It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
if a heart could tell, i feel you if a mind could forbid my feeling, i ain’t feel you when do we start? i don’t know exactly
you’re not the sun, either the moon but this far, you’ve lighted me with your view, arms and mind we’re friends, i know, and nothing ever be the best like this. *****
“kamu disana baik-baik aja kan sop?” tanya argi. “iya.” jawab sofpi sambil tersenyum. “sering kangen sama aku ngga?” tanya argi menyelidik dengan penuh harap. sopi hanya tersenyum kecut meremas jemarinya dengan erat. *** “bona?” terdengar suara boni memanggil dirinya. “hai boni!” jawab bona dengan riang. “wahhh…keliatannya kamu semangat banget?” boni turut bahagia mendengar bona sudah kembali ceria seperti sedia kala. “iya. aku seneng banget bisa ketemu kamu. ada temen berbagi, ada temen yang bisa bikin aku ketawa lagi.” “aku bosen disana. sepi.” “sepi?” tanya boni. “sangat.” jawab bona sambil menerawang jauh entah kemana. “kenapa kamu baru bilang sekarang? kamu kan bisa minta tolong sama tangan untuk kasih kabar ke aku kalo misalnya kamu kesepian.” “aku malu.”
“malu?” “iya.” “malu kenapa?” “harusnya aku bisa kuat ngehadapin semuanya. tapi kadang aku ngga bisa ngejalanin segala sesuatunya seorang diri. rasanya malu banget sama kamu, harus cerita kelemahan yang sering aku rasain selama ini.” “tapi sekarang kamu jauh lebih kuat dibanding bona yang dulu pernah aku kenal….” “oh ya?” “harusnya aku yang malu karena ngga bisa sekuat seperti kamu sekarang. kamu udah banyak berubah. sementara aku? aku masih sama seperti yang dulu. aku belum berubah sedikitpun. atau lebih tepatnya, aku ngga mau berubah. aku terlalu lemah untuk itu.” “aku suka kamu yang dulu. aku ngga mau kamu berubah.” “kamu yakin, lebih bahagia disana?” “entahlah.” “apa kamu merasa sebahagia ini sewaktu kamu ada disana?” “boni, belum pernah aku ngerasa sebahagia seperti saat aku bisa berada sedekat ini dengan kamu.“ “seharusnya kamu jangan pergi.” “seharusnya kamu juga tahu, kita selalu kalah oleh akal dan logika, kan?” ***
“kenapa kamu ngga bisa nolak waktu dapet kesempatan untuk pergi kesana?” kali ini argi seakan tak habis pikir, mengapa orang yang bahkan selalu bilang tidak pernah mau ditinggal pergi olehnya justru berlaku sebaliknya, pergi meninggalkan dia. “kamu tahu gi, saya itu hidup bukan cuma seorang diri. saya juga hidup dengan keluarga saya, dengan orang yang lainnya juga termasuk kamu.” “saya memang punya idealisme sendiri, yaitu untuk bisa terus ada di dekat kamu. tapi dalam kehidupan saya yang lain, bersama keluarga, dengan amat sangat terpaksa saya harus bisa melupakan idealisme yang ada di ubun-ubun supaya bisa bersekutu dengan realitas yang ada di depan mata.” “okay, anggep aja aku bisa nerima semua realitas yang harus kamu hadapin waktu itu. tapi sop, kita ngga harus putus juga kan?” “maaf ya gi, pada akhirnya saya harus kasih contoh yang ngga baik sama kamu. saya ternyata cuma seorang pengecut. tapi percaya deh…..” “percaya apa?” “God knows how I wanna get close to you. saya mungkin bisa bohongin kamu, tapi saya ngga pernah bisa bohongin hati saya sendiri.” “jadi intinya, kamu belum bisa kasih tau alasan sebenernya kamu mutusin aku?” “saya harus konsultasi dulu sama orang lain.” “dari tadi, omongan kita kayanya muter-muter ngga jelas ya sop?” “iya gi. padahal kita sendiri sebenernya tau mau kita apa kan?” “tah eta pisan.” *****
Sometimes, you have to be apart from people you love. But that doesn’t mean you love them any less. Sometimes it even makes you love them more. *****
“boni…….” bisik sebuah suara ditengah keheningan malam. “boni……” kembali suara bisikan itu terdengar. “boni!” kali ini suara bisikan itu beralih menjadi sebuah pekikan kecil. *** “sop?” tiba-tiba argi terbangun dari tidur pendeknya. sambil berusaha mengumpulkan segenap kesadaran, dia melihat ke arah arlojinya. 02 : 13. ini masih dini hari pikirnya. argi lalu membuka satu persatu kancing kemeja putihnya. matanya memang masih mengantuk, namun jari jemarinya itu seolah-olah bergerak sendiri. rupanya, tadi ia tertidur setelah sebelumnya cukup lama bercakap-cakap dengan sofi. acara akad di resepsi pernikahan kakaknya malam tadi benar-benar menguras hampir semua energi yang ada di tubuhnya. andaikan sofi tidak mengajaknya berdiskusi, sudah barang tentu ia akan langsung terlelap dalam buaian alam mimpi. sayang, ia tidak akan pernah mungkin mengacuhkan satupun perkataan orang yang sangat dicintai itu. orang yang sangat dia hargai melebihi ia menghargai dirinya sendiri. ketika hendak membuka kemejanya, tatapan matanya menangkap sosok seseorang sedang duduk bersila di atas lantai. hanya beralaskan sehelai sajadah tipis berwarna merah. “sop?” argi memicingkan matanya sambil menatap ke arah sofi. “kamu solat apa sop?” tanyanya lagi. sofi kemudian menghentikan sejenak rutinitasnya saat itu. bola matanya yang semula tertutup, langsung terbuka. sofi tersenyum ke arah argi. hanya sekilas. kemudian ia kembali memejamkan mata dan melanjutkan rutinitasnya yang sempat terhenti. tangannya kembali menggenggam sebuah tasbih kecil. tasbih itu terbuat dari kayu kokka berwarna coklat pucat. argi tampaknya mengenali dengan jelas tasbih yang sedang dipegang oleh sofi. itu adalah tasbih yang ia berikan untuk sofi sepulangnya dari ibadah umroh di tanah suci. argi tersenyum. kemudian, ia beranjak dari kasur. dengan perlahan, argi menyandarkan tubuhnya di punggung sofi sehingga kedua punggung mereka saling bersentuhan satu sama lain. entah apa yang sedang ia pikirkan, tapi argi kemudian turut
memejamkan kedua bola matanya. membiarkan pikirannya melayang jauh entah kemana. *** “hai bona….” sapa boni. “kamu!” pekik bona dengan lirih. “hehehe. maaf, aku ketiduran.” “pantas! aku sudah kehabisan akal untuk memanggilmu tadi.” “apa kamu senang?” tanya boni. “senang?” bona balik bertanya. “iya. memangnya kamu tidak senang kita bisa berada dalam jarak sedekat ini?” ucap boni. “hangat. sangat hangat.” jawab bona. “aku bisa mendengar suara detak jantungmu…..” bisik bona. “aku juga.” “apa biasanya memang seperti ini?” “apanya?” “entahlah. suara detak jantungmu berdegup sangat kencang. apa biasanya seperti ini?” “tidak. ini semua disebabkan olehmu.”
“olehku?” “iya. seperti yang kamu ketahui, jantung tidak pernah bisa berbohong. ia mampu beresonansi dua kali lipat, bahkan tiga kali lipat ketika bertemu dengan belahan jiwanya.” “berarti aku belahan jiwamu?” “menurutmu??” “entahlah.” “entahlah???” “entah apa aku sanggup untuk tidak pernah sekalipun merindukan malam ini…….” “boni…..” lirih bona. “apa?” “kamu mau hadiah?” “hadiah? hadiah apa?” “apapun.” “apapun?” “iya. sebutkan keinginanmu yang terbesar. harapanmu yang paling tinggi.” “lalu? apakah nanti harapan itu akan terwujud?” “aku tidak tahu.”
“tidak tahu? lalu sebenarnya hadiah apa yang mau kau berikan untukku?” “hanya sebuah doa.” “doa?” “iya. sebutkanlah apapun keinginanmu saat ini. maka lalu aku akan mendoakannya. berdoa agar keinginanmu itu tercapai.” “sehebat itukah doamu?” “entahlah…. tapi saat ini hanya itu saja yang bisa aku berikan untukmu saat ini. cepatlah boni, sebutkan permintaanmu. sekarang, sofi sedang berada di dalam kendaliku. dan itulah saat terbaik untuk mendoakanmu.” “kamu? mengendalikan sofi?” “iya. kamu tahu, di saat manusia sedang berada sebegitu dekat dengan Sang Pencipta, maka di saat itulah aku meraja. bahkan akal dan pikiran sekalipun tidak akan mampu mengalahkanku.” “karena kita tidak pernah sekalipun berbohong, kan?” “ayolah boni, cepat ucapkan permintaanmu.” “sudahlah lupakan saja.” “lupakan?? itu adalah hadiah dariku, boni. hanya itulah yang bisa aku lakukan untukmu.” “berhentilah memikirkan aku, dan simpan doa itu untuk dirimu sendiri. berdoalah akan sesuatu hal yang mampu membuatmu bahagia. karena untuk itulah aku ada, untuk melihatmu bahagia.” *****
malam ini, untuk kesekian kalinya kagumku menjadi. syukurku berlimpah, ketika kamu membahagiakanku hanya dengan sebuah petikan doa yang
cukup singkat. maaf, tak satupun doa dalam shalatku bisa kuucap hari ini. tidak pun sesuatu untukmu kubisikkan pada-Nya hari ini. namun, di setiap helaan nafasku mengucapkan harapan untukmu bahagia nanti dan selamanya. janjiku, akan selalu ada namamu dalam setiap sujudku pada-Nya, untuk kutitipkan bahagia dan cinta yang selalu berlimpah dariku dan dia, dari kami. *****
ada sesuatu hal yang baru. masuk dengan pelan namun teratur. melalui beberapa jaringan dengan fungsi yang berbeda tapi saling berkoordinasi dalam mencapai tujuan yang sama. bekerja serempak untuk mencapai penglihatan. mata. terdiri atas jaringan yang rumit. sama rumitnya seperti sesuatu hal yang baru saja masuk itu. aku memulai dengan mencoba menyingkap cahaya. pelan. hingga tepat ke pusat sistem saraf. membersihkan kerikil-kerikil halus atau bahkan debu yang mungkin saja menghalangi penglihatanku akan sesuatu hal itu. lalu beranjak menuju kelopak yang masih sangat normal gerak refleksnya, masih lima kali per-detik. berulang dan dengan sangat teliti aku terus menyusuri lingkaran yang dikelilingi oleh tujuh tulang tengkorak itu. sesekali aku memeriksa hidungku yang sederhana namun menarik, takut-takut menghalangi penglihatanku secara vertikal. lebih dalam, aku memeriksanya ke jaringan yang tersusun dari seratuh dua puluh lima juta photoreceptors. retina. aku memeriksa apakah tujuh juta sel ini benar bertanggung jawab pada penglihatan warna dan kepada seratus delapan belas juta sel lainnya yang peka terhadap rangsangan. kembali aku mengulang prosesnya. menerobos masuk ke dalam kornea, cairan mata, selaput pelangi, lensa, pembuluh darah kecil, dan beberapa lapisan saraf yang berada di paling atas retina. saking asiknya, aku tidak sadar bahwa ini adalah rantai pertama antara retina dan otak. aku hanya menyadari gambar yang diterimanya berada dalam posisi terbalik dan koroidnya telah diperbaiki. ribuan detik telah berlalu dan aku tetap membiarkan sesuatu hal itu berada disana. terjebak di jaringan komunikasi yang rumit. terletak dalam organ yang paling menakjubkan. berharap akan mengetahui sesuatu ketika aku meneliti apa yang ada dibalik thalamus. mencoba mengorek informasi sensual dalam alam sadar yang sebenarnya tidak perlu untuk diketahui. memastikan thalamus melakukan sebuah kerjasama yang baik dengan korteks visual. ketika milisekon berganti detik, detik berganti menit, dan begitu seterusnya, sesuatu hal itu sudah bukan menjadi hal yang baru. masih sulit dijelaskan. masih terlalu rumit. aku belum bisa mengetahui apa yang masuk ke mataku yang kini posisinya sudah berada di otak dan hati. sampai akhirnya, aku membuat satu kesimpulan. ini adalah sebuah perasaan. cukup rumit. melibatkan emosi yang mendalam. ada rasa sedih, bahagia, kangen, dan saling menyayangi. semuanya terasa seimbang. saat mata menangkap sesuatu hal itu sepenuhnya. melalui pantulan cahaya matahari pagi, sosoknya terlihat indah. tanpa cela. ada perasaan memiliki yang teramat sangat kuat sewaktu lenganku mendekapnya. disaksikan
sang mentari, aku pun berbisik ; “bangun atuh sop… udah pagi.” *****
April 2011 Pengky, Jalan Bali, Bandung Sengaja aku datang ke kotamu Lama nian tidak bertemu Ingin diriku mengulang kembali Berjalan jalan bagai tahun lalu Gw berjalan ke arah sebuah lapangan beralaskan paving block yang tak seberapa luas itu. suasananya tidak pernah berubah. masih sama seperti dulu. saat gw dan sofi masih sering bermain bersama dengan anak-anak yang lain. lapangan ini masih tetap rimbun. belasan pohon kecil nan rindang selalu setia meneduhkannya. bahkan sebuah pohon yang dahannya cukup besar itupun masih tetap menaungi lapangan ini. ia masih tetap terlihat kokoh. sambil mengamati keadaan sekeliling pengky, gw menghirup udara segar yang dihembuskan oleh banyak pepohonan rimbun disekitarnya. suasana ini, sejuknya hembusan udara pagi, tetesan embun yang membasahi permukaan aspal, daun-daun yang berguguran di sepangjang jalan, serta kicauan aneka serangga dan burung membuat suasana dramatis di jalan bali ini selalu dan selalu pantas untuk dirindukan. inilah bandung yang sebenar-benarnya bandung. Rasanya, baru kemarin gw masih mengenakan seragam putih abu lengkap dengan lencana berwarna hijau yang tersemat di kerah baju. biasanya, selepas pulang sekolah, anak laki-laki hampir tidak ada yang pernah absen bermain sepak bola di pengky. terasuk gw dan sofi. gedung sekolah itu, yang tetap berdiri tegak seakan tak lekang oleh waktu, menjadi saksi bisu jutaan kisah cinta yang telah terjadi disekitarnya. gw langsung mengabadikan sebuah pelat besi hijau berbentuk melengkung yang bertuliskan nama sekolah hebat itu. dengan segera, gw menguploadnya ke plixi dan dalam beberapa detik saja, foto itu telah sukses terpampang di timeline twitter. hebatnya, selama seharian penuh itu, tak henti-hentinya puluhan orang me-retweet gambar itu, mencurahkan segenap kenangan dan memori indah remajanya sewaktu masih bersekolah di sana. mereka tak ubahnya gw, sangat mencintai tulisan keramat itu, di gerbang sekolah itu. I heart you belitung timur. setelah menemukan posisi duduk yang sesuai, gw lalu membuka sebuah tas pembungkus kulit berwarna hitam. sambil merasakan suasana romantis dramatis yang ada disekeliling, jari jemari gw kemudian mulai menyentuh papan keyboard virtual yang muncul di layar. sesekali
merenung, lalu mengenang kembali kejadian-kejadian indah disana. akhirnya gw mulai merangkai kata-kata yang nantinya akan diolah menjadi sebuah kerangka cerita yang mudah-mudahan kesan indahnya tidak akan terasa jauh berbeda dengan kejadian sebenarnya yang dulu pernah gw alami. tak lupa, dua buah ear-plug langsung gw pasang di kedua telinga. sebuah lagu kenangan menemani gw bercerita sebuah kenangan di tempat yang penuh kenangan. Sepanjang jalan kenangan Kita slalu bergandeng tangan Sepanjang jalan kenangan Kau peluk diriku mesra Hujan yang rintik rintik Di awal bulan itu Menambah nikmatnya malam syahdu…. (Sepanjang Jalan Kenangan) *****
Pengky, Jalan Bali Beberapa tahun-tahun-tahun-tahun-yang lalu “maneh leumpangna tong gancang-gancang teuing atuh beul….” teriak gw kepada sopi sambil berjalan terseok-seok karena sepatu yang gw pakai terlepas. (kamu jalannya jangan cepet-cepet atuh sop….) “buru atuh ih maneh mah ngalilakeun.” balas sofi sambil terus berjalan mundur menghadap ke arah gw yang sedang memakai sepatu. setelah selesai, gw lalu langsung berlari kecil mengejarnya. (cepetan atuh ih kamu mah suka ngelamain aja.) “anjis aing lapar pisan beul. bieu geus ngadangdut tilu kaseteun!” ucap gw seraya merangkul pundak sofi. kami berdua kemudian berjalan keluar gerbang sekolah menyusuri jalan bali. (anjis aku laper banget nih. barusan habis nyanyi dangdut tiga kaset sekaligus!) “heu euh urang oge laper abis. maneh jadi difoto?” tanya sofi. kebetulan waktu itu gw pernah diajak foto-foto untuk sebuah produk kaos t-shirt di sebuah majalah remaja. (iya aku juga laper abis. kamu jadi difoto) “jadi. edek dahar naon ieu teh euy?”
(mau makan apa?) “hayam wae lah nu rada gampang. ari maneh naon?” (ayam aja lah yang gampang. kamu mau makan apa?) “teuing. tapi aing lagi ngidam bungbuahan.” (ngga tau. tapi aku lagi ngidam buah-buahan.) “buah? maneh ngidam?” “heu euh aing lagi ngidam duren tapi nu eweuh cucukan.” (iya aku lagi ngidam duren tapi yang ngga ada durinya.) “oh… sugan teh maneh ngidam cau rasa gedang.” (oh… kirain teh kamu lagi ngidam pisang rasa pepaya.) “hahahhh. eh sop, nanti katanya aing mau dipoto make kaos warna kayas lah.” (warna kayas : warna pink / merah muda) “deminya?” “iya. kaos pink garis-garis putih. meni gress pisan lah.” “homo ih bajunya. orangnya apalagi.” “ari sia naon goblog??” (lo sendiri??) “ah pan urang mah kabogohna.” (ah kan saya mah pacarnya.) “ngemeng naon sia teh.“
“terus nanti selain kaos warna kayas, maneh difoto make apalagi?” “teuing sop. kayanya mah aing nanti dipoto make calana cutbray kerlip dangdut warna hejo paul.” (hejo paul : hijau kebiru-biruan, turquoise) “cing rada diulang maneh tadi ngomong apa?” “ah maneh mah.” “kenapa ngga sekalian make kameja corak kembang-kembang?” “anjis! eta nu dicari selama penantian hidup aing, kameja corak kembang-kembang! oke beybeh!” “bu, pecel ayam masih ada ngga?” tanya sofi kepada ibu pemilik warung tenda sewaktu kami berdua telah sampai di sebuah warung tenda yang menjual pecel ayam, pecel lele, dll. “nanti ya diliat dulu ayamnya masih ada atau ngga .” jawab si ibu dengan kalem sambil tetap sibuk ngerendos sambel. (ngerendos : menggerus) “kalau ngga ada?” tanya sofi lagi. “ya ngga jadi beli juga ngga apa-apa mas.” jawab ibu itu dengan tiis. “anjis goblog ieu si ibuna pikageluteun!” bisik gw pelan kearah sopi. kemudian sopi memesan pecel ayam dua porsi untuk kami berdua. lalu, kami duduk di sebuah meja panjang di dekat tempat si ibu berdiri tadi. (anjis ini mah namanya si ibu ngajak berantem.) *****
“dulu geuleuh ngga sih, waktu liat di majalah teh bibir kamu pake lipbalm?” tanya sofi saat kami sedang berjalan-jalan di sekitar jalan bali begitu sesampainya di bandung setelah selesai melaksanakan serangkaian acara pernikahan teh dea. “eh itu mah disuruh sama tukang potonya lah. maneh tah yang nurustunjung ngabolokerkeun eta aib aing make lipengloss.” biasanya kan, kadang, supaya bibirnya ngga keliatan pecah-pecah teh suka dikasih lipgloss sama tukang mek ap nya. (kamu tuh yang nyebelin nyebarin aib aku pake lipbalm) “atuda resep ngaheureuyan kamu teh.” (habisnya aku paling seneng ngebecandain kamu.) “eh dulu motor kamu pernah jatuh disini inget ngga sop?” gw menunjuk ke depan pagar sebuah kos-kosan yang letaknya bersebelahan dengan sekolah. “oh… gara-gara mau ngikutin kamu tea nya gi?” “iya. da kamu mah sukanya ngikutin aing terus. aing pergi kemana aja pasti ngikut da. dasar anak bringka.” “anak bringka?” “bringkaditu, bringkadieu. nu penting mah ngilu ramena hungkul.” (kesana, kemari. yang penting mah ikut ngeramein.) “saya laper gi. makan dulu yu bentar?” “mau makan apa?” “sotbal aja gi yang rada deukeut.” “hayu lah. leumpang atawa kumaha?” (hayu lah. mau jalan atau gimana?)
“heu euh. sekalian kesangan. disana saya jarang olahraga.” ucap sofi sambil melangkahkan kaki melintasi lapbal, lapangan bali, menuju ke arah sotbal, soto bali, yang ada di bagian ujung jalan bali dekat ke jalan jawa. (kesangan : keringetan) “maneh leumpangna tong gancang-gancang teuing atuh bray. aing geus kolot yeuh….” gw menyuruh sofi agar memperlambat langkah kakinya. (kamu jalannya jangan cepet-cepet atuh sop. aku udah tambah tua nih…) “kamu mah, dari dulu sampai sekarang tetep aja jalannya lama. saya udah pelan juga tetep aja saya yang ada di depan kamu. kamu mah selalu ketinggalan…” balas sofi sambil tetap berjalan cepat seperti biasa. *****
as you walk in front of me, doesn’t mean I am left behind. i just want to watch you walk away and wonder…….. whenever you are missing something, will you look back? *****
“kemarin kayanya kamu baru aja dateng. dan sekarang, aku harus liat kamu berangkat lagi. pergi lagi. ninggalin aku, lagi.” gw membantunya mengemasi beberapa pakaian ke dalam koper. sofi pun hanya bisa tersenyum simpul. “pernah ngga, kamu tiba-tiba ngerasa ragu menjalankan sesuatu saat udah sampai ditengah jalan?” tiba-tiba sofi menatap tajam ke arah gw. “ragunya teh karena apa dulu? cobaan atau godaan?” balas gw. “hmm…. terkadang yang namanya godaan itu akhirnya akan jadi sebuah cobaan.” “dan kalau mau lulus dengan nilai bagus, artinya harus bisa menyingkirkan semua godaan yang jadi cobaan itu, kan?” sofi kemudian tertawa kecil sambil menatap kearah gw.
“kata-kata barusan, keluar dari mulut kamu apa hati kamu?” goda sofi. “…………………………………………………………………………………….” gw hanya bisa terdiam. andai hati bisa berkata, mungkin bibir ini sudah pasti akan dicap sebagai pembohong besar. “kamu kuliahnya harus bener ya gi. cepetan lulus. kalau ada perlu bantuan apapun, email saya atau gimanapun lah caranya. walau sesibuk apapun, saya akan sangat mau sekali bantuin kamu.” “iya sop. doain aku ya supaya cepet selesai urusan kuliahnya. asa banyak pisan hambatan.” “ok. tapi saya mah cuma bisa sebatas ngedoain kamu. nantinya cuma Allah yang akan, selalu dan pasti nolongin kamu. makanya kamu jangan pernah ninggalin shalat.” “iya sop. eh sop, dulu teh kamu suka sama aku karena apanya?” tiba-tiba gw melemparkan pertanyaan yang sebenarnya gw sendiri sudah tahu jawabannya. “ngga tau…..” jawabnya singkat. kemudian ia kembali menlanjutkan kegiatan beres-beresnya. *****
i like you because I don’t know why, but… everything that happens is nicer with you i can’t remember when I didn’t like you it must have been lonesome then i like you because because because i forget why I like you but i do… ***** hey sipo-sipo, promise me ya, you gonna take a good care of yourself there. stop being spontaneous and avoid every act that lead you to problems. stay focus, stay calm, stay gorgeous, jangan dikeluarin hoblohnya nanti bisa malu-maluin nama negara. kalo ada yang gangguin kamu disana bilang aja nanti aing pasti langsung sewa pembunuh bayaran. hahahaha. jangan lupa solat siah sop. soalnya kalo maneh ngga solat nanti ngga akan ada yang doain aing. *****
hahaha… yes, sir. I will take care of myself and I won’t do stupid things that will lead me to problems. I promise you that I will be fine there. *****
TAMAT
sesuai file yg gue dapet ceritanya sampai disini, sorry kalo bacanya bikin kepala pusing, gue aja yg copas pusing liatnya hehehe. well akhirnya terjawab sudah bagaimana ending dari cerita ini. sekian dan terima kasih
sayang gak diedit. solusinya lebih enak baca lewat hape, gak terlalu pusing. dulu pernah baca 2x waktu hurufnya warna-warni jadi feelnya masih dapat.
sayang gak diedit. solusinya lebih enak baca lewat hape, gak terlalu pusing. dulu pernah baca 2x waktu hurufnya warna-warni jadi feelnya masih dapat.
buat yg kmrenn nanyain lanjutan.a, nihh uda yaa.. beban gue ilang dah nih..hhaha
buat yg kmrenn nanyain lanjutan.a, nihh uda yaa.. beban gue ilang dah nih..hhaha
Dibaca dulu ya.
Jadi misi untuk menemukan Aa Sophie di Amsterdam Univ ga lanjut, kasihan juga Aa Sophie : just enjoy ur rest there ! hehehe
Salam kangen untuk Aa Argi dan Aa Panji.
Best Regard,
Dubai Men
Bilang aja mas fansnyaAdele itu = Aa Panji. Ini Adele yang Never mind I find someone like you ?
Setelah rehat beberapa lama terus baca lanjutan cerita ini teh rasanya kaya CLBK hahaha!
Walaupun ceritanya maju mundur dan rada lieur tapi alhamdulillah masih kaharti.
Btw, aku masih penasaran sama gimana awal mulanya kang argi bisa berpaling ke kang panji, dan gimana kehidupannya kang sofi sekarang.
Over all, all thumbs up for this story!