It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Update dunk WOI !!!!
dilanjut ya...
Jdi mhon maaf bwat kterlambatannya..
Smoga masih sudi di tunggu oleh reader2 tercinta ...
tp jgn lama2 yah *hopefull*
Selesainya kapan nih, kak? *gasabaran* wkw. luph yuuuu~~
keep writing!
##################################################################################################################
BETWEEN YOU AND HIM [2]
***
"hallahh.. Asem lu vick, enak banget bisa selonjoran di situ, lah gue udah tempatnya sempit banget, pake ada siluman juga si sebelah gue" gerutu riko di depan gue. Haha, Gua cuma bisa menahan tawa melihat riko sedang di uber-uber dora, cewe gembrot yang duduk di samping dia.
Hari ini hari terakhir mos , akan di adakan camping untuk mempererat keakraban antar sesama siswa baru juga antara siswa baru dan kakak senior juga guru-guru. Kami sekarang dalam perjalanan menuju lokasi camp. Kami di bagi ke 5 bus yang udah disediakan, masing-masing diisi oleh 3 gugus (10 orang untuk setiap gugus). Gua seneng banget hari ini karena banyak hal, diantaranya... Ini adalah hari terakhir mos, hari terakhir penyiksaan senior terhadap kita, lalu hari ini kita akan camping, favorit gua, pasti seru soalnya tadi kita di suruh bawa baju ganti, sama pakaian yang udah lusuh/lama, juga alat mandi, hmm... Kebayang apa aja yang akan di lakukan di sana, hehe... Dan yang paling bikin gue seneng adalah... Kita satu bus dengan kak rama, yey ! sumpah deh beruntung banget gua kenal sama dia, orangnya baiiiiiiiikkk banget, ini aja, dengan alasan gue punya asma gue di kasih kehormatan duduk di jok paling belakang yang luas, cuman gue sendiri. Haha.. Disaat teman-teman lain sedang berkutat dengan sempit dan pengapnya tempat mereka, gue malah asyik selonjoran sambil menikmati segarnya terpaan angin pagi jalan-jalan yang kami lewati, beuhh pokoknya asyik deh. Kasihan si riko, haha bodo
***
Mata gue nggak putus-putusnya mandangin keindahan pemandangan areal persawahan yang kita sedang lewati, ber-hektar-hektar sawah yang letaknya di daerah berbukit di susun secara terasering terlihat begitu indah dengan bulir-bulir padi yang sebagian mulai menguning, daun-daun-nya melambai-lambai mengikuti terpaan angin, kadang tertekuk bagai di belai oleh angin, keren bangettt... Tepat ditengah areal persawahan yang luas itu ada sebuah saung, di sana ada seorang ibu yang sedang meng-gerak-gerakan tali yang di hubungkan pada sejumlah tiang-tiang bambu yang tersebar di seluruh penjuru sawah, saat tali ditarik akan keluar bunyi-bunyian berisik dari kaleng-kaleng susu yang sepertinya diisi batu yang di gantung dari pangkal tali hingga ketiang di satu titik di persawahan dimana ia di tancap, bunyi-bunyian itu sukses mengusir burung-burung nakal yang tanpa permisi hinggap dan mematuk bulir-bulir padi yang belum matang, cerdas. Gue makin terbuai dengan pesona alam di hadapan gue ini.
"sawahnya indah yah?" sebuah suara membuyarkan gue. Entah sudah sejak kapan dia duduk di situ, duduknya deket banget sama gue, dia juga asyik melihat pemandangan sawah yang kami sedang lewati. "eh.. I.iya kak, indah banget, jadi kangen ke kampung nenek kak, di sana juga banyak sawah kayak gini, nggak kalah bagus sama yang ini" gumam gue sembari tetap asyik memandangi sawah. "iya indah banget, aku juga suka kangen kampung kali liat yang kayak gini, kangen sama oma dan opa di sana, cuman sayang jauh, jadi nggak bisa sering-sering ke sana" "emang oma-opa kak rama dimana" "surabaya, udah 5 tahun semenjak aku lulus sd udah nggak pernah kesana, tau kabar mereka cuman dari telepon ato paling dari cerita saudara-saudara yang udah sempat kesana" dia terus ikut menatap ke sawah, raut senyum terukir jelas di wajahnya. Duhh kak rama, jangan sering-sering senyum dong, nggak tau apa senyumnya maut, hoho...
Gue nggak tau harus gimana sekarang, harus ngerasa apa gue sekarang, semuanya bikin gue kalut. Nggak munafik gue emang punya rasa suka sama di sejak pertama gue ketemu, dan semakin lama dia makin memupuk rasa itu di hati gue, makin besar dan makin besar aja. Gue sendiri masih bingung mengartikan ini apa. Belum seminggu gue kenal dia. Tapi... Sejak dia anter gue pulang di hari kedua mos waktu itu dia terus anter-jemput gue dari rumah dan dari sekolah. Perhatiannya luar biasa besar ke gue, dia sama sekali nggak mau liat gue capek selama mos, pernah dia marahin temennya karena hukum gue, dia selalu bikin gue nyaman di mana pun gue. Kemarin dia ajak gue jalan-jalan keliling kota naik motornya, kita ke pantai, bersantai sambil makan jagung bakar sama dia, ke taman kota, bantuin pengamen nyanyi-nyanyi di sana. perhatiannya, sifatnya, semuanya menghasilkan satu tanda tanya besar didiri gue. Nggak munafik gue senang di perlakukan kayak gini, tapi gue juga nggak mau berpikir muluk, nggak mau berharap banyak, takutnya gue tersiksa sendiri dengan harapan-harapan itu.
"mau?" dia menyodorkan sebungkus chittato berukuran besar ke arah gue. "eh..iya.." dalam diam gue dan kak rama makan snack itu sambil terus menikmati indahnya pemandangan alam yang kami lewati. Bus saat itu senyap, hanya suara deru angin yang menerpa bus, suara ban bus yang beradu dengan aspal jalanan, juga suara lagu-lagu lawas yang di putar di radio bus yang mengisi keheningan. Sayup-sayup gue dengar pula suara merdu kak rama yang mengikuti lirik-lirik lagu yang di putar di radio, gue baru sadar suaranya bagus banget. "bagus banget suaranya kak" "hah ? Eh.. Kamu denger yah, bisa aja kamu, biasa aja kok" ujarnya sembari mengacak pelan rambut gue dan tersenyum.*melting -,-
+++
Perjalanan terus berlanjut, dalam keheningan bus melaju begitu cepat menerobos jalan-jalan sempit yang kian tak karuan saja bentuknya. Hentakan-hentakan akibat lobang-lobang di jalan mulai intens terasa. Kontur jalan pun mulai beragam, naikan, turunan, tikungan semakin banyak terasa. Pandangan gue tertuju pada martin, untuk beberapa saat mata kita bertatapan. Tatapannya dingin sekali, entahlah gue juga nggak ngerti. Kak rama di samping gue tertidur, wah.. Serius dia tertidur, wajahnya terlihat banget sangat letih, pasti karena kecapean, kata kak dito semalam banyak anggota osis yang nggak sempat tidur karena menyiapkan acara ini, terutama anggota inti. Nafas gue tiba-tiba tertahan menyadari tangan kak rama menggenggam tangan gue, cukup erat, gue mau ngelepasin tangan gue dari tangannya tapi entah kenapa gue enggan terus melakukannya, antara gue nggak mau dia kebangun dari tidurnya atau gue emang pengen lama-lama dalam posisi ini sama dia, hmm...
+++
Badan gue udah pegel berlama-lama dalam posisi ini bersama kak rama, gue nggak mau bangunin dia, bagus dia punya waktu untuk istirahat dan bisa tidur, dia pasti capek banget. Deg! Tiba-tiba kepalanya tersandar di bahu gue, tangannya tetap menggenggam tangan gue. Haduhh.. Kembang kempis dada gue. Kepala kak rama tepat berada di bahu kiri gue. Untung sebagian besar pada tidur jadi nggak ngeliat, tapi tunggu ! Martin... Airmukanya semakin terlihat gusar saat melihat kak rama begini. Satu lagi tanda tanya besar menyeruak di pikiran gue. Ada apa dengan martin. Sejak hari pertama dia sangat jelas menunjukkaj ketidaksukaannya terhadap kedekatan gue dan kak rama, sifat jutek dan arogannya semakin menjadi sampai hari ini. Apa dia...? Ahh.. Mikir apa sih gue, ngaco... Ngapain juga dia gitu sama gue, toh jelas-jelas dari awal dia kontra juga kok sama gue, ditambah lagi sekarang dia punya pacar, namanya Mariska, cewek paling cantik sesekolahan. Jadi nggak mungkinlah... Arrggghhhh... Kok gue jadi gini sih mikirnya??? Bodo ah ! +++ "kak..kak rama, udah nyampe kak.." dengan hati-hati gue membangunkan kak rama. "hmmphh.. Eh vick, aduh sorry yah, aku ketiduran" sergahnya tak enak. "iya nggak apa-apa, kakak pasti kecapean, yaudah ikta turun yuk" "oke".
Kami akhirnya tiba di lokasi camp. Waaa... Keren banget ! Lokasinya di puncak bukit, dari sini kita bisa liat hamparan luas sawah yang tadi. Tenda sepertinya udah di siapkan. Tenda biru untuk cewek dan tenda kuning untuk cowok, kali ini di gabung senior dan yunior dalam satu tenda, tiap tenda berisi 15 orang, tenda dibuat cukup luar untuk menampung kapasitas segitu, ada sepuluh tenda, lima biru dan lima kuning. Betapa senangnya diriku mengetahui kak rama setenda denganku hahaha... tapiii... Begitu kagetnya gue ketika tau mister martin alexius singengkeian juga setenda sama kita, Ogh Jc ! What the hell.. Duh nggak tau deh gimana2nya entar enjoy ajalah.. Saat aku dan kak rama sedang membereskan barang di tenda kami berpapasan dengan si jutek martin, hmm.. Masih stay cool dengan tatapan dinginnya, ini anak kenapa sih ???
+++
13.15 siang.. kami serombongan sedang makan siang, makanan udah di sediakan pihak sekolah dalam bentuk nasi box, haha.. Cari aman.. Gue sedang duduk bareng kak rama, makan siang bersama. Tiba-tiba mata gue tertuju pada seseorang. "kak altin, kupacin apel fa'i dong" ucap seorang anak kecil seraya menyodorkan sebuah apel ke arah martin, sambil tersenyum dia melepas nasi box yang sedang ia makan lalu mengambil apel yang di pegang anak itu, ia lalu meminjam pisau pada bu nita yang sedang sibuk membagikan makanan lalu dengan telaten mengupas apel lalu memotongnya menjadi potongan-potongan kecil, ditaruhnya di piring kosong lalu diberikan kembali ke anak itu. "nih.. Eit tunggu.. fa'i udah ma'am nasi belom" "udah dong kak, banyak loh" "oke, itu baru jagoan! Nih apelnya" "aahh cuapiiin" pinta si anak. Martin cuma tersenyum lalu mengangkat si anak kepangkuannya, lalu dengan sabar menyuapi anak itu dengan potongan-potongan apel tadi. Ya Tuhan, sekali lagi martin sukses mempermainkan penilaian gue tentang dirinya, duh.. Kamu itu sebenarnya seperti apa sih martin ! Entah kenapa gue makin penasaran sama dia... "aduuhhh.. Disini kamu rupanya, heh kamu gangguin kak martin aja lagi makan, sini..! Maaf ya nak martin" "ah, nggak ganggu kok bu, nggak sama sekali, martin seneng kok sama fa'i, ya kan jagoan! Toss dulu dong.. PLAK! Hehe.. " "nanti fa'i main sama kak altin lagi yaa" "siiipp" martin mengacung jempolnya. "ibu kesana dulu ya tin, kamu lanjutin gih makannya" "iya bu.." ibu itu pun berlalu, martin kembali asyik dengan makanannya. "itu martin yang sebenarnya" suara kak rama mengagetkan gue. "eh, kak.. I..iya.. Pangling aku liatnya" "martin aslinya emang baik, cuma ya itu.. Sifatnya yang sangat tertutup dan cenderung tempramen" ujar kak rama pelan. Dalam keheningan kamipun melanjutkan makan kami. Hmm... Makin penasaran aku sama kamu tin..tin..hehe
+++
Baru aja kita selesai outbond, wah.. Seru abis pokoknya, biarpun tadi mainnya nggak boleh full sih soalnya nggak di kasih sama kak rama, uhh dasar asma sialan, nyusahin banget sih. Tapi tak apalah biarpun gitu gue seneng karena dengan adanya penyakit nyebelin ini gue bisa terus deket sama kak rama hohoho... Sekarang kita semua para cowok sedang beramai-ramai ke sungai, mau bersihin badan yang belepotan lumpur, bau, dsb. Duhh.. Jadi nggak sabar ke sana, pasti banyak yang cucok, haha, huss ! Ngeresnya keluar...
"kak itu tadi seru banget yah?" "iya..iya.. Tapi kamu bikin kuatir aja tau nggak, udah abis mandi entar kamu langsung minum teh hangat yah" ujar kak rama sembari membersihkan rumput-rumput yang menempel di tubuh gue karena guling-gulingan tadi, hmm... huh >.< Mau di kekang kayak gimana juga gue manusia, nggak luput dari dosa, nggak kuasa menahan nafsu. Daritadi gue cuman bisa telan-telan ludah ngeliatin cowok-cowok shirtless bahkan ada yang berani pantsless saat mandi di sungai, omg.. Godaannya menyiksa banget sih, di depan gue ada kak rama yang dengan pedenya cuman mengenakan boxer di depan gue, lekuk tubuhnya yang mulus bikin mata gue nggak bisa ngedip mandanginnya, oh tuhan help me.. =.=
"ayo kesini vick ! Nggak bakal bersih kalo cuma basah-basahin dari tepi, ayo turun, dangkal kok" kak rama berusaha menarik tangan gue, omg kak, semoga ni asma nggak kambuh, heuh... "i.iya kak" dengan sungkan gue pun turun ke bawah hanya berbalut selembar boxer. Gedebuggg! Omg gue kepeleset! dan jatuh tepat di rengkuhan kak rama, gue di peluk tubuh shirtless itu, lekuk dada bidangnya tepat mengenai kepalaku, seketika nafas gue berhenti.. "hahaha, makanya pelan-pelan turunnya, udah nggak pa-pa ayo bilas tubuh kamu" "i..i..iya kak" setengah mati gue berusaha menghilangkan kesaltingan ini, gue pun mulai bisa tenang membersihkan tubuh. Perlahan pandangan gue menerawang, dari sejumlah cowok-cowok yang lain mandi, tanpa sengaja gue ngelihat martin ! OH TUHAN ! bodynya... harus gue akui badannya 2 kali lebih kekar dari kak rama, walaupun nggak gede kayak binaraga, tapi lekuk tubuhnya mempertontonkan otot-otot yang terbentuk sempurna di setiap sudutnya, dadanya yang bidang, perut sixpacks yang proporsional, biceps tricepsnya yang kokoh, duhh... sumpah keren banget! DEG !! gue tiba-tiba jadi salah tingkah saat dia nangkap basah gue sedang perhatiin dia, omg ! Ilang muka lagi gue sama dia ! dia cuman tersenyum sinis sambil terkekeh kecil seraya meneruskan acara cuci-cucinya, huhh.. Sialaaaaaannn!!!
+++
Fiuhh.. Akhirnya gue terbebas juga dari godaan-godaan tadi, sekarang kita sedang balik ke tenda dari sungai. "duh licin banget jalannya yah kak" "iya vick, makanya hati-hati, awas kepeleset" "iya kak.." gue pun terus berusaha berjalan di jalan berbatu yang becek, licin, dan berlumpur, yakss.. tiba-tiba..
HWAAWWW!!!
BUGGG!!!
AAAAAAHHH!!!
Oh tuhan kaki gue sakit banget, kejepit diantara batu.. Ahhh!!! "vicky kamu kenapa!!???" tanya kak rama panik, sontak semua orang mengerumuni kami. Sakit kaki gue menjalar sampe ke ubun-ubun, perih banget! "arrggghh, sakit kaaakkk" "minggir-minggir semua! Jangan di kerumunin gini dong" suara seseorang memecah kerumunan, martin! "kenapa kakinya ! Dia kenapa !" "kakinya terkilir kayaknya!" ujar kak rama panik. "duhh, gimana sih ! Sini !" tiba-tiba tanpa persetujuan dari siapapun dia menggendong gue, serius ! dia gendong gue. Gue kalut banget antara nahan rasa sakit sama kalut di peluk sama tubih shirtless martin, dada dan perutnya yang kokoh tepat menempel dengan pinggang dan perut gue, tangan gue di lingkarin di lehernya (so drama)... "arggghhh" gue mengerang menahan rasa sakit yang semakin menjadi, martin semakin mempercepat larinya. "ahhh... Sakit kaaaakkkk" setengah berteriak, gue semakin mengeratkan pelukan, sumpah sakit banget. "i..iya sabar vick, tenda udah deket kok" ujar martin panik, walau sedang berjuang menahan rasa sakit tapi gue masih bisa dengan jelas melihat ekspresinya, panik banget!
+++
Tiba di tenda gue langsung di tangani sama guru. Nggak terhitung berapa kali gue teriak-teriak menahan rasa sakit saat lagi di urut pak guru, gue sampe remas-remas tangan martin di samping gue, sampe lecet kayaknya. Pijitan membunuh itu akhirnya selesai setelah lebih setengah jam. Gue terkulai lemas di atas tikar. Martin mengganti pakaian gue yang basah tadi dengan kaos dan celana baru, abis itu pakein gue selimut, dan dia melakukan semua itu tanpa ekspresi, gue tengok kak rama di sampingnya cuman bisa mengamati gue tanpa bisa berbuat lebih, semuanya di handle martin. Semuanya semakin menimbulkan tanda tanya besar di benak gue tentang dia pemuda di depan gue ini. Perlahan badan gue makin melemas, gue capek banget, dan akhirnya gue tertidur. Gue masih bisa ngerasain belaian tangan di dahi gue, entah siapa itu.
+++
mataku perlahan terbuka, keadaan sudah gelap, cuman sebuah lampu petromax yang jadi sumber penerangan. Badan gue rasanya letih banget, kesadaran ge perlahan pulih, gue kembali mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, gue inget semuanya. Kerongkongan gue rasanya kering banget, gue rogoh sack tas gue di samping, ternyata air mineralnya udah abis, ahh gimana nih... Mana tenda kosong juga, mau jalan kaki masih sakit banget, pasti nggak kuat sampe ke sebelah.
Srrrrttt...
bunyi terpal tenda di singkap, martin masuk membawa semangkok bubur dan satu gelas teh hangat. Dia kemudian duduk di samping gue lalu meletakan bubur dan teh di sampingnya.
"nih lu minum dulu" dia menyodorkan gelas teh itu ke gue.
"gue mau minum air dingin tin, kering banget kerongkongan gue"
"hmmphh" desisnya kemudian mengambil air mineral di mini bag yang selalu dia bawa.
"nih, tapi habis itu minum ni teh anget juga" ujarnya, gue ambil air mineral itu dari tangannya, rasanya segar banget setelah beberapa teguk masuk ke kerongkongan gue.
"iyaa.. Kak rama mana ?"
"..." diam sejenak. "dia lagi ngurusin acara malam ini, sama panitia lainnya, gue ditugasin jagain lu"
hening lagi...
+++
gue cuman bisa diam termenung memandangi martin yang dengan telaten menyuapi gue dengan bubur. Mati-matian tadi gue tolak tapi dia terus maksa, akhirnya gue mau juga. Wajahnya begitu tenang saat nyuapin gue. Nggak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Kutengok arloji, jam sudah menunjukkan pukul 20.28.
"tin, anter gue kesana dong, gue nggak mau ketinggalan acara malam ini"
"hallah, nggak liat kaki lu ampir patah gitu, nyari penyakit aja, nggak usah di sini aja, gue jagain lu" sergahnya sedikit keras, lebih mirip bentakan, gue terdiam sejenak.
"gue pengen banget ikut tin" ucap gue pelan.
"..." martin diam sesaat. Tiba-tiba dia berbalik membelakangi gue.
"yaudah naik sekarang!"
"hah?!"
"mau kesana nggak, jangan sampe gue berubah pikiran lagi nih!" gue langsung sumringah mendengar itu.
"yeee..." dengan semangat gue beringsut ke gendongannya. Tangan gue melingkar di lehernya.
"hngkhh.. Buset berat banget badan lu!"
"enak aja! Gue ringan tau!"
+++
gue pun bergabung dengan teman-teman yang lain. Martin turunin gue dibantu teman-teman segugus gue. Kak rama kayaknya sibuk banget ngurusin kegiatan malam ini. Bersama kakak-kakak osis yang lain dia mendata tugas-tugas yang di bawa para siswa baru.
Kami berkumpul mengelilingi api unggung yang udah di siapin, membentuk lingkaran dan duduk sesuai gugus masing-masing, sejak tadi terus bernyanyi, diiringi petikan gitar kak dito, sayang.. Skill gitarnya luar biasa menurut gue, tapi suaranya itu loh, duh.. Setan bisa pingsan kali dengerinnya melihat martin sudah ada , kak dito datang menyodorkan gitar itu ke martin.
"silahkan senior.. Hihi"
"hallah apaan sih lo, udah lo aja" tolak martin.
"ayo dong kaaaakkk" teriak hampir seluruh siswa baru di sana.
Akhirnya dengan sedikit raut kesal diambilnya juga gitar itu.
"hoyy tenang semua, bintang besar kita mau nyanyi" cetus kak dito, sambil masih terkekeh kecil perlahan suasana menghening, hanya ada suara dentingan gitar martin.
###
sandiwarakah selama ini...
setelah sekian lama kita tlah bersama...
inikah akhir cerita cinta...
yang s'Lalu aku banggakan di depan mereka...
entah dimana ku sembunyikan rasa malu...
kini harus aku lewati...
sepi hariku tanpa dirimu lagi... biarkan kini ku berdiri...
melawan waktu tuk melupakanmu...
walau pedih hati...
namun aku bertahan...
Kami semua di buat terhanyut oleh indah suara dan merdu dentingan gitar martin. Sekali lagi gue dibuat terpesona oleh seorang martin, mata gue dari tak tak leps memandangi dia yang memejamkan mata meresapi makna lagu itu. Perlahan kami mulai mengikuti lantunannya, kami menyanyi bersama. Sesaat pandanganku tertuju pada kak rama di seberang sana, menatapiku dengan sebentuk rasa yang gue pun susah menjelaskannya, nggak suka, kesal, jengah, atau... Cemburu???
Ah.. Mulai deh lu vicky =.=
selesai martin bernyanyi acara berlanjut dengan pembacaan surat cinta dari siswa baru ke kakak kelas, part ini membuat kami terpingkal2 tak karuan. Siswa baru diharuskan membacakan langsung surat cinta pada kakak yang dituju, gue dapet kebebasan karena tadi jatoh jadi nggak usah bacain surat, haha, senangnya...
"rambut indahmu bagaikan kelopak bunga, mengayun lembut saat angin menerpanya, ingin rasanya aku bergelayut disana" ujar riko dengan pedenya membacakan suratnya ke kak melisa.
"hahahaha" tawa kami semua mengiringi dia membaca suratnya.
"woy diem lu semua, ganggu aja.. Hehe.. Maap darling, biasa orang-orang sirik, woke lanjut! Ehm-ehm.. Bibir indahmu begitu menggoda, merah merona bagaikan sekuntum mawar, ingin rasanya aku mendengar bibir itu berucap I Love You Too" dia berjingkrak kesetanan saat membaca bagian itu, dasar setres !
"ehem-ehem, ngapain kamu sama pacar saya..?" kak rama mengagetkannya dari belakang, sontak ia berbalik dan tersenyum garing pada kak rama, hahaha.. Sontak gelak tawa kembali pecah di antara kami..
Tapi tunggu dulu ! Kak melisa pacarnya kak rama ???? APAAAA
***
=Martin Alexius Sinengkeian=
Aku masih termenung menatapi wajah teduh di sampingku ini. Ia terus tersenyum sambil sesekali tertawa lepas melihat aksi teman-temannya yang membacakan surat cinta, ada sebentuk rasa sejuk dn tenang yang hinggap di hatiku saat melihatnya. Belum seminggu aku mengenalnya tapi anak ini sudah sukses membuatku tak bisa menghilangkan wajahnya dari benakku. Aku sendiri binging mengartikan gelolak apa yang kurasakan padanya kini. Ah.. Anak ini betul-betul sudah mempesonaku sejak pertama melihatnya. Tapi sayangnya aku masih terperangkap dalam ego dan tabiat hidupku. Ah, kenapa aku seperti ini sih ? Hidup sebagai cowok yang 'sakit' saja sudah susah, apalagi harus dikaruniai kepribadian yang luar biasa tertutup seperti ini, oh god ! Ini betul-betul menyiksa. Ah tapi di balik semua itu aku masih bisa tersenyum, vicky sepertinya tidak menunjukkan ke-kontra-an yang berarti dengan hadirnya aku di sampingnya, yahhh... Meskipun tetap.. Entah sampai kapan aku akan memakai topeng ke angkuhan ini.
Acara di tutup dengan sedikit refleksi dan sesi curhat dan guru bk. Disini baik para siswa baru, kakak kelas dan guru-guru saling men-share hal-hal penting atau sekedar uneg-uneg yang kami rasakan selama proses kegiatan kependidikan di sekolah. Forum ini terasa hangat, keakraban tercipta begitu erat antar kami semua yang di sini, tak ada jarak yang memisahkan antara murid baru dan kami sebagai penghuni lama sekolah ini. Bagus sekali untuk membuat mereka para murid baru merasa nyaman akan sekolah mereka yang baru. Aku dari tadi lebih banyak diam memperhatikan mereka. Hanya menimbrung sekenanya bila di tanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 23.50 saat kami semu bergegas kembali ke tenda untuk tidur. Hmphh.. Aku harus menahan nafas sesak saat melihat rama memapah vicky menuju tenda. Kembali rasa panas didada menguasaiku saat melihat mereka berdua begitu akrab. Rasa ini selalu datang tiap kali melihat mereka bersama, perhatian yang ditunjukkan rama betul-betul kelewat batas menurutku. Erghh.. Dada ini sesak melihat mereka. Kembali saat memasuki tenda, aku harus di suguhi pemandangan tak mengenakkan. Rama sedang dengan telatennya membaringkan vicky ke tempat ia tidur lalu memakaikan ia selimut. Hey seharusnya anak-anak di sini merasa aneh dengan tingkah mereka, kok biasa aja sih ??? Mereka memang memilih tempat yang bersebelahan. Oh God !!! Sabaaaaaaar sabar !!!
###
Aku duduk bertiga dengan rama dan vicky di jok paling belakang bus. Sekarang kita dalam perjalanan pulang dari lokasi camp. Hmphh.. Aku menghembuskan nafas panjang berharap sedikit bisa mengurangi sesak di dada. Aku menoleh, memandangi sisi lain jendela bus ini, berusaha mengalihkan pikiranku dari dua cecunguk di sebelahku ini.
"hahaha" tawa kecil mereka kembali mengusik ketenanganku ergghh...! Betul-betul perjalanan pulang yang menyesakkan!
Jam 9 tepat kami tiba di sekolah. Setelah membantu anggota osis yang lain mengembalikan inventaris sekolah yang kami pakai, mendata kembali anak-anak bru stiap gugusnya, kemudian terakhir mengembalikan barang-barang mereka yang di amankan akhirnya aku bisa pulang jga kerumah...
Hoahh... Rasanya remuk semua tulangku stlh kegiatan melelahkan kemarin hingga pagi ini. Ah.. Udah resiko jadi osis emang. Tak apalah...
###
Kira-kira pukul setengah sebelas pagi aku tiba di rumah. Memasuki gerbang aku kembali di hadapkan dengan sebuah istana megah nan suram. Rumah ini bertingkat tiga, besar dan mewah, halamannya luas di kelilingi bunga-bunga indah yang ditanam mama, sekarang tinggal mang udin, tukang kebun kami yang merawatnya, mama tak bisa lagi mengurusnya. Ah.. Kembali hatiku miris mengingat mama, itu dia di sana.
Mama tersenyum memandangiku, wajahnya masih terlihat kusam, rambut panjangnya tergerai, tak henti-hentinya ia usap dengan tangannya. Wajah itu semakin tirus saja, seolah mengguratkan beban batin yang sudah lama ia rasakan. Aku berlari kecil menuju mama yang sedang asyik memandangi mang udin yang menyiram bunga-bunganya. Aku berlutut di sampingnya.
"pagi ma.. Mama udah makan?" tanyaku seraya mengusap pelan rambutnya.
"..." tanpa suara, ia hanya tersenyum sambil terkekeh kecil dan mengangguk.
"makannya banyak kan ma ?" sekali lagi pertanyaanku hanya di jawab dengan anggukan.
Sekali lagi airmata tak bisa tahan tak ku keluarkan jika melihat kondisinya sekarang ini. Aku sangat merindukan senyuman mama yang dulu, mama yang selalu ceria dan bisa menjadi tempat andalanku mengutarakan uneg-uneg. Kini mama tergolek tanpa daya di atas kursi roda. Menapaki hari-harinya di atas kursi roda sialan ini. Aku geram pada semuanya, pada seorang pria yang katanya papaku! Pria jahanam yang membuat hidup ibuku menderita! Aku aneh sendiri pada masyarakat luas yang begitu mengangumi dan mengidolakan dia, tak taukah mereka seberapa bejatnya idola mereka ini ?
Aku menegakkan tubuhku, dengan gontai melangkah meninggalkan mama yang masih begitu asyik memandangi bunga-bunganya, memanggilnya masuk sama saja memecah keributan besar. Sebuah foto keluarga berukuran jumbo lgsg menyambut mataku saat memasuki ruang tengah, menyedihkan!
###
Tidurku perlahan terusik, terasa ada sentuhan di tubuhku. Perlahan mataku terbuka, dan langsung terbelalak begitu menyadari seseorang sedang menggerayangi tubuhku !
BRUGGG!!!
Tubuhnya terpental ke lantai begitu aku menendangnya, dengan sigap ku rapikan kembali celanaku yang hampir di peloroti seutuhnya, aku beringsut dari kasur, dia mengejarku, yang terpikirkan olehku hanyalah pintu kamar mandi yang terbuka.
BRAKK!
Bunyi pintu kamar mandi yang kututup dengan keras.
"woy setan!!! Buka nggak! Bangs*t!" ia terus berteriak-teriak sambil me-mukul2 pintu kamar mandi, kutahan sekuat yang ku bisa. Ia berusaha mendorong pintu itu dengan kuat. Aku gemetaran. Hampir setengah jam aku berkutat dengan iblis sialan itu. Akhirnya ia menyerah. Tak terdengar lagi suara gedoran dari luar.
Aku tertunduk. Memeluk kedua lututku dengan tanganku. Tubuhku bergetar hebat kedinginan. Sesaat kemudian wajahku memanas, benda cair yang sudah sejak tadi mendesak di sana akhirnya keluar. Aku menangis sejadi-jadinya, meratapi diriku. Orang itu, pemuda jahanam bernama Alfredo Rahardian itu adalah kakak tiriku, anak dari istri kedua papa. Dialah yang menghancurkan hidupku, memerangkapku dalam dunia yang suram ini.
= 5 TAHUN YANG LALU =
"nah, sekarang kalian kakak-beradik, Alfred, kamu harus bisa jadi kakak yang baik buat martin" ucap tante Rebecca dengan mantapnya.
Mataku panas menatapi tangannya menggandeng mesra tangan papa, menyandarkan kepalanya di bahu papa. Lebih membuatku miris melihat mama hanya tersenyum memandangi mereka sembari memainkan boneka dora kesayangannya. Alfred memegang pundakku, kutatap datar wajahnya yang menatapku sendu, aku geram melihat wajahnya, sedikit keras ku tepis tangannya di pundakku lalu berlari memasuki kamar.
"martin ! Nggak sopan kamu ! " terdengar suara geram papa.
"udah nggak apa-apa pa, biar alfred yang temuin dia" sejurus kemudian terdengar langkah kakinya mendekati kamarku, aku lalu berlari memasuki kamar mandi.
"tin ? Martin.. kamu di mana.." tubuh semakin menyudut ke sudut kamar mandi, ku peluk kedua kaki mungilku.
Pintu kamar mandi perlahan terbuka. Alfred masuk dan menatap sendu wajahku.
"kamu kenapa dek?" tanyanya pelan.
"KELUAAAAAARR!" Tak mempedulikan teriakanku di peluknya tubuhku lalu dia keluarkan dari kamar mandi.
"LEPASIN ! LEPASIN AKU!" aku terus berontak, me-mukul-mukul dadanya agar melepaskanku, namun sia-sia, rengkuhannya tak merenggang sedikitpun.
Ia terus memelukku, tubuhnya mengayun pelan tubuhku. Perlahan tenagaku habis sendiri memukulinya, aku lelah, dan tak berontak lagi, aku masih terisak dalam rengkuhannya, sesaat mata kami bertemu, ia menatapku dengan tatapan yang begitu menyejukkan, sejurus kemudian tangan kanannya menekan tenggukku, membaringkan kepalaku di bahunya. Ada sebentuk rasa damai nan tenang yang menelusup ke tubuh martin kecil saat itu. Tanganku yang tadi memukul-mukul dadanya, berusaha berontak, kini malah melingkar di lehernya. Ia terus mengayun pelan tubuh kecilku, hinggak aku terlelap dalam pelukannya.
###
Hari-hariku terasa tambah berwarna semenjak kehadiran kak alfred. Dia sangat baik padaku, melebihi kasih sayang papa sekalipun. Dia betul-betul mengubah persepsiku tentang saudara tiri. Ternyata tak seburuk yang di kata orang. Kak alfred sangat baik, baik padaku juga mama, dia menyayangi mama bahkan seperti ibu kandungnya.
###
"mau?.. Nih.. aaa... ee nggak jadi, haha, amm.."
"ahh rese nih, kak al nyebelin !"
"biarin, yang penting mah ganteng, haha"
"hallahh.. Narsis gila.."
"biarinn.. Nih.."
"males, paling di makan lagi.."
"enggakkk.. Kalo ini beneran, nih.."
"nggak mau!"
"nih.. Beneran.. Ayo.."
"hmm.. aaa.."
"...heee nggak jadi ! Hahahaha.. Amm.."
"aaaa... Nyebeliiiinnn.."
"haha, iya..iya.. Maaf.. Aduuh.. Jangan di cubit dong, kan sakit.. Hehe.."
"biarin!"
###
Keakrabanku terjalin dengan kak alfred semakin erat. Aku kini sampai di fase di mana aku tak bisa lama-lama jauh darinya. Aku sangat menyayanginya. Aku merasa damai, tenang, dan terlindungi jika berada di sampingnya. Aku kini punya teman yang mau menemaniku di saat kesepian, terlebih papa yang sangat jarang pulang ke rumah, terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Kak alfred selalu ada saat aku butuhkan. Semuanya berlangsung indah, terlalu indah untukku memikirkan seculi pun pandangan buruk tentangnya. Namun semua berubah saat peristiwa jahanam itu terjadi. Merubah semuanya, menghancurkan semuanya.
###
"kak, kenapa sih suka banget mandangin senja di pantai ? Perasaan tiap kali jalan-jalan martin di aja ke pantai terus" ujarku sedikit kesal ambil melemparkan batu-batu kecil ke pantai, alfred tak menjawab, malah melingkarkan kedua tangannya memeluk tubuh kecilku.
"kamu mau tau kenapa kakak suka banget sama pantai, hmm.. Karena menurut kakak pantai itu indah, satu-satunya tempat di mana kita melihat langit dan laut seakan bertemu dan menyatu" martin kecil hanya menatap nanar ke taman, ia belum cukup pintar untuk menafsirkan perekataan alfred barusan. Yang ku rasakan saat itu hanyalah kenyamanan, nyaman dan hangat dalam rengkuhan pemuda bernama alfredo.
Malamnya begitu dingin sekali, yang ada di rumah hanya aku dan alfred, mama.. Tak bisa di harapkan, dia sudah terlelap sejak tadi petang oleh obat tidur, pembantu kami entah alasan apa minta ijin pulang selama dua hari.
Hujan di luar turun deras sekali.
Aku tengah asyik dengan permainan playstasion di kamarku. Sama-sama kak alfred datang membawa dua buah mangkok berisi sesuatu yang mengepul. Nafsu makanku langsung terpicu begitu melihat isinya, soto ayam.
"wahh, dapet dari mana nih kak, emang ada yang jualan hujan2 gini"
"enak aja.. Kakak bikin sendiri tau!" ia menjitak pelan kepalaku.
"aww... Huu.. Emang bisa? Hehe"
"bisalah ! Soto doang kok.. Udah ah makan yuk, laper nih"
"wokeee...”
Dengan semangat kami berdua menghabiskan dua mangkok soto yang di buat kak alfred itu. Aku kagum di umurnya yang baru 17 tahun sudah bisa membuat makanan seenak ini.
"gimana? Enakkan ?" tanyanya seusai kami makan.
"hmm... lumayaaaan hahahaha"
"sialan kamu, yaudah kita tanding winning sekarang !"
"oke ! Siapa takut!" jawabku girang.
###
Malam itu ak dan alfred bertanding winning eleven hingga larut malam, suara teriakan-teriakan kami teredam oleh derasnya deru air hujan di luar. Pertandingan kami berlangsung seru sekali. Hingga jam menunjukkan pukul setengah duabelas malam, mataku benar-benar sudah tak bisa berkompromi, aku mengantuk.
"kak, ngantuk.." ucapku parau seraya menguap didepannya.
"yaudah sekarang kamu tidur, kakak bawa mangkok kotornya keluar dulu yah.."
"iya kak.." ia kemudian keluar membawa mangkok-mangkok bekas kami makan tadi, lalu kembali mengambil handphone dan dompetnya.
"kak, mau kemana ???"
"mau ke kamar kakak lah, katanya kamu mau tidur?"
"eee... Disini aja.. kakak tidur sama aku aja" ujarku tersipu.
"hmm.. hahahaha" dia malah tertawa.
"kok ketawa sih !"
"ooo.. Jadi takut sendiri nih ceritanya, hahahaha" ia semakin terpingkal-pingkal.
"aahh udah ah, ayo ! Pokoknya kakak harus tidur disini"
"iya-iya.. Haha, tin..tin.. udah gede gini masih penakut juga yah"
"biarin!"
"yaudah kakak tidur disini, kita sikat gigi dulu yuk, bareng aja.."
"sipp!"
Aku dan kak alfred pun menuju kamar mandi kamarku bersama, untuk sikat gigi dan sedikit mencuci muka.
Tepat saat kami keluar dari kamar mandi...
"JEGEDAAAARRRRR!!!"
"HWAAAA...!"
Sontak aku berteriak ketakutan mendengar suara petir yang menyeramkan itu. Tubuhku menggeletar hebat saat itu, refleks aku langsung memeluk kak alfred. Aku masih saja tak bisa menghilangkan phobiaku dengan petir.
"hey..tin! martin kenapa dek. Kamu nggak apa-apa..?" tanyanya panik, aku tak mampu menjawab, tubuhku masih bergetar hebat dalam pelukannya.
"HWAAAA!!!" sekali lagi aku berteriak ketakutan saat suara petir itu kembali membahana, semakin erat ku peluk tubuhnya. Sepertinya ia mengerti apa yang menjadi ketakutanku. Perlahan ia menggiringku ke ranjang, merebahkanku sembari terus mendekapku. Ia menyelimutiku dengan selimut tebal. Mengelap keringat dingin yang keluar di sekujur wajah.
###
Setelah beberapa menit, aku mulai bisa mengontrol diriku. Badanku masih sedikit bergetar walau tak sehebat tadi. Kak alfred terus mengusap dahi dan rambutku. Sesaat wajah kami bertemu, tatapannya begitu hangat, senyum terus terukir di sana, cukup untuk menenangkanku. Entah berapa lama kami bertatapan tangan kanannya mengangkat daguku, kemudian dengan lembut mendarakan ciuman di bibirku. Jantungku rasanya berhenti saat itu. Sekilas ia menciumku lalu melepasnya. Entah mengapa aku tak membalas atau pun menolaknya, aku terbuai oleh tatapan sendunya, begitu menghanyutkan. Ia melakukannya lagi. Bibir itu kembali mendarat di bibirku. Kali ini melumatnya dengan lembut dan mesra. Aku mulai merasakan sensasinya, adrenalinku mulai menggila, entah sadar atau tidak aku mulai membuka mulutku, membiarkan ciuman itu menguasaiku. Ia kemudian berhenti. Menatapku dengan tatapan yang masih sangat sulit ku artikan. Tangannya mulai melepas satu persatu kancing piyamaku, satu demi satu lepas hingga pakaian itu terlepas sudah dari tubuhku. Seketika aku menggelinjang tak karuan saat lidah nakal itu menyentuh dadaku, melumat titik sensitifku di sana, aku seolah melayang saat ia melakukan itu, desahan-desahan kenikmatan mulai jelas terdengar dari mulutku. Ia mulai menguasai tubuhku, kami melakukan semua malam itu, untuk pertama kalinya aku merasakan kenikmatan semacam itu, aku tak kuasa menolaknya. Dibenakku saat itu hanyalah, aku ingin mereguk kenikmatan itu, lebih dan lebih lagi.
###
Pagi harinya aku terbangun dengan tubuh yang begitu letih. Aku tersentak kaget mendapati tubuh telanjang kak alfred tertidur mendekapku. Kami sama-sama tak menggunakan selembar kain pun di tubuh kami. Hanya selimutlah yang menutupi tubuh kami. Aku tertidur di atas dada bidangnya. Sempat ingin menyingkir namun tiba2 ia merengkuhku. Semakin erat dan semakin erat dalam dekapannya.
"kak.. kita nggak boleh gini kak"
"tin.. tolonglah jangan tolak kakak kali ini, kakak sangat menyayangi kamu, kakak cinta sama kamu tin, ijinkan kakak untuk membuktikan itu semua" ujarnya dengan pasti dalam dekapannya.
Aku terdiam tak mampu berkata apa-apa, ia menatapku sendu dengan tatapan yang sungguh begitu meluluhkanku. Aku tak kuasa menatap balas tatapanmu itu. Kau menaklukanku. Sejak hari itu status hubungan kami berubah, atau mungkin lebih tepatnya bertambah dari sekedar kakak-adik tiri kini bertambah dengan menjadi sepasang kekasih. Hidupku kian tambah berwarna sejak saat itu. Martin betul-betul terhanyut oleh cinta dan kasih sayang yang ditunjukkan seorang alfred. Papa dan mama yang melihat keakraban kami pun kian bahagia, aku yang dulu membencinya kini malah begitu akrab dengannya. Tentulah mereka tak pernah tau hubungan terlarangku dengannya.
Semua berjalan begitu indah dan lancar sampai suatu hari. Peristiwa jahanam itu terjadi. Peristiwa yang menjadi awal dari semuanya. Awal yang merubah total semuanya. Pagi itu begitu dingin. Kabut pekat menyelimuti seisi kota. Gerimis kecil menemani perjalanan kita ke sekolah. Niat tadinya akan berangkat sekolah naik motor masing-masing kami urungkan, dengan mobil kak alfred kami berangkat berdua ke sekolah. Saat kami tiba di sekolah semua biasa saja, baik-baik saja.
###
Jam istirahat pertama aku menemuinya. Dengan langkah pasti aku berjalan menuju kelasnya. Belum sampai di kelasnya aku berhenti di salah satu koridor sekolah, tepat di samping gudang ku lihat kau dengan paniknya sedang berbibara lewat telepon. Waktu itu hujan turun cukup deras hingga aku tak bisa mendengar apa yang ia ucapkan. Yang pasti sangat serius terlihat dari raut wajahnya saat menerimanya. Perlahan aku terus mendekatimu, hingga semua yang kau ucapkan terdengar jelas di telingaku.
"APA !!! INI NGGAK MUNGKIN PAK ! NGGAK MUNGKIN ! KALIAN PASTI BOHONG ! ITU NGGAK MUNGKIN" aku tersentak kaget saat melihatnya melempar keras ponselnya ke dinding hingga hancur lebur. Sejurus kemudian ia tersungkur menangis sesengukan di sana.
"kkak.. kakak kenapa kak ?" tanyaku hati-hati.
ia tak menjawab, aku memeluknya berusaha menenangkannya. Aku bertanya sekali lagi.
"kak tenang dulu kak, ada apa sebenarnya?"
"mama tin, mamaku... dia..."
"iya.. mama rebecca kenapa ?"aku semakin panik.
"mama kecelakaan tin, dia meninggal" susah payah ia menyusun kata2 itu lalu kemudian kembali hanyut dalam tangisannya.
Aku terhenyak, tak percaya dengan apa yang barusan ku dengar. Tak terasa airmata pun ikut menetes di mataku.
Setelah sebulan berlalu semenjak kematian mama kak alfred. Ia berubah sangat drastis. Kebaikan dan perhatian yang selama ini ku dapatkan darinya tak terlihat lagi kini, tak bersisa sedikit pun. Ia berubah 180 derajat menjadi cenderung arogan dan tempramen. Kebiasaan mabuk-mabukan mulai semakin sering mengisi harinya.
Tak ! Tak ! Tak !
Suara pintu kamarku di gedor dari luar. Saat itu sidah tengah malam. Dengan malas aku membukakan pintu. Aku tersentak kaget mendapati dirinya yang tiba-tiba saja menyergapku. Merengkuh tubuhku dan melumat serampangan bibirku. Aroma minuman keras yang menyengat begitu menusuk hidungku.
"kak ! Kakak apaan sih ! Lepasin kak, martin nggak mau, martin capek kak.." PLAK ! Sebuah tamparan keras mendarat di wajahku.
"diem kami bang**t!" dengan beringas ia melucuti seluruh pakaianku.
memaksaku melayani nafsu bejatnya disaat letihnya tubuhku. Tak ada kelembutan dan kasih sayang lagi. Ia melakukannya dengan kasar dan tanpa perasaan.
Aku hanya bisa pasrah menerima semuanya.
=END FLASHBACK=
Sejak saat itu dia bukan lagi kak alfred yang dulu, ia bukan kak alfred yang dengan setianya mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya padaku. Ia tak lebih dari mimpi buruk yang akan terus menghantuiku kali ini.
+++
tubuhku masih bergetar tak karuan saat ini. Di kamar mandi kecil ini aku tersungkur tanpa daya, meratapi semuanya, kisah pahit masa lalu yang mewarnai hidupku. Aku harus hidup dengan sebuah topeng melapisi wajahku agar dunia tak pernah tak seberapa rapuhnya aku. Jujur dalam hati ini masih sering terbersit rindu, sangat sering malah. Aku rindu melihat kak alfred yang dulu. Kak alfred yang mencintaiku. Kak alfred yang menyayangiku. Tak kusangka kematian ibunya betul-betul merubahnya sedrastis ini. Akankah masih bisa ku dapatkan kak alfredku yang dulu?
###
=Martin POV=
Aku melewati kamarnya. Tak terkunci, menguak sedikit isi di dalamnya. Di sana kak alfred sedang terbaring sembari menekuk kedua lututnya. Tubuhnya bergetar, tangannya di lipat memeluk balik tubuhnya. Bodoh sekali tak menggunakan selimut. Lama-lama melihatnya aku tak tega juga, perlahan ku masuki kamarnya. Jari-jariku langsung memencet hidungku begitu bau menyengat minuman keras tercium dihidungku. Dia memang berbaring menghadap dinding tapi dengan jelas tetap dapat kulihat wajahnya yang pucat dan bermandikan keringat. Matanya terpejam kuat, ia seperti meringis kesakitan.
Sontak aku panik melihatnya. Bik asih sedang tak di rumah sekarang, hanya ada aku dan mama. Tanpa bisa berpikir lebih lagi ku balikkan tubuhnya. Ia terjaga, menatapku sayu namun tak bisa berbuat apa-apa, ia sepertinya sangat tersiksa. Yang pertama ku lakukan membuka kaosnya, mengeringkan keringat di tubuhnya lalu memakaikan ia kaos lain lagi. Badannya yang panas mengharuskan ku mengompresnya, setelah sebelumnya ku minumkan ia obat demam. Semua ku lakukan dengan cepat, ia hanay menatapku datar menanggapi semua perlakuanku ini padanya.
“lu udah makan ?” tanyaku saat tengah mengompresnya.
“.....” hanya sebuah gelengan kecil di tambah ringisan.
“gua ambilin dulu” aku berbalik hendak ke dapur.
“jangan pergi !”
Tiba-tiba ia bangkit lalu memelukku, kepala hangatnya bersandar di punggungku. Kedua lengan kokohnya melingkari tubuhku, mengunci gerakanku, aku sontak berubah takut dengan situasi ini, pikirku pasti dia kumat lagi.
“lepasin kak !” geliatku berusaha lepas dari rengkuhannya.
“.....” ia tak menjawab, rengkuhannya semakin erat, aku akhirnya terduduk kembali di tepi kasur.
“kak, gua mohon... lepasin !”
“maafin kakak, tolong maafin kakak tin, kakak sayang sama kamu, tolong jangan benci kakak” kalimat terpanjang yang ia ucapkan setelah hampir setahun ini, tatapannya lirih, butir-butir cairan bening perlahan menggenang di sudut-sudut matanya, ia menangis.
Tiba-tiba rengkuhannya merenggang, di pegangnya kedua lenganku lalu dengan tak sabar di baiknya tubuhku. Kami sekarang berhadapan, cukup lama ia menatapku. Sesaat kemudian dengan lembut di tariknya tenggukku, wajah kami saling mendekat, hingga akhirnya bibir kami bertemu. Lembut sekali, sudah lama ia tak melakukannya selembut ini. Rasanya seperti kembali ke masa indah dulu. Beberapa menit berlalu, ciumannya ia lepas. Kembali mata itu menatapiku dengan begitu sendu. Tangan kanannya membelai lembut rambutku. Perlahan ia merebahkan kepalanya di pangkuanku, matanya perlahan terpejam sembari kedua tangannya menggenggam tangan kananku. Dan ia pun terlelap. Setelah benar-benar yakin ia sudah benar-benar tertidur, ku pindahkan kembali kepalanya ke atas bantal, sembari perlahan membenarkan posisi tidurnya, ku selimuti tubuhnya hingga sebatas leher. Hujan begitu deras di luar, malam ini betul-betul dingin.
Tanpa sadar seutas senyum melingkar di bibir mungilku. Rasanya begitu bahagia sekali melihat kak alfred seperti tadi. Pelukannya, ciumannya, semuanya sudah seindah dulu lagi. Kak alfredku yang dulu sudah kembali. Ahh.. bahagianya malam ini. Perlahan ku dekati wajahnya, satu kecupan terakhir ku berikan ke bibirnya sebelum ku keluar dari kamar ini. Mimpi indah kak...
=Vicky POV=
Aduhhh telat lagi ! Telat lagi...
tuk.tak.tuk.tak.tuk.tak.tuk.tak!!!
Langkah kaki gue yang serampangan berlari menyusuri koridor panjang ini menuju kelas gue. Ini koridor panjang banget sih? Nggak nyampe2 perasaan dari tadi, mampus deh kalau gue telat di jam ini...
Bu Susanti dengan pelajaran fisikanya sudah siap sedia mengeksekusi gue di sana, help me mamaaaaaa....
HWAAAAA!!!
BUUGHHH!!!
"ARGGGHH SIALAN ! HEH KALO JALAN LIAT-LIAT DONG !"
satu morning attack berubah bentakan sukses membuka pagi gue yang cerah hari ini.
"hallah lu juga nggak ngeliat kan ! Toh yang nyeruduk duluan elu kenapa gue yang di salahin sih"
"eh sialan ni anak ! Jelas-jelas yang nabrak duluan elu !"
"HEH ! APA-APAAN INI ! SUDAH TERLAMBAT BIKIN KERIBUTAN PULA KALIAN BERDUA HAH !" tiba-tiba sebuah sentakan mistar kayu yang keras ke dinding menghentikan perdebatan kami. Wahh.. Habis deh kalo kayak gini.. Siap-siap aja di eksekusi.
"kalian berdua! Hormat bendera sampai jam istirahat selesai !"
"HAH !" sentakku kaget.
"heh, bego lu, kangan ngebantah ntar tambah berat hukumannya" peringat si martin yang langsun membuat gue menunduk kesal.
+++
Tanpa suara gue dan martin pun melangkah dengan gontai menuju tiang bendera. Haduhhh... Sial banget sih hari ini. Tiga jam hormat bendera, pingsan nggak yah???
1 jam kemudian...
dehidrasi mulai mendera...
1 jam berikutnya...
kepala mulai nyut2at...
Setengah jam kemudian...
lutut mulai gemetar...
Setengah jam kemudian...
semua gelap...
+++
Denyut kepala gue masih terasa sangat sakit saat mata gue perlahan terbuka. Terasa ada yang membelai kepala gue. Pandangan gue perlahan mulai jelas. Nyawa terkumpul lagi. Kesadaran mulai pulih kembali. Mata gue menerawang ke seisi ruangan. Yah... uks lagi... Berarti bener tadi gue pingsan, ya..ya..ya..
"nih !" seseorang menyodorkan sebotol air mineral ke gue, martin.
Dia berusaha meminumkannya pake sedotan langsung ke mulut gue.
"gue bisa sendiri" dengan sisa tenaga yang ada gue menegakkan tubuh gue yang letih ini. Gue ambil air itu dari martin.
Gue teguk perlahan hingga tersisa setengahnya. Ah.. Lega sekali rasanya.
15 menit berlalu, gue dan martin cuman terdiam dalam keheningan.
Nggak ada yang membuka pembicaraan. Keheningan itu akhirnya terpecah oleh suara lonceng masuk kelas.
"udah bel, gue mau masuk kelas" ujar gue seraya bergegas menuruni ranjang.
"lu beneran udah mau masuk?"
"iyalah gue nggak mau ketinggalan pelajaran lagi"
"t..tapi kan lu masih sakit..." sahutnya ragu.
"udah mendingan kok.. Tumben lu perhatian ke gue" pancing gue.
"hah? Perhatian ! hih ge-er banget lu.. gue cuma... gue..." ia mulai salah tingkah, haha...
"apa hayooo.. Nggak bisa jawab kan???"
"apaan ! Gue cuman ragu lu mau masuk kelas, masak pake gituan, hahahaha" seketika tawanya pecah.
Gue periksa-periksa tubuh gue, apa ada yang aneh yang gue pakai, nggak ada kok.. Cuman satu set seragam putih abu-abu lengkap dengan dasi. Tambahannya gue cuma pake sweater tanpa lengan warna mocca. Thats all.
"apaan ? Nggak ada yang aneh kok.." sahut gue dengan santainya.
"yah masih nggak sadar dia.. tuh.." dia menunjukk sesuatu di lantai tepat di samping ranjang uks.
"ASTAGA!!!" mata gue langsung membelalak melihat apa alas kaki yang gue pakai sejak tadi, dari rumah, naik bus, masuk sekolah, hormat bendera sampe pingsan, hingga di ruang uks ini bersama si jutek martin.
Sebuah sandal jepit gede berbentuk spongebob tentunya dengan corak kuning khas spongebob, kartun favorite gue. Oh Tuhan =.=
"hahahahaha" gue cuman bisa tertunduk malu melihat si martin tertawa riang gembira melihat kemalangan gue. 'Duh bego baget sih lu vickyyy' batin gue berontak.
"ya ampun vick..vick" sesaat kemudian dia sudah bisa mengendalikan tawanya. Terlihat si jutek merogoh ranselnya mengeluarkan sebuah bungkusan yang isinya.. sepasang sepatu fantovel.
"nih pake aja, gue penjaskes abis ini, jadi pakenya kats aja" ia menyodorkan fantovel itu ke gue.
Gue masih termenung.
"ayoo pake ! Ntar telat lagi kita.. ukurannya nggak jauh beda kok."
Akhirnya dalam diam gue pake juga tu sepatu. Martin juga diam menatapi gue sampe selesai pake fantovel itu.
"makasih" ucap gue singkat.
"udah buruan kita masuk."
#####
---KALAH TARUHAN---
#####
Gue sedang duduk manis di ruangan kesenian sekolah ini. Di sebutnya laboratoruim seni sih. Aneh aja masa buat kesenian di sebutnya laboratorium sih. Di sini cukup lengkap. Ada satu set alat band. Seperangkat lengkap instrumen marching band. Ada sejumlah lukisan-lukisan hasil karya para siswa, ada juga hasil karya seni lain kayak pahatan, mozaik, dsb. Satu yang menarik perhatian gue adalah. Mesin karaoke. Ada sabuah mesin karaoke berukuran sedang di sini. Ruangan ini terbuka untuk para siswa kapan aja, asal bisa menjaga kebersihan dan keutuhan alat-alat dan segala macam inventaris di dalamnya. Disini juga ada yang jaga kok, shiftnya bergilir per jam pelajaran.
Gue sedang asyik memetik gitar akustik di sana saat pintu lab di buka. Martin terlihat masuk bersama beberapa temannya membawa sebuah bungkusan dus besar seukuran kulkas ke dalam lab, mereka membawa dus besar itu ke gudang penyimpanan, lama sekali merek di dalam. Gue nggak ambil pusing.
###
baru sebentar saja...
kau bergegas meninggalkanku...
rasa rindu padamu...
kini bersarang di benakku...
cinta itu anugrah...
yang tak mungkin mudah ku melepaskannya...
walau seribu rintangan...
tak gentar ku untuk menghadapi semua denganmu...
dengankanlah aku saja hatimu...
kehadiranmu singguh berharga bagiku...
asal jangan terlalu lama engkau jauh...
Jauh di pandangan mataku...
semua rasa curigaku terhadapmu...
semata karena ku takut kehilanganmu...
maka jangan coba tuk berpaling dariku...
berpaling mengkhianatiku...
+++
gue masih memainkan beberapa melodi kecil mengiring lagu yang gue nyanyiin tadi saat gue dengar satu tepuk tangan di ruangan sepi ini. Martin terlihat mendekati gue. Seringai senyumnya begitu hangat kali ini.
Entah kenapa tiba-tiba gue jadi degdegan melihatnya.
"suara lu bagus juga.." ujarnya seraya duduk di kursi kecil di samping gue.
"biasa aja.." jawabku singkat, sejutek mungkin.
"huu.. sok ngerendah lu.. hmm.. kita tanding karaoke yuk!"
"hah ? karaoke ?"
"iya.. mumpung mesin karaokenya lagi lowong.. gimana berani nggak lu ? apa lu takut ma gue" wah manas2in nih.
"enak aja ! siapa yang takut ! hayo ! tapi..." duh plin-plan banget sih lu vicky...
"kenapa lagi ?" ia mulai kesal.
"emang boleh pake tanpa ijin duluke guru?"
"yaelah lu ! Gue penanggung jawabnya vicky.. ayo ah ga usah banyak komen.."
+++
Akhirnya gue pun setuju.
"gini, kita nyanyi 3 lagu aja.. siapa yang jumlah nilainya paling tinggi dia yang menang"
"oke!"
"eits tunggu dulu.. tapi ada taruhannya, mau nggak? biar seru..."
"hah ? Taruhan ? duit maksudnya? "
"hallah bukan.. masa duit, bosen.."
"widihh.. iya yah orang kaya... haha.. yaudah trus apaan taruhannya?"
"sialan lu.. hmm.. gimana kalo taruhannya, yang kalau harus jadi pelayan dan pengawal yang menang selama 2 minggu ?"
"waduh??? kok gitu ? hmm... tapi ga pa-pa deh, setuju !" sahut gue dengan yakinnya.
+++
Berganti-gantian gue dan martin menyanyikan masing masing tiga lagu. kini kami masing-masing udah memasuki lagu ke tiga giliran selanjutnya gue. Nilai kita sekarang sama. Masing-masing 170 totalnya. Martin cuman tersenyum melihat gue memulai lagu terakhir ini. Hmmph.. harus bagus ! harus bagus !
###
Tersadar aku seketika...
sekan akan tak percaya...
saat ku lihat kau telah berdua...
seelum sampai diriku melepas rindu...
tak satu pun kata terucap...
ketika kutanya mengapa...
airmata penyesalan mengalir deras...
itupun tak bisa kembalikan dirimu...
ku maafkan semua ini...
walau tak ingin lagi ku melihatmu...
kumaklumi ketidaksabaranmu menanti...
bejana cinta yang ku tinggal sesaat...
sudahlah lupakanlah...
tak mungkin lagi kau ku milikki...
Tak Mungkin Lagi dari Kerispatih menjadi pilihan gue sebagai lagu terakhir. Ini salah satu lagu favorit gue jadi gue betul-betul menguasai lagunya dengan baik. Gue akhirnya bisa tersenyum bangga melihat hasil nilai yang muncul.. 90.. Hehehe... kayaknya bakal dapet pelayan nih 2 minggu, lumayaaan...
"ckckck luar biasa" hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Sekarang giliran dia. Dengan tenang ia memilih lagu lalu mulai bernyanyi. Hmm.. dia pilih lagu kerispatih juga rupanya....
###
maafkan kali ini aku harus jujur...
kau harus tahu siapa aku sebenarnya...
terfikir dalam benakku tentang cinta terlarang...
selama ini ku pendam...
jangan salahkan keadaan ini sayang...
semua adalah keterpaksaan ku saja...
tak mampu menjadi yang kau mau...
aku mencoba dan aku tak mampu...
Tak bisa lagi mencintaimu...
dengan sisi lainku...
aku tak sanggup menjadi biasa...
aku tak sanggup...
Tak ada satupun yang mungkin bisa...
terima kau seperti aku...
ku mohon jangan salahkan aku lagi ini...
aku yang sebenarnya...
Aku Harus Jujur. Gue tercengang melihat penampilannya. Ia menyanyikan susunan lagu itu sesuai aslinya dengan betul-betul liar biasa. Gue semakin mengagumi suara indahnya. Tapi tunggu...
nilainya ! Gue nggak berani liat nilainya ! Tiba-tiba...
"Yes !!!" martin bersorak kegirangan. Perlahan gue mendekati mesin karaoke itu menatap nilai yang keluar.
92 !!! OMG gue kalah !!!
sial.sial.sial.siaaaaaallll...
#####
=Pelayan Dadakan=
#####
"ambilin minum dong, haus nih.."
"hufth.. Iya..iyaaa..." dengan kesal gue melangkah ke dapurnya.
Huuuhhh... Mimpi apa sih gue semalem ? Kok bisa mengiyakan taruhan konyol ini. Erghh.. =.=
jadilah dua minggu ke depan gue jadi 'slave' dadakannya si jutek dah. Ini udah hari ke dua, masih sebelas hari lagi dalam neraka dadakan ini *hiks Y.Y semakin parah si jutek ini. Ternyata dia nggak main-main sama taruhannya. Ke sekolah harus gue yang anterin (pake mobil dia, gue yang nyetir), dia mau kemana gue harus standby terus. Dia mau apa gue harus turutin terus. Ahh.. Neraka.. Nerakaaa..
"nih!" gue sodorkan segelas jus jeruk ke tangannya.
"hmm.. gitu dong nurut sama yang tua, hahaha" gue cuman bisa merengut kesal melihat dia berleha-leha di atas penderitaan gue. Malang nian nasibku. =.=
"erghh... eh pijitin gue dong, pegel nih ikut rapat osis tadi" suruhnya tanpa belas kasih. Yah.. Gue bisa apa. Nggak bisa ngelak. Jangan sampe dia anggap gue pengecut kalau gue lari dari perjanjian.
"iya ndoro..."
"hahahaha" dasar nyebelin +.+
+++
"ahhh... Emmhh... ya.. Disitu di lamain vick.. enak bangetthh.. ohh.."
BUGHH ! "awww... apaan sih sakit tau"
"lu biasa aja dong, nggak usah mendesah lebay gitu, kayak lagi ngapain aja" semprot gue kesal.
"hehe, abis pijitan kamu tuh enak banget sih.. ohhhh..."
"heh sarap, diem nggak lu!"
"iya..iya bawel.. ayo kerasin lagi pijitannya!"
huh... nasib nasib... >.<
45 menit kemudian...
"tin ?"
"....."
"martin ! Udah belom..? cape nih"
"....."
"martin ? tega banget sih lu sama gue.. udah dong, pegel nih gue.."
"....." masih tak ada jawaban.
"martin ?... owh.. situ ketiduran toh, ahhh.. akhirnya gue bisa brenti juga" gumam gue begitu menyadari kalo dia ketiduran, entah sejak kapan. Seenak itukah pijitan gue, haha
Diam sejenak. Gue pandangi wajah si jutek ini. Tegas, garis wajahnya tergambar jelas. Tampan, ada kumis tipis memahkotai bibir manisnya. Alis tebal, hidung mancung. Ah.. kenapa tiba-tiba gue jadi mengagumin cowok nyebelin ini? nggak boleh ! nggak bisa ! Lagian gantengan kak rama juga kok.. Iya.. Gantengan kak rama.
Hmm... Ngomong-ngomong kak rama kemana yah ? Seharian ini dia nggak sms sekalipun. Dia juga nggak masuk sekolah. Apa dia sakit yah ? kok gue sampe sebodoh ini nggak nanyain kabar dia sih =.= kurogoh ponsel di saku celana gue. Buka kunci, loh kok nggak mau hidup. Tekan restrartnya. Yah.. kayaknya habis baterai. Sialnya. Gue kembali termenung. Pandangan gue menjelajah ke seisi ruangan ini. Sekarang udah jam 3 sore, di luar hujan turun cukup deras. Untuk ukuran kamar cowok, kamar martin ini cukup rapi, bersih. Isinya.. Yah nggak usah di tanya. Bisa di bayangkan sendiri semewah apa kamar anak seorang pengusaha kaya. Haha
pandangan gue tertuju ke meja belajar martin. Ada satu set computer, sebuah laptop, handphone dan entah apa lagi gadget di sana. Juga ada beberapa buku cetak dan buku tulis yang sepertinya baru selesai di pake, masih terbuka. Gue mendekat ke meja itu. Gue tertarik melihat susunan buku-buku berisi lagu-lagu dan chordnya di situ. Banyak banget koleksinya. Dari lagu indonesia, barat dan entah mana lagi asalnya. Jenis musiknya juga variatif. Dari pop, rock, jazz, dsb.
Ada sebuah notes kecil yang terbuka. Isinya ditulis pake pensil. Lirik lagu dan kunci gitarnya. Wah si jutek suka nyiptain lagu rupanya. Ada belasan lagu di notes ini. Ada lagu band/penyanyi
yang di arrange ulang, tapi jauh lebih banyak lagu ciptaannya sendiri. Martin, lu sukses bikin gue makin mau tau banyak tentang lu.
+++
Ahh, udah hampir sejam hujannya nggak ada tanda2 mau reda nih. Makin deras aja kayaknya. Gimana nih, mama pasti udah nyariin ini.
Si jutek juga makin p-w aja tidurnya. Hufthh NYEBELIN.
Gue pandangin lagi seisi kamar ini. Ah.. Ada gitar. Gitar akustik yang di gantung di samping jendela kamarnya. Perlahan gue naik ke ranjangnya, menuju gitar itu.
Hap ! Gitar itu sekarang udah di tangan gue. Hmm.. Pasti si jutek nggak akan marah kalo gue pake nih...
Gue mulai mendetingkan dengan pelan senar2 gitar ini. Memejamkan mata berusaha meresapi lagu yang bakal gue nyanyiin.
###
sungguh aku mencintaimu...
biarpun orang tak ada yang percaya...
ku akan membuktikan dengan hati dan tubuhku...
sungguh aku menginginkanmu...
menjadi malaikat yang menuntunku...
membawa ku ke dalam dunia yang penuh cinta...
aku mencintaimu seperti bintang yang mencintai malam...
dan aku akan memberi seluruh jiwaku aku menginginkanmu...
meskipun bumi tak pernah mengijinkan...
bila memang itu yang terjadi aku tak peduli...
sungguh aku menginginkanmu... meskipun mereka menentang cintaku...
ku akan perjuangkan hingga jantungku terhenti...
Gue pandangin lagi wajah si jutek yang lagi tidur. Duh... Entah kenapa dia keliatan manis banget kali ini, maniiiisss banget. Perlahan gue deketin wajahnya. Entahlah apa gue udah gila atau apa yang pasti gue pengen banget liat wajahnya dari dekat. Ah, benar-benar indah, wajah si jutek ini teduh banget kalau lagi tidur. Gue bagai terhipnotis. Semakin dekat dan semakin dekat gue majuin wajah gue ke wajahnya. Dalam keadaan hening begini detak jantung gue bahkan bisa terdengar saking cepatnya. Gue memejamkan mata dan...
CUP !
Gue sendiri nggak percaya dengan yang gue lakukan barusan. Dengan kesadaran penuh gue cium bibirnya. Gue masih menatap beberapa saat wajah teduh martin, lalu kemudian beringsut sedikit menjauh darinya. Gue berbaring membelakanginya. Dinginnya sore ini belum bisa bikin gue tertidur, kepala gue tiba-tiba penuh dengan bayangan martin. Cowok jutek yang paling gue anti disekolah. Barusan gue cium dia ! ya ! dengan penuh kesadaran gue cium bibirnya. Apa benar gue suka sama dia ?
Tiba-tiba martin berbalik, masih dalam keadaan tertidur ia mendekap tubuh gue. Nafas gue tiba-tiba berhenti sejenak. Tubuh bagian atas Martin yang tak berbalut sehelai benang pun melekat mantap di tubuhku. Wajahnya begitu dekat dengan pipiku. Aku benar-benar bisa merasakan deru nafasnya yang teratur. Matanya masih terpejam dengan teduhnya. Lama gue terkunci dalam posisi begini. Nggak bisa bergerak. Hingga akhirnya gue capek sendiri dan terlelap. Martin, tolong jangan apa-apakan aku T_T huhu...
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>see you next part^^