It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku terbangun dan mendapati posisiku masih rebahan di pahanya sedang dia tertidur dengan posisi masih bersender ke dinding. Tangannya masih memegang rambutku. Aku lalu meraih tangannya dan menaruhnya di atas bantal. Aku bangun, kutatap wajahnya, damai dan tenang sekali. Ku usap wajahnya, halus sekali dan ternyata dia terbangun. Dia agak kaget waktu sadar bahwa aku sedang menatapnya.
“udah bangun?” tanya dia sambil tersenyum.
“udah. Mimpi apa barusan?” tanyaku.
“kenapa emangnya?” tanya dia dengan alis terangkat.
“abis, tidur kok sambil senyum-senyum..mimpi apa hayoo”
“ada deh.. jam berapa ini?”
“jam setengah enam.” Jawabku.
“shubuh...” katanya terlonjak kaget.
“buruan wudu dulu..kita sholat” kataku.
“tunggu ya. Kita berjamaah”
Dia bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu. Kamipun lalu sholat berjamaah. karena dia memaksaku jadi imam, dengan berat hati aku menurutinya dan membaca surat paling pendek, karena hanya itu yang kuhafal. Selesai solat, dia lantas mencium tanganku. aku merasa risih sekali. Dia lebih tua dariku tapi malah mencium tanganku. tuhan, apakah ini salah?
“malem kok didit gak tidur disini?” Tanya ragil.
“gatau. Katanya sih disuruh balik ma ayahnya.” Jawabku.
Kami lalu mengaji dan dia beberapa kali dia membetulkan bacaanku. Salah pelafalan huruf, kebalik panjang pendeknya, dan banyak lagi. Aku jadi merasa malu sendiri.
06.00 wib
“bob, mau kemana?” tanya dia.
“udah...ikut aja..”
“lalu kok kita pake trening begini?”
“mau ke kawinan..udah, ikut aja, jangan banyak komentar.”
Dia lalu diam dan memeluk erat pinggangku. Aku lantas melajukan si beng beng dan akhirnya sampai lah aku di suatu tempat.
“kerkhoff?” katanya kaget setelah kami sampai di tujuan.
“yap. Sekali-sekali kita jogging lah, sekalian cuci mata..”
Aku lantas menuntunnya ke gerbang masuk dan membayar retribusi 200 perak. Mungkin karena ini kali pertamanya kesini, dia terlihat cukup exited. Setiap hari minggu memang di kerkhof ada pasar murah. Kalau di Bandung itu mirip di Gasibu. Orang-orang datang kesini, sebagian besar bukan untuk berolahraga. Tapi untuk cuci mata. Hanya sekedar liat barang-barang murah, menonton acara lelang, atau ikut poco-poco di tengah arena yang dipandu oleh instruktur yang seksi dan cowok kekar yang gemulai yang sebagian besar pengikutnya adalah emak-emak yang sepertinya terobsesi oleh perut ramping setelah 5 kali jebol oleh sang bayi.
Kami lalu berlari-lari kecil mengitari landasan lari. Dia memang harus lebih banyak olahraga biar badannya gerak. dan benar saja, baru juga tiga putaran, dia sudah ngos-ngosan.
“masa baru segitu udah capek..”
“haha hah hah..belum kok..ayo lanjut lagi..” katanya sambil ngos-ngosan dan bajunya sudah basah oleh keringat.
“udah ah. Ntar malah pingsan lagi”. Kataku lalu berjalan ke arahnya.”yadah, pendinginan ya...jalan aja satu puteran. Abis itu kita minggir, liat-lihat barang mumer, murah meriah.”
Kami lalu berjalan melintasi landasan lari itu dan sesekali badanku bergoyang karena mendengar musik poco-poco. Dia hanya senyum-senyum melihat tingkahku.
Kami berjalan sambil membicarakan hal-hal lucu. Kami tertawa dan aku dilanda rasa aneh. Ya, aku ssemakin nyaman dengan ragiel. Dia tak henti-hentinya mengulum senyum. Dan ketika kami sedang asik-asiknya tertawa, dia tiba-tiba berhenti.
“kenapa?”
“cokelat-strobery” katanya
Cokelat strobery? Bukannya itu film tentang...
Dia lalu menarik tanganku dan menyeretku ke pinggir lintasan. Aku seperti kerbau dicocok hidungnya. Dan aku baru sadar dia menarikku ke stand yang menjual buah-buahan yang ditusuk seperti sate dan disiramkan coklat. Aku melihatnya dan dia tersenyum manis.
“mang, ada apa aja?” tanya ragil.
“ada setoberi, melon, cau (pisang), anggur..” terang si mamang.
“kami pesen dua-dua ya mang..” kata ragil.
Aku hanya diam sambil terus memandangnya. Dia masih tersenyum meski berkeringat. Aku lalu ambil handuk kecilku lalu kusodorkan padanya. Dia melirikku lalu tertunduk malu.
Dia terlihat antusias memperhatikan si mamang yang sedang memutar-mutar sate buah sambil dibawah kucuran coklat yang dibuat seperti air mancur. Coklat basah itupun sudah hampir menutupi semua permukaan buah dan hanya beselang beberapa detik, coklat itu mengeras. Lalu si mamangnya mengambil sate pisangnya dan kembali melumurinya dengan lelehan coklat. Aku lantas berbisik ke ragil.
“gil, itu mah kayak titit ya, hahah”
“hahah.dasar omes kamu mah ih.” Katanya sambil menutup mulutnya menahan tawa.
“titit kamu sama itu kecilan mana?” tanyaku menggodanya.
“ihh..boby..” katanya sambil mencubit pinggangku.
“hahha. Palingan ge gak nyampe setengahnya ya.hahah”
“emang punya kamu lebih gede dari pisang itu?”
“hmm..belum liat dia” kataku bangga.
“Ini cep, udah” kata simamangnya.
“berapa mang?”
“satunya serebuan.”
Ragil lalu menyerahkan uang sepuluh ribuan. Kami lalu mengambil satu dan mulai mencoba sate strobery. Kugigit satu, celecep..dingin...dan..hmm..manis..
“wah...manis euy setoberinya..” kataku.
“yah..yang punya aku mah agak-agak acem..” kata ragil sambil menyipitkan sebelah matanya yang karena keaseman.
“tuh kan..gimana amal-amalan da itu mah..makanya kalo sambil setoberi teh sambil ngeliat muka aku gera”
“heheh. Tambah acem pasti. busyet, masa dah abis tuh. Makan teh dikunyah atuh..” katanya lalu duduk di atas rumput dipinggir lapangan.
“hahah. Da enak atuh ih..” kataku sambil mengambil sate pisangnya.
Kuperhatikan sebentar, emang mirip titit tuh. Ternyata si mamangnya mesum juga, hehe.
Aku lalu iseng menciumnya. Ragil melirikku dengan tatapan aneh. Dan aku semakin iseng. Aku lalu mengulumnya kemudian menjilat-jilatnya sepert menjilat itu tuh. Hahah.
“ih..jorok banget ih..” katanya sambil tertawa.
Aku tak pedulikan dia. Aku masih asik mengulum gelontongan pisangnya dengan ekspresi seperti di film bokep bule itu sambil meraung-raung.
*(meraung, bahasa anak di kelasku untuk mendesah karena horny)
“hahaha. Dasar ih kamu mah..mesum..” katanya.
“kamu mau nyobain gak..?” bisikku menggodanya.
Kulihat mukanya memerah.
“apaan si..”
“hahaha. Jangan-jangan waktu aku lagi tidur, si dedeku bernasib sama kayak si pisang ini lagi. Hahah”
“ah..kamu mah..” katanya merengek manja. Aku semakin tertawa keras.
“enak loh..hmmm..hmm..ukurannya pas di mulut..” kataku lagi.
Dia semakin mem
“hahaha..baru segitu ge udah meraung-raung..” kataku.
(meraung-raung = mendesah-desah karena horny.)
“heh?”
“itu, tititnya bangun” kataku berbisik di telinganya.
Dia tampak malu sekali lalu duduk lagi.
“hahaha”
“ayo ayo..dipilih-dipilih..” teriak seseorang.
Bentar, rasanya aku kenal suara itu. Aku edarkan mataku. Lalu kutangkap sesosok orang yang ku kenal. Kuhampiri dia yang sedang menawarkan barang dagangannya ke para pengunjung gelora ini.
“kang, bajunya kang? Murah murah kang ayo ayo ayo..”
“gil, itu kang jajang kan ya?” kataku setengah berbisik ke kuping ragil.
“iya. Kok disini?” tanya ragil heran.
“yadah, samperin aja yuk?” ajakkku.
Kamipun langsung menghampiri kang Jajang. Dan ketika aku sudah didepannya dia tersenyum tipis.
“widih...jalan-jalan yeuh..” katanya ramah.
“heheh. Iya kang. Lagi apa kang? Jualan?”
“iya.”
“widih, ngambilnya dari Bandung ini teh Jang?” tanya ragil sambil melihat-lihat bajunya.
“iya. Akang ngambil dua minggu sekali. Ya lumayan lah.”
“wah...keren lah si akang mah.”
Kang Jajang adalah kakak kelasku. Otomotif juga dan seangkatan sama Ragil. Dia juara umum dan yang paling membuatku salut adalah dia yatim, anak tertua, masih sekolah tapi sudah menjadi tulang punggung keluarga. Sekolah dengan beasiswa, dan dia tinggal di sekolah dan membantu kantin. Aku sering melihatnya belanja barang-barang si bu kantin dan membantu masak di sore hari. aku sempat tinggal dengannya walaupun Cuma beberapa hari sebelum ngekost bareng didit.
Cara pandangnya tentang hidup dan cara menyikapi getirnya nasib membuatku begitu merasa kecil. Dia tak pernah mengeluh dan merasa minder dengan kondisinya tentang hidup. Dan visi kedepannya membuat aku tercengang. Butuh bab khusus untuk menceritakan orang superb ini.
Kami berbincang sebentar dan ragil membelikan aku sebuah sweeter warna bitu muda. Biar aku keliahatan dewasa katanya.
Lalu tiba-tiba pundakku serasa ada yang menepak. Aku kaget dan menengok ke arahnya.
“kang, ini ada kupon untuk menanam satu juta pohon. Nanti tukarkan kupon ini dengan satu bibit pohon dan dilakukan penanaman secara masal di hutan kota kerkof.” Kata gadis itu.
Aku menoleh ke arah ragil lalu ragil mengambil kupon itu.
“dituker dimana teh?”
“di tribun selatan kang. Mangga kang”
“mangga.”
Dia menatap kearahku lalu terseyum.
“ayo” katanya.
Kami langsung pamit dan menuju ke tribun selatan. Ternyata disana sudah banyak orang yang sedang menukar kuponnya dengan bibit pohon. Dan setelah orasi (lagi males nuturin gimana orasinya. Standar lah, ada bau-bau politik sedikit) kami langsung menuju ke hutan kota kerkof. Beberapa orang mengambil titik penanaman di samping jalan. Sedang aku dan ragil lebih memilih di pojokan dekat bangku.
“disini aja” kata ragil.
“gak terlalu pojok?”
“enakan disini. Ntar kan pohon ini bisa jadi saksi”
“saksi? Mang sapa yang kawin?”
“dasar ih. Maksudnya teh ntar kan pohon ini melindungi orang-orang yang berteduh dari hujan. Menjadi saksi bagaimana kisah cinta-orang-orang yang saling mencintai, berantem, diem-dieman, selingkuh..”
“dan jadi saksi tindakan mesum. Hahah”
“hihi.dasar kamu mah cunihin” kata ragil sambil mencubit pinggangku.
Lalu aku mengambil sekop kecil yang sudah disediakan oleh panitia lalu kugali tanah di samping kursi itu. Ragil terlihat antusiassekali. Dia kadang meminggirkan tanah bekas galianku. Setelah dalamnya cukup, dia menatapku.
“ayo masukin..” kataku.
“kita pegang berdua ya” Pintanya.
Aku menatapnya. Ada rasa aneh yang menyerbu hatiku. Kulihat ada harap di matanya. Fyuh, aku teringat lagi sama Bayu. Maaf gil, aku dah ngeduain kamu.
Aku lantas memegang pohon itu dan kami berdua memasukannya ke lubang itu, lalu kami berdua menutup akarnya dengan tanah bekas galian tadi.. dan sekali ragi, ragil tersenyum dan matanya berbinar. Aku merasa sangat bersalah sekali.
“bob, aku bakal ingat saat ini. Aku dan kamu menanam pohon ini. Aku janji aku bakal rawat pohon cinta ini. Aku bakal datang kesini kalo sempet. Gak bakal aku biarin rumput-rumput mengganggu pohon ini karena pohon cinta ini adalah saksi kalo aku sayang sama kamu. Dia akan menyimpan jutaan kisah cinta. Meski aku gak tau kedepannya bakal kayak gimana. Tapi yang pasti..”
“gil..” kataku menatap matanya yang sekarang sudah berkaca-kaca.
Aku tak mau dia meneruskan kata-kata itu karena dengan mendengarnya akan membuatku semakin merasa bersalah. Dia dan segala yang telah dia lakukan membuatku merasa begitu jahat telah mengkhianati dia. Tapi apa aku salah? Entahlah.
Setelah selesai, kami lantas bergegas ke luar dan hendak pulang. Dan ketika kami melewati Green Gallery, kios yang menjual aneka tanaman hias ragil berhenti dan menarik tanganku. kami berdua masuk dan kulihat banyak sekali tanaman-tanaman hias yang aku tak tahu nama-namanya. Yang aku tahu hanya kaktus, lidah mertua, bunga krisan, beberapa jenis mawar, suplir dan beberapa bonsai.
“ngambil yuk?” kata ragil.
“hah, ngambil? Ntar digebukin atuh kalo ketauan”
“hihii. Dodol, beli atuh, masa nyolong..”
“hahay, mang kamu mo beli apah?”
“yang bagus apa ya?”
“samoja” jawabku ngasal.
Lalu dia berjalan ke arah bunga kamboja dan terlihat menimang lalu memilih satu yang ukuran kecil, kamboja warna putih.
“lho, beneran ngambil samoja?” kataku tak percaya. Padahal kan aku Cuma ngasal aja jawabnya.
Dia mengangguk pasti.
“halah, berasa di kuburan..”
“hehe. Kamu ngambil apa atuh?”
Aku berpikir sejenak sambil mengedarkan pandanganku lalu kuambil satu pot kecil yang ada kaktusnya.
“aku mah kaktus aja ya, tau sendiri kan sekejul artis stm teh padetnya siga kumaha.”
(siga kumaha = kayak gimana)
“hahah.mpret ah. Kamu mah kayak kaktus tau.” katanya.
“gersang dan berduri dong”
“bukan..”
“terus?”
“salah satu tumbuhan yang bisa hidup dan bertahan di daerah yang sangat kering itu kan kaktus. Aku liat itu di diri kamu. Kamu bisa bertahan di dunia yang kering ini dengan segala kondisinya. Kamu berduri juga toh bukan buat nyakitin orang lain, tapi buat ngelindungin diri.” katanya dengan senyum manisnya. Lesung pipit di pipi kirinya semakin membuatnya terlihat manis.
Aku lalu tersenyum
“ya aku ambil kaktus tuh kan sebenarnya emang aku tipe orang yang malas buat rawat tanaman. Kalo kaktus kan gak usah tiap hari disiram...kalo samoja, filosopinya gimana?”
“kalo menurut aku mah yah,bunga kamboja itu teh melambangkan keberanian dan juga keanggunan. Dia mampu tumbuh di tempat-tempat angker kan? Ada kontradiksi, keanggunan di dalam keangkeran.”
“yap, dan kamu juga kayak bunga samoja tau?’
“kok?”
“iya, kamu kan indah kayak samoja, dibalik bapak kamu yang angker itu..hahah”
“ih dasar, aku bilangin sama si ayah baru nyaho loh..”
“hahah. Jangan atuh ih, ntar nilai kimia si aku teh jadi tambah ancur..”
“hahah. Yadah, ayo balik”
Dan setelah kami menenteng dua buah pot samoja dan kaktus kami pun pulang. aku sempat tak bisa berkata-kata ketika sedang menuju arah kosan. Dia berkata bahwa dia akan merawat samoja itu dengan sangat. Kenapa? Karena aku yang memilihkan untuknya. Sebegitu sayangkah kamu sama aku gil?
*****
“sono mandi dulu ih...” kata ragil sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“ntar dulu atuh ih. Kan aku teh masih keringetan..eh, kaktus sama samojanya kamu taro mana?”
“di luar. Kambojanya aku taro sini juga ya? Ntar aku kesini tipa hari kok..”
“awas aja kalo nyampe mati..” kataku.
“ya nggak bakalan atuh..aku bakal rawat dia kok. kamu teh ntar sore kerja lagi?”
“iya. Palingan berangkat jam 2an. Kalo libur aku teh suka gak enak sama yang lain. Yang lain kan dari pagi, makanya kalo hari sekolah aku berangkat jam 4an, kalo libur mah jam 2an..”
“oh...yadah, kalo udah gak keringetan kamu langsung mandi ya.”
“iya..bawel ah. Eh, besok teh kamu udah uji kompetensi yah?” kataku sambil bangun dari rebahan.
“iya.”
“apa tuh ujikomnya?”
“besok sih sequence”
“paan tuh?”
“bikin rangkaian gitu.”
“kayak rangkain lampu setopan (lampu merah)?”
“iya. Seru lah kalo lagi ngerjain itu teh. Pada rariweuh (heboh). Apalagi kalo perintahnya teh gini, kalo tiba-tiba ada nenek-nenek lewat, semua lampu harus mati. Nah waktu direset, mesti kembali lagi ke kondisi sebelumnya..”
“wah..asik atuh. Kalo aku ntar ujikomnya kayak gimana ya?” kataku sambil berlaga mikir.
“ya gatau..”
“hmm..tenang lah. Moto kita kan terima bongkar tidak terima pasang. Hahah”
“dasar ih kamu mah.”
Lalu dia mengambil sesuatu dari lemari kemudian menghampiriku.
“sini tangannya.”
Aku melongo, “mau ngapain?”
“sini aja..”
Aku nurut aja dan kuserahkan tanganku. Dia lalu memegang jari tanganku lalu mulai memotongi kukuku. Aku tersentak kaget. Kulihat dia begitu asik memotongi kukuku.
“kuku kamu teh meni gak pernah dibersihin ih. Liat nih item-item begini. Jorse (jorok sekali) ih” katanya tanpa melihat kearahku.
Aku hanya diam saja. Kntuk kesekian kalinya aku dilanda rasa bersalah. Lalu setelah semua kukuku dipotong bersih, dia mengikir ujung kukuku sampai halus lalu mengambil silet dan mengeriki email (kalo gak salah) kukuku yang tampak kusam. Beberapa kali dia menggosok kuku yang sudah dikerik dengan kaosnya dan memicingkan mata dan kembali mengerik sampai benar-benar bersih.
Selesai tanganku dia beralih ke kakiku. Aku sontak menarik kakiku, dia tampak kaget.
“kenapa?”
“ka..kakiku kan belum dicuci.” Kataku gelagapan.
Dia lalu tersenyum dan meraih kakiku dan menyimpannya di atas pahanya. Aku merasa kikuk sekali. Baru kali ini ada seseorang yang dengan telatennya merawat diriku. Dia terlihat asik sekali dan tak merasa risih. Padahal aku tahu dia gak suka dengan sesuatu yang kotor dan bau keringat. Tapi mungkin rasa sayangnya mampu mengalahkan rasa risihnya.
Dia masih tampak serius memotongi kukuku. Kadang dia mengernyit karena kesulitan mengjangkaw sudut kukuku. Dan dia bergidig lucu sambil memperlihatkan potongan kukuku lengkap dengan kotorannya lalu menciumnya dan ekspresinya tampak lucu sekali.Aku tersenyum miris melihatnya.
Tiba-tiba aku merasa kakiku sedikit sakit. Ups ujung kukuku berdarah.
“aduh, maaf Bob..aku gak ati-ati..” katanya panik.
“hahah. makanya jangan ngelamun aja atuh. Gak papa, gak sakit kok” kataku sambil senyum tapi romannya msih tampak merasa bersalah.
Dia lalu mengmbil tasnya dan mengambil kotak P3K. Busyet, tasnya emang kantong doraemon. Semua ada. Jangan-jangan ada kulkas sama mesin cuci juga lagi, pikirku.
Dia lalu mengmbil betadin dan meneteskannya ke luka goresku. Aku menatapnya lagi.
“udah ah. Gitu aja kok.”
“tapi..” katanya merengut.
“sssttt ah. Aku mandi dulu ah” kataku lalu berdiri. Dia tampak diam.
Pikiranku berkecamuk. Apa yang telah dia lakukan hari ini benar-benar membuatku malu telah menyakitinya. Dan yang pasti, aku mulai dilanda rasa aneh setiap ada di dekatnya. Dia yang dengan telatennya memotongi kukuku yang tak pernah kuurus, memijat punggung dan pundak serta leherku kalo aku pulang dari resto. Apakah aku mulai jatuh cinta sama Ragil? Tidak, ini salah. Ini udah melanggar kodrat, tapi aku merasa nyaman dengan ini semua. Salahkah?
Ketika aku berjalan dengan gontai, ragil memanggilku.
“bob, sabunnya ketinggalan” katanya sambil menenteng keranjang sabunku.
Dia lalu menghampiriku dan menyerahkan keranjang kecil itu.
Aku diam menatapnya agak lama. Dengan ragu kuulurkan tanganku lalu kutarik tubuhnya dan dia tersentak kaget. Badannya kudekap dan kuangkat dagunya lalu cup..kucium dia tepat dibibirnya. Dia tampak memejamkan mata dan mulai membuka mulutnya memberi jalan masuk untuk lidahku. aku mulai menyusupkan lidahku dan kulumat bibirnya. Nafasku mulai memburu. Dadaku berdetak kencang sekali dan badanku terasa memanas.
Keranjang sabunnya jatuh dan kuangkat kedua tangannya dan kupepet ke tembok. Dia tak melawan sedikitpun. Nafasnya juga mulai ngos-ngosan dan masih memejamkan mata. Dan kulihat dari ujung matanya menitikkan air mata. Apa itu air mata bahagia?
Kuhentikan ciumanku dan dia lalu membuka matanya.
“aku...sayang kamu...gil...” kataku lirih.
Dan seketika aku dibuat kaget setengah mati. Dari ujung lorong Didit memandang kami dengan tatapan tak percaya.
@igoigo, @Boyorg, @halaah, @firmanE, @jaydodi, @blueguy86, @mahardhyka, @ajied84, @urth, @tobleron, @dewo_dawamah, @dityadrew2, @yoedi16, @adinu, @redbox, @joe_senja, @alfaharu, @kiki_h_n, @jockoni, @habibi, @pria_apa_adanya, @zimad, @adam08, @dhie_adram, @boljug, @4ndh0, @aDvanTage, @autoredoks, @dollysipelly, @sly_mawt, @trinity93, @pokemon, @fansnyaAdele, @05nov1991, @the_jack19, @co_ca_co, @iamyogi96 @chocolate010185
Makasih kang udah dimantion, topbgt dah...
Tetep ditunggu lanjutannya ...
ngambek sambil ngacak ngacak comberan
cerita nya nambah bagus aja nih