It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
I'm back
Menyampaikan permohonan maaf yang sebesar2nya, klo ada kawan2 yg nunggu2 lanjutan sampe kesel. Bener kata masbro @dirpra menulis ini sambilan saya kalo kerjaan lagi ga sibuk. Karena perlu konsentrasi juga, bwt nginget2 memori waktu sma..hehe
Harap maklum 'gan.
Ok, berikut semoga berkenan!
Cheers
Gedung SMA saya adalah sebuah bangunan tua peninggalan zaman belanda. Menempati lahan yang cukup luas, dengan hamparan taman di halaman depan juga di bagian dalamnya. Pada pintu masuk gedung utama terdapat sepasang daun pintu besar terbuat dari kayu tua yang tebal dan keras, diperkuat dengan berdirinya dua tiang yang kokoh. Tiang, atap, dan jendela dalam ukuran besar-besar menciptakan ruangan kelas yang lega dengan jarak yang leluasa. Udara bebas keluar masuk melalui bukaan jendela tinggi-tinggi yang berderet di sepanjang dinding. Lantai keramik tua berwarna gelap yang menutupi hampir seluruh bagian bangunan selalu membuat ruangan terasa sejuk. Saat berjalan menyusuri tiap sudut gedung, saya akan selalu menemukan tempat teduh dan nyaman untuk siswa ngobrol-ngobrol santai.
“Sebuah gedung yang cocok untuk musik angklung.” kakak pelatih beberapa kali memujinya. Ia menjelaskan bahwa jarak antara manusia dengan langit-langit yang hampir 5 meter itu memberikan ruang yang baik bagi nada angklung untuk dipantul-pantulkan ke seluruh penjuru ruangan. Sehingga kita yang ada di dalamnya akan mendengar suara angklung dengan baik, jelas, dan dalam intensitas yang nyaman.
***
“Festival Paduan Angklung IX”
“Apaan tuh?” tanya saya pada Tantra sambil berjalan menyusuri koridor sekolah.
“Kayaknya perlombaan antar tim angklung deh..” ia coba menjawab.
“Itu kompetisi bermain angklung yang diadakan tiap 2 tahun sekali oleh MMA, Masyarakat Musik Angklung.” cowok temannya Tantra yang datang telat tadi mencoba menerangkan, “Ini yang kesembilan kalinya kompetisi itu memperebutkan piala bergilir yang kalo gak salah udah 2 kali festival berturut-turut sekolah kita yang mendapatkannya. Nah, kalo ketiga kalinya nanti kita dapet, maka piala itu akan selamanya terpajang di sekolah kita. Jadi piala tetap.”
“Wah, gitu ya? Kok kamu tahu sih ‘Ndi?” Tantra bertanya pada temannya.
“Iya iyalah! Siapa dulu atuh!” jawabnya sambil tersenyum dengan hidung sedikit naik.
Dengan jari-jari tangannya, Tantra lalu berusaha membungkus wajah temannya itu, “Iiiih, jelek banget tahu muka kamu kalo gitu!”
Hahaha...kita bertiga kemudian tertawa-tawa sambil berjalan di sepanjang koridor.
“Man, kenalin nih. Temen sebangku saya yang paling jelek.” Tantra memegang tangan temannya dan mengarahkan ke hadapan saya, “Namanya Andi.”
“Iiih, mehe lah si Tantra! Secara ganteng kaya model majalah gini.” ia menyodorkan tangan santai pada saya dan tersenyum, “Andi.”
Walau hanya sesaat, saya rasakan jabat tangannya kuat.
Taman sekolah bagian dalam hijaunya terlihat begitu sejuk, ditemani cahaya matahari sore yang hangat merambat, sembari diterpa angin senja yang membelai kulit sepoi-sepoi. Kita terus berjalan di sepanjang koridor terbuka sambil ngobrol-ngobrol santai. Saling bercerita dan mengenal satu sama lain. Melintasi satu pikiran kemudian loncat ke pikiran yang lain. Dengan letupan gurau canda yang seolah tak ada habisnya dibuat oleh dua orang teman ini.
“Tra, banyak pisan bawaanya.” komentar Andi, “kayak mau pindahan aja.”
“Kamu gak tahu apa? Tadi kan disuruh pinjam buku-buku paket dari perpus.” jawab Tantra yang mengenakan tas punggung terisi penuh sembari tangannya juga penuh dengan buku-buku.
“Ah, iya gitu?” Andi tidak percaya.
“Iya deh, kalo gak salah wali kelas saya juga bilang gitu tadi.” saya menambahkan.
“Cepet-cepet ‘Ndi. Kalo enggak ntar kehabisan, atau dapet tapi yang udah kumeel banget atau jilidannya udah lepas-lepas deh.” Tantra memberi saran, “Kamu udah ambil, ‘Man?”
Saya menggeleng,
“Belum.”
“Ahaa..”,
Andi seperti ada ide dengan raut wajah ceria sambil
(agak tidak saya duga) mendekat dan melingkarkan lengannya di pundak saya,
“Barengan aja yuk, besok!
Males banget euy kalo sendirian ke perpus. Kayak anak ilang!”
Hahaha...kita bertiga kembali tertawa.
Saya pun ikut tertawa, selain karena lelucon Andi, juga karena bahagianya tiba-tiba dirangkul oleh lengan seorang kawan yang kuat dan bersahabat. Rasanya nyaman. Aaaahh...ini jarang sekali terjadi buat saya. Benar-benar sore hari yang menyenangkan.
***
“Kriiiiiiiiiiiiiiing.....”
Bel sekolah berbunyi dan seketika itu pula wajah-wajah lesu berubah jadi ceria. Rasanya hampir tak sabar ingin keluar kelas mendahului sang guru, sambil membayangkan aroma kantin atau mungkin hanya sekedar ngobrol dan bercanda di halaman kelas.
Saya berdiri di depan sepasang pintu kayu tua yang sedang terbuka. Walau di sekeliling saya suasana riuh ramai, saya bisa merasakan hawa hening bersembunyi di balik ambang pintu itu, dengan aroma kertas-kertas kuno yang begitu menyengat hidung saya, bahkan tercium dari jarak beberapa meter di depan pintu tersebut. Yak, itulah ruang perpustakaan sekolah.
Menoleh ke kiri, lalu ke kanan,
“Duh..Andi mana ya?” gumam saya dalam hati, “masa beneran harus masuk sendirian..”
Hampir saja saya yang sudah mencoba mengumpulkan keyakinan akan melangkah masuk,tiba-tiba ada yang menepak pundak saya.
“Mau pinjem buku ya?”
Saya pun menoleh,
tapi kemudian agak mencelos.
“Kamu teh temannya Andi ‘kan?” ia melanjutkan sapaannya.
Saya awalnya sudah yakin 100 % bahwa yang nepak saya pasti Andi. Tapi ternyata bukan! Emang sih, cowok ini kayaknya kakak kelas, tapi bahkan saya pun belum kenal ataupun pernah ngobrol sebelumnya. Tapi dia udah dengan pede aja menyapa saya.
“Iya, betul Kang,"
"Saya janjian sama Andi mau pinjem buku bareng.” saya menajwab.
Cowok itu memandang saya dan seperti sedang berpikir. Tatapannya serius, terlihat dari balik kacamata frame kotaknya.
“Terus Andi nya mana?” ia lanjut bertanya.
“Nah itu dia, ini saya juga lagi nunggu-nunggu Kang.”
“Oh”
Ia hanya menjawab singkat, sambil kemudian bergegas pergi dan melambaikan tangan pada saya tanda pamit pergi.
Aneh betul orang ini.
Pernah lihat kayaknya. Tapi dimana yaa..?
Sambil terus mengingat-ingat.
Belum sempat temukan jawabannya, seseorang sudah berdiri di samping saya. Saat menoleh, nah ini baru beneran Andi. Agak kaget karena kemunculannya tiba-tiba.
"Nunggu yah?" sambil juga memegang pundak saya,
"Hampir saya teh mau masuk duluan." saya hanya tersenyum kecil padanya.
"Hayu!" ia mendahului berjalan masuk ke ruang perpustakaan. Saya mengikutinya dari belakang.
Ruang Perpustakaan siang itu cukup ramai pengunjung. Selain deretan meja baca di tengah-tengah ruangan yang tak sepi oleh para siswa yang membaca, rak-rak buku yang tersandar di dinding pun ramai dengan siswa yang mondar-mandir sibuk mencari buku paket pelajaran. Tidak hanya sekedar mencari, tapi mereka juga memilih yang kondisinya paling baik. Sampulnya masih baik, jilidannya utuh, kertasnya cerah. Karena betul saja apa yang Tantra bilang, banyak buku yang kondisinya sudah mengkhawatirkan yang sudah pasti tidak lagi mengundang semangat untuk belajar.
"Lihat geura man," Andi mendekati saya yang tengah sibuk memeriksa judul-judul buku yang baru saya ambil. Di tangannya ada beberapa buku. Ia pun menunjukkan satu-persatu nya pada saya.
"Matematika masih dapet buku yang mulus,
Fisika juga oke ni,
Geografi yaa..lumayan lah;
Dan yang paling gak nahan," Andi berhenti sejenak sambil menunjukkan sebuah buku.
"Biologii!.."
Sambil tertawa-tawa geli ia memperlihatkan sebuah buku berpenampilan lusuh, sampulnya telah rompal di sana-sini, warna kertasnya pun sudah menguning dengan noda-noda kecokelatan. Nampaknya ia telah mengalami banyak penganiyayaan.
"Hihihihihihi..."
Saya pun ikut geli, tapi Andi lekas bersatu jari di mulut. Mengingatkan agar tidak menggangu pengunjung lain.
"Emang ga ada yang lebih bagus 'Ndi?"
"Eh, jangan salah! Ini udah yang paling mending, mau Andi tunjukin yang lebih parah?"
"Ahahahaha..." makin geli kami tertawa. Hingga tubuh terguncang dan berpegangan ke meja terdekat.
"Eittts..tapi tunggu dulu,"
"Walaupun jelek begini, gambar-gambarnya asyik 'Man."
Andi berusaha membuka lembaran-lembaran buku tersebut. Hingga kemudian ia berhenti di satu halaman dan menunjukkan pada saya,
"Sistem Reproduksi Manusia"
Saya berusaha memicingkan mata setelah tertawa, sambil fokus melihat gambar pada halaman tersebut. Tapi jujur, saya tidak langung bisa mencerna gambar apakah itu. Ada banyak sekali garis-garis lengkung, ada yang tebal dan ada pula yang tipis, beberapa hampir membentuk setengah bulat.
"Ini teh apa 'Ndi?" dengan polos saya bertanya,
"Euleuh, api-api teu nyaho (=pura-pura tidak tidak tahu) 'Man!"
"Ini teh punya nya perempuan," Andi menunjuk pada salah satu bagian gambar tersebut,
"Nah, kalo yang ini punya kamu!" sambil mengarahkan telunjuknya pada kemaluan saya, hampiiir kira-kira 1 cm lagi menyentuh bagian celana abu-abu yang membungkus kepunyaan saya.
Saya seketika itu kaget dan refleks,
mencegah tangannya dan sedikit mundur.
Kami terdiam sesaat.
"Hahahaha..."
Andi pun lalu tertawa.
Saya juga tidak marah, hanya bisa ikut tertawa saja.
"Hayu ah, 'Man! Sebentar lagi bel masuk." Andi kemudian membereskan buku-bukunya yang tersebar di meja. Tak tahu harus berbuat apa, saya pun mengikuti. Kami berdua bergegas membawa buku masing-masing ke meja pustakawan di bagian depan untuk dicatat terlebih dulu.
Saya dan Andi keluar dari perpustakaan. Kami berjalan bersama menyusuri koridor sekolah, yang saat itu banyak siswa berlalu lalang, bersiap-siap masuk kembali ke kelas masing-masing. Andi saat itu tidak berkata apa-apa. Hanya melihat jam tangan, dan terus berjalan. Saya pun mengikuti langkah di sampingnya. Tanpa ada sepatah kata. Memendam rasa malu, namun ada juga..
ada senang dalam hati.
***
(bersambung ke Chapter 4...)
100% right, SS guru unik sepanjang jaman deh, masih keinget smpe skrg.
Gaydar sy lemah masbro. Ga banyak sih. Smpt punya temen dkt aja
Yuk, main ke kota kembang. Brondongnya manis2 lho..*halah2*
Klo mslh banyak engga, g tau juga.
Hoho, sama. Sy juga ga bgtu suka OR. Tapi ga usah minder bro. Yg penting kita tunjukin minat kita dan kembangin scr positif, lbh bagus klo berprestasi. Ini contoh aja, kbtulan saya seneng main angklung. Di kelas akhirnya dpt respek jg dr temen2 kok. Belajar yg rajin ya bro! Jalin hubungan sehat. Moga sukses
Wah, bpk itu juga unik tu. Selalu ngecek PR, dan oke banget kalo bikin lingkaran di papan tulis. Amin. Semoga diterima disisi-NYA.
? jadi penasaran ceritanya masbro.
hahaha...hati2 ni!
bener banget, bikin hasrat naik turun :P
kalo ga bagus manajemen emosinya bisa gawat..wkwkwkw
wew, beruntung banget! nilai kimia sy 5 di rapot (
hoho, tks masbro yup, namanya juga kejar setoran..*halah2
sma bukan jaminan kok masbro, msh ada tahapan yg pjg ke depan bwt sukses. yg penting terus berjuang!
hatur nuhun Kang @sandy_suherman , semoga berkenan