It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
kalo ga salah rombongannya terlambat terus kecelakaan itu ya? atau ada cerita yg lain.
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
"Anak itu gila ya? Si Bima itu.”
Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.
“Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,
“Ya tidak apa-apa!”
Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.
Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran .
Seseorang menghampiriku,
“Tumben banget nih baca buku!”
“Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.
Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.
“Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”
Aku bingung.
“Kelompok apaan?”
“Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.
“Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.
Dia bukannya pergi, malah terus bicara,
“Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”
“APA?!” Aku kaget. Sumpah.
Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)
“Aku sama sekali ga tahu!”
“Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”
Hm. Pandu?
“Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.
“Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.
“Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.
“Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.
Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.
“Karena kalau sama dia…”
“Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.
“Oh ini, beli di kota!”
Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.
“Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”
“Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.
“Selamat pagi anak-anak!”
“Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.
“ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”
“Ingat, Pak!”
Aku nggak tahu agenda itu!
“Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.
Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
Pak Wawan tersenyum dan menjawab,
“Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”
“Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.
“Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”
Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengeluarkan sebuah kertas. Dia terlihat keheranan.
“Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya.
Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.
Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.
“Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”
Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
---
Gimana? Udah ketebak kan ceritanya gimana.. Ditunggu ya plends!!
Kali ini yang bakal mati ada berapa?