It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Saran aja bro, mengenai penulisan dialog, tidak melulu di awal paragraf, bisa dieksplor lagi. Kalau selalu di awal kesannya jadi kayak naskah drama...
Salam hangat,
Salam karya!
di kiranyaa kucingg.. hhahaaa
fotonya topan cakeup euyy.. btw nama asinya sapa yaa..
tp soal karakter....sukanya sama Topan tetep
entah knp kok Mas Billy kayak ga punya hubungan darah gitu ya sama Chandra... Apa gara2 aku terpengaruh sama fotony yg ngga mirip :-O
setuju ma Dirpra .... bwt aku aja si Yudha .... mana fb aslinya tuh org ...???
nuntut ke pengadilan sampai dapat ....
“Kamu masih ingat dengan foto itu?” Tanya Randy.
“Iya, tentu saja. Aku tidak menyangka kamu masih menyimpannya.” Kataku.
Aku teringat ketika saat masih SMP, aku dan Randy saat itu baru saja pulang sekolah dan kami sedang berada di taman dekat rumah. Kami masih menggunakan seragam sekolah kami dan bermain basket bersama Mas Billy. Saat itu Mas Billy memotret kami berdua, tangan kami saling merangkul pundak lalu tersenyum. Saat itu kami sangat bahagia menikmati persahabatan kami. Tidak terpisahkan. Tapi kami harus berpisah saat kelas 2 SMP, Randy harus pindah ke Amerika Serikat karena ayahnya ditugaskan di sana. Aku masih ingat ketika Randy pergi aku sangat sedih dan tidak mau masuk sekolah selama seminggu.
“Oia, tadi pagi orang tuaku sudah mendaftarkan aku di sekolahmu. Kata kepala sekolah, aku sudah bisa masuk besok. Dan aku juga sudah membeli semua perlengkapan sekolahku.” Kata Randy.
“Benarkah?” Kataku tidak percaya sekaligus senang.
Randy menganggukkan kepala. “Mudah-mudahan saja aku bisa sekelas denganmu, ya!”
“Ya pasti seru. Nanti akan aku kenalkan dengan teman-temanku.” Kataku bersemangat. Besok akan aku kenalkan ke Topan, Yudha dan Dhea.
Akhirnya aku dan Randy menghabiskan waktu dengan mengobrol. Randy menceritakan kehidupan dia selama di Amerika Serikat. Tentang sulitnya beradaptasi di lingkungan yang baru. Tentang teman-teman di sekolahnya. Dan masih banyak lagi yang diceritakan Randy.
*****
Pelajaran pertama hari ini adalah matematika yang diajarkan oleh Pak Bowo. Pak Bowo juga merupakan wali kelas kami, kelas XI-2. Saat Pak Bowo masuk ke dalam kelas, aku terkejut karena Pak Bowo bersama Randy. Ternyata Randy satu kelas denganku.
“Hari ini kelas kita kedatangan murid pindahan dari Amerika.” Kata Pak Bowo. Keadaan kelasku jadi sangat ricuh karena kedatangan murid baru.
“Jangan berisik anak-anak! Ayo, perkenalkan diri kamu ke semuanya!” Kata Pak Bowo.
“Baik, Pak!” Kata Randy. “Halo teman-teman! Perkenalkan nama saya Randy Nasution, mohon bantuannya. Senang berkenalan dengan kalian.”
Aku senang ternyata Randy menjadi teman sekelasku, sedangkan Topan dan Dhea sedikit terkejut melihat Randy. Mungkin mereka tidak menyangka bahwa bisa bertemu dengan Randy sebagai teman sekelas.
“Randy kamu bisa duduk di situ bersama Dennis.” Kata Pak Bowo sambil menunjuk tempat kosong di sebelah Dennis. Di kelas cuma ada 1 kursi kosong yaitu kursi di sebelah Dennis. Meja Dennis berada di sebelah mejaku dan Topan.
Ketika Randy berjalan menuju kursi yang ditunjuk oleh Pak Bowo, Randy tersenyum padaku.
Saat istirahat, Randy terlihat dikelilingi oleh murid-murid sekelas yang mengajaknya berkenalan. Dapat aku lihat Randy sedikit kerepotan karena murid-murid sekelas sudah menyerbunya dengan pertanyaan-pertanyaan. Aku bisa mendengar sebagian murid menanyakan banyak hal. Sehingga aku tidak bisa mengajaknya ke kantin bersamaku, Topan dan Dhea. Akhirnya aku memutuskan untuk memberi Randy kesempatan untuk berkenalan dengan yang lainnya. Akhirnya aku meninggalkan Randy dengan murid-murid lain.
Aku, Topan dan Dhea menuju kantin sekolah, aku memesan Bakso Bang Indro dan es teh manis, sedangkan Topan dan Dhea memesan Mie Ayam Mas Sunar dan es teh manis. Ketika kami sedang menikmati makanan kami, aku melihat Randy sedang menghampiri kami.
“Kok ninggalin aku, Chan?” Kata Randy lalu duduk di sebelah Dhea, karena Topan duduk di sebelahku.
“Habis kamu tampak sibuk jadinya aku duluan ke kantin.” Kataku.
“Hehe, maaf. Mereka mengajakku berkenalan.” Kata Randy.
“Oh, ya! Ran, kenalin ini Topan.” Kataku memperkenalkan Randy dengan Topan.
“Randy.” Kata Randy sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan Topan.
“Topan.” Kata Topan membalas uluran tangan Randy dan akhirnya berjabat tangan.
“Kalau yang di sebelah kamu itu, Dhea.” Kataku.
“Dhea.” Kata Dhea
“Randy.” Kata Randy. Randy dan Dhea pun berjabat tangan.
“Ran, mereka berdua adalah sahabat-sahabat aku. Sama seperti kamu, semoga kalian juga bisa bersahabat.” Kataku.
“Sudah tentu bisa. Sahabat kamu berarti sahabat aku juga.” Kata Randy.
“Oh ya? Bagaimana kamu bisa kenal dengan Chandra, Ran?” Tanya Topan.
“Kami dibesarkan di lingkungan yang sama sejak kecil sebelum aku pindah ke Amerika.” Kata Randy.
“Kenapa kamu pindah ke Amerika?” Tanya Dhea.
“Pekerjaan Ayahku. Kami sekeluarga pindah saat aku masih duduk di kelas 2 SMP.” Kata Randy.
Kami berempat mengobrol sampai waktunya jam istirahat selesai. Aku cukup senang karena Randy bisa langsung akrab dengan kedua sahabatku, yaitu Dhea dan Topan. Bahkan Topan bisa menerima kehadiran Randy, tidak seperti ke Yudha. Ngomong-ngomong tentang Yudha aku belum melihat Yudha sejak tadi pagi. Yudha sedang dimana ya?
*****
Sepulang sekolah Randy mengajak aku, Topan dan Dhea berkeliling di daerah Bogor. Pada akhirnya, Randy mengajak kami semua ke daerah Puncak. Udara di Puncak sangat dingin tidak satu pun dari kami membawa jaket. Randy benar-benar keterlaluan, dia hanya tertawa melihat kami bertiga kedinginan. Randy mungkin sudah biasa di cuaca seperti ini. Kami berempat memutuskan untuk mencari warung kopi, meminum yang hangat membuat keadaan lebih baik walau masih tetap dingin.
Setelah dari Puncak, kami memutuskan untuk pulang tapi kami harus kembali ke sekolah karena mobil Topan berada di sekolah. Topan akan mengantar Dhea pulang sedangkan aku bersama Randy karena aku dan Randy berangkat sekolah bersamanya. Hari sangat menyenangkan bisa bersenang-senang bersama Randy, Topan, dan Dhea.
Hari ini sungguh membuatku letih, aku langsung menuju kamarku setelah sampai di rumah. Sepertinya Mas Billy juga belum pulang, aku tidak melihatnya di ruang tengah maupun di kamarnya ketika aku melewati depan kamarnya. Aku masih penasaran kenapa Mas Billy putus dengan Mbak Rere, katanya dia mempunyai orang lain yang dia cintai. Siapa kira-kira yang Mas Billy cinta? Aku ingin tahu. Aku putuskan untuk mencari tahu, mungkin aku bisa menemukan sesuatu di kamarnya.
Kini aku sudah berada di depan pintu kamar Mas Billy. Tanganku memegang gagang pintu. Aku masih sedikit ragu untuk menyelidikinya tetapi rasa ingin tahuku sangat besar. Aku memutuskan untuk menyelidikinya.
KRIEEEETT
Pintu kamar Mas Billy akhirnya terbuka, kamar Mas Billy sedikit berantakan daripada kamarku. Aku harus segera mencari petunjuk, mungkin foto atau apapun itu. Pertama yang aku lakukan adalah menyalakan komputer, mungkin Mas Billy menyimpan foto orang yang dia cintai di komputer. Ketika sedang mengotak-ngatik komputer Mas Billy tanpa sengaja aku menemukan folder “CHANDRA”. Kenapa ada folder tentangku di komputer Mas Billy.
“Apa yang kamu lakukan di kamarku, Chan?” Kata Mas Billy mengagetkanku. Untung saja komputer Mas Billy menghadap pintu kamar, sehingga dia tidak bisa melihat apa yang aku lakukan. Langsung saja aku tutup folder yang aku buka tadi tanpa sempat melihatnya.
“Bermain game.” Kataku sedikit gugup, hanya itu yang terlintas dipikiranku. Untungnya Mas Billy tidak curiga sama sekali.
Mas Billy segera rebahan di ranjang tanpa mengganti pakaiannya. Dia memejamkan matanya, sepertinya ada yang sedang dipikirkannya.
Aku segera mendekati Mas Billy, “Kenapa Mas?”
“Nggak apa-apa kok.” Kata Mas Billy tetap memejamkan matanya.
“Mas, aku boleh nanya?”
“Mau nanya apa?”
“Kenapa Mas Billy putus dengan Mbak Rere, aku terus memikirkannya!” Tanyaku.
Mas Billy langsung membuka matanya dan segera duduk.
“Kenapa kamu ingin tahu? Kan sudah aku bilang kalau aku mencintai orang lain!” Kata Mas Billy.
“Menurutku Mas sama Mbak Rere itu cocok, aku berpikir suatu saat pasti Mbak Rere akan jadi kakak iparku!”
“Benarkan kamu berpikir seperti itu?”
Aku hanya menganggukkan kepala. “Siapa orang yang bisa membuat Mas berpaling dari Mbak Rere?”
“Kamu nggak perlu tau, Chan! Aku dan Rere juga putus baik-baik, kami tetap sahabatan.”
“Emangnya Mas sama dia sudah pacaran sehinggan Mas putuskan Mbak Rere?”
Mas Billy menggelengkan kepala, “Belum, aku hanya mencintainya secara sepihak. Dia sama sekali tidak tahu perasaan Mas.”
Mas Billy menatapku, dalam tatapan ada yang aneh.
“Terserah Mas Billy saja! Aku hanya bisa mendukung yang terbaik buat Mas Billy.” Kataku memberikan doa kepada Mas Billy.
Mas Billy sedikit aneh mungkin dia menyembunyikan sesuatu dariku. Di komputernya, aku menemukan folder dengan namaku tapi aku belum sempat untuk melihatnya. Aku harus cari cara untuk melihat isi folder tersebut.
*****
Semalam aku memimpikan hal yang sama seperti waktu itu. Cowok itu hadir dalam mimpiku, tetapi aku masih belum mengetahui siapa dia. Karena aku tidak bisa melihat wajahnya. Petunjuknya hanya kalung itu, kalung yang sama yang digunakan cowok itu di mimpiku sebelumnya. Aku jadi penasaran dengan cowok yang di dalam mimpiku. Cowok itu sudah dua kali hadir dalam mimpiku, mungkinkah ini pertanda sesuatu? Aku harus segera menceritakan ini kepada Topan dan Dhea. Karena sungguh aneh aku mengalami mimpi yang sama sebanyak dua kali.
Jam masih menunjukan pukul 6 pagi. Sedangkan aku sudah bersiap untuk sekolah, aku memutuskan untuk ke rumah Topan sebelum berangkat sekolah. Ketika sampai di rumah Topan, pembantunya mempersilahkanku untuk segera ke kamar Topan dan ternyata Topan masih tertidur. Padahal sebelum jam 7 kita harus tiba di sekolah tetapi Topan masih tidur pulas. Aku segera menuju ranjang Topan.
“Topan… Topan bangun…” Kataku sambil mengguncangkan tubuh Topan.
“Uh…” Topan masih saja malas untuk bangun.
“Ayo bangun pemalas!” Kataku.
Topan masih saja tidak bangun dari tidurnya, susah sekali membangunkannya.
“Aku siram pakai air neh!” Kataku hendak berdiri untuk mengambil air di kamar mandi.
Tiba-tiba saja Topan menarik tanganku sehingga aku terjatuh ke dalam pelukannya di tempat tidur. Aku berontak karena Topan tiba-tiba saja memelukku, tetapi Topan tidak melepaskan pelukkannya.
“Sebentar lagi! Temenin aku tidur sebentar lagi.” Kata Topan, matanya masih terpejam.
“Lepasin Topan! Kita harus sekolah!” Kataku masih berusaha melepaskan pelukkan Topan.
“Cium dulu baru aku akan bangun.” Kata Topan.
Aku kaget mendengarnya ternyata Topan meminta dicium baru mau bangun. Aku bingung harus ngapain karena Topan tidak seperti biasanya. Tanpa berpikir panjang lagi segera kudekatkan bibirku ke bibir Topan. Tanpa dikomando tangan Topan meraih kepalaku dan akhirnya kami berciuman. Tidak aku sangka bahwa Topan akan menarik kepalaku padahal aku hanya ingin bercanda, aku sepertinya kena batunya karena telah memulainya. Ternyata Bibir Topan sangat hangat dan lembut, aku tidak bisa berpikir lagi karena saat ini aku sungguh menikmati ciuman Topan.
“Topan hentikan!” Kataku, mukaku memerah karena perlakuan Topan.
“Kenapa?” Tanya Topan.
“Kita harus sekolah! Kita sudah hampir terlambat.”
“Kita bolos saja! Lanjutkan yang tadi.” Kata Topan mesum.
“Tidak! Kita tidak boleh!”
“Bukankah kau menikmatinya juga?”
“Sahabat tidak berciuman seperti tadi!”
Topan terdiam dan sepertinya sadar akan perbuatannya. “Maaf.”
“Nggak apa-apa, cepetan kamu mandi kita sudah hampir terlambat.” Kataku.
Topan segera menuju kamar mandi, aku menunggu di kamarnya. Aku berpikir tentang tindakan Topan tadi, kenapa tadi dia mau menciumku. Bukankah kemarin dia sudah menolakku, apa aku hanya jadi pelarian Topan saja. Aku sama sekali tidak mengerti dengan sifat Topan. Ini semua membuatku bingung.
Akhirnya aku dan Topan ke sekolah bersama, aku meninggalkan motorku di rumah Topan. Kami menggunakan mobil Topan untuk berangkat ke sekolah. Untungnya kami datang tepat waktu.
“Chandra tadi pagi kamu kemana? Aku jemput ke rumahmu, kata Mbak Surti kamu sudah berangkat!” Tanya Randy.
“Maaf, aku tidak sempat memberitahukanmu. Tadi pagi aku ke rumah Topan dulu, ada perlu sama Topan.” Kataku.
“Ada perlu apa sama Topan?” Tanya Randy ingin tahu.
“Bukan hal yang peting kok.” Kataku sambil lalu.
“Apaan sih?” Kata Randy mulai memaksa.
“Hanya menjemputnya saja.” Kataku, tiba-tiba aku teringat peristiwa yang terjadi di rumah Topan. Mukaku langsung saja memerah. Sepertinya Randy menyadari sesuatu sehingga dia tidak bertanya lagi.
*****
Hari ini aku sama sekali belum bertemu dengan Yudha. Sudah sejak kemarin aku tidak melihatnya, sms aku juga tidak dibalas olehnya. Akhirnya aku memutuskan untuk datang ke kelasnya dan melihat apakah Yudha masuk sekolah. Aku mengintip ke dalam kelas Yudha tetapi aku belum melihatnya. Ketika ada salah satu murid perempuan yang baru saja keluar dari kelas XII IPA 1, aku segera bertanya kepadanya.
“Maaf Kak. Kak Yudha-nya ada?” Tanyaku.
“Sudah dari kemarin Yudha izin nggak masuk sekolah.”
“Kalau boleh tahu kenapa ya Kak?”
“Kata Yudha, dia harus menemani Mama-nya berobat ke Singapura.”
“O… begitu. Makasih ya Kak.” Kataku sambil tersenyum. Mudah-mudahan saja Mama-nya Yudha bisa segera sembuh kataku dalam hati.
“Ya. Sama-sama.”
Aku segera menuju ke belakang sekolah ke tempat kesukaanku. Aku duduk di bawah pohon beringin, merenung tentang yang Topan lakukan tadi pagi, folder namaku di komputer Mas Billy, dan juga tentang mimpiku. Ini semua membuatku bingung. Aku ingin sekali menceritakan yang aku alami kepada Yudha, aku yakin dia bisa memberiku nasihat. Saat Yudha tidak ada hanya Dhea yang bisa memberiku nasihat. Hanya kepada dua orang sahabatku itu aku bisa berkeluh kesah karena mereka orang yang paling mengerti aku.
Sebelum aku ke kelas Yudha, aku minta Dhea untuk menghampiriku di tempat kesukaanku. Saat ini aku masih menunggu Dhea karena tadi Dhea sedang dipanggil ke ruang guru.
Dari kejauhan aku bisa melihat Dhea sedang berjalan menuju ke arahku, ternyata urusan di ruang guru sudah selesai. Dhea segera duduk di sebelahku.
“Ada apa tiba-tiba kamu memanggilku ke sini?” Tanya Dhea.
“Aku lagi bingung. Super bingung.” Kataku lalu menceritakan tentang menemukan folder namaku di komputer Mas Billy, tentang mimpiku dan juga tentang kejadian di rumah Topan sebelum berangkat sekolah. Dhea kaget ketika mendengar Topan menciumku.
“Bukankah seharusnya kamu senang dengan apa yang dilakukan Topan?”
“Aku senang Dhea. Tapi seharusnya sahabat tidak saling berciuman, dia sudah menolakku tapi perlakuan Topan membuat aku bingung.”
“Aku mengerti! Menurut pendapatku Topan menyukaimu tetapi dia sendiri belum yakin dengan perasaannya sendiri. Kamu sendiri sudah tahu bagaimana dengan sifat Topan.” Kata Dhea. “Mungkin lebih baik kamu tidak terlalu memikirkannya, itu hanya akan membuatmu stress. Tidak ada salahnya membiarkan perasaan kamu terus tumbuh untuk Topan atau mungkin untuk yang lainnya.”
“Maksud kamu untuk yang lainnya?” Tanyaku tidak mengerti.
“Apakah kamu akan terus menunggu Topan sampai dia membalas perasaanmu?” Tanya Dhea.
Aku sendiri tidak yakin dengan jawabannya. Akankah aku terus menunggu atau mencari pengganti Topan?. Entah lah. Aku hanya mengangkat bahu.
“Soal kamu menemukan folder dengan namamu di komputer Mas Billy lebih baik kamu menanyakan langsung ke Mas Billy. Jika tidak bertanya kamu juga tidak akan tahu.” Kata Dhea. “Kalau masalah mimpi kamu, mungkin itu memang sebuah pertanda. Mungkin saja dia jodohmu.”
“Mungkin.” Kataku tidak terlalu yakin.
“Oh, ya. Katamu cowok yang di dalam mimpimu mengenakan sebuah kalung? Mungkin kalung yang dikenakan cowok itu merupakan sebuah petunjuk.”
Benar kata Dhea, petunjuk dari mimpiku hanya di kalung tersebut. Mungkin aku bisa mengetahui cowok yang ada di dalam mimpiku setelah mengetahui siapa pemilik kalung itu. Sepertinya aku pernah melihat kalung itu tapi aku lupa dimana dan siapa yang memakainya.
Aku juga harus segera bertanya dengan Mas Billy tentang folder dengan namaku di komputernya. Membicarakan ini dengan Dhea sungguh sangat membantu, perasaanku jadi lebih ringan setelah membicarakannya.
*****
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, bel tanda pulang sekolah juga sudah berdering sejak 30 menit yang lalu tapi kelas kami belum bisa pulang sekolah karena kelas kami sedang mengikuti praktikum fisika. Guru fisika kami belum memperbolehkan kami pulang sebelum menyelesaikan praktikum, Bu Rina memang terkenal galak di kalangan murid-murid. Kami jadi tidak bisa protes karena harus pulang telat daripada kelas-kelas lain. Untung saja kelompokku bisa menyelesaikan lebih cepat daripada kelompok lain, jadi aku, Topan, Randy dan Dhea bisa pulang terlebih dahulu. Aku jadi merasa tidak enak kepada teman-teman sekelas, wajah mereka sudah menunjukan kalau mereka sudah lelah dan ingin segera pulang.
Aku, Topan, Randy dan Dhea segera menuju ke tempat parkir. Sekolah juga sudah mulai terlihat agak sepi, hanya ada beberapa murid mungkin mereka sedang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler atau hanya sekedar nongkrong.
“Chan, kamu mau pulang bareng sama aku?” Randy menawarkan diri untuk mengantarku pulang.
“Maaf, Ran. Aku harus ke rumah Topan dulu, aku meninggalkan motorku di rumah Topan.” Kataku menolak tawaran Randy.
“O… kalau begitu aku pulang duluan. Nanti malam aku main ke rumah kamu ya!” Kata Randy.
“Oke, hati-hati di jalan ya, Ran!” Kataku.
Akhirnya Randy pulang terlebih dahulu meninggalkanku bersama Topan dan Dhea. Ketika bersama Randy aku tidak bisa terbuka daripada saat bersama Topan dan Dhea. Mungkin karena Randy belum mengetahui rahasiaku.
Karena motorku berada di rumah Topan, kami mengantar Dhea pulang ke rumahnya terlebih dahulu. Saat dalam perjalanan menuju rumah Dhea, aku menceritakan kembali tentang mimpiku dan apa yang kutemukan di komputer Mas Billy. Seperti biasa Topan selalu percaya diri dan mengatakan kalau yang di dalam mimpiku adalah dirinya. Tetapi begitu Dhea meledeknya tentang yang dilakukannya tadi pagi kepadaku, Topan langsung diam membisu tidak bisa berkata apa-apa. Spontan aku dan Dhea tertawa, wajahku saat itu memerah karena malu tetapi dapat aku lihat wajah Topan lebih merah daripadaku. Topan melihatku seakan mengatakan ‘kamu menceritakan kepada Dhea?’. Aku hanya bisa tersenyum senang karena aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari Dhea. Akhirnya kami tiba di rumah Dhea, Dhea mengajak kami untuk mampir tapi aku menolak karena harus segera pulang.
Setelah mengantar Dhea, kami segera menuju rumah Topan. Ketika sampai di rumah Topan, Topan mengajak aku untuk mampir terlebih dahulu tapi aku tidak bisa karena aku harus segera pulang dan menanyakan sesuatu ke Mas Billy. Ketika hendak pulang Topan sempat memegang tanganku sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Aku jadi penasaran apa yang ingin dikatakan Topan, tapi aku tidak bisa berlama-lama. Topan memang dapat membuatku bingung. Entah apa yang dipikirkannya, aku sama sekali tidak bisa mengerti jalan pikirannya.
Aku segera melajukan motorku dengan cepat, aku ingin segera pulang ke rumah dan bertemu dengan Mas Billy.
“Mas Billy! Mas Billy!” Teriakku memanggil Mas Billy begitu aku sampai rumah.
Aku melihat Mbak Surti lari terpogoh-pogoh menghampiriku.
“Mas Billy belum pulang, Mas!” Kata Mbak Surti.
“Tapi mobil Mas Billy ada kok di garasi!”
“Mas Billy tadi dijemput sama temannya.”
“Makasih yah, Mbak! Oia tolong buatin aku es jeruk Mbak, langsung antar ke dalam kamarku ya!” kataku. Aku segera menuju ke dalam kamar dan berganti pakaian. Tumben Mas Billy jam segini belum pulang kuliah, padahal aku ingin segera bertanya tentang yang aku temukan di komputernya.
Tok Tok Tok
“Masuk, Mbak! Pintunya nggak aku kunci!”
Pintu kamarku terbuka, Mbak Surti membawakan es jeruk pesananku. Tidak lupa aku mengucapkan terima kasih ke Mbak Surti. Aku menikmati es jeruk buatan Mbak Surti. Tiba-tiba terpikirkan, bagaimana kalau aku menyelinap lagi ke dalam kamar Mas Billy. Sepertinya aku harus menyelinap lagi. Menunggu Mas Billy pulang masih terlalu lama.
Akhirnya aku memutuskan menyelinap lagi ke dalam kamar Mas Billy, aku segera membuka pintu kamar Mas Billy. Setelah aku berada di dalam kamar Mas Billy, aku segera menyalakan komputernya. Aku terusik dengan laci yang terbuka di meja komputer Mas Billy, tapi laci itu bisa menunggu aku masih penasaran dengan folder dengan namaku di komputer Mas Billy. Setelah aku menemukan folder dengan namaku, aku segera membuka folder tersebut. Aku terkejut begitu aku melihat isi folder itu. Isinya adalah foto-fotoku, ada foto saat aku sedang berenang, tidur, makan bahkan saat aku di rumah sakit pun ada. Foto bersama dengan Mas Billy juga ada, tapi kebanyakan foto yang tidak aku sadari saat sedang dipotret. Kenapa Mas Billy mengambil fotoku secara diam-diam. Apa maksud ini semua? Aku memang merasa bahwa Mas Billy jadi agak aneh semenjak aku keluar dari rumah sakit. Aku jadi teringat, bahwa Mas Billy putus dengan Mbak Rere karena Mas Billy mencintai orang lain. Sebenarnya siapa yang dicintai oleh Mas Billy? Semua ini sungguh aneh, aku jadi tambah bingung dan sedikit takut.
Aku segera beralih ke laci yang terbuka di meja komputer Mas Billy, aku segera melihat isi dari laci itu. Ketika sedang mengeluarkan isi dari laci tersebut aku menarik sebuah kalung dari dalam laci itu. Aku terkejut, kalung ini kalung yang sama dengan yang dikenakan oleh cowok di dalam mimpiku. Apakah ini kalung milik Mas Billy? Apakah mungkin cowok yang dalam mimpiku adalah Mas Billy? Tapi aku jadi ragu karena itu semua tidak mungkin, cowok yang ada di dalam mimpi menciumku. Itu bukan Mas Billy karena Mas Billy adalah kakakku. Mas Billy tidak mungkin menciumku di bibir, kami bersaudara. Tapi bagaimana kalau semua prasangkaku salah? Bagaimana jika cowok di dalam mimpiku adalah Mas Billy? Bagaimana kalau Mas Billy melihatku bukan sebagai adiknya? Tidak mungkin! Ini tidak mungkin! Apakah mungkin orang yang dicintai Mas Billy adalah…… AKU!?
*****