It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Hiruma Kang Uma hebat bagus banget infonya
Soalnya udah kuliah juga kan. Dan banyak gelar dari luar negeri yg nggk diakui oleh pemerintah. Ex: tdk diakui u/ msuk PNS
@hiruma
Maaf, tapi kalau udah jauh2 belajar di luar, ngapain balik lagi cuma buat jadi PNS.
Jadi PNS tidak jelek - tapi impact dari PNS sangat terbatas, hanya untuk kantor sendiri dan orang2 yang dilayani secara langsung saja.
Sekolah2 luar negeri memberi beasiswa karena mereka ingin orang2 Indo lulusannya memberi impact yang lebih besar bagi masyarakat sekitarnya.
Kalau keukeuh pengen balik ke Indo sesudah lulus, jadilah enterpreneur yang bikin business dan buka banyak lowongan pekerjaan buat orang lain.
Atau paling nggak, jadilah professional di bidangnya yang bisa bikin terobosan baru yang bermanfaat buat orang lain di Indo yang seprofesi.
Saya sedih sering ngelihat orang Indo sekolah di luar negeri cuma buat dapet gelar, dan balik di Indo kelakuannya nggak berubah, tetep berpikiran sempit dan nggak improve masyarakat sekitar.
1) sudah wisuda S1, aku memang dituntut u/ mnjdi PNS kedepan, disebabkan bisa di lihat bagaimana kesejahteraan mrka (ex:guru) yg PNS dan mereka yg belum PNS atau bekerja di swasta. Belum lagi persaingan kerja yg sangat berat. Dan ilmuku memang d tuntut u/ berada d lingkungan itu, sehingga ilmuku dpt terpakai. Apabila aku keluar dri rumpun ilmuku, dpt dipastikan aku tdk dpt mengamalkan ilmuku, dan ilmuku tdk berguna. Sia2 saja aku kuliah kan. Atau aku mengambil non PNS atau membuka bekerja sendiri, setelah d hitung2, lebih sejahtera pendapatan kuli drpd pendapatanku apabila tdk PNS.
2) Karena aku mengambil S2 dan S3, tentu aku akan fokus u/ menjadi seorang pengajar d PT. Kita nggak munafik, karena kita semua bekerja u/ mencari uang. Tentu PTN lebih menjanjikan drpd PTS. Dan kemakmuran kita bertambah apabila kita PNS di PTN.
Kembali yg tadi, mungkin aku ambil S2 di luar negeri, aku takut bahwa S1 dan S2ku nggak sejalan. Aku menjadi pengajar d PT, apabila nggk linier antara S1 dan S2, atau S2 dan S3 tentu karier kerja akan terhambat, bahkan mungkin tdk d terima sebagai pengajar. Dg terhambatnya karier, tentu kita tdk dpt naik jabatan (mis: jdi guru besar), n kita nggk bisa melakukan tridharma perguruan tinggi karna ke tidak linieran kita. Contohnya dosenku yg S1nya mengambil jurusanku dan S2 mengambil jurusan berbeda tpi masih rumpun yg sama. Begitupun dg S3 beliau yg tdk selinier dg S1. Beliau sangat hebat, saking hebatnya beliau dpt menjadi guru besar. Tpi kabar burungnya beliau tdk dpt mnjdi guru besar d sebabkan krna ketidak linieran tdi. Beliau juga tdk dpt mengembangkan ilmunya. Sangat sayang sekali.
Untuk bekerja d luar negeri, (u/ saat ini) tentu aku lebih memilih u/ mencerdaskan anak bangsa sendiri di banding mencerdaskan anak bangsa lain.
Oleh karena itu aku masih ragu u/ mengambil beasiswa luar negeri, takutnya beasiswa LN tersebut mengharuskan aku untuk memilih jurusan yg tdk sesuai dg jurusanku. Namun apabila beasiswa tersebut memperbolehkanku untuk memilih jurusan yg d inginkan, aku jga masih ragu, apakah jurusanku ada d negara tujuan beasiswa tersebut. Sebab yg aku tahu, jurusanku (S2 dan S3) hanya ada di beberapa PT di Canada, USA, Australia sma UK. Aku jga nggak tahu, apakah itu negeri atau swasta. Kebetulan aku bercita2 jdi pengajar d PT dan menjadi guru besar, jdi aku agak teliti soal kelinearannya.
Oh ya maaf apabila aku nggk merinci jurusan n PT tempat aku membina ilmu, disebabkan identitasku bisa terlacak bgi non member bf.
Terima kasih masukannya bang @Adrian69 n bang @Hiruma
Adik manis @Aurora_69 ,
Kalau adik masih di bangku kuliah, tentu masih idealis, dan berharap untuk bisa mengamalkan ilmu yang dipelajari, dan segala future
(either pekerjaan, atau kelanjutan sekolah S-2, S-3 etc) akan nyambung, berjalan seiring dengan arah S-1 saat ini.
Di dunia nyata, sering kali yang terjadi jauh banget dari perkiraan.
Kalau boleh kasih example - untuk Bachelor (S-1) saya lulusan Indo, dengan arahan ke industri yang memproses bahan baku menjadi bahan jadi, dengan spesialisasi yang dikhususkan untuk membantu dunia pengobatan dan rekayasa genetika. Dan di mana saya mulai bekerja begitu lulus? Di perusahaan yang mengurus eksploitasi mineral dari dalam bumi! Nggak nyambung kan?
Dan sesudah pindah ke luar, saya sekolah lagi untuk jurusan yang mendukung pekerjaan saya dan alhamdulillah membantu saya lebih mengerti pekerjaan saya.
Jadi kalau dilihat dari segi S-1 saya, S-2 dan pekerjaan saya nggak ada hubungannya dan saya menyia-nyiakan waktu saya untuk S-1 yang "tidak terpakai" (secara langsung)
Tapi kalau dilihat dari pekerjaan dan S-2 saya, S-1 saya sangat membantu untuk memahami proses2 yang perlu banyak logic dan perhitungan matematik.
Saya mensyukuri S-1 saya, yang memberi advantage buat saya dari teman2 lain. Ada sesuatu yang saya dapat dari sana, biarpun secara tak langsung.
Kalau memang sudah punya cita-cita mulia menjadi pengajar, memang harus konsisten dan sejalan terus dengan arah dari awal (S-1) dan nggak lari ke mana2.
Kalau mau mencari beasiswa, tidak usah khawatir akan dipaksa mengambil jurusan yang "bukan yang diharapkan".
Pemberi beasiswa rasional kok; pasti akan mengerti argument apa yang menyebabkan anda punya pilihan yang relatif spesific.
Mereka tidak akan memaksa; anda akan diberi pilihan mata kuliah yang tersedia di tempatnya; disebut pilihan adalah karena anda berhak untuk bilang "TIDAK".
Tapi kalau masih belum yakin 100% untuk jadi pengajar, dan masih mau mencoba-coba - ambil kesempatan apapun yang tersedia, mereka belum tentu mampir dua kali dalam hidup!
Dan dengan contoh dosen yang hebat - mungkin orang menyayangkan jalan karir yang dipilihnya, yang merambah ke mana2 dan (mungkin) membuat hurdle untuk jadi Guru Besar.
Tapi - apakah ybs merasa sedih, atau menyesali diri dengan karirnya itu? Mungkin dia malah bersyukur dengan ilmu tambahan yang dimiliki dia jadi "lebih" dari dosen lain2.
Anda sendiri bilang dia diakui sangat hebat. Mungkin dia lebih memilih dapat pengakuan itu daripada dapat gelar GB?
Semoga feedback seperti ini bisa memberi sudut pandang yang berbeda. Jangan takut atau bingung, setiap masalah pasti selalu ada jalan keluarnya!
Good luck!
Maksudnya, apa pun jurusannya ga bakal ngejamin bakal sejalan sama pekerjaan kamu.
Jadi S1 dan S2 abang beda dong? Nggk selinier maksudnya? Abang beasiswa dulu?
Ya aku sempat ragu, pertama sih otak standar, klo yg ini bisa belajar lebih giat kan. Yg kedua juga ragu ambil beasiswa krna itu tdi. Takut klo beasiswa itu nggk ad jurusanku. Dan ketidak liniearan itu membuat aku terbentur d karir. Ya maklum lah bang, masih remaja, berharap cita2 berjalan mulus ky jalan tol. Wkwk
Klo d fikir2 kmbli pemberi beasiswa tentu nggk akan maksa kita bukan. Aku hanya takut bahwa beasiswa LN nggk ad untuk jurusanku. Jadinya komen d sini deh.
Soal dosen tadi, ya bnyk orang yg menyayangkan begitu, termasuk aku sendiri. Tpi stlh d fikir kmbli, mungkin dg tdk menjadi gb malah sang dosen merasa bahagia dg hidup. Tidak pusing dg tuntutan gb yg banyak n smcmnya. Nampaknya kita jg hrus melihat dri sudut pandang yg lain yes.
Thanks sarannya om @Adrian69
Beda bangeud - satu industrial related satunya lagi mining related. Nope, biaya sendiri lah yauw.....
Karena bayar sendiri, kalau mau gw bisa aja ambil yg "linier", tapi subject yang gw ambil yg relevant sama gawe saat itu, nggak searah ama yg awal. Actual condition trumps initial plans.
Kita boleh saja punya cita2, tapi cita2 bisa aja berubah seiring dengan waktu dan kondisi saat ini.
Yang penting dengan ada cita2 kita punya arah, dan mesti periodically review dan realistically decide apa arah ini masih relevant sama current condition, atau kita perlu adjust.
Bikin list option apa saja yang kamu punya saat ini, dan dari tiap option bikin beberapa scenario hasil akhirnya seperti apa - dan bikin assessment plus dan minus dari masing2 hasil akhir.
Waktu baru kuliah, masih mikir idealist, pengen kerja di industri dan buka industri baru di Indo. Ee lhadalah, taunya kerja di perusahaan with different focus.
Waktu lulus pengen jadi executive muda, hidup di Jakarta, rumah di Kemang atau Pondok Indah. Mana pernah gw mikir bakal jadi orang US dan hidup di Houston?
Saran gw - be flexible in everything, juga dalam hal sekolah. Being flexible opens you up to more opportunities in life. Kalau terlalu rigid, you're limiting your own potentials to grow.
Hope it helps .
Btw pernah kepikiran jd pegawai bank sih, cowoknya cakep2 euy. Wkwk
@boyszki sini sama uda ~