It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Belum beres di mana-mana kok
Belum beres di mana-mana kok
AIR MATA Putra yang meleleh membuat Nemanja menghentikan cumbuannya.
"Maaf.. saya enggak bisa," kata Nemanja sambil bangkit dari ranjang.
"Why?"
"Saya enggak bisa melakukan ini sementara dalam bayangan kamu, you are with someone else..." jelas Nemanja.
Putra mengusap airmatanya. Dia merasa bersalah karena memang itulah yang dia lakukan: memanfaatkan Nemanja untuk menghibur sisi hatinya yang kosong, yang terluka karena perlakuan Dewo padanya.
"Maaf.. kalau begitu saya pergi saja..." kata Putra sambil ikut bangkit hendak mengambil kopernya.
"No..no..no... tinggal di sini. Please!" larang Nemanja.
"Besok saya mau pulang ke Jakarta." kata Putra.
"Oke.. oke.. tapi kamu butuh istirahat. Lebih baik tidur dulu dan besok kita pikirkan lagi baiknya gimana, ya?" usul Nemanja.
Putra mengiyakan. Dirinya memang sangat letih. Dia pun menurut pada saran Nemanja dan membaringkan tubuhnya di ranjang.
"It's okay if you want to give me a hug, lagi butuh pelukan," kata Putra.
Nemanja tersenyum. Dia ikut merebahkan diri di samping Putra dan memeluknya.
"Are you sure mau kembali ke Jakarta?" tanya Nemanja.
"Kenapa memangnya?" Putra bertanya balik.
"Kamu masih ada waktu libur?" tanya Nemanja.
Sebenarnya memang belum waktunya bagi Putra untuk kembali ke Jakarta mengingat waktu liburan yang masih panjang yang sudah dia anggarkan untuk menemani Dewo. Tapi setelah kejadian itu semuanya sia-sia. Rasanya Putra ingin mempercepat liburannya dan kembali ke rutinitas kerjanya semula sambil berusaha melupakan Dewo yang jelas-jelas hanya memanfaatkan dirinya saja.
"Umm... rasanya saya mau kembali ke Jakarta," ujar Putra yakin.
"Ikut dengan saya..." ajak Nemanja.
"Ke mana?"
"Luwuk." jawab Nemanja sambil tersenyum.
"Lu..Luwuk? di mana itu?" terus terang Putra baru sekali ini mendengar nama Luwuk.
"Oh, kotanya masih di Sulawesi Tengah juga, cuma perjalanan darat akan memakan banyak waktu. So, kita harus naik pesawat kalau mau ke sana," jelas Nemanja.
"Um..." Putra masih ragu.
"Come on! you're gonna love it. Besok kita berangkat!" ujar Nemanja antusias.
Putra tak kuasa menolak.
Walaupun suasana hati Putra masih kacau, berada di dekat Nemanja membuatnya jauh lebih tenang. Sisa malam yang tinggal dua jam lagi berganti fajar dimanfaatkan Putra untuk tertidur lelap.
***
Jam sepuluh lewat lima belas menit. Mata Putra terpaksa terbuka ketika sinar matahari menyilaukan kelopak matanya.
"Bangun, sleepy head," kata Nemanja sambil terkekeh. Dia sudah mandi dan berganti pakaian dan sedang sibuk membereskan barang-barangnya.
"Sudah siap-siap?" tanya Putra. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya sambil membetulkan kaus yang dipakainya.
"Pesawat kita jam dua. Kita masih harus sarapan.. umm.. makan siang lebih tepat, mau mandi dulu?" tawar Nemanja.
Putra mengangguk. Dia mencari-cari ponselnya. Dalam hatinya dia masih berharap Dewo mencari dan menyusulnya ke sini. Tapi segera dia tepis pikiran itu dan mengabaikan ponsel yang berada di meja sebelah ranjang dan beranjak ke kamar mandi.
"There's a clean towel inside!" sahut Nemanja.
"Oke, thanks..." balas Putra.
Rasanya segar sekali ketika guyuran air hangat mengaliri tubuh Putra. Segala kepenatan dan kesedihan seolah lenyap dari dirinya. Kini dia tahu, Dewo sahabatnya bukan lagi Dewo yang dia kenal dulu. Rasanya sia-sia jika masih ingin melanjutkan persahabatan dengannya. Terus terang, Putra masih merasa sakit hati. Dia tahu Dewo memang terbuka mengenai masalah seks. Tapi dia tak menyangka dirinya serendah itu membiarkan James mengendalikannya, menuruti keinginannya, serta berujung memanfaatkannya. Tak tahukah kau Dewo? selama beberapa saat, dirinya tersanjung ketika akhirnya kau mau bercinta denganku? pikir Putra. Putra kira akhirnya Dewo menyadari bahwa selama ini sahabatnya tulus mencintainya.
Ah, sudahlah! tidak perlu lagi memikirkan Dewo. Putra bergegas menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Dia keluar kamar dan berganti pakaian. Sesekali dia melirik ke arah ponselnya. Tapi sekuat tenaga dia berusaha tidak peduli apakah Dewo mencoba menghubunginya atau tidak.
***
Dewo masih terbaring lemah. Kepalanya terkulai di pinggir ranjang. Matanya tidak bisa terpejam sejak kejadian tadi malam. Betapa terpukulnya Dewo saat mengingat tatapan Putra yang memancarkan kekecewaan. Dewo pikir hal itu adalah sesuatu yang biasa saja. Kita masih sama-sama muda, kan? melakukan sesuatu untuk bersenang-senang sepertinya sah-sah saja. Tapi entah mengapa Putra tampak begitu terpukul. Tatapan kecewa dan... jijik dia berikan pada Dewo.
Dari tadi ingin rasanya Dewo menghubungi Putra. Tapi dia terlalu takut melakukannya, karena dia tak tahan apabila Putra mengabaikannya.
"Wo.." ujar sebuah suara.
Dewo mengerutkan dahi. Mendadak dirinya merasa marah mendengar suara itu.
"NGAPAIN MASIH DI SINI?" bentak Dewo kasar saat menyadari James masih ada di kamarnya entah sejak kapan.
"Loh.. kenapa kamu marah-marah sih?" ujar James santai. Dia menyulut sebatang rokok sambil tetap duduk bersandar di sofa.
"KELUAR!" usir Dewo.
Tapi James cuek.
"Clearly, ada yang diam-diam suka sama kamu, Wo..." kata James.
"Siapa?" ujar Dewo. Dia menoleh malas pada James.
"Teman kamu yang polos itu. Siapa lagi?"
"Enggak.. enggak... Putra itu udah kayak saudara gue sendiri. Mana mungkin.. mana mungkin..." gumam Dewo.
"Jangan pura-pura bego, lah... jelas-jelas anak itu enggak berpikiran kayak kamu," ujar James.
Dewo langsung berpikir. Mungkinkah kekecewaan Putra padanya karena dia menganggap dirinya membalas rasa sukanya? tapi... rasanya tidak masuk akal. Putra sudah seperti saudara kandungnya sendiri. Lagipula, kalau memang suka, mengapa Putra tak pernah berterus terang. Apalagi sekarang mereka tinggal jauh terpisah.
"Mau nyusul dia?" tawar James.
"Mungkin dia sudah pulang ke Jakarta..." gumam Dewo pasrah.
"Atau belum... bukannya kamu bilang dia ada kenalan bule di sini?" ucap James mengingatkan.
Dewo terlonjak. Benar juga! mungkin Putra akan menghubungi orang itu.
"Anter gue!" kata Dewo sambil menarik James dari sofa.
"Ke mana? aku malas ikut-ikutan..." tolak James.
"Elo yang bikin kekacauan ini semua, dan sekarang elo harus bantu gue beresin masalah ini semua. Ngerti?" ancam Dewo.
James pun tak bisa menolak.
****
"Suka jeruk nipis, ya?" tanya Nemanja sambil memerhatikan Putra yang sedang memeras beberapa potongan besar jeruk nipis pada sup Kaledo panas di hadapannya.
Putra mengangguk. Kemudian dia menuangkan dua sendok sambal pedas pada mangkuk supnya dan mengaduknya.
Nemanja mengajak Putra makan siang di sebuah restoran Kaledo, atau sup sum-sum tulang sapi yang terkenal di Palu. Putra bereterima kasih pada Nemanja karena telah mengajaknya mencicipi salah satu kuliner khas Palu.
"Sudah lebih enak perasaannya?" tanya Nemanja hati-hati.
Putra mengangguk sambil melahap nasi dan supnya. "Perut kenyang, hati jadi senang..."
Nemanja terbahak.
"Orang yang bernama Dewo itu... kamu enggak hubungi dia? aku tahu berkali-kali you were checking your cellphone..."
Putra menghela nafas. "Dia.. dia enggak pantas lagi jadi sahabat saya.."
Nemanja terdiam. Dia tidak ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Putra dan Dewo. Tapi dia senang, Putra mengiyakan ajakannya pergi ke Luwuk.
"Oke. Ayo kita habiskan makanan kita lalu kembali ke hotel. Kita harus segera ke bandara," usul Nemanja. Dia pun melahap porsi makanannya sendiri.
****
Putra mengangkat kopornya dari bagasi mobil. Terus terang, dia sendiri bertanya-tanya dengan kenekatannya menerima ajakan Nemanja, pria kaukasia yang baru saja dikenalnya itu, untuk pergi ke sebuah kota yang bahkan belum pernah dia dengar.
Bandara kota Palu. Putra dan Nemanja langsung menuju tempat check-in. Mereka menuju kota Luwuk dengan pesawat kecil jenis twin otter yang daya jelajahnya tidak terlalu tinggi.
Setelah selesai dengan urusan check-in, keduanya duduk di ruang tunggu. Tak lama ponsel Putra berdering. Putra bisa menebak siapa yang menghubunginya... Dewo.
selamat tinggal dewo.