BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

A box of love, a box of Rum Raisins

12346

Comments

  • akhirnya..


    ditunggu lanjutannya.. tamatin ya bro..
  • Jalan Cipaganti yang teduh membuatku untuk tidak memacu motorku dengan cepat. Hari ini aku masuk siang, mengendarai motor yang baru di service dengan santai. Sebatang permen loli rasa coklat vanilla sedang kukulum. Hari ini cerah lengkap dengan angin yang segar. Aku menghentikan motorku di perempatan dibawah jembatan layang pasopati. Aku berhenti di samping mobil jeep berwarna hijau. Cuek, aku melihat kearah mobil. Kaca mobil turun dan....
    "Ryan?"
    "Hai!", Ryan memerkan deretan giginya yang rapih.
    "Ngampus?"
    Aku mengangguk. "Duluan yaaa!", Aku memacu motorku. Ryan. Seseorang yang pernah mengetuk pintu hatiku dan meninggalkanku sendiri demi seorang gadis.
    ***
    Madame Santi sedang membenarkan hasil kerja Zainal di papan tulis ketika handphoneku bergetar. Lita, teman sebangkuku melirik. "Pacaran mulu." Aku nyengir.
    "Lunch bareng?" Surya.
    Aku tidak membalasnya dan langsung menekan tombol delete dan diikuti OK. Aku menaruh handphoneku lagi. Getaran terasa lagi.
    "Lunch bareng?" Ryan.
    Aku tersenyum.
    "OK.", dan enter.

    Ryan masih sama seperti yang dulu. Fresh, ramah, dan juga periang. Dia selalu memamerkan deretan giginya yang rapih dibingkai senyuman tulusnya. Dagunya yang terbelah dan rahang yang kuat serta bekas cukuran membuatnya terlihat macho.
    "Masih kerja di Advertising?"
    "Masih.", Ryan mengamatiku sambil tersenyum.
    "Masih suka Rum Raisins Chocolate Ice Cream yah?"
    "Belahan jiwa.", ucapku.
    "Lebay!", kata Ryan sambil terbahak. Aku diam menatap Ryan. Sebuah kalung muncul dari balik kerah kemejanya. Kalung pemberianku.
    "Masih dipake?", tanyaku sambil menunjuk kearah leher Ryan.
    Ryan mengangguk. Mengeluarkan kalung dengan liontin batu giok. Itu oleh-olehku dari Malaysia ketika training. Aku membelinya di sebuah toko di Petaling Street.
    "Ngga akan pernah dilepas."
    Aku tersenyum.
    "Dia meninggal tiga bulan yang lalu."
    "Hah?"
    "Iya, aku tahu dari matamu. Kamu masih bertanya tentang Gina kan?"
    Aku mengangguk.
    "Kecelakaan. Benar katamu, dia bukan gadis yang baik. Meninggal di tempat karena kecelakaan dibawah pengaruh alkohol."
    "I'm sorry."
    "No problem. I should listen to you, but I'm not."
    "Sudah terjadi, Yan."
    Ryan mengangguk.
    "So, already taken?"
    Aku tersenyum.
    "Who's the lucky man?"
    Handphoneku berdering. Surya. Aku menekan tombol merah.
    "Is it him?"
    Aku mengangguk.
    "Marahan?"
    Aku diam. Menunduk memainkan ice creamku.
    "Tell me if you are ready.", Ryan mengusap tanganku lembut.
    "Thanks."
    ***
  • lanjut, jangan sampai es kream nya meleleh -,-


  • Maybe I should tell you who is Ryan. Rakryan Agung Mahendraditya Carlos, seorang keturunan berdarah Bali-Philippines dari ibu dan Jawa-Manado dari Ayah. Namanya memang Bali banget dengan embel-embel nama Philippines. Lahir di Manila -Yep!- dan besar di Bali. Kuliah di Bandung dan, bertemu denganku secara tidak sengaja. He know me that I'm gay. Yes, his gaydar is perfect. And, he said that he's bi.
    Kami sempat dekat selama empat bulan, Ryan sudah sering main ke rumah, makan bareng sama Mama, nginep dan 'make a love', dan pada bulan keempat, aku harus menerima kenyataan bahwa ia lebih memilih Gina. Seorang gadis asal Kuningan yang satu jurusan dengannya. Padahal, aku sudah sering memergokki Gina jalan dengan pria yang berbeda dan juga sering memergoki dia sedang dalam pengaruh alkohol. Tapi, maybe that's what people called the power of love. Ryan tetap menerima Gina apa adanya. Sedangkan aku? Aku hanya bisa diam sewaktu Ryan memilih Gina. Hot chocolate berubah rasa menjadi kopi pahit dan cheese cake berubah menjadi bolu sponge yang sulit untuk ditelan.
    Aku menerimanya pergi, hingga aku dikirim untuk training di Kuala Lumpur dan bertemu dengan Jeff, seorang Marketing Manager di hotel yang satu group dengan hotel tempatku training. People come, people left.
    ***
    "Kamu kenapa sih?", Surya berhasil menemuiku. Ia menungguku di depan gerbang kampus. Berhasil membawaku kedalam mobilnya dan sekarang? Aku sedang ada di kamarnya. Di rumahnya di daerah Sersan Bajuri.
    "Aku udah tau semuanya. Om ke Bali bukan buat bisnis kan?"
    "Bisnis. Aku ada rapat."
    "Rapat sama anaknya?"
    Surya diam.
    "Aku marah sama Om bukan karena Om bohong. Aku marah sama Om karena Om ga pernah terus terang sama aku. Om ngga pernah bilang kalo Om udah married dan punya anak."
    "Kamu ngga pernah nanya." Surya
    "What? Jadi aku harus nanya sama Om? Aku pikir, Om udah percaya sama aku dan Om mau cerita semuanya tentang Om."
    "I'm scared."
    "Scared of what?"
    "I'm scared I'm losing you."
    "I won't leave you if you tell me the truth!"
    Aku berjalan keluar kamar. Tak menghiraukan panggilan Surya.
    ***
    "Oh, jadi dia Surya toh."
    "Don't tell me you know him."
    "Business partner."
    "Bah!"
    "Mungkin dia memang takut kehilangan kamu, Ndi. Jadinya dia belum cerita yg sebenernya. Belum loh Ndi. Belum."
    "Maybe."
    "Sama kaya aku, belum cerita yang sebenarnya sama seseorang yang aku sayang."
    Aku memandang Ryan. "Siapa?"
    Ryan diam. Ia menghabiskan Lattenya. "Got to go now."
    Aku memandang punggungnya yang kian jauh.
    "I'm still loving you, Ryan."
    ***
  • hehehe.... pagi buta disuguhi es krim coklat yg galau.. :D
  • Ryan masih bingung akan mengambil sepatu yang mana. Kami sedang berada di salah satu toko fashion line yang lumayan di dalam Bandung Super Mall.
    "Yang mana, Ndi?", tanya Ryan padaku yang sudah duduk selonjor diatas bangku.
    "Take those black leather moccasins, also take that bermuda pants and that sky blue shirt and let's move out from this place. Gue laper!"
    Ryan melirikku sambil mencibir. "Yaudah mbak, saya ambil yang ini."
    "Gitu kek dari tadi."
    Ryan mengacak rambutku dan duduk disampingku.
    "Mau makan disini atau diluar?"
    "Diluar aja ah. Ngga mau disini."
    "Mau makan apa?"
    "Traktir yah?"
    "Apa?"
    "Hmmm... Pengen makan apa yah?"
    "Dih. Katanya mau laper? Tapi gatau mau makan apa."
    "Makan dirumah aja yuk."
    Ryan melirik arlojinya. Mengangguk.
    "I got to go at eight."
    "It won't be late."
    ***
    "Thank God for His blessing by this food.", ucap Ryan sambil membentuk salib suci.
    "Amen."
    Dua piring Fettucine Alfredo dan juga Crispy Chicken Cutlet habis tak bersisa.
    "Ini siapa?", tanya Ryan.
    "Ooh, itu Satria. Mama ngemong anak."
    "Lucu. Chubby. Kayak kamu."
    Aku tersenyum. Ryan duduk di sofa depan TV, mengganti channel dan berhenti di HBO. 50 First Dates. Aku duduk disampingnya. Ryan mengankat lengannya dan merengkuhku, menempelkan kepalaku ke dadanya. Mengelus rambutku.
    "Kenapa?", tanyaku. Ryan menggeleng. Ia terus mengusap-usap rambutku.
    "I miss you, Ndi.", ucap Ryan lirih. Aku mengelus dadanya. "Me too."
    Aku menatap Ryan, Ryan menatapku. Wajah kami mendekat dan bibir kami terkunci rapat. Hangat dan lembut. Sama seperti dulu. Tapi bayangan Surya muncul tiba-tiba.
    "Sorry, I can't.", ucapku melepaskan bibir Ryan.
    "Why?"
    "You are not belong to me."
    Ryan diam. Ia melirik jam. "I got to go."
    ***
    Sirine ambulans terus berbunyi membelah jalanan Dago. Aku terus menggenggam tangan Surya. Surya terkena serangan jantung ketika makan denganku. ia sudah menceritakan semuanya padaku. Hingga pada saat ia bercerita mengenai perceraian yang akan disidangkan satu minggu lagi, ia terjatuh dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Aku menunggu di depan ruang periksa. Asuransi Surya untung bisa mem-backup ini semua.
    "Mas, bapak sudah bisa dipindahkan ke kamar.", seorang perawat berkata padaku sambil membawa berkas-berkas Surya. Aku mengangguk.
    "Ya, Sus."
    Perawat itu memindahkan Surya dibantu dua orang perawat lainnya. Surya masih terpejam. Alat bantu nafas masih terpasang dihidungnya. What should I do now? Aku bingung.
    ***
    "Jadi, penyempitan? By pass dong, Dok?", tanya Ryan kepada dokter yang menangani Surya. Aku akhirnya menghubungi Ryan. Menceritakan apa yang terjadi dan sekarang, dia sedang berbicara dengan dokter. Mana aku tahu masalah seperti ini?
    "Iya, Bapak harus di by pass. Dan juga harus menjalani diet pola makan."
    "Harus sekarang?"
    "Tidak, kita tunggu bagaimana kondisi bapak."
    "Oke. Terima kasih, Dok."
    Aku tersenyum saat dokter itu berlalu. Lalu membuang napas. Untung ada Ryan. Ryan menghampiriku. Mengelus rambutku, dan mencium keningku. Didepan, Surya masih terpejam.
    "Gue ga ngerti apa-apa, Yan.", ujarku. Aku masih menatap Surya.
    "Tenang aja, Ndi. Gue disini kok."
    Aku diam. Aku keluar kamar, bertanya pada suster mengenai administrasi Surya sampai saat ini. Keningku berkerut ketika mengambil laporan administrasi. Uangku hanya cukup membayar setengahnya. Mau minta Mama? Mau dicoret jadi anak? Ryan menghampiriku.
    "Sus, bapak sadar.", seorang suster langsung berjalan ke kamar sambil membawa alat pengukur tensi.
    "Kenapa, Ndi?"
    Aku menggeleng. Ryan mengambil kertas dari genggamanku. Ia mengambil dompetnya dan menyerahkan salah satu kartu kreditnya.
    "Pake aja."
    Aku menggeleng. Ryan menaruh kartunya di sakuku. Merengkuhku dalam pelukannya. Dan air mataku mengalir.
    ***
    Aku mengambil handphoneku, memencet keypad membentuk urutan nomor.
    "Halo? Reza?"
    ***
    Sudah satu bulan dari sore itu. Surya sudah keluar dari rumah sakit. Sudah mulai beraktivitas sedikit. Aku menghubungi Reza sore itu, bertanya masalah keluarga Surya dan guess what? Surya rujuk dengan istrinya. Dan aku memutuskan hubungan spesialku dengannya. Tapi, kami masih menjaga ikatan silaturahmi. Senang? Jujur senang sekali. Sedih? Sedikit. Mengingat banyak yang sudah kita lakukan bersama.
    "Honey, aku pake dasi yang mana?"
    Aku berjalan ke kamar. "Yang biru itu aja.", aku mengambil dasi berbahan silk dan menggantungkan ke lehernya. Membuat simpul dasi.
    "Nanti mau kemana?"
    "I don't know, Mama ngajakin makan di Cisangkuy."
    "Okay then. Nanti lunch aku ke sana juga."
    "Ngapain?"
    "Makan bareng mama mertua lah."
    "Ryaaaaannn!", aku mencubit perut Ryan.
    Kami tertawa bersama. Ryan merengkuhku. Ah, I have my own story. Happy ending? Absolutely yes!
    ****
  • Ahahaha... Keren euy.. Tp Kesan kburu2 buat namatin kentara bgt.. Harusnya kasi jeda beberapa enter untuk tanda perubahan loncatan waktu biar gk bingungin..
    Tp gapapa dh, yg penting dh tamat.. :-D
  • TS izin share Info proyek, makasih!



    Proyek Antologi Boyzforum 2012



    TEMA:
    Perjuangan Hidup, dengan batasan tokoh sekitar kehidupan Gay, Transgender dan Lesbian.


    SYARAT PENULISAN CERPEN:
    1. Warga Negara Republik Indonesia
    2. Jumlah halaman naskah 6-8 lembar, spasi 1,5, jenis huruf Times New Roman font 12, ukuran kertas A4, margin 3-3-3-3.
    3. Biodata narasi sekitar 100-200 kata yang ditulis pada halaman akhir naskah cerpen. (Bisa pakai nama asli atau nama pena)
    4. Kirim naskah cerpen ke alamat email: antologibf@gmail.com (dengan menulis di judul/subjek email: Antologi BF 2012 – Nama Penulis - Judul Cerpen) dalam pentuk lampiran, bukan di badan email.
    5. Setiap peserta hanya boleh mengirim maksimal 2 cerpen terbaiknya. 
    6. Posting info Proyek di note FB dan Tag ke teman lainnya sebanyak 30 orang termasuk Antologi BF (http://www.facebook.com/antologi.bf)
    7. Naskah belum pernah dipublikasikan di media apa pun.
    8. Tulisan Tidak diperkenankan menyinggung SARA atau hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.
    9. Dipilih 15 Naskah Cerpen, untuk kemudian diajukan ke penerbit Mayor, jika tidak lolos maka akan diterbitkan secara indie.
    10. Naskah paling lambat dikirim tanggal 18 Agustus 2012
    11. Pengumuman NASKAH peserta proyek yang lolos 31 Agustus 2012.
    12. Jika peserta tidak melengkapi semua persyaratan di atas, maka otomatis dianggap gugur.
    13. Penilaian Juri tidak bisa diganggu gugat dan tidak diperkenankan berkomunikasi secara pribadi dengan semua Panitia, jika ada yang perlu ditanyakan silakan bertanya pada akun Antologi BF.
    14. Tidak ada reward dalam proyek ini. Untuk masalah royalti akan dibicarakan kemudian jika naskah sudah siap.

    TIMELINE
    Pengumpulan cerpen: 3-18 Agustus 2012
    Pengumuman kontributor: 31 Agustus 2012
    Pengumpulan Kontibutor untuk revisi dan pembahasan: September 2012
    Pengajuan ke penerbit: Oktober 2012
    Selamat berkarya!

    Tabik,
    @gr3yboy

    ......................................................................

    Update Peserta Proyek ANTOLOGI Boyzforum 2012

    (Keterangan: G = Cerita Tema Gay; T = Cerita Tema Transgender; L = Tema Cerita Lesbian)

    (per 3 Agustus 2012)
    1. Abiyasha – Ketetapan Hati (G)
    2. Chocolate010185 – ArnaWarna = Samudra (G)
    3. Ciella Caroline – Izinkan Aku Berada di Sampingmu (L)
    4. Danu Prastyo – Untitle (G)
    5. Gr3yboy – Al-Fath (T)
    6. Jay Dody – Buku Nama Panji (G)
    7. Jay Dody – Pelajaran Hidup Rezha (G)
    8. Mario Bastian – Impian Kelas Bisnis (G)
    9. Shiki – Di Pelataran Senja (G)
    10. Stephen_Frans – Cerita dalam Novel (G)
    11. Alabatan - Tidung Cinta (G)
    12 Foreill_V - The Paper Plane (G)

    ......................................................................
  • happy ending sih, tapi kok gak suka endingnya ya?
    *lha trus kenapa
  • edited June 2013
    suka banget ma bahasa TS-nya!!!
    i'll wait your other story, and hope the ending will be clearer, but still as stunning as your 2 previous stories.
    KEREN BANGET!!
    kalo boleh tau, TS-nya udh jadi chef belum ya?
  • Suka! Sweet ending :)
Sign In or Register to comment.