BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Gay & Spiritualitas

edited March 2012 in BoyzRoom
Setiap orang tentunya punya "kepercayaan dan Keyakinan" nya sendiri terhadap sesuatu yang nggak bisa mereka kendalikan. Sesuatu yang di luar kuasa mereka. Ada yang menyebutnya Tuhan, ada yang yang menyebutnya Alam semesta, Ada pula yang menyebutnya Energi dan masih banyak hal lain nya.

I wanna share my experience, Being Gay malah menuntun gue ke arah spiritualitas yang gue rasa nyaman dan pas buat gue.

BIsa dibilang I am agnostic, Percaya kekuatan Besar, tapi gue nggak percaya sama yang namanya Agama.

Tuhan, bagi gue adalah sesuatu yang nggak akan bisa diartikan atau dinilai, karena kalo diartikan dan dinilai jadi banyak definisi nya. (Banyak definisi = banyak agama)

Contohnya : Bagi pemeluk Monotheis, ada yang bilang Allah, Yesus, Yahweh,

yang lainnya, ada dewa-dewa, ada pula yang menjadikan "aku" sebagai wadah perkembangan untuk menjadi "buddha"

Bahkan yang atheis sesungguhnya juga punya keyakinan. "keyakinan tidak memiliki Tuhan" . Itulah keyakinan mereka. ada keyakinan nya juga kan?

Back to my Story,

Berawal dari kegelisahan gue terhadap orientasi gue dengan keyakinan (agama) yang diwariskan oleh keluarga gue. Kok banyak pertentangan dan segala macam? itu bikin gue pusing, merasa berdosa dan segala macam. Tapi lama kelamaan gue membuka mata bahwa di dunia itu nggak cuma hitam dan putih seperti kitab-kitab yang mereka promosikan.

Kekuatan yang besar itu juga menciptakan waria. Apakah itu sebuah kesalahan penciptaan? Dan mengapa?

Realitasnya LGBT itu ada di dunia. Tapi kenapa Yang menganggap dirinya "Normal" memusuhi mereka. Apakah mereka diciptakan untuk dimusuhi? Apakah mereka diciptakan untukdianiaya?

Gue mulai nggak paham sama konsep-konsep keyakinan bawaan keluarga, Yang membedakan satu sama lain, Yang memasukan yang berbeda ke neraka dan memasukan yang sesuai dengan dirinya ke surga.

Hey hello, kalo pun surga dan neraka itu ada. Itu urusan Tuhan, bukan urusan Elo... manusia suka ikut campur yang mengatasnamakan TUHAN. Padahal itu cuma bawaaan ego personal atau suatu kelompok saja. Makanya perang.

Bagi gue, Apapun Agama nya, Yang mengelola tetaplah manusia, yang menerjemahkan nya manusia, dan sifat, karakter maupun sudut pandang manusia pun berbeda-beda. Jadi kenapa mutlak harus sama?

Kulit aja bisa beda warna, Masa pola pikir harus dipaksakan sama?

Dimana hak asasi manusia? Hak untuk bebas memiliki keyakinan? Terutama di Indonesia.
Masyarakat indonesia masih terlalu ikut campur urusan pribadi orang.

Spiritualitas bagi gue adalah menggali kedalam diri dan memaknai kehidupan sendiri seperti apa dan mau dibawa kemana.

Apapun ajaran agama nya, sah-sah aja. Tapi bukan berarti memaksakan keyakinan individu yang berbeda dan memusuhi karena berbeda. Apapun konsep keyakinan yang dipegang, kita juga hidup sebagai Manusia.

Jadi sesungguhnya manusia bisa lebih manusiawi jika kembali mengingat dirinya sebagai manusia seutuhnya.

Urusan keyakinan, konsep pegangan hidup, biarkan menjadi urusan pribadi individu masing-masing. Itu sesutau yang kasat mata yang cuma hati dan kepala yang bisa meyakini nya. Urusan manusia, ya urusan manusia.

Tiap-tiap individu punya kebenaran yang diyakini nya. Dan itu patut untuk dihargai.
«1

Comments

  • *kasih like
  • Gue suka tulisan lu. Gue setuju bahwa kita kalimat lu ini:

    "Tiap-tiap individu punya kebenaran yang diyakini nya. Dan itu patut untuk dihargai."

    Itu sebuah rangkumannya menurut gue. Gue gak berani bilang pendapat lu benar tapi gue setuju.


    Kebenaran yang kita pegang tidak sempurna jadi apa hak kita menghakimi kebenaran yang dipercayai orang lain.

    Gue pribadi memilih tetap percaya kekuatan Tuhan, dan bahwa kekuatan itu mengatur hidup kita. Sulit untuk gue bertahan di dunia ini dengan semua kejahatannya tanpa percaya ada kekuatan Mulia yang tidak lepas kendali dari semua itu. Gue memilih untuk tidak menghakimi keberadaan Tuhan setelah pernah beberapa kali melakukannya.

    Sebuah konsep modern mengatakan kepercayaan kepada Tuhan diperuntukan untuk orang lemah supaya dia tetap berharap. Gue harus akui gue lemah dan gue perlu kekuatan diluar diri gue untuk berharap. Itulah alasan gue memilih percaya.

    Toh, dengan kebenaran yang kita percaya saja kita tidak dapat menghakimi kebenaran yang orang lain percayaai apalagi menghakimi Tuhan atas apa yang Dia lakukan pada manusia.

    Terimakasih untuk berbagi.
  • Terima kasih juga sudah mau membaca dan berkomentar :D

    Setiap manusia itu butuh tempat bersandar,

    Ada yang bersandar sama Pacar,
    Bersandar sama Keluarga,
    Bersandar sama teman-teman,
    Bersandar sama uang,
    Bersandar sama minuman keras,
    bersandar sama narkotika,
    bersandar sama rokok,
    bahkan bersandar sama hubugnan sexual

    dan lain-lain...

    Lalu terhadap sesuatu yang kita sendiri nggak bisa kendalikan?

    Ada beberapa orang yang lebih mudah untuk bersandar pada Tuhan (atau memiliki Tuhan) untuk dapat berbahagia.

    Karena segala macam urusan yang tidak bisa kendalikan kita serahkan kepada tempat kita bersandar. Semacam pelipur lara. Penghiburan diri atas kemelut kehidupan dan dunia.

    Istilahnya ada "harapan", ada "ketenangan" bahwa akan ada yang "mengurus" segala sesuatu yang nggak bisa kita urus.

  • Hebat ya km bs pny keyakinan spt yg km tulis march 4; kl gw sih amat percaya kpd Tuhan, ada bny hukum2 yg sulit kt mengerti tp namanya hukum, tetap akan berlaku tak peduli mns mau percaya apa nggak. Agama selama 2000 th ini cm menciptakan fanatisme, egotisme merasa diri lb suci dpd org yg tak se agama, munafikisme dan perang. Kynya antara Tuhan dan agama sudah berjalan sendiri2; lb baik mempertajam spiritual dpd mengikuti ritual2 yg hasilnya gak jelas. Gw gak suka mem perbincangkan Tuhan krn jd men-sinkretismekan Tuhan; Tuhan hrs di rasakan dg mata dan otak spiritual, bukan dg. otak anatomis.
  • @rising Ada beberapa poin dimana gw setuju sama tulisan lo tapi ada beberapa poin yang gw gak setuju juga.. Gw setuju sama lo soal manusia saat ini udah terjerumus sama yang namanya agama.. kadang mereka menganggap agamanya sendiri yang paling bener dan mereka menilai baik buruknya sesuatu bahkan menghakimi dari norma2 yang diajarkan oleh agama mereka..

    Bagian yang gw ga setuju adalah dari tulisan lo gw menangkap kesan kalo Tuhan itu merupakan suatu hal yang diciptakan manusia untuk menjelaskan hal-hal yang gak bisa dinalar dengan logika.. well, disini gw gak bermaksud menghakimi keyakinan lo, cuma pengen share apa yang gw yakini aja.. Ada beberapa event dalam hidup gw dimana gw bisa merasakan Tuhan bekerja secara nyata dalam hidup gw.. Jadi gw yakin 100% kalo Tuhan itu ada dan dia bisa hadir dalam hidup kita asal kita bener2 percaya.. Kebanyakan org yang gw liat sekarang adalah mereka rajin beribadah tapi bener2 cuma menganggap kalo Tuhan itu suatu keberadaan yang jauh yang ga mungkin menjangkau langsung kehidupan mereka.. mereka berdoa tapi secara ga sadar mereka meragukan kalo Tuhan mampu menjawab doa-doa mereka..

    gw tau being 'gay' pasti bertentangan sama hampir semua norma agama dan dulu itu sangat membebani gw seperti yang lo rasakan.. Cuma gw selalu yakin dan percaya kalo Tuhan pasti punya rencana buat hidup gw, dan gw selalu mencoba menjaga hidup gw supaya ga terpuruk semakin jauh.. I also believe that heaven and hell are real, dan menurut gw kita tidak akan bisa mencapai Surga hanya dengan usaha kita sendiri (it's not about doing the good things and not doing the bad things), pada dasarnya semua manusia itu berdosa dan ga layak masuk ke Surga..

    Sekali lagi hanya mau mengutarakan pendapat saja dan bukan ingin berdebat.. ^_^
  • edited May 2012
    Thank you guys yang sudah mampir ke thread ini.

    Kalo gue sih, apapun keyakinan kalian dan apa yang kalian percayai, itu hak kalian untuk percaya.

    I've found my own way and my definition about Spirituality.

    Tiap orang tentunya punya pengalaman spiritualitas nya masing-masing, termasuk dalam meninterpretasikan atau menerjemahkan rasa yang dialaminya, termasuk "rasa" memiliki Tuhan.

    Gue sendiri orang nya terbuka, dan nggak jualan agama atau keyakinan.

    Bukan berarti adanya perbedaan keyakinan atau kebenaran yang diyakini membuat kita saling memaksakan kebenaran satu sama lain.

    Yang berakhir menjadi intimidasi, caci maki karena fanatisme yang berlebihan.

    Gue punya keyakinan gue sendiri, dan gue tidak memaksakan nya.

    Urusan gue sama yang gue yakini. Urusan sesama manusia tentunya yang pasti-pasti.

    Kindness is a simple religion.
  • *ikut baca*
  • Ada yang mau debat? :p
  • edited May 2012
    Urusan ini yang penting "Iman", akal manusia memang kadang ngga akan sampe buat ngejangkaunya. jadi jangan dipaksain.

    Saran gw sih, jangan bikin pembenaran2 sendiri, karena belom tentu benar, hahhaha.

    So, hidup di jalan yg lurus2 aja sebenernya adalah hal terbaik, karena bisa jadi, boleh jadi, ke gay an seseorang sebenernya adalah "cobaaan", siapa yg bisa melewatinya dijanjikan hadiah di akhirat

    dan akhirat itu ada, diyakini ada, karena ada iman. Ini mau didebatin segimana juga, menurut gw bakal jadi panjang lebar. So gw cuman ngasih pendapat gw aja, boleh setuju boleh ngga, semua sah2 aja ..
  • edited May 2012
    dopost

  • Menarik !!!!!
  • like thiss... yg laen pannjang2 males bacanya... wakakkakka =))
  • Ikut nimbrung ah...gw jg prnh memutuskn mjd agnostic,tp yg gw rasain kuk mlh kegelisahan,kehampaan n ky gk punya pegangan gtu za...gw yg biasanya wudlu n sholat,puasa n mmbca qur'an,serta rutinitas laen yg setiap harinya gw jalanin sbg kwjibn dlm agama gw,tiba2 hanya karna mrsa gk di terima n dikutuk (wuihh...kejemnya),gw tnggalin semua itu.n hasilnya...spt yg tadi gw ungkapin,hampa n mrsa ada yg hilang dr diri gw.akhrnya gw putusin utk kembali lg mnjalankn kwjiban gw tanpa prduli lg di terima atw tidak.yg pnting adlh kedamaian hati gw yg sempet kabur ntah kemana,bz gw rasain lg n gw temuin lg,..
    Ni mnurut pngalaman gw,so...silahkn memilih jalan hdp yg kalian yakini,beragama kek atw tidak kek selama itu bz mmbrikan ketenangan,kenyamanan atw kedamaian hati kalian,gw hargai,asal...gk mrsa pilihannya-lah yg pling benar n paling tepat,ok!
  • Haha awalnya sih gw jadi agnostik gara-gara males beribadah, mungkin kalo agama gw dulu ibadahnya gak kebanyakan gw ga pindah keyakinan kali ya hahaha.
  • klo kita mau mutusin jadi agama apa. ya udah itu aja, jangan udah jadi agnonistic, jadi atheist, dari atheist, jadi muslim. itu kan labil.

    nah, sebelum lu mau mutusin pindah agama, mau agnonistic ke, atheist ke, illuminati ke. lu pikir2 dulu pengaruh di lingkungan lo apa. dan jangan jadi extrimist. kayak teroris gitu(no SARA) menurut gue, agama di bawa enjoy aja. klo kita muslim. yah kita laksanain kewajiban. jangan sunah yang diwajibin. kebanyakan orang radikal ngomong gitu. ampe lady gaga batal gara2 pikiran orang radikal.

    klo gue sndri sih agnonistic. percaya akan tuhan tapi tidak dengan agama.
Sign In or Register to comment.