“Bas, be strong!”pesan John lagi padaku
“I’m so weak John, I can’t live without him, I love him”
“I know it Bas,, but he is not yours again, I love you Bas”
“what?” aku tak percaya dengan kata-kata yang terlontar dari bibir John, dia mencintaiku?
“I,,,” aku tak bisa bilang apa-apa, rasanya lidahku kelu dan tak mampu berucap
“I know Bas, I know” kulihat John menitikan air mata, tanpa aku jawab aku tahu dia sudah tahu apa jawabanku, posisi James tak akan tergantikan oleh siapapun di hatiku.
“Bas, I will be back tomorrow, you wanna go with me to New York?”
“I’m sorry John, I can’t, I wanna stay here, I wanna stay close with my brother” jawabku, kulihat dia sedikit kecewa dengan jawabanku
“ok, never mind, I hope you can get anything you want and always happy, please call me whenever you need me”
“thanks John, you are my best Friend”
“no, I’m not your friend anymore, I’m your brother now”
“thanks brother” aku memeluk John erat, aku merasa lebih tenang sekarang,
Setelah John kembali ke New York, aku kembali ke Pontianak, kembali lagi aku sendiri
Mimpi buruk yang aku takutkan akhirnya datang juga, tak ada lagi sandaran dalam hidupku, James bukan lagi milikku, semua sudah berakhir, kini hanya kesedihan yang aku rasakan, aku berharap aku bisa bertahan dalam keadaan seperti ini,.
========================================
EPILOG
***7 TAHUN KEMUDIAN**
“John sayang ayo makan” pintaku kepada John
“sebentar”teriaknya dari kamar, aku kembali bersiap menyiapkan makanan, sudah seharian aku masak-masakan yang paling enak, karena hari ini adalah hari yang sangat bersejarah dalam hidupku, hari saat aku bersamanya mengikat janji tak akan berpisah lagi.
“ko, aku bahagia sekarang, aku yakin dia adalah tambatan hidupku yang terakhir, aku minta maaf ko kalau aku tak bisa menjadi seperti yang koko pinta, tapi aku yakin koko akan bisa menerima keputusanku ini, hari ini aku ingin ziarah ke makamnya, makam orang yang sangat berjasa dalam hidupku,
“john, kalau nggak cepat nanti di tinggalin nih”
“iya iya, tunggu, aku kan mau rapi-rapi dulu”
Aku tersenyum melihat tingkahnya, tingkah lucunya yang belum bisa berpakaian dengan baik
“sayang, tuh bantu anak kita”
“James tersenyum padaku, menciumku dan membantu John merapikan bajunya.
“sudah? Yuk berangkat” ajakku
“papa, kita mau kemana?” Tanya John polos
“kita mau ke makam mama kamu sayang” terangku padanya
“mama itu siapa pa?” Tanya John lagi, aku tersenyum padanya dan mencubit pipinya, aku dan James masuk ke mobil dan berangkat ke pemakaman Mitha, orang yang sangat berjasa dalam hidupku.
Masih teringat betul dalam benakku saat itu,
“maaf Bas, aku telah salah, aku salah telah memisahkan kamu dan James, aku tak akan pernah bisa mendapatkan cinta James, hanya kamu, hanya kamu yang di cintainya, sekarang aku kembalikan James padamu, jaga dia baik-baik, dan rawatlah anak kami dengan baik, aku yakin dia akan tumbuh dengan baik melalui kasih sayang kalian” itulah pesan Mitha sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya karena kanker yang di deritanya,
“aku janji Mit, aku akan menjaga James dan John dengan baik, mereka berdua adalah mataku, mereka hatiku, aku harap kamu bisa tenang disana,
“lho, kok papa nangis?” Tanya John, James tersenyum, dia tahu apa yang sedang aku pikirkan
“papa tidak apa-apa sayang, papa sangat senang bersamamu dan juga papa James”
“aku juga senang punya dua papa, aku sayang papa James dan papa Bastian”
Aku memeluk John erat, James juga memeluk kami,
Cinta yang akan aku jaga selamanya, aku yakin inilah jalan yang terbaik untukku. Jalan yang memang berbeda dan berliku tapi jalan yang bisa membuktikan kekuatan cinta kami,
**END**
Terima kasih kepada pembaca yang sudah lama menunggu, inilah ending dari “brother”, semoga bisa menghibur, dan maaf atas kekurangan dalam tulisan ini, ambillah sisi baiknya dan buang sisi buruknya, terima kasih kepada komentar yang sudah anda berikan kepada saya, dan jangan bosan baca cerita saya yang lain yang akan saya tulis,, terima kasih sekali lagi…
SALAM
Willyantoni6@gmail.com..
dr awal kisahnya bikin dada sesak pengen nangis.. hehe..
v di akhirnya bahagia jg,, Keren !!