It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Side Story : The Way I Meet Him (Vespa)
Aku yang sedang menikmati acara pameran kendaraan motor antik Vespa siang itu. Aku sangat tertarik dengan Vespa karena Vespa merupakan kendaraan motor yang sanggat di sukai ayah ku. Entah dari faktor keturunan atau apa, aku juga suka dan gemar terhadap Vespa. Aku menyusuri kendaraan – kedaraan yang di pamerkan di lobby suatu gedung serbaguna. Tak satu pun dari sekian Vespa menarik perhatian ku. Saat aku melihat seorang yang sedang memodifikasi sebuah Vespa miliknya dengan berbagai atribut kendaraan.
“Lagi modifikasi mas?” tanya ku pada seseorang itu.
“Ya begitulah. Maklum ini udah lama sih sebenernya ngga di modifikasi rutin.” Jawab orang itu sambil mengelap keringat yang ada di dahinya.
“Mas sedang liat pameran ya?” tanya nya.
“Ya begitulah. Maklum tertarik sama BARANG LAMA.” Jawab ku mengikuti logatnya sambil tersenyum tipis. Lalu dia memandangku dengan senyum yang sanggat menawan bagi ku. Kenapa aku ini? Aku bisa – bisanya memuji COWOK, padahal aku ini kan juga COWOK, aneh.
“Suka motor mas?” tanyanya mebuyarkan lamunan ku.
“Ya, soalnya ikutan ayah ku gemar motor jadul seh.” Jawabku. Aku menduduki sebuah kursi mirip kursi halte bus di dekatnya dan memperhatikannya sedang memodifikasi.
“Ow, ayah nya kesini juga mas?” tanya nya lagi. Aku pun hanya menggeleng. Entah aku yang caper sama dia atau dia yang kasih perhatian lebih? Aku binggung.
“Ehm, mas nya jadi panitia Pameran ya?” tanya ku.
“Nggak kok. Kebetulan aja saya direkomendasikan untuk menambah kendaraan untuk di pamerkan.” Jelasnya sambil berjalan menuju arah ku dan duduk di kursi sebelah ku.
“Terus masnya kerja apa selain isi acara begini?” tanyaku.
“Aku punya bengkel di deket daerah sini.” Jawabnya.
“Kalo gitu tau dong masalah harga Vespa?” tanya ku.
“Ngga juga, tapi aku punya kenalan di sebuah Show-Room. Mungkin aku bisa ajak mas-nya kesana untuk liat – liat.” Jawabnya.
“Liat – liat? Aku pengen beli, bukan liat – liat, kalo liat – liat mending di puasin di sini. Di pameran ini.” ketusku. Dia pun tertawa mendengar ucapan konyol ku itu.
“Kenalin, aku Rizal.” Ucap ku sambil menyodorkan tangan ku kearah dia.
“Yudha.” Ucapnya dan menjabat tangan ku.
Yudha, seorang montir. Entah hati ku terasa aneh saat menjabat tangan nya. Apa aku suka dia? Inikah yang di sebut Pandangan Pertama? Apakah dia merasakan sama seperti yang ku rasakan? Pertanyaan – pertanyaan aneh mulai bermunculan. Aku tersadar, tangan kamu masih saling berjabat untuk beberapa saat yang lama. Dan segera aku melapaskan jabatan. Terlihat dia binggung. Dia sedang mencar. Ketika dia menemukan sesuatu. Dia menyodorkan sebuah kartu putih yang terdapat gambar mobil, berisikan nama serta alamat lengkap dengan nomor telepon.
“Ini kartu nama ku.” Ucapnya.
“Kalo kamu jadi mencari Vespa hubungi aku.” Lanjut nya. Aku pun langsung menerima kartu tersebut.
“Thanks.” Ucap ku.
“Sama – sama. Aku lanjutin kerjaan ku dulu ya?” ucapnya.
“Ya, aku juga mau pulang kok. Sampai jumpa.” Ucapan ku mengakhiri pertemuan kami.
Side Story : I Am A Gay, And I Can’t Believe It
Suatu pagi, aku yang masih termenung akan perasaan ku yang bimbang ini akan hadirnya Yudha di hidup ku. Sudah kira – kira 1 bulan kami berhubungan lewat telepon maupun langsung. Tetap saja rasah sayang ku terhadapnya semakin lama semakin berubah menjadi rasa cinta, tapi aku tak tau bagaimana cara mengungkapnya, mengungkapkan perasaan ku terhadap Yudha. Yudha pun semakin berpelilaku aneh akhir – akhir ini. Apa dia tau perasaan ku terhadapnya? Bagaimana ini? Aku binggung dengan keadaan kami. Apa ku telpon saja dia? Ajak ketemuan? Atau aku kerumahnya saja? Ku telepon dulu, agar tau dia ada acara atau ngga.
“Ringging”
“Halo, Yudha?” sapaku ketika teleponku diangkat.
“Ya, Rizal. Ada apa?” tanya yudha.
“Engg, kamu ada acara ngga sore ini?” tanya ku ke yudha.
“Ngga ada kok, kenapa? Mau ajak jalan kah?” tanya yudha balik.
“Sebenernya ada yang mau aku omongin sama kamu.” Jawabku.
“Boleh, kamu kesini aja. Kita ke warung depan bengkel ku. Bisa kan?” usul yudha.
“hmm, gimana kalo kita ketaman alun – alun aja?” usul ku
“Oke.” Jawab yudha setuju.
Sorenya kami pun mengadakan acara ketemuan itu di sebuah taman alun – alun kota. Setelah kami saling bertemu. Kami pun berinisiatif untuk mencari tempat duduk. Tempat duduk yang aku pilih jauh dari keramaian orang pacaran dan pedagang tenda. Aku mengusul kan tempat yang seperti itu karna aku mau bicara sesuatu, bicara serius, tentang hatiku. Yudha hanya setuju tanpa tau alasan ku. Aku memang benar – benar pengecut kelas berat. Kenapa kalau aku cinta kepadanya ngga langsung open aja ke dia? Aku juga binggung sendiri.
“Kamu mau ngomong apa? Kok pilih tempat yang kayak orang pacaran?” tanya yudha menyelidik.
“apa jangan – jangan kamu mau culik aku?” lanjutnya.
“jangan konyol deh, kita kan udah kenal. Ngapain juga aku mai culik kamu?” dengus ku.
“aku cuma mau ngomong… mau ngomong… mau ngomong…” suara ku mulai gugup.
“apa?” tanya yudha.
“Aku mau ngomong kalo aku suka kamu” suara ku yang keluarkan cepat agar yudha nggabisa dengar kan apa yang aku ucapkan. Dan yudha pun terdiam sejenak, aku juga terdiam. Kami terdiam beberapa saat. Dan akhirnya pada detik ke 10 yudha pun bicara.
“Apa?” tanya nya heran tanpa ekspresi.
“hahahahha” ketawa yudha. “Kamu gila ya? Kita kan sama – sama COWOK” lanjut yudha dengan menekan kata COWOK.
“aku tau. Tapi aku ngga gila. Aku udah jujur kepada perasaan ku. Aku udah jujur sama kamu tentang perasaan ku. Aku mulai beranjak pergi meninggalkan yudha.
“Tunggu.” Yudha menarik tangan ku, kemudian memeluk ku, kemudian mencium pipi ku dan bibir ku.
“Aku juga CINTA kamu” ucap yudha berbisik saat kami saling menatap.
“Aku sebenarnya juga mau melakukan hal yang baru saja kamu lakuin.” Lanjutnya. Aku ngga peduli apa yang ada disekitarku. Aku ngga peduli semuanya. Yang aku pedulikan yaitu hanya kami, aku dan yudha.
“Jadi kita pacaran?” tanya ku ke yudha. Dan yudha mengganguk.
“apa itu berarti kita GAY?” suara ku berbisik. Yudha pun mengganguk lagi.
Sesudahnya sore itu aku pun langsung pamitan ke yudha untuk pulang. Aku senang sekali jika aku pacaran sama yudha. Aku bahagia. Tapi aku takut jika ini adalah kebahagiaan sementara. Tapi ketakutan ku ternyata menjadi kenyataan. Ayah ku tau kejadian saat aku dan yudha di taman. Aku binggung melihat ayah kecewa kepadaku. Dan aku berniat meninggalkan dia sendiri dan lari kepada yudha. Aku tinggal bersama yudha dan meninggalkan ayah ku. Aku sedih melihat ayah seperti itu, sendiri. Tapi aku sudah membuat ayah kecewa. Harus bagaimana lagi? Ini jalan yang ku pilih. Maafkan aku ayah! Aku akan merindukan mu.
nateeeeee....
Ti...tidakkk...
*nangis - lari ujan2an*
*kejar dawn trus pegang tangan dawn*
dawnnnnnnn...ini tidak seperti yg kamu bayangkan,
*peluk dawn dari belakang sambil ujan-ujanan*
tidak !!! *lepasin pelukan*
sudah cukup bukti yg aku lihat *nangis histeris*
lebih baik aku yg pergi, bersenang senang lah...
*lari ke arah @coolmon*
*tersungkur di tanah yg becek sambil menangis diterangi sorotan lampu jalan
dawnnnnnn....!!dawnnnn!!
kau tidak boleh pergi begitu saja...setidaknya kembalikan dulu hatiku...yg dulu kau curii
*ini kok gua jd sedih beneran ya,haha