It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
benar... haha
haha... ngga ada duit kalo dipilemkan
hehe... maaf ya, sibuk2nya nyusun skripsi jd ngga ada wkt kosong buka bf
wuaaaaa iya saya minta maaf
setiap update banyak kok. cuma waktu updatenya aja srg ngga ada! huhu
Jeritan demi jeritan terdengar ketika Arlon tenggelam dan Mark pun tanpa pikir panjang loncat ke dalam kolam berusaha menolongnya.
Sayangnya ketika kepala mereka berdua berada di atas air, Arlon sudah tak sadarkan diri sepertinya ia menelan terlalu banyak air. Mark tampak sangat panik saat pertolongan pertama yang ia lakukan tak berhasil menyadarkan Arlon. Jeritan panik para siswi kelas satu tak membantu Mark berpikir jernih ketika seorang siswa tak sengaja melontarkan kata pernafasan buatan.
Tanpa menunggu sedetikpun Mark memberikan pernafasan buatan pada Arlon, ia berusaha beberapa kali hingga akhirnya sejumlah air keluar dari mulut Arlon dan iapun sadar.
"Untunglah kau selamat." ucap Mark lega saat Arlon membuka kedua matanya.
Arlon masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi dan kenapa Mark basah kuyup.
"Apa yang terjadi?" Arlon berusaha berdiri namun badannya masih terlalu lemah untuk duduk sekalipun.
"Sepertinya kondisi badanmu sedang tidak baik dan kau memaksakan diri mengikuti test renang, coba lihat kantung mata yang besar itu." Mark menunjuk tonjolan besar di bawah mata Arlon.
"Itu benar! Seharusnya kau membaca panduan renang yang diberikan saat kelas minggu lalu!" Guru renang mendekati Mark dan Arlon.
"Baiklah kita teruskan ujiannya, dan untukmu Arlon.... ujian anda diundur pada kelas minggu depan, saya harap anda tidak lupa untuk membaca buku panduan yang anda miliki."
Arlon hanya mengangguk lemah, Mark memberikan kacamata dan memapah Arlon menuju ruang UKS. Arlon yang masih lemah tak bisa berpikir terlalu banyak saat ini padahal ia sangat penasaran kenapa si playboy sekolah membolos pelajaran, berada di kolam renang, dan menolongnya tapi kepalanya terasa pusing saat berpikir terlalu banyak.
-
-
-
@UKS
"Sebaiknya kau istirahat sejenak di sini, biar kuambilkan seragammu di ruang ganti. Beri tahu aku, berapa nomor lokermu?" Mark membaringkan tubuh Arlon dan menyelimutinya
"309...." Arlon hendak mengatakan sesuatu tapi Mark terlanjur pergi.
::Mark POV::
Sepanjang perjalanan memapah si tuan muda aku hanya bisa diam menyesali apa yang baru saja kuperbuat demi menyelamatkannya.
Aduh! Apa yang kupikirkan saat itu hingga bisa menciumnya....
eh, itu tidak bisa disebut ciuman kan? Itu hanya pernapasan buatan....
Urgh....!
Sebagian diriku menyangkal dan sebagian lagi menikmatinya?
Sensasi saat bibirku menyentuh bibirnya yang dingin....
namun lembut.........
TIDAK! APA YANG KAU PIKIRKAN MARKY???
Dia laki-laki dan akupun laki-laki........LAKI-LAKI!!! >.<
Setibanya kami di ruang UKS ternyata guru kesehatan sedang tak berada di tempat jadi hanya ada kami berdua dan tentu saja membuat keadaan semakin kacau dengan pikiranku yang melantur kemana-mana. Lebih baik aku segera keluar dari sini dan menjauhinya.
"Sebaiknya kau istirahat sejenak di sini, biar kuambilkan seragammu di ruang ganti. Beri tahu aku, berapa nomor lokermu?" Ku harap ia tidak menyadari kegugupan dalam suaraku barusan.
"309........." Jawabnya tanggung dan aku tahu ia ingin mengatakan sesuatu tapi entah hilang kemana nyaliku saat itu dan memutuskan untuk kabur secepatnya menuju loker.
#
Tanpa berlama-lama aku sudah tiba di ruang loker dan mendapati beberapa siswa kelas 2 sedang berganti pakaian olahraga. Aku merasa aneh dengan diriku sendiri, sepertinya ada yang berbeda saat aku melihat tubuh mereka dan tubuh si kutu buku.
Aku kembali membayangkan saat aku melihat otot-ototnya yang kekar saat di kolam renang tadi dan membandingkannya dengan siswa kelas 2 yang kini berada di depan mataku, aku kembali lagi merasakan perbedaan yang besar tapi aku tak dapat menjelaskan dengan jelas perasaan apakah ini?
"Kak! Kakak! Permisi... Kakak! menghalangi pintu loker saya."
"Oh, maaf. Silahkan." ucapku setengah tersadar dari lamunanku.
Oh, sudah berapa lama aku berada disini? Si kutu buku pasti kedinginan, aku bergegas kembali ke UKS.
#
Kudapati guru kesehatan duduk di bangkunya sambil mengaduk-aduk gelas dan tercium aroma kopi, ku bungkukkan diriku sedikit memberi hormat lalu langsung menuju tempat tidur di pojok ruang UKS tempat si tuan muda beristirahat.
Ruangan yang penuh aroma kopi ini membuatku sedikit berdebar saat melihat si kutu buku tertidur lelap. Wajahnya sangat damai dan tampak seperti wajah anak kecil membuat akal sehatku sedikit tertinggal dibelakang, perlahan tanganku menyentuh rambutnya yang lembut lalu bergerak menyentuh hidungnya. Tanganku semakin berani dengan turun menyentuh bibirnya yang sedikit hangat dan lembut, mungkin aku terlalu lama terhanyut dengan sensasi menyentuh bibirnya hingga aku tak sempat menarik tanganku dari bibirnya ketika tiba-tiba kedua mata itu memandangku dengan tatapan heran.
"Apa yang kau lakukan?" Kudapati tatapan heran sekaligus jijik di wajahnya.
"A...itu..." Aku sedikit tergagap mencoba memikirkan alasan yang masuk akal,
"tadi ada sedikit kotoran di bibirmu, aku hanya membantu menyingkirkannya."
"Oh, thanks..." Sepertinya ia tak curiga dengan alasanku barusan, tapi kata-katanya terdengar menggantung seperti hendak mengatakan sesuatu.
"Huachim!"
"Oh, tampaknya kau kedinginan....ini seragammu." Aku menyodorkan seragamnya dan ia pun segera memakainya.
Lagi-lagi kuperhatikan otot-ototnya....dan perasaan aneh itu timbul kembali.
"Hey! Bukankah kau datang ke kolam karena ingin menagih janji?" Ia masih berusaha memakai seragamnya.
"Oh....iya...." ucapku setengah terkesima dengan tubuhnya.
"Kau tahu....daritadi aku ingin bertanya...."
"Apa?" tanyanya membelakangi diriku sambil merapikan dasi.
"Otot-ototmu bagus.....bagaimana kau bisa kuat menghajar lima orang kemarin?"
"Lima orang? Oh, jangan-jangan pria yang berdiri di dekat tiang itu kau?" Ia berbalik menghadapku.
"Eh? Kukira kau sadar aku ada di sana sejak awal, bukankah kau melihatku?"
"Tentu saja tapi tidak terlalu jelas, kau kira kacamata ini hanya pajangan?" si kutu buku mengangkat sedikit kacamata berbingkainya.
Aku hanya mengangkat bahu dan ia pun kembali sibuk dengan dasinya yang belum rapi.
"Soal janjimu itu....aku ada beberapa permintaan...."
"Beberapa?" tangannya berhenti merapikan dasi yang masih terlihat berantakan.
"Bukankah kemarin kau bilang akan memenuhi semua permintaanku? Atau sudah jadi kebiasaan seorang tuan muda keluarga kaya untuk menarik kembali ucapannya?"
Ia terdiam sejenak seperti berpikir lalu menjawab dengan wajah tak senang,
"Baiklah, sebutkan dan aku akan memenuhinya selama masih dalam batas kemampuanku."
"Hmmm.....pertama, mulai besok kau harus naik sepeda ke sekolah lalu......."
Belum selesai aku bicara si tuan muda sudah mulai protes, "Hey! Itu tidak bisa, kau tahu...rumahku jauh dari sini."
"Aku tidak peduli, banyak siswa yang iri dan benci padamu jadi lebih baik kau turuti saja atau kepribadianmu yang asli akan segera ketahuan meskipun aku tak mengucapkan sepatah katapun tentang hal ini."
Aku yakin betul ia tak ingin hal itu terjadi dan dalam hitungan detik ia menghela napas dan mengangguk pelan.
"Lalu yang kedua....kau harus menjadi pelayanku hingga hari kelulusanku nanti." Ku pamerkan senyum jahilku padanya.
"Kau........" kata-katanya terpotong saat melihat wajahku yang masih memamerkan senyum jahil.
"Ah, sudahlah.....sepertinya nasibku sedang sial kemarin hingga harus menutup mulutmu dengan cara seperti ini." ucapnya pasrah sambil mencoba merapikan dasinya lagi.
Aku tertawa melihatnya dan ia pun menatapku tak senang, "Kenapa kau tertawa?"
"Tidak....hanya saja....apakah kau tidak bisa memakai dasi sendiri?" aku tak bisa menahan tawa saat melihat wajah cemberutnya.
"Kau ini.........tidak bisakah berhenti tertawa? Aku memang tidak pernah bisa memakainya dengan benar, kau puas!" kali ini ia melepas dasinya dengan kasar.
"Maaf...maaf," aku tersenyum dan perlahan mendekatinya.
"Kemarikan dasimu."
Si tuan muda menyerahkan dasinya ke dalam genggaman tanganku dengan kasar, aku tahu ia masih merajuk.
Perlahan kupakaikan dasinya dan baru kusadari bahwa tinggi kami hampir sama, aku hanya sedikit lebih tinggi darinya.
Keheningan membuatku kikuk beberapa saat,
"Nah, selesai."
Kudongakkan kepalaku dan kini wajah kami berhadapan dalam jarak super dekat dan anehnya jantungku jadi berdebar tak beraturan. Bau kaporit masih menempel di tubuh kami berdua dan membuat kepalaku sedikit pusing.
Ada apa dengan diriku? Perlahan dapat kurasakan panas tubuhku meningkat. dan....
"Huachim!.....wah...wah.....maaf-"
"Panggil saja Arlon.... ukh berikan aku handuk di meja itu." wajahnya tampak kesal.
Arlon....ia memperbolehkan ku langsung memanggil namanya? Tanpa sadar sebuah senyum kembali merekah di wajahku.
"Kau ini....bisakah berhenti memamerkan senyum bodohmu itu?" matanya melotot ke arahku dan tentu saja hal itu membuatku tak bisa menahan tawa lebih lama lagi.
"Ah...terserah lah...." tiba-tiba ia pergi begitu saja.
"Maaf bu, bisakah saya minta izin untuk pulang lebih cepat?" ternyata ia menghampiri guru kesehatan.
"Baiklah, tapi kau harus langsung beristirahat setibanya di rumah dan awasi tekanan darahmu." guru kesehatan memberinya surat keterangan khusus.
"Hey, mau kemana kau?" tanyaku sambil mengejarnya yang sudah lebih dulu keluar dari ruang UKS.
Ia berbalik dan diam sejenak memandangku dengan tatapan kesal lalu menghela napas panjang,
"Tentu saja pulang untuk mengurus permintaan bodohmu!"
"Eh?" Aku terdiam sejenak mencoba mencerna apa yang baru saja ia ucapkan.
"Apakah harus pulang cepat demi membeli sebuah sepeda? Kenapa tidak menyuruh pelayanmu saja?" tapi ucapanku tak didengar olehya.... ia sudah menghilang dari pandangan dalam sekejap.
"Dasar kutu buku aneh."
::END POV::
waduuhh.. sebulan mah kelamaan atuh..
setaun aja.. :-|
bentar lagi juga taun depan kok...
Blum di update sampe hari ini...tanda2 bakal lama updatenya...