It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tenangkan hati dulu bro, klo dah ok lanjut nulisnya..
Allah menyertai orng2 sabar.. :-)
tapi kukasih pict aja yah.
kampung w, terus oleh-oleh dari kampung halamanku.
suka gambarnya, suka ceritanya pa suka orangnya..? hahaha
heheh. itu teh kampung si aku kang
ditunggu lah kripiknya..
Badanku masih menggigil. Tanganku gemetar dan kata-katanya masih memekakan telingaku,
“sal, gua sayang sama lo...”.
Pikiranku berkecamuk. Bangun Sal, bangun..kataku pada diri sendiri. Tapi ternyata aku harus kecewa, ini adalah nyata. Tapi kenapa? Kenapa baru sekarang kamu bilang tem? Kenapa? Kenapa disaat aku mau mulai membuka hati untuk yang lain, kamu dengan seenaknya datang dan bilang sayang sama aku. Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang?
Nabil, ya, aku harus bilang sama nabil. Harus. Kucoba telpon dia, tapi hapenya masih belum aktif. Aku semakin gelisah. Sampai saat ini hapenya masih belum aktif. Aku lalu putuskan untuk berangkat ke kostannya.
Sepanjang perjalanan aku terus mengucapkan nama nabil. Tapi tetap saja pikiranku masih dipenuhi oleh apa yang tadi terjadi. Bodoh, bodoh sekali. Aku terus melajukan motorku dengan tangan masih gemetar.
“nabil, nabil, nabil...” terus saja kuucapkan sampai akhirnya aku sampai di depan kostnya.
Dari kejauhan aku melihat dua orang yang sedang duduk di bangku depan kostnya. Di depan kostan nabil memang ada kursi dari beton yang didepannya ada meja dari beton juga. mungkin digunakan untuk sekedar nongkrong sambil ngopi atau main kartu. Kulihat salah seorang sedang menunduk dengan tangan dikepalanya. Dan setelah kupicingkan mataku, ternyata yang disebelah orang yang sedang menunduk itu adalah nabil.
Dengan ragu aku parkirkan motorku lalu turun dan menghampirinya. Kulihat wajah nabil tampak kusut. Tangan kanannya merangkul pundak orang yang menunduk tadi. Dan dia terlihat sangat kaget ketika melihatku.
“isal?” kata nabil lirih.
Dan seorang yang sedang menunduk tadi langsung mendongak. Aku sedikit kaget, ternyata dia adalah arif, teman sekamarnya. Dia memandangku lalu tertunduk kembali.
“maaf, kayaknya aku datang disaat yang kurang tepat” kataku lirih.
Aku urungkan niatku untuk memberitahu nabil tentang kejadian tadi.
Nabil hanya tersenyum. Tatapan matanya sendu sekali, tapi dari sinar matanya kutangkap rasa ingin dimengerti. Aku lalu mengangguk kecil sambil tersenyum.
“balik dulu ya, Bil, Rif” kataku tapi tak ada sahutan.
Aku lalu bergegas kemotorku dan sekali lagi kupandangi nabil dari kejauhan. Dia menatapku kuyu dan aku kembali tersenyum lalu kulajukan lagi motorku.
Ya, mungkin mereka sedang ada masalah. Aku gak mau pura-pura sok baik dengan pura-pura bersimpati yang bahkan justru nanti akan membuatnya semakin rumit. Aku harus tahu diri. aku juga harus menghormati privasi mereka.
Aku lalu lajukan lagi motorku. Dan tak terasa aku sudah sampai di depan kamar kostku. Aku lalu buka kuncinya lalu masuk. Pikiranku masih saja berkecamuk. Aku lalu duduk di kasurku dan kupandangi si Panda, boneka anjingku. Aku lalu rebahkan badanku dan kembali kulihat si Panda. Kuambil dia lalu kupeluk. Kubaui si panda, rasanya aku masih mencium bau tubuh si item. Huft, kenapa harus disaat seperti ini kamu datang tem?
Kupandangi dinding kamarku dan kutangkap potretku dengan seseorang yang dengan sangat narsisnya berpose. Kupejamkan mataku dan aku kembali teringat akan sesuatu yang pernah dia kasih. Aku lalu berdiri dan berjalan ke arah lemari. Kubuka laci dan kupandangi lagi benda itu. Kuambil dan kutatap dengan lekat, dan pikiranku kembali ke beberapa bulan yang lalu.
****
Mataku masih terpejam dan terasa berat buat kubuka. Tapi suara siapa sih kok berisik banget? Kupaksakan tuk buka mata. Kupicingkan mataku karena lampu sudah menyala. Kukucek mataku dan aku melongo. Si item sudah rapi mewangi dengan celana kargo dan kaos eigernya. Dia terlihat sedang memasukkan barang ke tasnya.
“mau kemana tem? Jam segini dah rapi” tanyaku.
“balik.” Jawabnya singkat.
“ke garut?”
“yap” jawabnya lagi.
Dia lalu mengambil selembar kertas dan terlihat seperti menghitung barang dan memberikan check list. Satu tas punggung cukup besar dan dus kecil dan tas jinjing yang ukurannya cukup besar.
“tu kertas paan?” tanyaku lagi.
“check list”
“buat?”
“ya buat check barang bawaan lah”
“ngapain repot-repot..?”
“make it sure kalo-kalo ada barang yang kelupaan. Juga biar kita mudah aja kalo misal nyari sesuatu. Di dusnya juga udah gua tempelin nama barang-barang yang gua masukin ke dus.” Jawabnya.
Oh...baru tahu. Tapi setelah dipikir-pikir benar juga. kadang waktu dijalan kita mau ngambil barang tuh suka bingung ditaro dimana. Kita bongkarin semuanya dan ternyata itu kita selipin di saku kecil yang ada di luar tas kita. Kan ngeselin.
“mang lo gak masuk?” tanyaku lagi.
“gua cuti sehari. Jadi selasa baru masuk.”
“tumben balik.”
“ya pengen aja. udah kangen sama si Jagur”
“si jagur? Temen lo?”
“iyya. Temen kesayangan gua. Gua juga kangen sama mbu sama abah. Sama Cepi juga, adek gua satu-satunya.”jawabnya.
Kok dia belum pernah cerita sama aku tentang si jagur ya? Kayaknya yang dia panggil si jagur itu temen stmnya dia.
“tem”
“apa?”
“gua..boleh ikut gak?”
Dia memicingkan mata.
“lo bukannya masuk besok?” tanya dia.
“iya sih. Tapi itu mah gampang. Gua bisa cuti dadakan kok. Tinggal calling foreman gua aja, terus nyari yang gantiin.”
“yakin?”
“gua kan belom pernah ke garut..” kataku merajuk.
Dia terlihat menimang-nimang sesuatu.
“gimana? Boleh ya?” kataku merajuk dengan wajah memelas.
“tapi...”
“tapi kenpa?”
“gua takutnya lo malah bosen disana..”
“ya enggak lah..”
“rumah gua tuh di kampung. Di kaki gunung malah. Sekelilingnya tuh sawah”
“masa? Wah..gua ikut ya.” Kataku antusias.
“yadah deh. Mandi dulu gih. Masa gua bawa kambing badot ntar ke garut.”
“sialan lo. Yadah gua mandi. Tapi..”
“tapi apa?”
“gua kan gak bawa baju ganti..”
“punya gua aja..”
“ogah ah. Kena panu ntar gua.”
“assem banget siloh. Iya juga sih, baju gua mana muat di badan lo. Ntar disangka orang-orangan sawah pake baju gambring (kegedean).”
“kjhyghauiaka” umpatku gak jelas
“gampang itu mah. Kita nyari disono aja..pilihannya lebih banyak disono. Harganya juga jauh lebih murah.”
“okelah, gua mandi dulu ya.”
Aku lalu bergegas ke kamar mandi sambil bersiul-siul.
“heh brisik” katanya. A
ku lantas menghentikan siulanku. Aku lupa kalo si item gak suka denger siulan. Apalagi malam-malam, apalagi malem jumat. Manggil setan katanya. Huh, dasor, zaman internet gini kok masih percaya hantu.
*****
“sekarang kan jam 8. Palingan nyampe jam dua belasan lah”
4 jam, lumayan lah, gak terlalu panas ntar pantat. Kami sekarang sedang menunggu penumpang yang hendak pulkam ke garut juga. Biasanya memang bis jurusan ke garut dari terminal bekasi berhenti di Unisma depan Carefour untuk menunggu penumpang. Dan setelah cukup penuh baru bus itu melaju ke arah tol.
“yang dirumah dah dikasih tau?” tanyaku
“belom”
“lho?” tanyaku kaget. “Masa mau pulang kampung tapi orang kampungnya gak dikasih tau. Ntar kalo misalnya kita nyampe rumah trus di rumah gada siapa-siapa dan rumah dikunci, gimana?”
“supres lah..”
“idih...orang kampung juga bisa ngasih supress..” kataku meremehkan.
“iya donk. Gua kalo balik emang gak pernah bilang dulu. Tau-tau depan rumah aja. mereka juga kadang suka kaget. Atau kadang habis pulang dari sawah mereka kaget karena gua lagi tiduran di golodog (sejenis amben, teras yang dibuat dari potongan bambu. Biasanya untuk makan atau sekedar ngobrol keluarga di sore hari)
“terus itu bawa apa aja?”
“Cuma bawa gamis buat mbu, sarung buat abah sama sepatu buat Cepi. Ya sedikit makanan juga sih buat tetangga.”
“sedikit apanya..dus ini tuh makanan semua?”
“gak juga. kalo di kampung gua tuh ya, kalo ada yang pulkam biasanya ngasih ke tetangga-tetangga. Gua masih inget, dulu waktu gua masih kecil waktu abah masih jualan di kota, tiap abah pulang, gua kebagian tugas buat ngasihin oleh-oleh ke tetangga sama sodara. Ada kali dua puluh lebih. Ya walaupun cuma sabun colek kecil sama biskuit roma barang sepuluh biji mah..”
“masa? Nyampe segitunya?” tanyaku heran.
“iya. Orang kota bagi-bagi rejeki lah ma yang di kampung. Terus biasanya malemnya tamu-tamu pada dateng ke rumah, nanyain kabar sama perkembangan di kota kayak gimana.”
“wah..seru juga ya”
“ya gitu deh.”
Dan sepanjang perjalanan kami mengobrol tentang kampungnya. Aku kadang iri karena aku gak punya kampung. Keluargaku sebagian besar tinggal di cikarang. Tapi aku lebih memilih tinggal di kostan. Bukan karena ingin hidup bebas, tapi aku ingin belajar hidup mandiri.
Sepanjang perjalanan aku dibuat kagum oleh pemandangan bumi parahyangan yang sejuk. Apalagi cuacanya emang lagi cerah. Kulihat yang lain pada tidur. Tapi sungguh, sayang banget pemandangan yang luar biasa ini dilewatkan.
12.30
“assalamualaikum..” teriak aku dan item serempak.
Lalu kudengar ada yang buka pintu dan ketika pintu dibuka, mbunya item kaget.
“aga? Uih teh meni tara wawartos..kabiasaan ih” kata ibunya sambil mengusap rambut item yang sedang mencium tangannya.
(aga? Kebiasaan deh kalo pulang tuh gak bilang-bilang..)
“pan kejutan atuh mbu ih. bu, kenalin. Ini teh Isal, temennya Aga. Dari cikarang.” Katanya.
Lalu aku juga mencium tangan ibu.
“Abah kemana mbu?”
“lagi jalan-jalan”
“sama si jagur?” tanya item lagi.
Jagur? Jadi abah juga kenal sama yang namanya jagur? Dia pasti sodaranya atau temen sekampungnya.
“iya..dah lama katanya si jagur gak jalan-jalan. Represing lah..”
“hahah.si cepi kamana mbu?” katany sambil melepas jaketnya.
“kalo dia mah lagi sibuk atuh. Pan bentar lagi teh mau ujian..” kata mbu.
“Yadah atuh mbu yah, aku ke situ xxx dulu. Udah kangen sama si abah, si jagur juga” kata si item.
Jagur lagi jagur lagi. Huh.
Kami lalu bergegas dan sepanjang perjalanan aku hanya diam menikmati pemandangan yang masih hijau ini. Rumah item ada di kaki gunung. Dan seluas mata memandang itu masih hamparan sawah. Yang aku suka dari landscapenya adalah latar pegunungannya tak terputus. Hawanya pun sangat sejuk. Gak kayak di cikarang yang penuh polusi. Aku menghirup nafas dalam-dalam. Segarrrr..
Dari kejauhan tampak seorang bapak sedang asik memandikan seekor domba yang terlihat kekar (???). dan tanduknya itu yang bikin seram. Aku sering dengar tentang domba garut dan baru kali ini aku melihat secara live. Ternyata gagah juga nih domba.(????)
“assalamualaykum abah..” kata item
“eh si kasep teh kapan sumpingna?” kata abah kaget,
(kapan datengnya?)
Item hanya senyum-senyum.
“ini isal bah, temennya aga.” Aku lalu mencium tangan abah.
“lagi mandiin si jagur bah?” tanya item.
Oh...si jagur duh dombanya..huh..nyesel dah, napa tadi sempet cemburu, sama domba lagi.
“iya..jadi inget kamu dulu”
“emang dulu kenapa bah?” tanyaku
“dulu yang biasanya mandiin sama ngajak si jagur jalan-jalan teh si aga. Kalo sore teh yah, dia bawa misting sama botol minum dari rumah. Juga bawa buku. Lalu dia ngangon (ngasuh ternak) disawah sambil baca buku. Kalo dah laper baru makan...” kata si abah sambil menciduk air.
“oh..pantesan si aga teh pinter pisan bah. Ternyata teh yah belajarnya sama si jagur” kataku meniru logat sunda.
“hahah. Iya.” Kata abah.
“apaan sih..heh, sal, lo mandiin nih si jagur. Biar akrab” kata si item.
Aku langsung diam. Lalu garuk-garuk kepala.
“kenapa?” tanya si item.
“takut diseruduk..” jawabku malu-malu.
“hahah. Nggak atuh. Kecuali kalo lo ntar cari-cari kesempatan ke dia..haahaa”
“sialan lo” kataku sambil meninju lengannya.
Lalu abah menyerahkan gayungnya padaku. Aku dengan ragu mengguyurnya dengan air lalu menggosoknya dengan kain yang sudah diberi sabun. Abah dan si item kadang tertawa melihatku yang sering bergidik dan berusaha memegang si jagur yang gak mau diem waktu kugosok. Dan ketika kubilas dengan air, dia bergeribig (apa ya bahasa yang pas untuk hewan yang menggetarkan badannya buat ngeringin air di bulunya?) untuk mengeringkan badannya. Aku lalu menutupi wajahku karena cipratan dari badannya dan kami semua tertawa.
Baru kali ini aku merasakan sensasi baru. Memandikan si jagur akan kuingat sampai nanti.
Kami lantas bergegas kembali ke rumah. Satu hal yang kulihat berbeda. Di sini domba dan kambingnya terlihat lebih segar, dalam artian lebih bersih. Garut memang terkenal dengan dombanya. Tapi abah memelihara si jagur bukan sebagai domba aduan, tapi hanya sekedar hoby saja. Dan ternyata warga disini rutin memandikan kambing serta dombanya. Bahkan kandangnya pun bersih. Bahkan ada pula yang sampai memasang CCTV di kandang dombanya. Ckckck.
Menunya sebenarnya sederhana. Hanya tahu-tempe, ikan asin, semur jengkol, sambel goang, dan lalaban termasuk pete bakar. Tapi gak tau kenapa aromanya jadi laper banget. Mungkin karena aroma ikan asinnya yang menusuk. Pantesan teman-temanku yang orang sunda suka bilang laper kalo udah nyium bau ikan asin.
“maaf nak isal, gak ada apa-apa.” Kata mbu merendah.
“gapapa mbu.”
“iya mbu. Sekalian aja jengkolnya, isal hoby banget ma jengkol sama pete” kata isal. Aku melotot ke arahnya. Masa aku suka sama jengkol dan pete? Yang bener aja..
Lalu ibu mengambil piring dan mengalasi (memasukkan nasinya) ke piring dan membagi-bagikannya. Dan ketika kami hendak menyuapkan nasi, datang seorang remaja tanggung.
“salam alaykum..eh..akang..” katanya lalu mencium tangan item.”akang mah ih meni gak bilang-bilang mau pulang teh..”
“heheh. Ni akang bawain oleh-oleh buat kamu..”
“mana..?”
“ini temen akang..”
“hahah. Si akng mah dasar. Ini teh kang isal tea kang?”
Si item hanya mengangguk. wah si item suka nyeritain aku ke adiknya juga?
“iya. Ini pasti cepi ya?” jawabku.
Dia mengangguk sambil tersenyum. Secara fisik, si item dan adiknya berbeda, kalau si item kulitnya eksotis, sedang adiknya berkulit kuning langsat. Dan memiliki lesung pipit di pipi kirinya.
“cep, engalkeun gentos raksukan. Urang emam sasarengan” kata abah.
(cep, cepetan ganti baju. Kita makan bareng)
Lalu cepi bergegas ke kamar untuk ganti baju.
“Lo suka cerita apa aja ke cepi tentang gua?”
“ada deh..”
Aku lalu misuh-misuh.
“si cepi kalo udah nelpon sama akangnya teh suka ketawa-ketawa sendiri. Emang ngomongin naon itu teh ga?” tanya mbu.
Lalu cepi datang dan langsung ngambil piring.
“hayo..ngomongin cepi ya..?”
“idih...adeku teh geernya gak ketulungan...”
“daripada minder coba kang..” jawabnya
“kamu teh sekarang jadi lebih centil sih?” komentar item
“bukan centil, tapi ceria..” kataku membela cepi.
“pasti sekarang teh udah punya pacar ya..” kata si item lagi.
Dia hanya nyengir.
“kenalin atuh..” kali ini abah yang angkat bicara.
“wah...kakaknya kesalib tuh.” Kataku. “ ya wajar sih..” kataku sambil menilik dari atas ke bawah. Semua tertawa melihatnya.
“kabar kang ragil gimana kang?”
“alhamdulillah sehat. Dapet salam dari dia. Dia juga kasih sesuatu buat kamu. Ntar ya habis makan”
“ahsik..”
“sal, cobain atuh pete bakarnya..” kata si item.
Aku tersenyum saja.
“kalo gak makan, berarti lo gak ngehargain masakan mbu loh..” katanya manyun.
Aku langsung ngerasa gak enak sama mbu. Lalu kucoba buka satu mata dari pete itu. Kucium-cium dulu baunya..idih..kalo si item gak bilang kayak tadi, mana mau aku makan pete. Kugigit dikit, hwa...gak enyak...aku melet-meletkan lidahku dan si item tertawa puas.
“hahaha. Kalau semur jengkolnya pasti langsung ketagihan..” kata cepi.
Masa sih? Semur jengkol? Ogah dah..
Kulirik mbu, beliau hanya senyum-senyum saja. lalu si item dengan tanpa perasaan mengambil semur jengkol dan tak tanggung-tanggung, tujur butir jengkol. Wawawaduh...bencana nasional nih. Lalu dengan pandangan liciknya dia melihat kearahku. Kubaca tatapan matanya seakan bilang, rasain loh, hwahwahwa dengan tawa bengis.
Aku balas lewat tatapan mata, awas kamu tem, kubalas nanti.
Lalu aku ambil satu biji, ragu sekali aku hendak memakannya. Dengan gerakan slow motion aku angkat tanganku yang sedang memegang sendok dan detik demi detik berjalan terasa lambat sekali. Dadaku mulai dag dig dug, oh no....untuk pertama kalinya dalam hidupku aku harus dihadapkan pada pilihan sulit. Kututup mataku sambil kutarik nafas dalam-dalam lalu kutahan dan kusuapkan jengkolnya dan...what, mataku terbuka, kulihat semua orang menunggu reaksiku. Aku mengedipkan mataku beberapa kali, merasakan makanan yang sedang ada didalam mulutku. Dan...jadi begini rasanya jengkol itu..aku lalu senyum-senyum sendiri.
“gimana?” tanya si item dengan raut penuh rasa penasaran.
Aku lalu garuk-garuk kepala gak jelas.
“hehehe, kayaknya semur jengkol di mangkok itu buat aku semua...” kataku malu-malu.
Untuk beberapa detik mereka terdiam lalu saling pandang dan kemudian semua tertawa. Aku malu sekali. Semur jengkol mbunya item emang juara...
(halah, jadi lapar beneran..)
*****