It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Kematian akan selalu membuat dunia tampak lebih baru” Ferry S
“Aku gay”, kata Andy. Pernyataan ini seperti palu yang tiba-tiba menghantam kepalaku. Aku tidak bisa berkata apa-apa, lidahku kelu, seluruh tubuhku terasa mati rasa. Baru 2 bulan yang lalu aku mengenal sosok ini dan aku mulai mempercayainya paling tidak sebagai teman, tetapi tiba-tiba dia bilang kalau dia seorang gay. perasaanku campur aduk. Merasa telah tertipu menyesakkan dadaku.
“Aku mengerti posisimu dan aku tidak menuntut apa-apa darimu. Aku ga mau semua ini terlambat seperti dulu. Mungkin aku belum cerita sepenuhnya padamu, tapi pacar pribumi yang membuat aku pindah kesini adalah seorang cowok. Kakakku tahu hubungan kami dan dia marah besar.
Aku dikurung di rumah seminggu dengan alasan sakit ke sekolah. Kakakku bahkan memukuliku dan tidak berhenti sampai aku bersumpah untuk tidak menjadi gay lagi. aku hanya bisa mengiyakan. Ternyata orang-orang di sekolahku juga saudah tahu. Pacarku itu adalah kakak kelas yang cukup popular. Karena ga tahan dengan ejekan orang-orang, akhirnya dia pindah ke luar kota. Sedangkan aku, harus tetap di sekolah dan siap tidak siap menerima semua ejekan dan diskriminasi teman-temanku karena kakakku ga mau memindahkanku. Itu hukumanku katanya.
Aku akhirnya pindah kesini karena desakan bibiku. Mereka baik, tapi mereka lebih mendengarkan kakakku. Aku pernah beberapa kali berencana untuk bunuh diri saja, karena aku sama sekali tidak pernah melihat hidup yang bahagia sejak aku kecil.”
Mendengar semua itu, aku hanya bisa terdiam. Tidak tahu harus berbuat apa. Antara kasian dan merasa dibohongi masih bekercamuk dalam hatiku. Karena tidak tahan lagi, aku akhirnya pergi dari tempat itu tanpa berkata-kata.
Ternyata, keesokan harinya, Andy tidak masuk sekolah. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya dan aku tidak peduli. Aku tidak mau berhubungan lagi dengannya atas segala kebohongan ini. tapi, tetap saja aku tidak bisa mnghilangkan pikiranku darinya. Aneh, sungguh aneh. Akhirnya kuputuskan untuk meneleponnya tapi sayang tidak diangkat.
Ini terus berlanjut sampai 3 hari. Keterangannya sih dia sakit. Aku akhirnya memberanikan diri untuk pergi ke rumahnya. Sampai di gerbang, aku bunyikan bel yang kemudian dibukakan oleh pembantu. Aku di suruh masuk ke rumah yang maha luas itu dan di suruh menunggu. Tiba-tiba kakaknya Andy masuk.
Mr. X : “Bibi… kenapa kau memasukkan pribumi kotor ini ke dalam rumahku?” dengan marah memanggil pembantu tadi. Aku merasa sangat sakit hati karena dibilang sebagai pribumi kotor. Aku benar-benar geram.
Pembantu : “maaf tuan, ma situ hanya ingin bertemu tuan Andy…”
Mr. X : “Oh gitu ya. Ternyata Andy sudah sapat teman kencan baru. Pergi kau dari sini homo bajingan. Jangan kotori rumahku dengan wajahmu yang kotor itu.” Kali ini aku merasa kalau orang yang satu itu sudah sangat keterlaluan.
Tirta : “Eh dengar ya, aku bukan homo dan aku bukan pribumi kotor. Aku bisa jadi tidak sekaya kau, tapi aku bukan seorang imigran yang datang ke Indonesia hanya karena tidak ada makanan di rumah asalmu. Dan satu hal lagi, jika aku dengar kau memukuli Andy lagi, aku tidak akan segan-segan melaporkanmu ke polisi.”
Aku begitu geram tapi sekalian aku puas telah meludahi langsung wajah kotor kakaknya Andy itu. Hari berikutnya Andy telah kembali sekolah. Aku bertanya kepadanya apakah kakaknya berbuat sesuatu yang buruk kepadanya. Tetapi dia hanya diam saja, seperti patung, tidak berkata-kata sama sekali. Sepertinya dia masih marah kepadaku soal kemarin dan aku minta maaf. Tetapi tetap saja dia diam seribu bahasa, secara khusus kepadaku.
***
Akhirnya SMA kuselesaikan juga. Aku tidak sabar untuk segera menduduki bangku kuliah. Dan, soal Andy, sejak kejadian itu, aku tidak pernah lagi berbicara satu katapun kepadanya. Aku juga tidak perlu mengantarnya lagi, karena setiap siang sudah ada supir yang siap menjemputnya. Di kelas 3, kami juga tidak sekelas lagi, jadi kami tidak pernah lagi berhubungan.
Sebenarnya setelah “masa diam” itu, aku merasakan lubang yang sangat dalam dalam hari-hariku. Aku merasa seperti kehilangan begitu banyak energi menjalani hidup. Tetapi aku berusaha menepis semua itu dan mencari kesibukan lain. Bulan berlalu dan tahun juga berlalu, kami hidup dalam diam.
Sebelum sekolah berakhir, aku berencana untuk bicara lagi padanya. Ternyata kesibukan akhir kelas 3 membuatku sama sekali tidak punya waktu dan ini berlanjut sampai pada akhirnya aku harus pergi ke Semarang untuk. Sehari sebelum berangkat, aku pergi ke rumah Andy untuk sekedar pamit dan minta maaf atas semuanya.
Di rumahnya ternyata hanya ada kakaknya. Tapi kali ini dia sungguh berbeda. Sikapnya sudah berubah, bahkan dengan ramah kakaknya Andy menyuruhku masuk dan duduk karena dia ingin bicara. Setelah kami duduk, kakak Andy memulai dan benar-benar minta maaf atas sikap kasarnya terhadapku. Aku juga minta maaf atas kata-kata kasarku.
Dia bercerita kalau aku benar-benar telah mengubah cara pandangnya terhadap orang-orang pribumi. “Aku memang begitu bodoh. Aku berharap lebih dengan menjauhi orang-orang pribumi maka akan memberikanku sedikit kesempatan untuk mengasihi diriku sendiri. Tetapi kamu datang dan aku sadar kalau aku juga tidak lebih seorang bodoh yang membodohi diriku sendiri. Aku sadar kalau tidak akan pernah bisa mengubah orang lain kalau diriku sendiri juga tidak pernah berubah. Aku juga sadar ternyata telah lebih kejam dari orang yang membuatku seperti ini dengan mengatasnamakan keadilan, mengeneralisasikan kalau semua orang adalah pembunuh, penganiaya, dan orang-orang bodoh yang munafik, dalam hal ini orang-orang pribumi.
Aku juga belajar untuk melihat berbagai macam perbedaan di dunia ini. aku benar-benar menyesal telah menghukum Andy dengan cara yang sangat tidak adil karena dia seorang gay. Aku tahu kalau disuruh memilih, Andy tidak akan pernah memilih untuk jadi gay. Tapi itulah kehidupannya dan aku sangat menghargai keputusannya karena aku tahu kalau setiap orang punya kekurangan masing-masing yang layak untuk dia tangisi sendiri.”
Aku benar-benar terharu mendengar cerinya kakak Andy ini. dia mengatakan kalau Andy telah kembali ke Jakarta dan kuliah disana. Tetapi dia tahu kalau aku akan datang ke rumahnya oleh karena itu Andy menitipkan surat kepada kakaknya untuk diberikan kepadaku. Aku benar-benar terharu dan ketika pamitan, aku tidak bisa menahan diriku dan memeluk kakak Andy. Sambil tertawa dan menangis, dia bilang kalau ini merupakan pelukan pertama yang dia dapatkan setelah 20 tahun ayah dan ibunya meninggal dan yang memeluknya untuk pertama kali adalah seorang pribumi.
Aku pamitan dan segera pergi ke tempat dimana seharusnya aku berada. Aku pergi ke tempat makan terakhir kali aku berbicara dengan Andy dan kubuka suratnya.
To Tirta
Aku tahu ketika kamu membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi. Aku benar-benar minta maaf karena telah menghancurkan hidupmu. Maafkan aku.
Aku masih ingat pandangan pertama kita. Itu momen yang tidak akan pernah ku lupakan dalam hidupku. Maafkan aku karena selama ini selalu menghindar darimu. Aku benar-benar tidak mau membawamu ke jurang kehidupan. Oleh karena itu aku mencoba untuk menjadi orang yang paling kamu benci, yang paling menjengkelkan agar kamu jauh dariku.
Aku tahu Della adalah mantan pacarmu, oleh karena itu ku dekati dia agar kamu benci kapadaku. Aku juga berteman dengan preman-preman agar kamu menjauhi aku. Aku juga bawa kamu ke rumahku agar kamu jera berhubungan denganku.
Dan akhirnya aku berhasil. Walau hati ini sakit, tapi aku senang. Aku harap surat ini menjadi segel terakhir antara aku dan kamu dan antara aku dan dunia.
Oh ya, satu hal yang belum kuceritakan kepadamu. Aku menulis ini ketika aku di rumah sakit dan tidak tahu kapan kamu akan membacanya, jadi kemungkinan ketika kamu membaca surat ini aku sudah tidak ada lagi. Aku menderita HIV sejak sepupuku yang berandal menularkannya ketika dia menyetubuhiku ketika aku masih 7 tahun. Dan ini adalah tahun ke-10 bagiku untuk bisa tetap hidup.
Aku berterima kasih bisa mengenalmu. Kamu memberi warna indah dalam hitam putih hidupku.
Permintaan terakhirku, kumohon, berikan mawar merah di makamku, sebagai tanda…………
***
Kalimat itu tidak memiliki sambungan lagi. Aku terdiam dan air mata meleleh di pipiku. Hatiku campur aduk. Aku segera ke rumah Andy karena aku tahu dia telah berbohong. Ketika melihatnya, aku langsung memeluknya dan tidak lagi bisa menahan tangisku. Aku bertanya dimana Andy dimakamkan. Dia member tahu dan aku segera kesana.
Andy, aku harap, setangkai mawar merah ini sebagai tanda persahabatan yang tidak akan pernah habis, bahkan oleh kematian.
Aku pulang ke rumah dan pergi ke Semarang untuk kuliah. Aku tahu hidup tetap berjalan dan aku akan mejalaninya dengan sebaik mungkin. Aku tidak pernah berpikir kalau aku adalah seorang gay. Tapi itu bukan masalah buatku sekarang. Banyak pilihan di depanku dan aku akan memilih yang terbaik untuk hidupku, menjadi diriku sendiri...
belum sempet bahagia udah pisahan.
ga norak., gk perlu sok gaul
tapi ngena..,
klimaks.y dpet bgt..,
i like this story.., keep spirit:D
Jujur ya, kadang ketika aku baca lagi tulisanku ini, aku ga percaya klo aku bisa nulis kisah sesedih itu. Mungkin gabungan dari pengalaman dan emosi saat itu, aku berusaha menulis senyata mungkin dengan kisah aslinya......
Semangat teman-teman!!!
Buat @orgando... masih byk kekurangan dalam pemilihan bahasa dan kata2nya... thx udah memberikan suara