It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku memeluk lututku sambil memandang ke danau ellysium. Kuambil kerikil kecil lalu kulempar jauh ke tengah danau. Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah ini adalah takdirku? Apakah aku memang tak layak bahagia bersama orang yang kusayang? Kenapa aku tak pernah bisa bahagia bersama orang yang kusayang? Aku sayang item, tapi dulu dia lebih memilih hidup dengan Sabrina, meski akhirnya mereka harus jadi seperti ini. Ya, tak ada yang menang karena keegoisan dan kenaifan, semua kalah dan merasakan sakit. Dan sekarang ketika aku mencintai nabil dengan sangat, dia lebih memilih ada di sisi Arif. Aku tau dia mencintaiku. Tapi kenapa lagi-lagi aku harus mengikhlaskan orang yang kucintai tak ada disisiku? Tak terlalu naifkah kalimat ‘cinta tak harus memiliki’ itu?
“disini juga?” kata seseorang memegang pundakku dan mengagetkanku.
Kutengok orang itu, dia tersenyum kuyu lalu duduk disampingku.
“kadang aku berpikir, kenapa kita tak bisa hidup bersama orang yang kita sayangi. Kenapa kita lebih memilih hidup jauh terpisah dengan separuh jiwa kita dan menikmati sakitnya? “
“...”
“satu hal yang aku percaya, tuhan itu pembuat skenario paling hebat. Aku tak mau lagi mengutuki apa yang terjadi padaku. Aku ingin melihat segala sesuatu itu dengan indah, bahkan ketika sesuatu itu terasa menyakitkan. Kucoba alihkan titik pandangku.”
“kamu...kenapa disini?” tanyaku padanya.
“aku seperti kamu. Pikiran kita kalut. Kadang aku memang egois. Aku lebih meilih menikmati rasa sakit daripada hidup bersama orang yang aku cintai. Tapi bukankah cinta itu pengorbanan? Seorang ibu mengorbankan waktu bersama anaknya dengan menitipkan anaknya di pondok pesantren dari kecil.”
“kamu...gak kangen sama cinta pertama kamu?”
“bohong kalo aku bilang gak kangen. Tadi aku coba nelpon dia, meski aku Cuma diam, aku Cuma ingin dengar suaranya, dan untuk kesekian kali aku menangis. Aku tahu dia rindu sama aku. Aku juga rindu dia. Tapi semua itu butuh proses.”
“kamu ngehukum dia atas kesalahan masa lalu??”
“bukan ngehukum. Aku Cuma ingin dia menjadi dewasa”
“terdengar egois”
“ya, memang egois. Tapi disatu sisi, inilah esensi cinta. Suatu hari nanti aku pasti akan menemuinya, meski aku tak yakin dia akan masih mencintaiku.”
Kami berdua terdiam. ya, aku tahu ragil lari dari cinta pertamanya. Entahlah apa yang membuat dia lari. Aku tak berani bertanya padanya.
“gimana kondisi item?”
“aku gak tahu. Tapi sepertinya mereka tak bisa bertahan”
“aku yang salah...aku yang buat mereka jadi kayak gini..” kataku sambil meremas rumput yang kupegang.
“ssssttt..udah sal. Kamu gak salah. Aku tau kamu sayang sama kang aga, kang aga juga limbung tanpa kamu..” kata ragil sambil memegang pundakku.
“kalo...sabrina?”
“teh sabrina itu memang keterlanjuran. Tapi kalaupun mereka tak bisa bertahan, kamu tetap gak salah...biarkan mereka yang putuskan. Dan kalau mereka lebih memilih pisah, mungkin itu adalah takdir. Tapi, kalau mereka benar-benar pisah, apa kamu mau hidup sama kang aga?”
“aku gak tau gil..aku..”
“Satu hal sal, kamu jangan sampai nyesel sama keputusan kamu nanti.”
“....”
“kabar kamu sama pacar kamu yang sekarang gimana?”
“kami..pisah..”
Dia menatapku kuyu tanpa berkomentar.
“...”
“aku mau tanya, kenapa kamu lebih memilih lari dari cinta pertama kamu?”
“aku Cuma ingin dia berhenti mencintaiku, berhenti mencintai orang yang salah. Aku ingin dia memiliki hidup dan cinta yang normal, cinta yang layak. Biar aku disini menikmati rasa sakit, tapi dia masih layak untuk bahagia, sama orang yang lebih bisa menyayanginya dengan layak..”
Aku tertegun mendengarnya. Ya, aku tak boleh menyesal dengan keputuisanku. Aku harus menemui dia sekarang.
“gil, aku duluan. aku harus mengambil keputusan sekarang.”
“ingat sal, kamu masih berhak buat bahagia..”
Aku tersenyum lirih. Ya, aku memang masih layak buat bahagia.
Aku lantas menuju motorku dan segera melajukannya ke rumahnya. Ntahlah, apa yang akan terjadi nanti, tapi yang pasti aku masih punya hak untuk bahagia.
******
Cukup lama aku berdiri disini, di depan sebuah pintu. Aku menunggu dia membukakan pintu ini untukku. Dan ketika pintu terbuka, dia kaget melihatku lalu memelukku dengan erat, sangat erat.
“sal..aku..”
“iya..aku ngerti..” jawabku.“maaf.. karena aku, kamu jadi kayak gini..”
“sssttt..udah. ini emang udah jadi jalan hidup aku..” kata dia.“tapi...”
“aku cuman pengen kamu bahagia. Itu aja. dan kamu masih punya hak buat bahagia. Jangan sampai kamu nyesel sama keputusan kamu” kataku lagi.
“aku yakin sama keputusan aku sal. Aku yakin..aku harus pisah sama dia”
Aku menatap mata sendunya. Dia masih seperti dulu.
“aku Cuma minta, plesae, kamu balik lagi sama dia, okey?”
“maaf sal, aku gak bisa..” katanya sambil melepas tanganku dari pundaknya.
“kenapa?” tanyaku lagi.
“karena aku sayang kamu...”
Deg, dia sayang sama aku? Tapi..
“iya sal, aku sayang kamu..”
Aku tak memercayai apa yang kudengar. Apa karena kejadian hari ini, sampai-sampai aku tak mampu mendengar dengan baik.
“aku gak mau aku nyesel sama keputusan aku di sisa umur aku. Aku gak minta hidup sama kamu. aku Cuma punya sedikit harapan bisa hidup bahagia sama kamu”
“sab, kamu tahu kan aku itu gay?”
“aku tahu sal, aku tahu. Tapi aku yakin sama perasaan aku..”
“sab..”
“aku tau sal, kamu masih belum bisa lupain aga. Aku sayang kamu, makanya aku pisah sama aga. Kemarin aku dan dia sudah cerai...dan..”
“sab..?”
“kamu masih layak buat bahagia sal. Aku rela kamu sama aga, aku jahat kalau misahin kalian berdua...”
“tapi..”
“besok aku mau nerusin study aku sal..aku mau lupain semuanya. Aku mau lupain kalo aku pernah sayang sama kamu. aku mau mulai hidup baru sal, jauh dari semuanya. Semoga di tempat yang baru aku bisa temuin kebahagiaan aku sal..”
“tapi kenapa sab?”
“kenapa? Ini masalah hati sal. Dan aku..aku gak tau..kenapa aku bisa sayang sama kamu...”
“...”
“kamu masih inget, dulu waktu aku kelas dua, aku ulang taun yang ke-17, Sweet seventeen?”
Aku terdiam, dan pikiranku kembali ke beberapa taun yang lalu.
****
SMA xxx, Kelas 2IPA1, 12.30 wib
“sal, gue telpon saby sekarang ya?” kata Nina, temanku.
“yadah, bilang aja gua apa kek”
“sip. Gue load speaker ya.” Katanya” tut..tut.. Haloh, sab?”
“apa nin?” tanya sabrina.
“lo dimana sekarang?” tanya nina pura-pura panik.
“gue lagi makan batagor di Mang Karta. kenapa nin?” tanya sabrina yang terdengar sambil mengunyah.
“lo cepetan ke lapangan belakang lab bahasa”
“iya, tapi kenapa?”
“isal sab, isal. Dia tadi tiba-tiba pingsan” kata nina.
Aku yang mendengarnya hanya cekikikan. Kulihat juga Asti, Desty, Doni dan tian ikut cekikikan.
“pingsan? Terus sekarang gimana dia?”
“ya..untung ada desty. Dia kan PMR, jadi dia kasih pertolongan pertama. Pokoknya lo buruan ke sini deh”
“iya iya. Gue langsung kesana. Klik”
Dan suasana pun riuh.
“ssttt..jangan berisik. Dia bentar lagi kesini”
Dan benar saja, tak lama setelah Tian ngomong gitu, aku mendengar ada yang sedang berlari dari arah lab bahasa. Semauanya mengambil ancang-ancang. Asti memegang telur di kanan kirinya, Desty memegang wadah berisi terigu, yang lain menyiapkan gayung. Sedang aku hanya mengambil jarak aman sambil memegang kue tart.
Dan dia muncul dengan wajah khawatir, sabrina tampak ngos-ngosan dan tanpa tedeng aling-aling, semua menyerbu. Aku hanya tertawa melihat asti menimpukkan telur ke kepala sabrina, sedang desty, gadis tomboy itu dengan beringas mengawur-ngawur terigu dikepalanya yang telah basah dan bau oleh telur. Lalu yang lain menyiram bajunya dengan air. Walhasil, sekarang sabrina yang tampak kebingungan dengan raut kaget dan rambut acak-acakan penuh terigu dan baju basah kuyup. Dia memandangku tajam.
“isal...” teriaknnya.
Dia pasti tahu, aku yang telah merencanakan ini semua. Aku hanya tertawa terbahak-bahak. Kulihat dia memeluk tubuh desty dan yang lainnya bergantian, berbagi kekotoran. Lalu aku mulai mengangkat kue tart kecil itu ke arahnya.
Dia hanya menatapku dengan pandangan yang sulit kuartikan.
“udah, sekarang tiup dulu lilinnya, ntar keburu abis...”
“eh...make a wish dulu...”
“iya. Minta tuh sama tuhan, biar lo cepetan punya pacar. Hahaha”
Lalu dia memejamkan matanya. Dan dia pun meniup lilinnya. Semua bertepuk tangan.
“prikitiw, swit sepentin euy..” kata doni.
Dan dengan cepat dia menjawil kue tartnya lalu mencolek creamnya lalu mengoleskannya ke pipiku. Aku yang belum siap hanya kaget. Lalu aku oleskan creamnya ke wajahnya. Adegan selanjutnya terjadi perang oles-mengoles dan siram menyiram.
Setelah aku membersihkan badanku sekenanya, aku mulai mengambil gitar lalu duduk dan yang lain duduk melingkar.
“oke sab, ini ulang taun lo yang ke dua puluh tujuh..” kataku mencandainya.
“hahaha. Tujuh belas kali...Berasa tua gue sekarang.” katanya sambil melap wajahnya dengan tissue.
“iya iya, gua tau. Kita semua disini sebagai sahabat-sahabat lo hanya bisa ngasih doa semoga lo makin kesini makin..apa ya? Kalo gua bilang makin dewasa, gua pikir lo gak kekanak-kanakan kok. Pokoknya we ye te a be lah”
“apaan tuh?”
“wish you all the best lah”
“hahaha. Dasar. Iya sab, kita juga gak bisa ngasih kado apa-apa. Tapi yang namanya ulang taun kan, yang penting...”
“traktirannya...” kata yang lain serempak.
Semuanya tertawa. Kulihat sabrina juga tertawa dan dia lantas menatapku sambil tersenyum.
“oke sab, selama ini lo udah jadi sahabat yang baik buat kita, buat gua apalagi. Lo itu sahabat yang benar-benar the best lah. dan kemaren, gua denger lagunya James blunt yang You’re beautiful, dan dinyanyiin sama siapa coba?”
“siapa sal?”
“sama sabrina. Sumpah, lagunya enak banget. dan sekarang...izainkan sa-yah, untuk menyanyikan sebuah laguh.. yang ber-judhuul..”kataku sambil menirukan gaya bicara Rhoma Irama. ”... you’re beautiful”
Aku lantas memetik gitar yang kupegang. Kutersenyum padanya dan yang lain diam mendengar petikan gitarku.
My life is brilliant.
My love is pure.
I saw an angel.
Of that I'm sure.
She smiled at me on the subway.
She was with another man.
But I won't lose no sleep on that,
'Cause I've got a plan.
You're beautiful. You're beautiful.
You're beautiful, it's true.
I saw your face in a crowded place,
And I don't know what to do,
'Cause I'll never be with you
.
Kulihat yang lain ikut bertepuk tangan, sedang doni menabuh ember yang sedang dipegangnya. Kulihat sabrina tersenyum dengan mata yang mulai memerah. Mungkin dia terharu.
Yeah, she caught my eye,
As we walked on by.
She could see from my face that I was,
Flying high,
And I don't think that I'll see her again,
But we shared a moment that will last till the end.
You're beautiful. You're beautiful.
You're beautiful, it's true.
I saw your face in a crowded place,
And I don't know what to do,
'Cause I'll never be with you.
You're beautiful. You're beautiful.
You're beautiful, it's true.
There must be an angel with a smile on her face,
When she thought up that I should be with you.
But it's time to face the truth,
I will never be with you.
Setelah petikan terakhir, semua yang membentuk lingkaran ini bertepuk tangan dan menyalami sabrina ditambah cipika-cipiki bergantian. Dan ketika giliranku. Aku genggam tangannya dan memandangnya syahdu.
“happy birth day ya..aku Cuma bisa ngasih ini” kataku sambil menyerahkan sebuah tas kecil berisi jam tangan dan beberapa lembar kertas serta sebuah flash disk mickey mouse kartun kesukaannya.
“ini apa?” tanya dia kearahku sambil memerhatikan kertas yang berisi gambar plang.
“ini...kemarin gua sama yang lain keliling kota, nyari nama plang, toko, buku, pokoknya yang ada tulisan Sabrina-nya. Kita mau ngasih tau ke elo kalo sabrina itu ada dimana-mana, dan pastinya, dia selalu ada di hati kami semua. Iya gak?”
“iya sab. Kemarin isal yang ngajakin. Kirain tuh susah, tapi ternyata banyak banget loh yang ada sabrinanya. “
“itu artinya nama kamu tuh cantik, kayak orangnya..” timpalku.
“cie cie cie...”
Dan sabrina tampak mengusap matanya yang sudah berair, lalu memelukku. aku tersenyum. Ya, sahabatku yang satu ini memang spesial. Temanku main ke mall, temanku nyari buku murah ke kwitang, dan teman yang tahu bahwa aku gay.
****
“sal...” suara yang keluar dari mulut sabrina kembali menyadarkanku dari lamunan masa lalu itu.
“i..iya sab?”
“aku tau ini aneh. Tapi...yang namanya masalah hati tuh gak bisa kita bohongin. Sejak kamu ngegerakin temen-temen buat kasih kejutan di ulang taunku, kamu kasih lagu-lagu sabrina lewat flash disk itu. Kamu kasih aku hadiah slide-slide nama toko yang bernama sabrina. Kamu kasih film Sabrina The Witch. Kamu..udah bikin aku ngerasa spesial...dan saat itu..aku mulai sayang sama kamu.”
“meskipun aku udah ngaku ke kamu kalo aku itu gay?”
“aku...aku gak ngerti sal. dan waktu kita digosipin pacaran, aku bukannya malu, aku malah senang. Aku bisa gandeng tangan kamu, aku bisa deket-deket sama kamu...dan waktu aku nikah sama aga, bukan Cuma kamu sama aga yang sakit. Aku jauh lebih sakit sal. Aku sakit. Aku sakit karena aku akan nikah sama aga. Karena aku pengen lupain kamu, aku nikah sama orang yang gak aku cinta. Aku sakit karena kamu ngerasa sakit, dan yang paling membuatku sakit, karena aku udah ngerebut orang yang kamu sayang...”
“sab...”
“tapi kamu masih layak buat bahagia. Sekarang kamu temuin aga. Kamu bilang kalo kamu sayang sama dia. Titip aga sal..kembalikan lagi senyum aga sal..”
“sab..kenapa kamu lakuin ini sab...?”
“bahagia itu bukan keegoisan sal. Aku bahagia kalo orang yang kusayang hidup bahagia. temuin dia sal, temuin dia...”
Aku masih memandangnya. Dia mendorong tubuhku lalu aku dengan ragu berjalan ke arah motorku. Kupandangi lagi wajahnya yang telah basah oleh air matanya, dan dia tersenyum. Tersenyum yang sakit, tersenyum yang penuh pengorbanan. Ya, aku masih layak untuk bahagia.
*****
Kulihat jam tanganku, sekarang sudah larut malam. besok saja kutemui dia. Pikirannya sedang kalut sekarang. Biarkan semuanya kembali jernih dulu
******
Dua bulan kemudian, Garut, 11.30 wib
Aku masih duduk di amben sambil memandangi bebek-bebek yang cerewet itu. Bebek-bebek itu tampak lucu dengan suara cemprengnya. Lalu dari kejauhan abah dan mbu datang sambil tersenyum kearahku.
Abah taruh cangkul disamping kandang si jagur dan mbu melepas ikatan bakulnya lalu menaruh bakul berisi timun dan kacang panjang itu diatas amben.
Mereka ikut duduk dan abah melepas topi capingnya lalu menggunakannya sebagai kipas untuk mendinginkan wajahnya.
“kamu teh udah makan ga?” tanya abah
“udah bah.”
“udah kasep. Jangan dipikirin terus. Kalian teh udah gede, udah punya pikiran sorangan. Kalian bisa bedain mana yang baik, mana yang buruk. Mana yang benar, mana yang salah. Mungkin ini teh jalan terbaik buat kalian berdua.”
“yang penting, kalian berdua teh harus tetep jaga tali silaturahmi. Ambu mah gak mau karena kalian pisah teh, kalian jadi musuhan. Jangan ya kasep”
“insya Alloh kami masih hubungan baik mbu, bah. Aga sama saby dulu kan kenal baik-baik, pisah juga baik-baik.”
“syukur atuh ari kitu mah. Abah sama mbu kalebet heulanya”
Lalu abah dan mbu masuk kerumah lewat pintu dapur. Aku kembali merenungi hidup. Aku tak pernah menyangka bahwa akhirnya aku dan sabrina harus benar-benar pisah. Tak ada alasan lagi untuk hidup bersama. Kami sama-sama mencintai orang yang sama. Ya, aku dan dia sama-sama mencintai isal. Itulah alasan dia tak bisa mempertahankan hubungan ini. Tapi ya sudahlah. Itu sudah dua bulan yang lalu.
Kudengar sabrina sudah pergi ke negeri jiran untuk melanjutkan studynya. Aku tak bisa melarangnya. Aku hanya bisa berharap, dia bisa menemukan kebahagiaannya disana.
Lalu bagaimana kabar isal sekarang? apakah hubungannya dengan nabil masih baik-baik saja? entahlah. Tak ada kabar sama sekali dari dia. Aku juga tak berniat hubungi dia sekarang-sekarang ini meski aku rindu sangat sama dia. Apakah dia masih merindukanku? Bodoh. Dia sudah jadi milik nabil. Aku yakin nabil bisa menyelesaikan semuanya dengan bijaksana. Dan isal adalah pilihan satu-satunya. Sangat bodoh sekali kalau nabil menyia-nyiakan isal.
“tit..tit..”
Sms? Dari siapa? Kuambil hapeku dan aku tersentak kaget. Isal? Setelah beberapa lama, dia tiba-tiba mengirimku pesan singkat.
“tem, lo lagi dimana?”
Aku terdiam. apa aku harus balas? Aku ragu. Aku sebenarnya ingin melupakan dia dengan membatasi hubungan dengan dia. Tapi aku tersentak kaget karena hapeku bergetar lagi, panggilan masuk, dari...isal.
Isal..menelponku? ada apa?
“ha..halo?”
“tem..”
Aku diam sesaat. Suara itu adalah suara yang sangat aku rindukan. Ada rasa hangat yang masuk ke dadaku.
“hhh?”
“lo lagi dimana?”
“gua...”
“lo lagi pulkam kan..?”
“ii..iya. kenapa gitu?”
“gua nyasar..”
“hah. Nyasar?”
“iya..gua lagi dimana ini gak tahu..”
“emangnya lo kemana?”
“gua lagi di garut..”
“hah? Di garut..? ngapain ke garut? Lo sama siapa?”
“buruan kesini tem..gua gak tau ini lagi dimana..”
“dimana? Lo sebutin ciri-cirinya. Yang paling mencolok disitu apa? Bangunan, plang atau apa..” tanyaku mulai panik.
Aku mulai cemas. Dia di garut? Mau apa dia ke garut? Apa dia mau kesini? Ah, gak mungkin.
“dari bunderan yang ada patung itu yang ada swalayannya”
Bunderan? Patung? Swalayan?
“simpang lima?”
“iya simpang lima. Gua jalan terus, dan syukurlah..Kafe Kupansa tem..”
“oke, lo jangan kemana-mana. Gua kesana sekarang” kataku langsung ku ambil kunci motorku.
“mau kamana kamu teh ga?”
“ke kota bah, sebentar. Assalam alaykum”
Aku lantas melajukan motorku ke kota garut. Perasaanku tak karuan. Isal, digarut? Mau apa dia ke garut? Apa dia mau menemuiku?
Aku sudah sampai di STM bunderan, sekolahku dulu dan sekarang sekolahnya Cepi. Aku ambil kanan ke arah Leles dan masih lurus lalu belok kiri di pertigaan Cipanas sampai simpang lima. Kupansa, sedikit lagi, pikirku.
Kulajukan lagi motorku dan segera kuparkirkan motorku. Aku bergegas masuk ke dalam dan di pojok ruangan tampak isal menghadap kearahku dengan seorang wanita. Mereka terlihat sedang asik mengobrol. Kudekati mereka berdua, mereka belum sadar aku menuju ke arah mereka. tapi isal sama siapa? Dan kalo diliat dari sosoknya, aku sepertinya kenal. Rambut itu, bahu itu..astaga, dia...
“eh, udah dateng tem” sapa isal dengan tenang
Apa? Dia tenang-tenang aja sambil minum arenis? Sialan. Aku ngebut kesini dengan perasaan khawatir, dan dia sedang asik ngobrol dengan seorang gadis. Aku lantas menghampirinya.
“duduk tem” kata isal.
Aku tak langsung duduk, aku masih memperhatikan gadis yang masih membelakangiku. Dia terlihat menunduk dan tak menengok ke belakang. Bentar, itu...teh novie? Aku kaget, dan ketika dia menoleh, dia langsung menunduk.
“tem...duduk dulu...”
Aku masih memandang keduanya. Ada apa ini? Bagaimana isal bisa makan sama teh novie disini?
“kang aga, gimana kabarnya?” tanya teh novie.
Aku tak menjawab, hanya menatap isal dengan pandangan penuh rasa heran.
“lo gitu banget sih tem...udah, ngobrol dulu sini.”
“lo kok gak bilang sih lagi di garut?”
“lha lho juga gak ngasih tau lo pulang ke garut.”
“emang kapan lo kesini?”
“kemarin.”
“kemaren? Terus, lo nginep dimana?”
“udah lah, itu gak penting. Yang penting kan sekarang lo udah nemuin gua. Eh, gua ke toilet dulu ya” kata isal lalu pergi meninggalkanku berdua sama teh novie.
Aku gelagapan. Aku tak tahu apa yang sebenarnya kurasakan sekarang. tadi aku gelisah, pas liat isal dengan santainya minum arenis, aku ingin marah. Tapi sekarang aku deg-degan.
“kang..”
“hhh..maaf teh. Kok bisa ada disini?”
Dia tersenyum.
“aku juga gak tau. Kemaren dia maen ke sekre dan kebetulan aku lagi di sekre. Katanya sih dia habis dari xxxx gitu, nemuin seseorang”
xxxxx? Nemuin seseorang? Kalau gak salah, xxxx itu kampungnya kang nabil.
“abis itu kita ngobrol gitu lah. eh, tadi tiba-tiba dia nelpon, katanya dia nyasar dan..ya..kita terdampar disini.”
Sialan, aku dikerjain. Dan beberapa menit kami berdua hanya diam. Aku bingung harus ngobrol apa. Tapi kok isal belum balik lagi?
“isalnya kemana? Kok lama banget sih?” tanyaku penasaran.
Novie mengerutkan alisnya dan menggeleng pelan. Aku putuskan untuk mencari ke toilet, ternyata dia gak ada. Aku langsung menelponnya.
“halo..sal, lo dimana?”
“gua..lupa tem, tadi gak pamit. Heheh. Ni lagi otewe. Udah, lo ngobrol-ngobrol aja sama teh novie...”
“maksud lo?”
“tem...gua tadi udah ngobrol banyak sama teh novie. Dan rasanya dia jauh lebih pantas dari gua. Lo mesti kembali ke jalan yang lurus. Tinggalin dunia kayak gini tem.”
“tapi sal...”
“gua sayang sama lo tem. Tapi karena gua sayang sama lo, gua mau lo kembali mencintai seorang gadis, bukan seorang gua. Ini salah. Lo boleh bilang gua egois ato apa. Tapi hidup ini gak Cuma nafsu yang berselubung cinta. Dan gua tau, teh novie itu cinta pertama lo kan? Da ternyata lo juga cinta pertama dia..dia nunggu lo tem. Dia nunggu lo nyatain perasaan lo..”
“tapi sal... “
“gua sayang sama lo tem. Lo tau itu. Gua juga tau lo sayang sama gua. Tapi kita jangan terlalu muluk mengharapkan bahagia di dunia kayak begini. Dan lo, lo masih berhak buat bahagia, sama cinta pertama lo..” katanya.
Aku menangkap ada nada sedih dari bicaranya. Ya, dia pasti telah mengumpulkan keberanian untuk bicara seperti itu.
Aku hanya mematung. Dan tepukan tangan seseorang di pundakku menyadarkanku.
“isalnya kemana kang?”
“dia..pulang..”
“pulang? kok gak pamit dulu?”
Aku hanya diam sambil memandangnya. Dia lantas tersenyum manis ke arahku.
“akang masih inget gak sama ini?”
“ini kan..”
“ya, ini boneka rusia yang dulu akang kasih. Boneka rusia ini aku bawa kemana-mana kang”
“...”
“aku denger akang udah nikah”
“ya...dulu. sekarang kita lebih milih bahagia dengan cara masing-masing”
“maaf..”
Dan setelah itu kita bertukah kisah. Aku kembali diliputi atmosfir dulu saat-saat bersamanya yang tanpa komunikasi itu. Dan sekali lagi, di kafe kupansa ini, dia maju kedepan dan menggandeng tanganku. kami berdua menyanyikan lagu Im fallin in love, berdua, meski pikiranku masih tertuju pada isal.
******
W suka cinta yg egois, tak perlu memikirkan kebahagiaan org lain klo kita pun menderita.
Jarak antara bodoh sma tulus itu jdi terlalu tipis dlm pandangan w. Bodoh krn mreka rela berkorban demi org yg cma punya ambisi...!!! Knp hati yg udah menyatu hrus dipisahin, baiknya cinta luar yg melingkup dlm lingkaran itu yg di ksh pengertian. Smacam sabrina kan bagus, arif jg hrusnya gtu sma nadia.
Aku masih mengayuh sepedaku. Sore-sore begini memang paling enak buat spedahan. Apalagi udaranya cukup sejuk karena sepanjang jalan pepohonan berjejer rapi. Ya, satu hal yang sampai sekarang masih kulakukan adalah bersepeda. Kenangan bersepeda bersama nabil telah melekat begitu dalam di memoriku. Dan kata-katanya yang dalam menyadarkanku akan penting dan menyenangkan nya bersepeda.
Kabar terakhir yang kudengar, nabil akan segera menikah dengan Nadia, tapi entahlah, apakah dia dan arif masih hidup bersama. Aku tak mau pusing-pusing memikirkan hal itu. Terlalu sakit untuk memikirkannya.
Aku masih mengayuh sepedaku dan sekarang aku sedang berada di depan komplek Tropicana Cikarang. Kayuhan kakiku berhenti ketika aku melihat tukang eskrim. Ya, aku masih ingat dulu aku dan nabil membelikan es krim durian ini. Aku yang sebenaranya tak suka durian, hanya beli eskrimnya saja, tanpa daging duriannya.
Aku parkirkan sepedaku dan kuhampiri si mamang eskrim.
“mang, eskrimnya satu. Ga pake duren ya”
“siap den. Lho, temennya gak ikut den?”
Aku hanya tersenyum. Pasti nabil maksudnya. Dia lalu menyerahkan satu cup eskrim durian tanpa daging durian di atasnya. Aku duduk di atas rumput sambil bersandar ke got yang dibawahnya ada sungai kecil.
Aku ambil dan kusendok, lalu masukkan kemulutku. Rasanya masih sama, tapi ada sesuatu yang kurang. Ya, rasanya lain ketika aku makan bersama nabil. Tak ada tawa, tak ada kata-kata konyol yang nakal. Tapi ya sudahlah. Toh angin kehidupan itu tetap berhembus.
Aku lantas membayar dan senyumku kembali terkembang. Ya, kenangan-kenangan itu tak akan pernah kulupa. Manis, pahit, kecut, semua itu akan tetap kukenang. Aku tak akan sesali. Aku tak akan salahkan semuanya, karena toh itu sudah digariskan.
Baru saja aku akan kayuh sepedaku tapi getar hapeku mengurungkan niatku. Kuambil hapeku, nabil. Setelah beberapa bulan tak ada kabar, nabil menelponku. Aku harus mengangkatnya atau merejeknya? Tapi tiba-tiba rasa rindu ini mengendalikan otakku.
“ha..halo?”
“sal..”
“....”
“kabarnya gimana?”
Rasanya rindu ini kembali menyesakkan dadaku. Aku ingin teriakkan kalo aku lagi disini, ditempat dia dulu mengajakku bersepeda.
“aku..fine”
“gimana kabar aga?”
Si itemku...dia pasti sedang bahagia.
“dia juga fine. Kamu gimana kabar? Masih sama nadia?”
Dia terdiam. Ya, aku yakin kamu pasti bahagia sama pilihan kamu. Nadia emang pantas buat kamu. tapi arif? Sampai kapan kalian berjalan di belakang nadia?
“bil..”
“aku kangen kamu maboy..”
“...”
“kamu lagi dimana?”
“....”
“aku tiba-tiba keingetan waktu kita sepedahan di tropicana. Makan eskrim..kejar-kejaran..hahaha. kamu masih suka sepedahan?”
Aku terdiam. Apa yang harus aku katakan sekarang? perlukah kubilang bahwa aku sedang menikmati nostalgia sama dia?
“kapan kamu nikah sama nadia?”
“eh...tukang es krimnya masih ada gak ya?”
“bil..ada apa..?”
“...”
“kamu...fine-fine aja kan?”
“aku...”
“cerita sama aku bil..”
Dia mendesah pelan. Suaranya bergetar sekarang.
“aku..”
“...”
“aku gak tahu aku sama nadia bakal lanjut ato enggak.”
“hhh? Kenapa? Bukankah kalian udah cocok. Orang tua dia dan nin juga udah setuju kan?”
Dia tertawa sinis.
“hidup itu emang adil ya.”
“...”
“dan karma itu ternyata berlaku.”
“kamu ngomong apa sih?”
“dulu aku ninggalin kamu. dan sekarang aku tahu gimana rasanya sakit itu.”
“kamu..kenapa bil?”
“nadia..”
“kenapa nadia?”
“dia..dia tahu hubunganku sama arif”
“.....”
Aku hanya diam. Aku tahu, serapi-rapinya orang menyembunyikan sesuatu, pasti orang lain akan tahu juga. Dan arif, nadia adalah kakaknya, sedikit banyak dia pasti punya ikatan perasaan yang kuat. Apalagi perasaan seorang perempuan itu tak bisa diremehkan.
“awalnya dia curiga sama sikap arif karena arif gak bisa ngontrol diri dan..”
“...”
“sal?”
“hhh?”
“maafin aku ya, aku..kalo misalnya dulu aku..”
“sstt..semua itu udah digarisin kan? Semuanya pasti berjalan dengan baik bil. Kita mesti yakin, pasti ada hikmah dibalik ini semua”
“makasih ya sal, kamu gak benci sama aku?”
Aku hanya diam. Apa aku harus bilang aku masih sayang sama dia dan memintanya kembali padaku? Tidak. Itu sudah tidak mungkin.
“Aku sayang kamu sal. Dan..maksih ya buat hadiah dari kamu. Waktu itu gilang nelpon. Dia marah sama aku, kenapa katanya aku tak datang saat dia diwisuda. saat itu, aku Cuma bisa nangis sal. Aku sesenggukan.dan...dia minta maaf karena gak pernah mau ngertiin kondisi aku dan gak pernah mau dengerin penjelasan aku. Dan sekarang dia lagi maen kesini, sama nin..dan..yang satu hal yang membuat aku begitu berterima kasih sama kamu, tadi kami bertiga sholat berjamaah. Dia memintaku jadi imam, tapi...akhirnya dia mengalah dan mengimami kami. Aku menangis merasakan karunia tuhan ini sal. Sekarang aku percaya tuhan itu ada. Benar kata kamu, tuhan itu ada dan tahu, tapi Dia menunggu, menunggu momen yang indah untuk menunjukkan kuasaNya...”
Aku memang waktu mempertemukan si item sama teh novie, sebelumnya pergi ke rumah nin-nya nabil. Nin menceritakan panjang lebar tentang adiknya, Gilang. Dan setelah neneknya memberikan nomer hapenya Gilang, aku coba menghubunginya. Awalnya dia deffensif, tapi setelah beberap kali aku coba minta pengertian dari dia, dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, akhirnya dia mau mencoba untuk mengerti.
“yaudah, aku Cuma bisa lakuin itu aja buat kamu. aku lanjutin lagi perjalanan aku”
“aku gak pernah nyesel sayang sama kamu”
“klik” langsung kututup tanpa kujawab.
Stop sal, stop mikirin dia. Dia itu Cuma masa lalu. Masa depan kamu masih panjang sal. Aku lantas melajukan lagi mengayuh sepedaku. Percakapan tadi masih berdengung di telingaku. Aga, dia nanya aga tadi. Waktu itu aku dikasih kabar sama ragil, bahwa minggu depan, artinya minggu kemarin dari sekarang, aga dan novie melangsungkan pertunangan. Aku memang masih dilanda cemburu mendengarnya. Dan aku gak sanggup lihat mereka bertukar cincin. Tapi aku yakin dengan keputusanku.
Aku senang karena aga bisa hidup bersama cinta pertamanya. Si itemku memang pantas untuk hidup bahagia dengan orang yang dia sayang dan menyayangnya, dan yang terpenting dia mencintai orang yang benar.
Sedang sabrina, dia masih menyelesaikan studinya di negeri jiran. Tak kudengar lagi kabar apakah dia telah menikah lagi atau belum. Yang pasti aku selalu mengharapkan dia bisa hidup bahagia, dengan orang yang layak buat dia. Karena denganku, mungkin dia akan hidup dengan kepalsuan dan kepura-puraan. Aku tak mungkin selamanya berpura-pura mencintainya. Tidak, aku tak bisa.
Lalu bagaimana denganku? Ya, aku masih hidup bahagia, dengan kesendirianku. Sekarang aku masih bisa menikmati hidup, meski tak bisa berbagi bahagia.
Lalu ketika aku sedag asik-asiknya mengayuh sepeda, tiba-tiba aku merasa ada yang menyerempet sepedaku. Aku kehilangan kendali dan brukk, aku terjatuh.
“aww..” kataku dan kulihat tangan kiriku baret dan mengeluarkan darah sedang kaki kiriku terasa sakit karena jatuh mengenai trotoar.
“sialan” umpatku kesal.
Kulihat sebuah motor vespa yang barusan menyerempetku berhenti. Dia lantas turun dan berjalan ke arahku. Dia masih mengenakan baju bola dengan celana pendek dan sepatu futsal. Aku sudah siapkan omelan paling kasar. Dasar, gak punya mata, dan semua umpatan paling kasar sudah aku siapkan.
Kemudian orang itu datang menghampiriku. Dan aku hanya melongo. Matanya hitam pekat, hidungnya bangir, rambutnya keriting gimbal. Dan ada lesung pipit di pipi kirinya. Dia menghampiriku. Dan mencoba membantuku bangun.
“kamu gapapa?” tanya dia panik
Aku hanya melongo. Suaranya..
“hey, kamu gapapa kan?” katanya sambil memegang pundakku.
Aku menatap matanya lagi. Dan..shit.stop sal, stop. Udah cukup, jangan sampai kamu mengagumi dia.
“a..aku gapapa..” kataku sambil mengalihkan pandangan.
Aku tak mau tatapan matanya dengan rasa bersalahnya semakin meluluhlantahkan hatiku. Mana omelan kasar yang sudah kamu siapain tadi...kenapa lidahku jadi kelu?
“kamu yakin gapapa?”
oh no...dia sempurna...stop, stop..
“kita ke klinik ya...”
“ngg..nggak usah..aku gak papa.” Kataku lalu segera mengambil sepedaku dan mencoba berjalan, tak kuhiraukan rasa sakit di kaki dan tanganku. Aku berjalan terpincang. Aku tak mau
“tangan kamu berghdarghah..” katanya lagi dengan bunyi huruf R yang lucu.
Aku tak menghiraukannya.
“aku gapapa...” kataku sambil terus berjalan. Kupercepat langkahku lalu aku taiki sepedaku dan kucoba kayuh meskipun kakiku sakit.
*****
Aku masih memperhatikan foremanku yang sedang memberikan informasi lanjutan.
“baik, ada informasi tambahan?”
Lalu majulan Pak Jamal dan..oh no..mataku terbelalak melihat orang yang sedang berdiri di depan.
“baik, hari ini ada personil baru. Dia ditempatkan di engineering sebagai staff, tapi sementara dia ikut di lapangan dulu, ikut preventive. Oke silahkan kenalkan diri kamu”
“baik, perkenalkan saya Chaerul Wildan, saya fresh graduate. Jadi mohon bimbingan rekan-rekan senior semuanya” katanya sambil tersenyum memamerkan lesung pipit disebelah kirinya.
Suaranya yang sedikit cedal terdengar enak di telinga. Aku sedikit mengernyit setiap dia mengucapkan huruf ‘r’. Terdengar lucu sekali. Dan tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri. Lalu orang yang namanya Wildan itu tersenyum ke arahku. Aku lantas mengalihkan pandanganku.
“oke, hari ini kamu ikut isal. Isal, kamu jangan pelit-pelit ya. Dan, kamu jangan malu-malu, tanya aja apa yang kamu gak ngerti”
“baik pak”
Aku menarik nafas dalam-dalam. Kenapa harus aku? Tapi bukankah orang ini kemarin rambutnya kribo-kribo gimbal gitu?
“aku wildan, maaf buat yang kemarin. Kemaren emang aku yang salah” katanya sambil mengulurkan tangan.
”kok ngeliatin aku kayak gitu? Oiya, aku kemaren abis nabrak kamu langsung potong rambut. Kan hari ininya langsung kerja”
Aku hanya tersenyum kaku. Tapi..kenapa aku suka sekali ngeliat rambutnya yang sekarang? terlihat lucu sekali.
“eh, ntar sore ada acara gak?” tanya dia mengagetkanku.
“hah?”
“kita ke danau yuk?”
Danau?danau mana? Jangan-jangan.....
“danau mana? Dan..mau...ngapain?”
“ danau vasa residence, yang di depan City Walk Lippo itu. Ya..maen aja.”
Aku tertegun sejenak. Kenapa harus ke danau itu? Danau itu menyimpan banyak kenangan buatku. Tempat aku berkeluh kesah, tempat nabil nembak aku dan sejuta kisah terjadi disitu.
“gimana? Gak ada acara kan? Lagian juga kayaknya kamu lagi butuh refreshing..” katanya lagi.
“mmm..Yaudah,” jawabku singkat.
Dia lantas tersenyum lagi, senyum yang manis sekali. Senyum yang lama tak kulihat dari orang-orang di sekitarku. Senyum yang tulus yang terasa menggetarkan hati. What, menggetarkan hati?
Tidak...please tuhan..jangan lagi, please...jangan sampai suatu hari nanti dia jadi My Danz atau My Wild dan aku kembali menikmati rasa sakit.
*****
Danau 17.30 wib
Aku baru saja menginjakkan kaki di tanah ini. Tapi kenapa dia membawaku kesini? Ini kan taman tempat aku menenangakan diri dulu ketika ingat si item? Ini juga tempat nabil nembak aku..
“yok ikut” katanya sambil menatap mataku dengan tatapan syahdu.
“kemana?”jawabku ragu-ragu sambil melangkahkan kakiku.
Aku mengedarkan pandangan. Jalan ini..pohon itu..aku menatapnya dengan dada bergemuruh.
Dia lalu naik ke atas dahan sebuah pohon.
“sini naik”
Aku hanya diam. Dia..mengajakku naik keatas dahan itu? Dahan yang dulu sering kunaiaki?
Dia lantas mengulurkan tangannya. Aku memandangnya cukup lama, memikirkan apa yang akan dia lakukan atau apa yang ingin dia perlihatkan padaku. Aku meraihnya dan lalu memanjat. Dia lantas menggeser duduknya memberi tempat untukku agar bisa duduk.
“kita mau ngapain disini?” tanyaku sambil berpegangan ke dahan.
“aku mau nunggu sunset. Aku suka ngeliat sunset disini. Dari sini aku bisa liat bayangan matahari terbenam.”
Aku hanya terdiam. Ini kan yang dulu sering aku lakukan? Dan mataku mencari-cari sesuatu dan akhirnya aku melihatnya. Kuulurkan tanganku untuk menyentuhnya. Dia mendongak.
“ukiran itu...dulu aku ngeliat ada ukiran huruf F sama A, mungkin itu inisial seseorang. Yaudah, kutambahin aja inisial namaku, C sama H.“
Apa? Jadi dia yang menambahkan ukiran huruf itu. F A untuk Faisal, namaku dan C H untuk ... Chaerul, namanya?
“ya..barangkali aja orang yang punya inisial FA itu adalah jodohku” katanya sambil tersenyum ke arahku.
Entah kenapa mendengarnya mengatakan hal itu dadaku semakin bergemuruh. Ada seribu tanya dalam benakku mendengar pengakuannya.
“tapi..bagaimana kalau orang yang mengukirkan inisial namanya itu seorang...laki-laki?” tanyaku ragu.
Dia tersenyum lagi.
“tak masalah. Justru karena aku yakin, tak mungkin seorang perempuan yang mengukirkan huruf itu..” katanya,
Apa? Jadi dia itu..
“ya, aku gay.” Jawabnya sambil tersenyum ke depan tanpa melihatku.
“...”
Lalu tiba-tiba hapeku bergetar. Panggilan masuk dari..ragil?
Dengan ragu kuangkat.
“halo?”
“sal..gimana kabar?”
“hmm..not bad. Ada apa? Tumben nelpon?”
“Cuma mau nanya aja. kemaren kok gak dateng ke acara tunangannya kang aga sama teh novie?”
Aku tersenyum kecut. Jujur, aku belum siap melihat si item bersanding lagi dengan yang lain. Walaupun aku sudah mengikhlaskannya, tapi rasa itu pasti akan menyeruak.
“aku yakin kamu pasti tau alesannya”
“bilang sama ragil, ntar kita kesana” kata wildan tiba-tiba.
Aku tersentak. Wildan kenal sama ragil?
“kamu..kenal sama..ragil?” tanyaku penasaran.
“aku sepupunya. Dan maksudku ntar kita kesana itu ya..kita berdua ngucapin selamat ke si aga sama novie.”
Apa? Jadi wildan juga kenal sama item dan novie?
Dia lantas tersenyum simpul ke arahku.
“aku temennya aga. Aku kan sekolahnya juga di garut. Lagian kita juga dulu sama, sama-sama PPI. Satu angkatan sama aga, sama novie juga.”
Aku hanya terdiam mendengarnya. Terlalu kebetulan buatku.
“ini bukan kebetulan kok. Ini suatu kesengajaan”
“maksudnya?”
“ragil yang ngasih tau aku kalo kamu kerja disini. makanya aku ngelamar kerja di xxx. Karena aku pengen kenal kamu lebih jauh”
“pengen kenal aku lebih jauh? emang kita pernah ketemu sebelumnya?”
Lagi-lagi dia tersenyum, dengan sangat manis.
“pasti kamu gak merhatiin waktu itu. Karena kamu masih saja nangis sambil nyanyi lagunya Adele yang someone like you. Aku aja yang denger ngerasa sedih. Apalagi kamu yang ngerasaain langsung.”
“....”
“makanya aku pengen kenal kamu lebih jauh. karena ketika kamu bilang, never mind, i’ll find some one like you..dan aku ingin menjadi orang itu..” katanya lagi. “mungkin aku gak kayak aga yang begitu istimewa buat kamu. atau seperti nabil yang begitu mampu bikin kamu dimabuk cinta. Aku Cuma seorang aku. Tapi aku hanya punya keinginan untuk bahagiain kamu. kembaliin senyum kamu, tawa kamu. itu aja”
“...”
“libur besok kita temuin aga ya. Aku mau minta izin buat coba bahagiain kamu..aku juga mau kasih hadiah buat dia. Aku tahu dia ingin mengajak orang yang dia sayangi ke kampung Sampireun, tempat dia menyanyikan lagu Falling in Love ke Novie, cinta pertamanya. dan kalo mereka nikah, aku mau kasih hadiah paket bulan madu ke Kampung Sampireun Garut”
“hey, aku dianggurin nih..” kata ragil dari balik telpon.
“ma..maaf gil. Iya.”
“ya udah. Bilang sama kang wildan, kalau A gak sama dengan B, dan C itu harus jauh lebih baik”
Apa maksudnya?
“salam alaykum..”
“alaykum..salam..”
Aku hanya terdiam. Aku tak tahu apa yang sekarang kurasakan. Aku mencoba menatap wajahnya, dan dia tampak begitu tenang. Apa aku masih bisa membuka hati untuk yang lain? Terlalu sakit untuk merasakan lagi yang namanya cinta dan kesakitannya. Aku terlalu pengecut untuk menikmati sakitnya.
“eh..itu liat, sunsetnya udah mulai. Hmm..liat gak burung-burung itu..kemanapun mereka pergi, mereka selalu kembali ke sarangnya, dan bergerombol. Wah.. keren yah?”
Kupandangi lagi ukiran huruf itu agak lama. FACH, Faisal dan Chairul..apakah ini ada di lauhul mahfuz? Terlalu naif mengharapkan nama itu dalam takdir, karena aku tahu ini salah. Aku tahu ini dosa. Tapi bukankah tuhan tak pernah salah menyisipkan rasa pada mahluk-Nya? Tuhan, terlepas dari ini semua, aku hanya ingin bahagia. Aku ingin bahagia dengan orang yang kusayangi.
*****
Pizza Hut MLC, 20.00 wib
Aku masih memandang apa yang sekarang ada diatas meja. Aku sendiri tak tahu, bagaimana dia bisa tahu apa makanan kesukaanku. Dia memesankanku satu mangkuk salad dan dua cup es krim. Aku mengamati dia yang sedang makan pasta dengan lahapnya. Tapi kenapa dia membawaku kesini? Apa dia tak tau aku punya banyak kenangan disini? di kursi pojok ini?
“kok gak dimakan?” tanya dia.
“mmm...boleh nanya gak?”
“jawab dulu baru nanya. Kenapa belum dimakan?”
“aku mau jawab setelah kamu jawab pertanyaan aku. Kenapa kamu bawa aku kesini? Kenapa kamu mesenin aku es krim sama salad? Kenapa kamu mau jadi pengganti item sama nabil, sahabat kamu sendiri?”
Dia lalu melap mulutnya dengan tissu lalu tersenyum padaku.
“jawab yang mana dulu? Pertanyaan pertama apa tadi? Oiya, kenapa aku ajak kamu kesini?”
“...”
“aku tau kamu sering kesini sendirian kemarin-kemarin, Cuma mesen eskrim. Tindakan konyol yang paling bodoh yang hanya dilakukan oleh orang yang naif. Aku yakin tempat ini nyimpen banyak kenangan buat kamu. dan jawaban untuk pertanyaan kedua, aku berusaha masuk ke hatimu lewat kenangan-kenangan konyol itu. Sekarang aku emang pesankan eskrim buat kamu, tapi nanti aku akan kenalkan kamu sesuatu yang lain. Aku gak mau kamu ngilangin kenangan kamu, aku Cuma pengen bikin kenangan baru..”
Aku hanya diam. Apa dia sering mengikutiku dulu?
“dan pertanyaan yang ketiga..aku ini gay dari kecil, dan satu kata yang aku pegang, manusia itu harus memanusiakan manusia. Dan karena kamu itu manusia, aku ingin memanusiakan kamu, dengan berusaha membuat kamu tersenyum..”
Aku hanya terdiam. Jawabannya yang berbelat-belit itu membuat aku bingung. Mana ada orang yang mau sama bekas pacar sahabatnya? Dan lagi-lagi dia sepertinya tahu apa yang ada di pikiranku.
“mungkin kamu anggap aku ini temen makan temen. Tapi toh aku gak ngerebut kamu. Aku tahu, ketika kang aga mencintai seseorang, maka orang itu emang layak untuk dicintai. Dan ketika kang nabil harus mengambil sikap, aku tahu, kamu masih seorang manusia...dan kamu masih punya hak untuk bahagia”
Aku memandang wajahnya yang terlihat tulus. Dan aku lagi-lagi tak mampu berkata-kata.
“yaudah, abisin dulu, abis itu kita pulang. besok kan masih kerja lagi..”
Dan setelah aku makan, tentu saja dia terus saja mengoceh agar aku segera menghabiskan makananku tanpa sisa sedikitpun, dia lantas mengantarkanku pulang.
Aku masih memegang pahanya, belum mau memeluk pinggangnya. Aku sendiri merasa heran, kenapa dia mengajakku jalan dengan vespa antiknya. Padahal kalau dia tahu apa yang kusuka, dia pasti tau kalau aku suka dibonceng dengan ninja.
“kok diem aja? gak suka aku bonceng pake vespa butut ini?” tanya dia menohokku.
“mm.nggak kok.”
“terus, kenapa dari tadi gak ngomong?”
“....”
“yaudah jangan dijawab..” katanya.
Lalu ketika dia masih menjalankan motornya, dia menopangkan dagunya diatas tangan kirinya yang disandarkan ke stang vespanya. Aku sedikit mengernyit. Dia terlihat begitu lucu dengan pose seperti itu. Apalagi dia mengenakan kaca mata hitam , malam-malam. Dia sedikit memenceng-mencengkan mulutnya.
“hey, awas jatuh” kataku refleks.
Dia hanya diam lalu menengok ke arahku sebentar dan aku kaget karena tiba-tiba dia melepas kedua tangannya lalu meraih kedua tanganku dan merangkulkannya ke pinggangnya lalu kembali memegang stangnya.
Aku hanya bengong. dia..
“pegangan aja. walaupun vespa ini gak bisa dan gak mungkin ngebut, tapi kamu mesti mengutamakan keselamatan.”
Aku sedikit tersenyum mendengarnya. Aku tahu dia menghindari kata dan kalimat yang menggunakan huruf R. Mungkin dia malu karena aku selalu mengernyit ketika mendengar dia mengucapkan huruf R.
“kamu orang mana?” pancingku.
Padahal aku tahu dia keturunan orang garut.
“hmm..aku..orang swiss van java” kilahnya.
Aku tertawa geli mendengarnya. Dia pintar juga berkilah. Aku juga tahu garut itu dulu dikenal dengan sebutan swistzerland van java.
“hmm..kamu kontrak apa langsung diangkat karyawan tetap?” tanyaku lagi.
Nah lo, dia kan masih kontrak, mau jawab apa sekarang?
“aku belum diangkat jadi pegawai tetap sampai taun depan” jawabnya.
Hmm..masih bisa berkelit dia. Dan rupanya dia tahu aku berusaha menjebaknya mengucapkan huruf R. Jujur aku suka mendengarnya. Terdengar lucu dan enak di kuping.
“kita mau kemana sekarang?” tanyaku lagi, padahal aku tahu jalan itu pasti akan mengarah ke Angkringan Cikarang Baru.
“ke pasimal” jawabnya singkat.
Haduh, masih bisa juga nih orang.
“pasimal tuh apa sih?”
“masa anak sini gak tau pasimal..”
Hwaaaa..belum berhasil juga..
“emang mau ngapain kesana” tanyaku yang emang belum tahu ada acara apa, karena dia tadi tak menyebutkan ada acara apa disana.
“ada kumpulan anak-anak vespa. BrotherScooter Vespa Cikarang. Upsss” katanya keceplosan.
Yesss...Dan untuk pertama kali selama kebersamaanku dalam beberapa jam ini, aku tertawa terbahak-bahak melihat tingkah konyolnya ketika menyebutkan kata BROTHERSCOOTER dengan melapalkan BGHWRADEGHWRSKHRGHWUTERGHWER. Dan sampai di depan RS Harapan keluargapun aku masih tertawa geli. Dan dia semakin malu.
“udah donk..jangan ketawa mulu...”
“hahaha. Abis kamu itu orghwangnya lucu banget sih” kataku menirukan cara dia melapakan huruf R saat menyebut kata orang.
“aaahhh..ichaaalll..”
Aku langsung terhenti. Dia memanggilku..ichal? terdengar lucu juga.
“kok ichal?”
“ichal kan bahasa sunda”
“artinya?”
“ilang. Karghwena kamu tuh kerghwjaannya suka jadi kayak anak ilang. Luntang-lantung sendirghwi di lipo cikarghwang. Hahah”
“biarghwin we..” ledekku.
Dan akhirnya kami berdua tertawa lepas. Dan aku mulai merasakan kehangatan dari tawa kami berdua. Ya, mungkin aku harus mulai sedikit membuka hati.
“turghwun yuk” katanya.
Aku lantas turun dan diapun memarkirkan vespanya disamping motor-motor vespa yang..antik-antik itu.
Dan ketika kami bergabung, sedang ada live musik di depan sebuah toko yang udah tutup dan ternyata banyak sekali yang ikut bernyanyi sampai membuat kendaraan yang ewat hanya berjalan merayap.
Kuperhatikan penampilan mereka memang (maaf) sedikit kumal. Pakaian lusuh dan rambut seperti tak terurus.
“inilah seni hidup buat kami. RGHWASTA” katanya.
Dan ada perasaan terlonjak dalam dadaku. Aku tak menyangka dia akan mengajakku ke komunitas seperti ini. Komunitas yang sering kulihat mengendarai motor anehnya sambil membawa barang-barang aneh.
Mendekatlah kau padaku tanpa bimbang
Berilah senyummu yang telah lama hilang
Mendekatlah kau padaku tanpa bimbang
Berilah senyummu yang hilang, yeah
"ini lagu Tersenyum Kembali, by steven and Coconut Treez.." katanya..
Ku tahu kau selalu ada di sini, saat kau tak mampu ‘tuk usir sepi
Ku tahu kau selalu ada di sini, saat kau tak mampu ‘tuk usir sepi
Mungkin ada yang ingin kau ungkapkan
Tentang yang terjadi dan menyiksa hati ooh...
Karena kau terlihat tak seperti biasanya, yeah
Penuh tawa canda dan selalu bahagia ooh
Tak seperti biasanya, kau tak seperti biasanya
Kau tak seperti biasanya yang selama ini kukira, yeah
Kuingin kau tersenyum kembali setelah apa yang kau alami
Hilangkan benci dalam hati, kuingin kau tertawa kembali
Karena ku ‘kan selalu di sini, saat kau tak mampu usir sepi
Mungkin ada yang ingin kau ungkapkan
Tentang yang terjadi dan menyiksa hati, ooh...
Semua yang telah lalu, semua yang telah terjadi
Ooh, lepaskan saja, lepaskan, bebaskan
Ooh, bebaskan saja semua, kuingin kau jadi seperti yang ku tahu
Dan sambil mendengarkan lagu itu, dia memberitahuku bahwa komunitas vespa memiliki solidaritas yang sangat membuatku tercengang. Bahkan katanya ada temannya yang berangkat dari sampai ke bali hanya menggunakan vespa bututnya dan hanya membawa uang dua ratus ribu. Dan ketika motornya mengalami gangguan mesin alias mogok, dia tak sulit menemukan bantuan, karena komunitas ini tersebar di seluruh indonesia. Dan katanya untuk makanpun, seorang brotherscooter, bekerja jadi apa saja dan hasil kerjanya dia belikan untuk satu komunitasnya. Keikhlasan, kekuatan kekerabatan, dan banyak hal-hal lain yang membuatku begitu tercengang dari ceritanya.
Aku tersenyum melihatnya menari dan berjoget bersama orang-orang yang belum dikenalnya. Dan bahkan dengan orang yang belum dikenalnya, brotherscooter ini tampak begitu akrab seperti kawan lama. Dan tanpa sadar aku ikut berjoget dan mengikuti apa yang mereka nyanyikan. Dan musik rege yang dulu tak pernah sedikitpun masu ke playlistku, kini bermain apik di telingaku.
Keringat mulai membasahi pelipis dan juga kaosku. Lalu wildan menarik tanganku dan menuntunku ke pembatas jalan yang luas dan ditumbuhi rumput itu lalu memesankan dua minuman dingin untukku. Kutengok kanan kiri, orang-orang tampak tersenyum, dia melirikku sambil tersenyum. Aku mengamati raut wajahnya yang teduh itu. Apakah kamu nanti mampu menggetarkan hatiku yang telah kaku ini?
Ntahlah, aku tak mau terlalu cepat mengumbar rasa. Semua itu bukan waktu.
“hidup memang tak seindah apa yang kita rancang. Tapi bukankah skenario tuhan itu jauh lebih indah karena kerumitannya? Aku gak bakal minta kamu jadi pacarku sekarang. Aku Cuma ingin menawarkan sebuah cinta di kemudian hari, di waktu kamu sudah siap untuk membuka hati. Yang pasti, cinta itu masih ada, karena tuhan itu ada.”
Aku hanya diam. Dan tanpa sadar aku merasa mataku sedikit perih. Dan dia kembali tersenyum kearahku lalu merangkul pundakku. Dadaku bergemuruh, melantunkan nada-nada rindu akan kehangatan ini, kehangatan yang dulu dipercikkan oleh si iem di hatiku, lalu di sematkan oleh nabi dengan segala rupa tingkahnya itu.
Dan sekarang, skenario tuhan telah membawa seseorang yang bahkan aku sendiri tak menyangka kedatangannya. Tuhan, aku masih percaya cinta, karena aku masih percaya Engkaw. Mungkin cintaku ini adalah sebuah cinta yang salah. Tapi aku hanya ingin menikmati bahagia, menikmati rasa nyaman mencintai dan dicintai. Dan aku tak akan pernah mengutuki apa yang telah terjadi, karena apapun dan bagaimanapun skenarioMu dengan tokoh yang datang silih berganti, skenarioMu tetap indah.
*****
Aku masih duduk disini. Kuedarkan mataku kesekeliling ruangan ini. Dinding dari anyaman bambu yang terlihat begitu natural dan kursi-kursi kayu dari jati yang kokoh dan berkelas. Suara kecipak air dari balik jendela serta bebunyian dari serangga begitu nyaman di telingaku.
“kang, makan malamnya mau di saung atau di perahu?” Tanya seseorang dengan lembut kepadaku.
Gadis itu tersenyum manis. Aku balas dengan senyuman terbaikku.
“di perahu aja neng” jawabku.
“yaudah, neng telpon dulu ya, ngasih tau makannya di perahu ajah” katanya lagi.
Dia lantas berjalan ke pojok ruangan lalu mengambil gagang telepon dari meja sudut dan terlihat berbicara dengan seseorang di telepon. Aku lantas berdiri dan kulangkahkan kakiku kesamping jendela. Kutatap riak air yang luas ini. Aku tersenyum. Untuk kesekian kalinya aku tersenyum. Kupandangi perahu-perahu yang disampirkan dibawah saung-saung di pinggiran danau ini.
Lalu aku merasa seseorang memeluk pinggangku dan menopangkan dagunya ke pundakku.
“aku teh gak nyangka kang, kita bakal kembali kesini lagi..”
“…”
“aku pikir, tuhan tidak akan mendengar doa kecilku untuk membawaku bersama orang yang kusayang, kesini lagi. Dan nama yang tersemat dalam doa di tiap lima waktuku itu…nama yang indah, nama yang gagah, Muhammad Arga Samudera.”
“aku juga teh..teteh masih ingat saat aku memberikan hadiah kecil boneka rusia itu disini? Sepanjang perjalanan kesini, aku selalu berdoa agar aku bias kesini lagi dengan cinta pertamaku, dengan oraang yang mengenalkan aku akan rasa rindu yang konyol dan menyiksa…”
“cinta pertama?”
“terdengar naïf kan? Ya, seorang Novie Nabila Zahra ituh cinta pertamaku..”
Dia lantas semakin merapatkan tubuhnya padaku. Dia memelukku erat sekali. Dan kudengar dia sesenggukan.
“akang tau gak, gimana perasaanku saat denger kabar kalo akang udah nikah? Aku…hanya diam, bingung dan…aku hanya bisa diam, gak bisa mikir…aku…kalut..”
“ya. Dan itu adalah keputusan terbodohku. Tapi bukankah segala itu telah digariskan? Kemanapun aku mencari cinta, ternyata tuhan menggariskan kita tetap bersama. Bukankah ini indah?”
“kang…”
“ya?”
“boleh gak seorang PPi itu nangis?”
“nangis kenapa?”
“aku…bahagia kang..aku bahagia karena nikmat tuhan yang begitu besar.”
Lalu diapun menangis dan aku membalikkan tubuhku lalu memeluknya kucium keningnya yang sekarang sudah berkerudung. Setelah menikah denganku, dia memutuskan untuk berhenti dari dunia modelling dan bertekad hati untuk mengenakan kerudung.
“yaudah kang, aku mau liat dulu, kayaknya makanannya udah nyampe” katanya lalu meninggalkanku.
Aku memandangnya sebentar, lalu kembali ke jendela menatap danau yang beriak lembut, menyapa lembut angin yang berhembus syahdu. Aku masih berdiri disini, di jendela ini. Dan tiba-tiba aku dilanda rasa rindu yang sangat sama temanku yang manja itu. Isal, kamu lagi apa sekarang? Aku yakin, kamu bahagia disana.
Aku jadi ingat saat aku menikah dengan novie, kang wildan datang menemuiku. Aku tahu dia ‘sakit’ ketika kami ada reuni PPI. Dia menceritakan panjang lebar. Tapi yang aku yakini, dia bukan termasuk orang yang mengumbar nafsu sesamanya. Dan yang membuat aku kaget, kang wildan meminta izin padaku untuk membahagiakan isal. Dia memang datang ke garut bersama isal, tapi isal tak ikut kesini. Dia lebih memilih untuk datang menemui seseorang. Aku tau, dan aku memang tak mengharapkan dia datang, seperti dulu. Pasti sakit rasanya melihat orang yang pernah kita sayangi harus bersanding.
Tapi, aku yakin kang wildan mampu menghadirkan kebahagiaan untuk dia. Ya, walaupun aku masih menyimpan rapat-rapat perasaan itu, aku harus ikhlaskan dia mendapatkan bahagia dari orang lain, sahabatku ini. Aku tersenyum mengingat jalan berliku kisah hidup kami. Dan aku tak tahu, apakah isal masih menyayangiku, seperti dulu.
Dan hadiah dari kang wildan, paket bulan madu di Kampung sampireun membuatku teringat akan mimpi-mimpi lamaku, aku datang ke tempat ini bersama orang yang kusayang. Ya, tuhan mendengar doa kecilku. Aku datang kesini bersama cinta pertamaku. Orang yang mengenalkan aku akan yang namanya rindu, gelisah, dan tingkah konyol.
Dan akhirnya kuputuskan untuk menelponnya.
“halo..”
“sal…”
“…”
“kamu…lagi apa?”
“aku…lagi diajak jalan sama wildan. Kenapa tem?”
“boleh gak aku bilang kangen?”
“tem..kamu kan udah nikah sekarang…kamu pasti lagi bahagia sekarang. Dia itu cinta pertama kamu tem. Dan dia emang layak dapat cinta yang tulus dari kamu. dan kamu layak buat bahagia, bahagia yang benar, bukan bahagia yang bahkan tuhan itu takkan pernah restui. Gimana honey moonnya?”
“kamu…bahagia sal?” tanyaku dengan dada mulai sesak.
Aku tahu dia mengambil keputusan ini bukan karena dia tak lagi mencintaiku, tapi dia ingin agar aku bahagia. Aku memang bahagia, tapi bahagia ini akan terasa lain bila aku bersamanya. Bahagia yang terlarang. Bahagia yang mungkin akan terdengar egois karena orang-orang yang kucintai akan bersedih. Benar sal, kamu benar. Tapi kenapa kamu lagi-lagi harus seperti ini?
“aku Cuma ingin bilang, ternyata rasa rindu itu menyakitkan ya?”
“tem…”
“sal…boleh tau gak kenapa kamu ngelakuin ini?”
“aku…”
“apa karena kamu ingin aku bahagia?”
“apa aku perlu bilang tem? Aku ingin kamu bahagia. Dan aku ingin kamu bahagia dengan cara yang benar, dengan orang yang dengan tulus mencintai kamu. Novie itu cinta pertama kamu dan kamu itu cinta pertamanya. Kalian itu ..”
“kamu tau apa tentang bahagia? Aku..”
“tem…kamu harus bahagia, dengan orang yang benar. Kamu harus punya item-item junior untuk meneruskan keturunan kamu. Kamu harus..”katanya dengar nada tergetar.
“sal…”
“aku..gak bisa tem. Plis tem…aku yakin kamu pasti bisa bahagia. Aku percaya novie bisa bahagiain kamu.”
“oke, aku bahagia sama novie. Tapi kamu?”
“aku juga bahagia tem. Aku bahagia pernah sayang sama kamu. Aku bahagia pernah sayang sama nabil. Dan aku masih akan tetap bahagia, dengan caraku. Bukankah tuhan itu adil? Ketika tuhan memberiku tangis, dia sedang menyiapkan hal-hal indah yang akan membuatku tersenyum. Aku bahagia tem…”
“sal..”
“…”
“makasih sal, buat warna yang udah kamu kasih di hidup aku.”
“klik.” Telponku langsung di tutupnya.
Aku tertegun. Ya, aku tahu dia melakukan ini untukku, untuk banyak orang. Kenapa kamu lagi-lagi gak mau egois sal? Kenapa kamu korbanin kebahagiaan kamu buat kebahagiaan orang lain? Kenapa selalu kamu?
Tapi kamu harus yakin sal, tuhan sedang menyiapkan kebahagiaan yang lebih berwarna buat kamu. meskipun nanti aku tak akan pernah dengar dia memanggil namaku dengan manja, "item..."
******
Dua tahun kemudian
Aku hanya tersenyum memandang bayi yang sedang kugendong ini.
“abi, Fachry-nya udah tidur belum?”
“udah mi..lihat, dia terlihat tenang sekali.” Kataku pelan.
Aku masih tersenyum memandangi anakku yang baru berumur hampir dua tahun ini. Dia lalu membuka matanya. Entah kenapa dia terbangun, tapi dia tak menangis. Dia malah tersenyum lalu tertawa dengan lucunya.
“e..anak abi udah bangun…” kataku sambil mengelus pipinya.
Dia merengut manja lalu mulai menelusupkan wajahnya ke ketiakku. Entah kenapa, setiap aku melihat anakku Fachry, aku selalu ingat sama isal. Ya, tingkahnya yang manja seperti memainkan ekspresi wajahnya dan juga menelusupkan wajahnya saat malu atau saat bangun tidur, membuatku tenggelam dalam kenangan manis dengannya.
*****
Aku masih memeriksa buku-buku anak-anak ajarku. Kulihat wildan masih mengajari seorang anak berbaju lusuh.
“yang ini dibacanya bradze’. Jadi kalo ada T sama H itu dibacanya DZE.”
“oh..gitu ya kang?”
“sok atuh lanjutin yah”
Aku tersenyum melihatnya. Ya, aku dilanda perasaan yang baru. Perasaan yang membuatku tak ingin berpisah dengannya. Memang bukan perasaan yang kurasakan saat bersama si item dulu, atau saat-saat romantis bersama nabil. Tapi…ntahlah, aku sendiri tak bisa jelaskan perasaan yang kurasakan. Yang pasti aku diliputi rasa yang lain, rasa nyaman yang berbeda.
Aku banyak belajar dari dia untuk lebih menghargai hidup dan juga menghargai sesama. Ya, dia memukauku lewat jiwanya yang humanis. Dan satu kata dari nabil yang kulihat dari wildan, dia selalu memanusiakan manusia. Itu mungkin yang membuatku nyaman.
Seperti sekarang, sudah sebulan lebih aku dan dia mengajar anak-anak jalanan. Dan sebelumnya, dia mengajakku menjadi relawan ketika terjadi bencana banjir di kerawang.
Awalnya aku ragu, tapi dia berhasil meyakinkanku bahwa walaupun kita sakit menurut kebanyakan orang, tapi kita masih bisa dihargai, dan bermanfaat bagi banyak orang.
“kamu tau chal, banyak orgwhang sepergwhi kita yang bahkan masuk dalam daftargwh sergwhatus tokoh paling hebat dalam sejargwhah. Newton, da Vinci dan masih banyak lagi, mergwheka itu sama seperghti kita. mergwheka bahkan dijunjung tinggi oleh dunia. Dituliskan bergwhjuta-juta kali di banyak sekali buku. Dibacakan dengan lantang di kelas-kelas. Dan kita hargwhus ingat, sebaik-baiknya manusia, itu adalah manusia yang paling bergwhmanfaat bagi sesamanya.”
Benar kata dia, hidup itu untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.
“eh, chal, ada telpon, kang aga” katanya menyadarkanku dari lamunan. ”aku load speakergwh ya?!”
“halo, kang wildan?”
“halo kang. Kumaha kabarna? Katanya sekarang udah jadi ayah ya?”
“Alhamdulillah kang. Baru umur lima bulan kang.”
Aku tersenyum. Akhirnya, si itemku telah menjadi ayah sekarang. pasti dia jadi lebih dewasa sekarang.
“uluh...udah jadi abi atuh? namanya siapa kang?”
“hehe. Alhamdulillah. Namanya fachry”
“halah, ngasih nama teh meni susah. Jangan ada huruf rgwh (R) atuh.”
“hahaha. Da namanya juga bukan nama sembarangan atuh. Saya kasih nama Fachry teh, untuk mengenang orang-orang terbaik di hidup saya kang”
“siapa-siapa wae eta teh kang?”
“aku teh ingin mengukirkan nama-nama orang itu.. FAisal, CHaerul wildan, dan sabRIna.”
“halah, si akang mah.”
“isalnya kemana kang?”
Aku kaget. Akhirnya dia menanyakanku juga. aku tau dia pasti akan menanyakanku. Tapi aku belum siap untuk bicara dengannya. Kenangan itu terlalu sakit. Meski sudah hampir dua tahun aku tak bertemu dengannnya, tapi setiap mendengar suaranya, ada rasa yang meluap-luap. Dan aku segera memberi isyarat pada wildan agar bilang bahwa aku gak ada.
“dia lagi ke belakang kang. Emang mau ngomong apa sama dia?”
“mmm...kalo aku bilang kangen sama dia akang marah gak?”
Dia diam sebentar lalu tertawa dipaksakan. Aku tahu dia pasti cemburu.
“hahaha. Si akang mah. Ntar aku bilangin sama dia, tapi kalo dia lagi tidur. Hehehe”
“iya iya kang. Dia..gimana kabarnya kang?”
“dia...dulu sih awal-awal sama aku, suka ngigo kang”
Aku...ngigo? ngigo apa?
“ngigo? Ngigo gimana?”
“dia sering nyebut nama akang. Kadang aku liat, dia tidur sambil nangis. Kadang dia nyebut nama kang nabil...dan aku..aku Cuma bisa nyium keningnya aja kang. Aku Cuma bisa ngelus dahi sama rambutnya aja kang”
Aku hanya diam. Aku tak berani menatap wajah orang yang sedang di depanku. Entahlah dia bohong atau tidak, tapi yang pasti, aku diliputi rasa yang ingin meledak.
“apa dia...bahagia?” tanya si item.
Wildan hanya diam dan memandangku kuyu. Aku lantas merebut hepe dari genggaman wildan.
“aku bahagia tem, aku sangat bahagia disini. Aku bahagia karena tuhan udah gantiin kamu sama nabil lewat wildan. Aku sayang dia tem, seperti dulu aku sayang kamu dan nabil. Aku..aku senang saat dia memanggilku ICHAL, saat dia mengajakku ke bedeng-bedeng untuk ngajar anak jalanan...saat ngajak aku main bola sama anak-anak panti... saat nolong korban banjir..Aku sayang sama dia tem, aku sayang sama dia...” kataku cepat dan terengah-engah lalu kututup telponnya.
Air mataku menetes dari sudut mataku. Dan kulihat wildan tersenyum tulus padaku. Matanya berkaca-kaca. Lalu kupeluk dia erat sekali dan kubisikkan di telinganya...
“I LOVE YOU MY DANZ..”
“I LOVE YOU MORE...” balasnya pelan.
Aku tahu, hidup ini adalah sebuah perjalanan dan kita hanya diberi kesempatan satu kali. Tak ada rewind, tak diizinkan kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita. Dari orang yang sedang kupeluk, aku tahu bahwa kita harus melakukan yang terbaik. Kesalahan itu adalah manusiawi. Dan berkorban itu adalah sebuah keindahan, ada senyum dibalik air mata, ada tawa dibalik helaan nafas dan ada kenikmatan dan rasa yang membuncah ketika melihat orang lain tersenyum bahagia.
Sekali lagi, aku yakin, tuhan itu ada...dan Dia tersenyum ketika kita berani berkorban untuk orang yang kita sayangi...karena tuhan akan membayar pengorbanan kita dengan sesuatu yang jauh lebih indah dari apa yang kita dua.
END
W juga mw bilang makasih sama si item, karena dia masih mau temenan sama w setelah w jujur sama dia.
Makasih juga buat @kiki_h_n yang udah ngajak jalan” di kota bandung. Juga buat seseorang yang gak bakal w sebut namanya. Hatur nunung teu kaitung lah kanggo akang. Juga buat semua bferz yang entah dengan terpaksa ato karena lagi bingung, yang udah mau ngabisin waktu baca cerita w yang amburacak amburadul gak karu-karuan ini.
Dan kalo ditanya, gimana perasaan w sama si item, w Cuma mau bilang, w gak pernah nyesel pernah suka sama dia. N w bakal penuhin janji w ke lo tem.
ingat, walaupun kita berbeda, tapi kita bisa mencatatkan diri dalam sejarah, seperti Sir Isaac Newton dan juga Leonardo da Vinci. tos ah.billingna jalan terus, haha.
yap, kira" segitu lah umurnya. kalo nabil setaun lebih tua. kan udah w ekspresiin waktu part sabrina nikah. dia (sabrina0 tertunduk malu dan sesenggukan.
dan part kang wildan yg ngukir, udah ada di part awal setelah isal nyanyi, dia ke danau dan tiba" liat ukiran namanya jadi bertambah, awalnya FA, jadi FACH
sok atuh dibaca, keburu ilang
duh mau komen apa yah.. ga bisa berkata2 ini mah aslinya..
hmm.. akhir yg dramatis plus romantis.. smoga isal selalu dberikan yang terbaik, salut atas pengorbanannya..
menjadi berbeda itu anugrah, tapi tetap hidup adalah pilihan.. buat pilihan dengan lihat orang2 disekitar.. #pesan juara hari ini...
makin sayang sama 'kamu'