It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
aq tggal d bogor..
@zimad.iya.td lwat bogor.gilingan,pa mer pisan lah.scra maming da konser ungu ma five minutes.
silahkan menikmati aja. tapi yang pasti tetep mimta kripiknya ya, biar ceritaku ni gak monoton.
mangga diicip ceritanya..
“bil..lo dimana? Katanya jam setengah enem gua udah mesti stand by..” kataku berteriak di telpon.
“yadah, buruan. Klik” kataku kesal lalu kututup telponku.
Aku kesal sekali. Sekarang aku sedang uring-uringan sendiri dengan baju dan juga celana training. Yap, tadi malam nabil sms dia mau ngajakin aku maen dan aku mesti sudah stand by dari jam setengah enam di mulut gang kostanku. Dan sekarang, kutengok jam tangan Luminorku sudah jam enam lewat.
Arrggght..dasar indonesia, ngaret terus. Uh, aku kesal sekali dan tiba-tiba kulihat ada orang turun dari angkot dengaan tas ransel besar di punggunya. Setelah membayar ongkos, dia tersenyum ke arahku. Lho kok?
“dodol banget si lo. Gua tungguin dari tadi juga.” kataku melampiaskan kekesalanku. Aku memang paling benci menunggu.
Tapi dia hanya memandangku datar, seolah tak terjadi apa-apa.
“kok bil bawa ransel segala..? emangnya mau kemana? Bukannya kita mau jogging di cikarang baru?” berondongku bingung.
“emang tadi malem gua ngomong gitu?”
“eng..enggak sih tapi..” jawabku ragu.
Dia memang tidak secara gamblang bilang mau ngajak jogging atau gowes. Berhubung ini hari sabtu, kukira tadi malam dia akan mengajakku olahraga pagi, hanya jogging atau bersepeda, makanya aku pakai training seperti ini.
Dia lalu mengalihkan pandangannya ke jalan lalu menyetop angkot.
“buruan..kita dah hampir ketinggalan” katanya sambil menarik tanganku.
Ketinggalan? Emangnya mau kemana?
“tunggu, mau kemana dulu?”
“udah ikut aja..”
Aku lalu didorongnya masuk ke dalam angkot. Diapun memasukkan ranselnya serta sebuah gitar dulu baru ikut masuk dan duduk disampingku sambil memegang ranselnya. Angkotpun melaju.
“mau kemana?” tanyaku masih penasaran.
“ada deh..”
“kebiasaan deh..ini kok kayak mau kemping?” kataku lagi setelah melihat ransel besarnya.
“emang” jawabnya singkat.
“hah?”
“iya, gua mau ngajak lo kemping” katany datar.
“tapi gua gak bawa baju ganti, lagian ini..” kataku gelagapan.
Gila aja, ngajakin anak orang kemping tanpa ngasih tau dulu.
“gak usah..bentar doank kok..”
“uuhhh..kemana?” tanyaku ketus.
“udah ikut aja...”
Aku memang sudah tau wataknya. Dia gak bakal ngasih tau kemana dia bakal bawa aku, meskipun kusodorkan pisau ke lehernya. Angkot itupun lalu turun di terminal Cikarang. kami lantas turun dan akupun tergopoh-gopoh mengikutinya yang setengah berlari ke arah Bus P9BC. Hah, kalo gak salah, itu kan ke terminal kampung Rambutan Jakarta? Dia mau ngajak aku kemana sih?
Kami duduk dibangku paling belakang. Jujur, aku kesal sama dia. Aku nyangkanya dia bakal jemput aku dengan ninjanya dan kita mau jogging di taman jababeka yang ada jogging tracknya. Lha ini datang-datang dengan stelan aneh lalu membawaku sampai ke bus reyot ini?
Bus ini masih maju perlahan-lahan sambil menunggu penumpang lain. Aku sudah malas bertanya kemana dia akan membawaku sekarang. aku hanya melipat tanganku didada. Dia melirikku dan tersenyum, aku hanya manyun saja.
****
Setelah sampai di terminal kampung rambutan, kami lantas turun dan langsung disambut oleh calo-calo dengan gerak-gerik beringas seperti hendak merampas ransel nabil tapi tak dipedulikan oleh nabil. Dia lalu menarik tanganku lalu berjalan ke arah sebuah bus yang terlihat reyot dan sudah penuh sesak pengunjung. Kulihat sekilas bus Langgeng Jaya jurusan Kamp. Rambutan – Sukabumi. Yang tersisa hanya dua kursi di belakang dan masih muat dua orang kurus di kursi atas yang sepertinya tak nyaman. Setelah memposisikan ransel dan gitar, kami lantas duduk. Aku mulai merasa risih. Kulihat sekeliling, kursi bus ini tampak banyak sekali kelupasan di kulit-kulit joknya. Busanyapun kalo gak deple, keras sekali.
Pengunjungnya pun sudah banyak yang mendengus-dengus kesal dan kepanasan. Dan ada seorang ibu yang menggendong balita dan anak kecil yang imut-imut itu sedang terbatuk-batuk karena disampingnya ada seorang bapak-bapak yang sedang merokok. Bapak itu sepertinya tahu tapi pura-pura tak sadar. Yang lain sudah melirik kearahnya tapi dia lempeng-lempeng aja. huh, dasar.
Nabil lalu berjalan ke arah orang tua itu lalu menepuk pundaknya.
“maaf pak, bisa dimatikan rokoknya? Kasian, anak itu sudah batuk-batuk” katanya sambil tersenyum tipis.
Bapak itu lalu melihat sebentar kearahnya dan melanjutkan lagi merokok. Kulihat Nabil mulai merasa kesal karena tidak diindahkan.
“saya rasa bapak gak pantes pake peci hitam itu”
Bapak itu melotot
“seorang muslim itu punya etika. Rosululloh itu sangat menyukai anak kecil. Dan saya rasa tidak perlu saya tegaskan lagi bahwa merokok ditempat umum itu ada sanksinya.” Katanya lagi masih dengan senyum ramh.
Semua orang melihat ke arah mereka. aku mulai was-was.
“siapa kamu, anak kecil mau ngajarin orang tua?” kata bapak itu tersinggung.
“saya sama sekali tak berniat mengajari bapak tentang bahaya merokok. Pasti bapak sudah tau tapi mungkin bapak tidak peduli sama kesehatan bapak sendiri, tapi anak itu masih punya masa depan Pak.” Kata nabil dengan tegas sambil menatap lembut.
Matanya sama sekali tidak menantang, tapi kata-katanya sangat tajam sekali. Semua orang mulai riuh sambil menatap sinis ke bapak itu. Mungkin bapak itu merasa risih lalu mematikan rokoknya dan turun sambil ngedumel sendiri.
“makasih nak” kata ibu itu. Nabil hanya membalasnya dengan senyum tipis sambil mengangguk.
Nabil lantas kembali ke sebelahku. Aku menatapnya lalu dia balas menatapkku.
Aku selalu dibuat bingung oleh sikapnya. Kadang dia nyebelin, kadang sok tahu, sok bijak, arogan, dan...mengesankan. Begitupun dengan penampilannya. Waktu pertama melihatnya, dia terlihat sangat dewasa ketika bersepeda dengan baju go green-nya. Lalu terlihat begitu laki saat mengantarku dengan ninjanya dengan jas kulit serta levisnya. Lalu terlihat bad boy saat di kampus dengan style hip hoper. Dan hari ini, dia terlihat liar dengan stelan back packernya.
“bil, kita ke Sukabumi? Mau kemana?” tanyaku masih penasaran.
Dia hanya balas dengan senyum misteriusnya. Seolah mengatakan, coba tebak, aku akan ajak kamu kemana? Yang pasti tempat itu akan membuatmu kagum.
Ketika bus reyot itu baru berjalan beberapa meter, masuklah seorang gadis cantik dan berdandan ala artis. Dan tiba-tiba nabil menarik badanku untuk memberi celah agar gadis itu bisa duduk. Kugeser sedikit pantatku dan gadis itupun tersenyum.
“mau kemana teh?” tanya nabil sok akrab dengan senyum manisnya.
“mau ke xxxx “ jawabnya dengan senyum manis pula.
Berlanjutlah opera sabun mandi dengan gombalan-gombalan gak mutu. Awalnya aku biasa-biasa saja, tapi lama-lama aku mulai jengah sendiri. Gimana enggak, mereka berkakak kikik dan aku ada di tengahnya.
“emang akang teh mau kemana..?” tanya gadis menor itu dengan genitnya.
“mau ke kebun..”
“hah. Mau ngapain..?”
“mau menanam benih-benih cinta kita. Hihihi” gombal nabil gak mutu.
“ah akang mas bisaan ajah. Hihi”
Aku memandang wajah nabil dan menatapnya sinis. Gak kreatif banget tuh orang. Rayuan basi di tivi kok masih dipake. Huh, tapi kenapa aku jadi kesal? Apa karena mereka begitu berisik, atau karena...
“eh maaf kang, akang teh mau kemping yah?” tanya gadis itu
“kok tau sih..”
“kemping aja di hati aku kang, hihihi” balas gadis itu.
Huh...dasar cewek genit...
Mereka melanjutkan lagi gombalan-gombalan gak mutunya. Aku mulai kesal dan..
“heh, ikutan acara raja gombal aja gih, jangan diisni. Berisik tau” kataku ketus.
Si gadis itu kaget.
“biasa aja kali sal, gak usah pake nyolot. Geser ah, biar si teteh duduk disamping gua.” Katanya.
Arrgght, kalo misalnya mau pindah, kenapa aku yang harus pindah tempat duduk. Tapi daripada aku berantem lagi di dalam bus ini, aku sambil misuh-misuh pindah tempat duduk. Aku lalu memasang earphone dan kusetel musik keras-keras.
Setelah maju beberapa meter, masuklah dua orang ibu-ibu dan disaat berbarengan gadis itu turun dan masih sempat tersenyum sangat genit ke arah nabil
“ntar konte-kontek ya..hihihi” kata gadis itu.
Aku kembali memakai earphoneku lagi. Peduli amat ah, mau kontek-kontekan kek, bbm-an ke, kirim surat pake rudal kek, masa bodo.
Agak lama dua ibu berdiri. Yang satu sedang hamil malah. Dan spontan nabil berdiri dan setelah nabil mempersilahkan duduk di kursinya, aku baru sadar bahwa ada yang mulai hilang dari diri kita. Nurani. Ya, kita pura-pura tak sadar, kita telah dibutakan oleh rasa tak nyaman.
“duduk bu..” katanya ramah. “Sal, kita pindah duduk dibelakang.” Katanya stelah melepaskan earphoneku.
Hah? Di belakang? Gak salah? Dilihat aja posisinya sangat tidak nyaman. Lalu dengan terpaksa dan atas nama attitude kepada orang yang lebih tua dan juga penghormatan atas wanita (kalau dalam hal ini emansipasi wanita tidak berlaku) aku dengan berat hati pindah ke atas. Fyuh, yadah, mau gimana lagi..
“kok cemberut gitu..?”
“...” aku masih manyun.
“sal, kita harus bisa memandang segala sesuatu itu dari sudut pandang lain. Orang lain pasti akan merasa bangga dan menggembar-gemborkan bahwa dia telah mengunjungi bali atau tempat eksotis lain, menginap di hotel yang bintangnya paling mahal, yang bahkan mungkin harga semalamnya saja itu hampir separuh gajinya. Apakah itu yang namaya liburan?”
“..”
“coba lo perhatiin. Orang kota itu sengaja main kedufan dan merogoh kocek lumayan, hanya untuk merasakan sensasi ajrut-ajrutan seperti ini. Mereka juga sengaja bayar mahal-mahal hanya untuk mersakan sensasi manam padi atau memandikan kerbau.”
Kok malah merepet-repet kesitu?
“gua gak marah karena pindah ke atas..” kataku sambil mendengus.
“terus? Oh...lo jealous ya..?”
“apaan sih. Udah ah, gua mau tidur” kataku ketus. Apa iya aku cemburu? Tau ah.
“oke, lo mau protes juga gak bakal gua denger. Yang pasti, lo nanti bakal nemuin sesuatu yang yang belum pernah lo temuin. Gua janji.” Katanya pasti.
Aku memndangnya dalam diam. Dia selalu saja mampu membuatku bisu. Aku selalu dibuatnya tak mampu berkata-kata, karena kata-katanya kadang tak bisa kupungkiri kebenarannya. Ya, semoga saja aku akan melihat dunia baru yang tak pernah kulihat sebelumnya.
Setelah mobil itu melaju dengan kecepatan kura-kura, masuklah seorang pemuda sambil membawa sebuah gitar butut. Yap, lelaki yang kutaksir umurnya baru 25-an itu mulai dengan prolog standar.
“maaf mengganggu istirahat para penumpang semua. Saya hanya mengharap seikhlasnya saja” dan jreng...dia lantas memainkan gitarnya.
Dia lalu mulai menyanyikan lagu dan sangat menghayatinya. Aku miris sekali melihatnya. Kuedarkan mataku, semuanya tampak tak ada yang memerhatikannya. Ada yang masih asik ngobrol dengan yang baru dikenalnya, ada yang sedang ngiler, ada yang sambil angguk-angguk-seleng-geleng mendengarkan musik dari i podnya. Huft, kasihan sekali pengamen itu.
Lalu aku dibuat kaget oleh seseorang yang tiba-tiba turun. Nabil mau ngapain turun? Dia lalu berjalan ke arah pemuda itu. Setelah sampai, dia memegang pundaknya dan pemuda itu tampak kaget lalu menghentikan lagunya. Lantas nabil menghadap ke arahku dan mulai mengedarkan pandangannya. Dia tatap satu persatu wajah penumpang bus ini dengan tatapan lembutnya.
“baik, mohon maaf semuanya. Saya bukan bermaksud mengganggu anak muda yang di sebelah sana yang sedang asik dengan kenalan barunya. Atau yang sedang menikmati lagunya Ayu Tingting. Atau yang lagi nelpon istri mudanya atau selingkuhannya. Disini, teman saya, Andhika, sedang ditantang sama kekasihnya. Jadi Andhika ini bermaksud melamar pacarnya, pacarnya mau nerima tapi dengan satu syarat, dia harus ngamen di bis. Dan uang hasil ngamennya ini akan dikumpulkan buat mas kawin. Orangnya ada disini, tapi maaf, takkan kuberitahu yang mana orangnya.” Katanya pasti.
Terdengar mulai riuh dan mulai saling memandang, mencari siapa kira-kira gadis itu. Kulihat, si pengamen itu kebingungan.
Aku yakin dia mengada-ngada. Mana mungkin dia kenal dengan pengamen itu. Dia pasti mengarang cerita. Tapi, apa yang akan dia lakukan?
“begitu kan kang?” kata nabil sambil mengedipkan sebelah matanya.
Pemuda itu gelagapan dan tanpa mengiyakan, nabil lalu berkata lagi.
“kang, coba mainkan lagu gadis berkerudung merahnya wali kang” pinta nabil
Dan jreng..pemuda itu memetik gitarnya
Aku telah lelah
Memilih memilah mencari wanita
Siapakah dirinya
Yang kan menjadi kekasih halalku
Tiba-tiba aku terpana
Ada kejutan tak terduga
nabil lalu mulai ikut bernyanyi ambil suara dua di reff ini dan masih sambil tepuk tangan.
Dia gadis berkerudung merah
Hatiku tergoda tergugah
Tak cuma parasnya yang indah
Dia baik dia soleha
Dia gadis berkerudung merah
Bawalah diriku padanya
Takkan habis ku berdoa
Jadi kekasih halalnya
Jadikan diriku halal
Memeluk halal menciummu
Lekaslah jangan tunda
Untuk menjadi kekasih halalku
Itu itu dia gadis berkerudung merah
Hatiku tergoda tergugah
Tak cuma parasnya yang indah
Dia baik dia soleha
Ketika lagu belum slesai, nabil berkata lagi.
“kita tahu, menikah itu adalah sebuah niat suci. Dan, alangkah besar pahalanya bila kita berperan serta dalam usaha seseorang untuk melengkapi separuh agamanya. Semoga untuk kalian yang dengan ikhlas hati, membantu teman saya untuk melamar gadis itu, saya akan berdoa dengan khusuk ketika sholat nanti, agar yang baru dapat kenalan disini, mudah-mudahan nyampe jadian, yang berniat kawin lagi, ya, kalo bininya mau, mudah-mudahan dilancarkan, dan yang baru menikah mudah-mudahan langgeng.” Katanya sambil tersenyum. Penumpang yang merasa hanya senyum-senyum sendiri.
Lalu dia mengambil kantong berkas permen dan berjalan. Benar saja, hampir semua penumpang mengisi kantong kresek itu. Ada yang yang gope, serebu bahkan ada bapak-bapak botak yang ngasih sepuluh ribu sambil bilang amin dengan keras. Mungkin dia masih bujangan dan berharap dapat jodoh di bis ini sambil senyum-senyum ke gadis montok disebelahnya. Sontak yang lain tertawa.
Kulihat pengamen itu sumringah sekali. Aku juga ikut tersenyum memandangnya.
“dan sekarang, aku hendak menyanyikan sebuah lagu. Lagu ini untuk seseorang yang sangat spesial. Dia itu naif, manis sekali orangnya meski kadang cerewet sekali. Dia juga kadang suka menyebalkan karena terang-terangan masih suka sama mantannya. Aku Cuma minta doanya agar dia juga merasakan apa yang kurasakan. Aku ingin kamu tahu, aku sayang sama kamu...” Katanya lirih.
Aku tak berani menatapnya. Wajahku pasti terlihat merah sekali. Kulihat yang lain bertepuk tangan menyemangati.
“baiklah, yang hafal lagunya, silahkan ikut bernyannyi. Kita lantunkan lagu ini bersama-sama dan semoga mampu meresap ke hatinya.”
Diapun lalu mengambil gitarnya dan mulai memetik. Teralunlah sebuah lagu dari Mariah Carey.
I would give up everything
Before I'd separate myself from you
After so much suffering
I've finally found a man that's true
I was all by myself for the longest time
So cold inside
And the hurt from the heart it would not subside
I felt like dying
Until you saved my life
Tanks God I found You? lagu yang sebenarnya dilagukan oleh si yang punya lagu dengan suara merdu, dia bawakan dengan suara yang agak-agak ngebas. Terdengar renyah sekali.
Thank God I found you
I was lost without you
My every wish and every dream
Somehow became reality
When you brought the sunlight
Completed my whole life
I'm overwhelmed with gratitude
Cause baby I'm so thankful
I found you
apakah itu ungkapan hatinya? Apakah dia benar-benar bersyukur telah menemukanku? Ataukah aku yang harus benar-benar bersyukur karena tuhan telah mempertemukan kami?
I would give you everything
There's nothing in this world I wouldn't do
To ensure your happiness
I'll cherish every part of you
Because without you beside me I can't survive
I don't wanna try
If you're keeping me warm each and every night
I'll be all right
Cause I need you in my life
Benarkah?
Thank God I found you
I was lost without you
My every wish and every dream
Somehow became reality
When you brought the sunlight
Completed my whole life
I'm overwhelmed with gratitude
Cause baby I'm so thankful
I found you
See I was so desolate
Before you came to me
Looking back I guess it shows
that we were destined to shine
After the rain to appreciate
And care for what we have
And I'd go through it all over again
To be able to feel this way
Thank God I found you
I was lost without you My every wish and every dream
Somehow became reality
When you brought the sunlight
Completed my whole life
I'm overwhelmed with gratitude
Sweet baby I'm so thankful
I found you
Thank God I found you
I was lost without you
I'm overwhelmed with gratitude
My baby I'm so thankful
I found you
I'm overwhelmed with gratitude
My baby I'm so thankful I found you
Sebuah lagu yang dia bawakan dengan karakter vokal dan gaya yang benar-benar berbeda dari versi aslinya. Tak ada lengkingan, tak ada teriakan, dan whistle serta gaya berlebihan. Aku menangkap keindahan dari suaranya, dari tatapan hangatnya dan senyum manisnya. Suranya terdengar renyah tapi memberi kesan dalam dalam setiap kata-katanya. Dan yang paling membuatku tak mampu berkata-kata adalah tatapan hangatnya. Aku beberapa kali dibuatnya menunduk malu.
Aku menunduk. Aku merasa tertohok sekali dengan kata-katanya. Apakh dia benar-benar suka padaku?
Dan setelah petikan terakhir, riuhlah semua penumpang. Ada yang menyalaminya, bahkan terang-terangan mengamini nya. Dia lalu berjalan lagi ke arahku dan aku masih belum berani menatap wajahnya. Dia juga lempeng-lempeng aja, sedang aku sudah dibuatnya tak tenang.
“lo kenapa?” tanya dia tanpa ekspresi.
Hah, kenapa? Kulihat wajahnya, tanpa ekspresi. Arggght..apa lagu tadi itu bukan lagu untukku? Apa aku saja yang terlalu pede? Hwaaa...
“eng..engak papa kok. Hehe, iya..” jawabku gelagapan.
“idih, mulai deh gejenya..” katanya lagi.
Biarin, yang pasti aku senang. Dasar keong racun. Baru lima menit lalu aku dibuat kesal, bahkan kalo bukan disini, sudah kupastikan ransel itu akan menimpa kepalanya. Dan hanya beberapa menit, aku dibuatnya malu-malu. Huh...dasar cowok sinting...bikin orang jadi sinting...
Setelah perjalanan yang memakan waktu 4 jam, kami turun di terminal sukabumi. Huft, lumayan pegal juga. kami langsung diberondong oleh calo-calo. Dan kami memang baru pertama kesini. Akhirnya kami memilih naik elf kurusan Cikangkung dan katanya akan langsung diantarkan ke tempat tujuan.
“ke ujung genteng kang?” tanya kondekturnya.
“iya”
“berdua aja ini teh?” tanyanya lagi.
“tadinya mau bersebelasan kang, ntar disangka mau marag (nantangin) maen bola lagi. Hahah” dasar nabil gila.
“hahah”
“emang mau ngapain kang ke ujung genteng?”
“jualan daun mang” jawabnya konyol.
“ah, si akang mah. Mau liat tukik?”
Tukik? Apaan tuh?
“salah satunya..” jawabnya singkat.
Mereka terlibat obrolan yang asik sekali sepertinya. Kadang mereka ngobrol dengan bahasa sunda dan terlihat akrab sekali. Nabil emang orangnya cepat akrab, bahkan dengan orang yang baru ketemu. Aku hanya diam saja. sesekali nabil juga ngobrol sama pengunjung lain.
Lalu si sopirpun memutar lagu-lagu sunda. Suaranya mendayu-dayu sekali. Suara gamelan, kecapi dan yang paling kusuka adalah suara suling. Apalagi sepanjang perjalanan aku disuguhi perkebunan pinus, lalu pohon kelapa yang berjejer rapi, kebun kopi, kebun teh dan pemandangan yang belum pernah kulihat landscape seperti ini. Aku sebenarnya sudah ngantuk, tapi akan sangat disayangkan kalau pemandangan indah seperti ini dilewatkan. Sayang sekali aku tak bawa kameraku. Aku hanya membawa hape dengan fasilitas kamera seadanya.
Nabil lalu melipat jaketnya dan menaruhnya dipundaknya. Lalu tangan kanannya meraih kepalaku dan menyenderkannya di pundaknya. Aku memandangnya sebentar lalu merebahkan kepalaku dipundaknya. Nyaman sekali.
“tidur aja, baru separuh perjalanan. Kalau dah nyampe, ntar gua bangunin..” katanya sambil tersenyum manis.
Suara seruling bambu, serta udara segar pegunungan itu membuatku nyaman sekali. Apa karena itu aku mengantuk? Mudah-mudahan karena itu, bukan karena aku sedang tiduran di pundaknya.
16.00 wib
Aku terbangun karena aku merasa terlonjak-lonjak. Benar saja, elf yang kutumpangi terlonjak-lonjak karena kami sekarang sedang melewati jalan berbatu. Fyuh, tapi kulihat Nabil terlihat senang sekali. Dasar aneh, kataku dalam hati. Lalu dia memasangkan earphonenya ke lubang telingaku dan...huh..pantesan saja. dia sedang mendengarkan lampu heavy metal. Dan sepertinya lonjakan mobil ini membuat dia merasa sedang berjingkrak-jingkrak di ruangan konser.
Dia memang selalu punya cara untuk menikmati hidup. Kadang aku selalu dibuat iri olehnya. Dia masih saja bisa tersenyum riang dalam kondisi apapun. Dan sekarang, sudah tanggal tua begini, dia masih saja bisa menikmati hidup.
“kita gak usah ke dupan, trans studo bandung, atau ke wahana-wahana lain. Kita nikmati aja yang alami.”katanya lagi.
Dan benar saja. aku mengalami sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku mulai menikmati lonajakan-lonjakan kecil. Apalagi ketika mobil itu melonjak dan dari arah depan ada mobil truk yang juga terlonjak-lonjak. Hanya beberapa mili saja dan aku dilanda rasa tegang yang mengasyikan ketika kulihat ada turunan curam atau belokan tajam.
Aku berdiri dan enggan berkedip. Aku dibuat kagum oleh sebuah hamparan air laut yang luas dan batu-batu karang. Inilah pantai Ujung Genteng. Ombak menggulung-gulung, terlihat berlapis-lapis, khas ombak samudera Hindia. kulihat ada beberapa orang yang sedang berenang di pinggiran pantai, ada yang sedang memunguti kulit kerang, bahkan ada yang sedang duduk mengobrol sambil berpelukan menanti sunset tiba.
“susur pantai dulu” katanya.
“susur pantai?”
“iya. Kita jalan-jalan aja di pinggir pantai, mencari tempat buat bikin tenda.”
“disini aja.. kan tempatnya indah..” kataku enggan beranjak.
“lo ini. Jangan Cuma lihat indahnya. Pertimbangkan juga faktor-faktor lain. Faktor angin, kelandaian pantai. Udah ikut aja dulu. “ katanya. Aku lalu bangun dengan malas.
Kami lalu berjalan menyusuri bibir pantai. Aku menghirup nafas dalam-dalam, berusaha memasukkan oksigen sebanyak-banyaknya. Ahh...segar sekali.dia lalu berjalan ke arah sebuah batu karang. Aku lalu memotretnya. Yap, aku suka sekali. Seorang yang sedang menggendong ransel besar dan berdiri diatas sebuah batu karang. Hanya terlihat berupa siluet, karena kameraku menghadap ke arah cahaya atahari. Terkesan natural sekali.
Aku senyum-senyum sendiri. Mahluk yang nyebelin itu ternyata membawaku kesini. Ke tempat yang yak pernah kuduga.
“bil..”
Dia lalu menengok ke arahku sambil tersenyum.
“makasih yah, dah ngajak ke tempat ini..”
Dia hanya diam tak menjawab. Lalu matanya mengedar ke seluruh penjuru.
“yuk, bikin tenda dulu.” Katanya lalu menurunkan ranselnya dan mengeluarkan sebuah tas bulat panjang. Lalu sebuah kantong dan matras. Dia lalu menggelar tenda dari tas bulat panjang itu dan menyambungkan potongan galah itu.
“ini tolong disambung sal” katanya sambil menyerahkannya padaku.
Aku masih bingung cara nyambungnya.
“tarik dulu. Itu kan ada selongsongnya, masukin..”
Aku lalu mengikuti instruksinya dan dia terlihat sedang menaruhnya diatas amparan tenda tadi.
“taro diatas, terus masukin flipnya ke galah ini.” Aku mengikuti apa yang dia lakukan dan ternyata membuat tenda itu tak lama. Kurang dari 5 menit. Dia lalu mengeluarkan plastik dan menggelarnya di bawah tenda, biar gak embes katanya.
“sebenernya kalo digunung mesti pake covernya. Tapi karena disni agak panas, gak usah dipasang aja ya biar gak pengap.” Katanya.
Dia lalu memasukkan matras, serta tas ransel ke dalam tenda.
Aku memandangnya. Sekali lagi aku dibuat kagum olehnya. Dia terlihat begitu liar dengan setelan itu, dan...aku suka. Jiwa petualangnya membuat aku penasaran.
“kok liatin gua kayak gitu? Terpesona?”
“idih...lo suka kemping?” kataku mengalihkan pembicaraan.
“ya...lumayan..gua sih sebenarnya lebih suka ke pantai. Tapi kadang juga ke gunung, ya kadang Cuma hiking doang, kadang nginep.”
“asik ya..” kataku.“udah kemana aja?”
“ya..banyak juga sih. Males nyebutinnya..papandayan, Guntur banyak deh” katanya lagi.
“oh...” kataku
Lalu menggelar matras diatas pasir kemudian duduk.
“sini, kita nunggu sunset. “
Aku lalu mendekatinya dan ikut duduk. Sunset, aku suka sekali sunset. Setiap melihat sunset, aku marasakan ada sesuatu yang damai dalam hati. Tapi tiba-tiba aku dibuat kaget ketika dia memeluk pinggangku. Aku hanya diam. Diapun diam. Kami terlibat dalam obrolan bisu. Biarlah angin yang menyampaikan apa yang hati kami utarakan.
“waktu di bis, kamu ngomong gitu tuh, buat siapa?” tanyaku berusaha memancing obrolan.
“yang mana?”
“udah ah, gak usah dibahas” kataku ketus.
“hahaha.ya..addda aja.” katanya dengan senyum manisnya.
“terus?”
“terus gimana?” tanya dia.
“kalo orang itu misalnya sekarang ada di depan lo, lo mau ngomong apa?” kataku memancingnya.
“ngomong apa? Gua gak bisa berkata-kata didepan dia...gak tahu kenapa, rayuan gua keluar kalo gua sama orang lain. Tapi kalo gua lagi didepan dia, gua gak tahu, kenapa gua jadi gagu..”
“lo sayang sama orang itu?”
“...”
“bil..”
“percuma gua bilang sayang kalo Cuma diucapin doank. Buat gua, orang yang terlalu mengumbar kata sayang itu akan terdengar hambar. Gua Cuma pengen buktiin rasa sayang gua lewat tindakan gua..” katanya sambil tetap memandang lurus.
“tapi kan..”
“lihat, mataharinya mulai turun..” katanya memotong ucapanku.
Aku agak kesal karena dia selalu saja seenaknya memotong apa yang mau kukatakan tapi ketika melihat ke arah sunset yang dia tunjuk, aku hanya bisa tersenyum. Air laut terlihat memantulkan cahanya yang kejinggaan. Awn-awan tampak berarak dan ada yang berwarna kejinggan, bitu, putih dan pendaran warnanya membuatku begitu betah. Tak ada bising dan deru mobil, hanya suara angin, debur ombak dan kicau burung yang kembali ke sarangnya.
Kami berdua terdiam. Ada keheningan yang damai. Tanpa sadar aku menyenderkan kepalaku ke pundaknya. Aku menghela nafas panjang, dan kubisikkan ucapan terima kasihku untuk tuhan. Terima kasih tuhan, atas kado terindah ini.
*****
Aku celingukan sambil memegangi perutku. Nabil kemana ya? Aku mengedarkan mataku dan tak mendapatinya dimana pun. Huft, kemana dia ya? Gak tau apa aku kelaperan, dari tadi pagi belum makan? Lalu kulihat dia menenteng dua botol akua ukuran satu setengah liter.
“darimana?” tanyake ketus. “gatau apa kalau gua laper banget..”
Dia malah tak mengindahkanku.
“kenapa gak nyari makan aja..” timpalnya dengan tanpa ekspresi.
“gua lupa bawa dompet. Lagian lo gak ngasih tau mau kesini..” jawabku ketus.
“kebiasaan. Kemana-mana tuh bawa dompet, kalo ada apa-apa, kan ketahuan dari ktp-nya...dodol juga lo ah..”
“uuuhhh..ngeselin banget si loh. Terus sekarang gimana?”
“gimana?”
“iya...gua laper banget...”
“yadah, sini bantuin gua masak.”
“hah, masak?” tanyaku penasaran.
Dia lalu memasukkan beras kedalam rantang kecil lalu menambahkan air dan menutupnya. Diapun lalu menyalakan sebuah benda kotak berwarna putih.
“itu apa?” tanyaku penasaran. Aku memang belum pernah melihatnya.
“parafin. Ya sebut lah arang putih. Dulu sih byasanya pake spirtus, cuman lumayan lama. Kalo pengen praktis sih pake kompor gas mini.”
“oh...”
Diapun lalu menaruhnya diatas benda semacam tungku kecil. Dan dia menuangkan air diatas panci kecil yang ditauh diatas tempat menanak nasi tadi. Dia membuka 2 bungkus mie instan dan memasukkannya. Jadi dia memasak dua benda sekaligus. Ckckck..
Aku hanya diam memerhatikannya. Setelah mie matang, dia masukkan bumbunya dan mengaduknya. Lalu dia angkat. Tak berselang lama nasinya matang dan dia mengangkat panci itu lalu mematikan kompornya itu.
“yuk makan.”
“hah?”
“ayo makan...katanya laper..” katanya lagi.
“iya tapi..”
“apa..?”
“tangan gua kan kotor..” kataku sambil memperlihatkan telapak tanganku.
“ckckck. Sini tangannya..”
Lalu dia menuangkan sedikit sekali air ketanganku.
“sudah..” katanya singkat.
“hah..kok?” masa cuci tangan pake air seuprit?
“huhah hahah mulu. Buruan..ayam juga gak mati kalo makan gak cuci tangan.” Aku hanya misuh-misuh.
Ntahlah apa karena aku lapar atau memang masakannya enak sekali. Padahal Cuma mie rebus yang sedikit sekali kuahnya mirip mie goreng dan nasi yang rasanya agak gurih.
“kenyang?”
“lumayan...tapi sumpah, enak banget..” kataku sambil mengangkat jempol.
“ya iyalah.orang lo tinggal makan doank..” jawabnya ketus.
“hehe...makasih ya..”
“yadah, sono cuci..”
“apa? Iya iya...gua cuci...” aku lalu mencuci wadah itu sekenanya.
20.00 wib
Selepas sholat isya aku kembali ke depan tenda. Ombak masih saja bergulung-gulung. Kupandangi lagi langit. Ya tuhan...aku memang sering melihat bintang, tapi...gugusan bintang itu seperti ditaburkan saja di langit. Mereka bergugus-gugus dan saling membentuk.
Dari kecil aku memang suka melihat bintang. Aku suka menyambungkan titik-titik kecil itu dengan tanganku, dan banyak sekali yang bisa kubentuk. Aku tersenyum melihat pemandangan indah itu.
“bintangnya indah ya..” tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara seseorang.
“nabil? Ngagetin aja si.”
“gua suka bintang. Dari kecil, gua seneng banget kalo liat bintang. Itulah sebabnya gua suka kemping. Karena ketika itu kita benar-benar melihat bintang tanpa adanya pangeruh dari lampu-lampu kota yang indah, yang malah memanaskan suhu bumi. Tanpa adanya suara deru mobil. Yang didengar, kalo gak suara serangga, ya debur ombak...”
“....”
“dulu, katanya ada seorang malaikat. Dia diutus ke bumi untuk mengawasi seorang manusia. Awalnya malaikat itu merasa enggan untuk turun ke bumi. Dengan terpaksa dia keluar dari surga dan turun ke bumi. Tapi ketika sampai di bumi, dia mendapati seorang manusia yang sangat berbeda dari yang lain. Dia adalah seorang lelaki dan dia tinggal bersama ibunya. Dia lalu kembali ke langit dan besoknya kembali lagi. Ketika dia turu lagi ke bumi, dia menemukan pemuda itu. Hari itu si pemuda terlihat murung sekali. Disitu dia merenungi, dan berdialog sendiri. Kadang dia menjulurkan kakinya ke telaga itu dan langsung dihampiri ikan-ikan dan berenang disekeliling kakinya.”
“...”
“malaikat itu memerhatikannya. Dan anehnya dia merasakan ada rasa yang berbeda. Malaikat itu tak tahu apa yang dia rasakan. Yang pasti dia merasa damai setiap kali melihatnya. Lalu dia memanggil seekor ikan, lalu bertanya.’ Hai ikan, siapa gerangan pemuda itu?’ ikan itu menjawab,’dia adalah seorang pemuda baik hati. Pagi-pagi sekali dia datang kemari dan menyirami semua bunga disini. Lalu memberi makan kami kaum ikan.dan lantas dia ke kebun membantu ibunya bertani dan kembali kesini setelah sore.”
“kenapa dia terlihat murung?’ tanya malaikat itu. ‘ntahlah. tadi dia berakap-cakap dengan dirinya bahwa dia bermimpi pernah bertemu dengan seseorang, tapi sampai saat ini orang itu tak pernah muncul dalam kehidupan nyata..’ jelas ikan itu. Malaikat itu merenungi kata-katanya. Lantas dia langsung naik ke langit dan mencatat apa yang lelaki itu lakukan hari ini.”
“...”
“esok paginya, malaikat itu dilanda rasa ingin kembali dan melihat pemuda itu lagi. Begitupun keesokan harinya. Malaikat itu merasa bahwa kalau dalam sehari dia tak melihat pemuda itu, ada sesuatu yang kurang. Dia akan merasa sangat gelisah. Dan suatu sore, ketika malaikat itu sedang memerhatikannya lagi, dia mendengar pemuda itu bercakap-cakap sendiri.’kalaulah engkau memang hanya hadir dalam mimpiku, cukuplah kau disitu. Tapi, kalau aku boleh memohon, izinkan aku melihatmu sekali saja..’kata pemuda itu lirih. Setelah mendengarnya, malaikat itu merasa gelisah dan langsung naik ke langit menemui sesepuh malaikat yang paling dihormati. Dia bilang bahwa dia ingin sekali bisa merubah wujudnya dan bisa dilihat oleh manusia. Dan setelah berdebat, akhirnya permintaannya dikabulkan dengan konsekuensi dia akan kehilangan sayapnya dan takkan bisa naik lagi kelangit. Diapun diingatkan, kalau sampai tuhan marah, dia tak tahu apa yang akan terjadi. Malaikatpun menyetujuinya.”
“lalu malaikat itu turun kebumi. Didapatinya pemuda itu sedang terpekur diatas sebuah batu besar. Lalu malaikat itu berkata, hai pemuda yang baik, apa yang kamu harapkan? Pemuda mencari-cari dari mana arah suara itu. lantas menjawab,’aku hanya ingin bertemu orang yang hadir dalam mimpiku’. ‘baiklah, sekarang pejamkan matamu,’ lalu pemuda itu memejamkan matanya. Malaikat itu tak tahu siapa yang hadir dalam mimpinya, yang dia tahu kata malaikat senior itu dia akan berubah menjadi apa yang dipikirkan pemuda itu."
"..."
" Dan ketika pemuda itu membuka matanya dia melihat seseorang yang persis ada dalam mimpinya. Malaikat itu berubah menjadi seorang lelaki gagah dengan jubah putih. Pemuda itupun lalu memeluknya. Pemuda itu lalu sesenggukan. Malaikat itupun hanya tersenyum. Lalu tiba-tiba langit berubah jadi pekat. Langit yang tadinya tenang sekarang bergemuruh seakan ada badai. Lalu petir menyambar-nyambar. Ternyata tuhan marah dan mengutus petir untuk membinasakan malaikat itu karena telah melanggar kodrat. Pemuda itu hanya bisa berteriak-teriak, sedang malaikat itu terus menghindar petir. Dan ternyata petir itu tepat mengenai tubuh malaikat itu. Dia terjatuh dan si pemuda itu mendekatinya lalu menangis sesenggukan. Malaikat itu berkata dengan terbata-bata.’aku takkan pernah menyesal, aku Cuma ingin kamu tahu, aku sayang kamu. Dan kalau kamu sedang rindu aku, lihatlah langit dan carilah bintang yang paling terang. Itulah aku’. Si pemuda itu hanya mengangguk dan tiba-tiba malaikat itu berubah jadi cahaya dan naik ke atas terus dan tiba-tiba muncul bintang paling terang di langit.”
“....”
“....”
Aku hanya diam. Begitupun dia. Aku masih saja memikirkan cerita malaikat itu. Benarkah sebuah cinta yang salah itu akan berikhir seperti itu? Takkan pernah bisa bersama? Benar, aku telah melanggar kodrat. Dan itu salah. Lalu apa yang harus aku lakukan? Apakah kalau aku melanggarnya, aku akan berakhir menjadi seperti malaikat itu?
“Eh..ikut yuk?” katanya tiba-tiba.
“kemana?” pikiranku masih berkutat tentang cerita tadi dan dia lalu menarik tanganku.
kami berdua lalu berjalan menyisir pantai dalam diam. Setelah kurang lebih sepuluh menit, aku mulai merasa pegal.
“kita mau kemana sih?”
“klo gua bilang, lo pasti malah ngajak balapan kesana..” katanya.
“lo tuh ya...Bil..jalannya gelap banget..”
“kan ada senter..tapi...disini katanya banyak hantunya lo..” katanya lagi menggodaku.
“ah...nabil...jangan nakut-nakutin..” kataku berteriak.
“hahaha”
Aku merengut dan mulai merapat padanya. Lalu tiba-tiba aku mendengar ada suara gema di telingaku. Aku mulai bergidik. Tapi kalau aku bilang sama nabil, dia pasti malah akan tertawa dan makin menakut-nakutiku. Aku lalu mendekap tangannya. Nabil kaget dan melihat ke arahku.
“kenapa?”
“ga gapapak kok..ayo lanjut..”
Setelah perjalan kurang-lebih setengah jam lewat jalanan gelap dan kadang ada kubangan yang membuat kakiku pegal dan kotor. Aku terpaksa menenteng sepatuku biar gak basah. Walhasil kakiku sakit-sakit karena jalannya banyak batunya.Tapi dari kejauhan aku melihat ada sebuah gapura. Aku kaget ketika aku berdiri didepan gerbang yang bertuliskan SELAMAT DATANG DI KAWASAN KONSERVASI PENYU,TAMAN PESISIR PANGUMBAHAN KAB. SUKABUMI. Hah, aku..mau liat penyu. Aku terlonjak kegirangan. Dan langsung menyeretnya. Nabil tersenyum puas.
“tuh kan...kata gua juga apa..yang tadi lo denger kayak suara aneh itu, itu Cuma gaung (apa gema ya? Lupa) dari suara orang yang ngomong pake toa..positive thinking aja lagi.”
“iya iya.buruan...”
Kami lalu masuk dan kulihat ada cukup banyak orang yang sedang menonton tayangan tentang konservasi penyu lewat proyektor. Aku lalu duduk dan menontonnya. Cukup menggiriskan melihat bagaimana orang-orang mengekploitasi penyu hanya untuk konsumsi semata. Padahal penyu adalah satwa yang dilindungi. Lalu tayangan tentang bagaimana penyu bertelur, anak-anaknya yang baru menetas dan mereka yang sedang makan membuatku tersenyum.
Setelah slide itu selesai, nabil mengajakku melihat tempat telor penyu akan ditetaskan. Ketika aku sedang melihat-lihat, nabil terlihat sedang asik ngobrol sama penjaganya. Mereka terlihat asik sekali. Begitulah nabil setiap ketemu sama orang yang baru dikenal. Selalu asih dengan kenalan barunya. Setelah dia puas, lalu dia menghampiriku.
“kata pak nanang, tiap hari ada aja penyu yang bertelur. Jadi disini ada post-post nya. Masing-masing pos berjaga-jaga kurang lebih 500 meter. Telornya ditetaskan disini...”
“pak nanang?”
“iya, penjaga disini”
“wah..boleh liat ke pantai gak?” tanyaku mengharap bisa liat penyu bertelur.
“katanya sih sekarang gak boleh...takutnya semua pengunjung kepantai, nanti penyunya malah gak mau bertelur..”
“yah...sayang banget...”
“tapi kita bisa lihat tukiknya kok?”
“tukik?”
“iya, anak penyu. Di sebelah aula sana” kata nabil.
Kami pun lalu bergegas ke arah yang ditunjukkan oleh penjaga itu.
“hatur nuhun pak nanang, punten ah dikantun heula.” Kata nabil sam penjaga penetasa telur itu.
(makasih ya pak nanang. Duluan pak)
“mangga cep..” balasnya.
Kami lalu berjalan ke tempat itu yang ternyata sudah ada cukup banyak orang. Dan wah...banar-benar lucu tukiknya. Aku lalu mengmbil satu dan kuletakkan ditelapak tangan. Rasanya geli-geli gimana gitu.
“lucu ya tukiknya. Sini gua fotoin” katanya. Aku lalu memegang pinggiran tempurungnya dengan hati-hati biar gak jatuh dan nabil mengambil potoku dari beberapa angle.
Lalu aku angkat tukik itu sejajar dengan wajahku dan lagi-lagi nabil menjadi kameramen amatir.
“yang ini berapa bulan pak?” tanyaku.
“ini mah sekitar 60 harian lah. “
“terus dilepasin ke lautnya kapan?”
“ya kira-kira udah bisa makan sendiri. Tuh yang disana..besok sore juga ada yang mau dilepas ke laut. Sekitar jam setengah enam sore...” jelas bapak itu.
Nabil lalu mengambil tukik itu dan menaruhnya di punggung tangannya.
“awas jangan nyampe jatuh, nanti bisa stres..” kata bapak itu.
****
“gimana?” tanya nabil setelah kami puas foto-foto dan berkeliling.
“belum puas sih..pangen liat penyu lagi nelor..”
“yadah...gua nelor sekarang nih...hahaha”
“apaan sih, yang ada malah ntar aku pingsan lagi.hahaha.”
“buruan dong jalannya. Udah malem nih..” katanya sambil melirik ke arahku yang sudah ada di belakangnya.
“iya, bentar donk. Jalannya kan jauh banget tadi...pegel tau kaki gua.”
Dia tak menjawab, lalu dia berdiri membelakangiku dan..
“naik..”
“hah?”
“naik. Gua gendong lo. Daripada kelamaan..”
“gak u..” kataku menolak.
Tapi belum selesai aku sudah digendongnya. Dia lalu berjalan lagi dan aku memeluk lehernya. Kutempelkan wajahku di bahu kanannya. Aku merasa sangat bahagia. Kami hanya diam. Aku tak mampu berkata-kata lagi. Kupandangi lagi langit. Oh...aku rasakan hal paling ganjil dalam hidupku. Aku..begitu damai.
****
“lo makan apa sih berat banget..” katany setelah menurunkanku. Dia lalu melap keringat didahinya.
“makan nasi lah...makasih ya bil..gua..”
“eh bakar jagung yuk..” katanya tiba-tiba.
Kenapa sih bil, lo tuh suka motong omonganku sebelum selesai. Padahal aku mau ngomong...apa ya? Apa aku mau ngomong kalau aku mulai sayang sama dia? Bodoh.
Dia lalu mengumpulkan kayu bakar dari ranting-ranting kecil lalu mengeluarkan dua buah jangung, kipas kecil dan plastik kecil yang sepertinya bumbu untuk mengoles jagung bakar dari dalam tenda. Ternyata dia telah menyiapkan dari rumah. Aku tersenyum melihatnya. Ternyata dia benar-benar menyiapkannya dari rumah.
Diapun berusaha menyalakan dan akhirnya kayu bakarpun menyala. Kami berdua duduk didepan api unggun kecil itu sambil memegaang tusukan jagung yang terbuat dari bambu itu.
Beberapa kali dia mengangsurkan bara yang masih besar sementara aku mengipasinya. Dia lalu mengoleskan bumbu itu ke jagungnya dan juga jagungku.
“ini pasti enak.” Kataku berusaha memujinya.
“ya..palingan asin dikit..”
“hahah...katanya kalo masakannya asih, itu udah kebelet kawin..” candaku.
“masak sih? Hahaha. Gua emang kebelet kawin..”
“sama siapa?”
“sama elo lah. Hahaha”
“sialan” umpatku sambil tersenyum.
Setelah matang kami lantas menggigit dari paling ujung. Lumayan enak juga. memang jagung bakar paling enak dimakan di suasana kayak begini. Tak pelak lagi, barbeque party adalah favorit banyak orang. Kami memakannya sambil terus saja bercanda.
Setelah itu dia mengambil gitarnya dan sambil menyetem kami masih tertawa kecil membicarakan hal-hal yang sebenarnya gak penting. Tapi saat ini tersa begitu berkesan dan lucu.
“lo bisa nyanyi kan?”
“kenapa emangnya?”
“gua mau maen gitar dan lo yang nyanyi ya..” katanya. Lalu diapun mulai memetik senarnya dan...wah.
ini lagunya Kerispatih
dulu aku suka sekali lagu ini. lagu yang isinya tentang kerinduan seseorang akan kekasihnya.
Bintang malam katakan padanya
Aku ingin melukis sinarmu di hatinya
Embun pagi katakan padanya
Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya
Tahukah engkau wahai langit
Aku ingin bertemu membelai wajahnya
Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah
Hanya untuk dirinya
Lagu rindu ini kuciptakan
Hanya untuk bidadari hatiku tercinta
Walau hanya nada sederhana
Ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan
aku hanya tersenyum. lagi lagi hanya bisa tersenyum. sesekali aku ikut bernyanyi dengannya. dia terlihat begitu menghayatinya. sesekali juga dia terlihat memejamkan mata.
Lagu rindu ini kuciptakan
Hanya untuk bidadari hatiku tercinta
Walau hanya nada sederhana
Ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan
Aku diam, ternyata dia masih enggan menyatakannya, membuatku begitu gereget. Dia hanya mampu menyampaikan rasanya lewat bitang yang sepertinya ditaburkan. Binta-bintang itupun tampak berkerlap-kerlip seperti mengedipkan mata padaku. Aku tersenyum lagi untuk kesekian kalinya.
“lagu itu buat siapa Bil?”
“hmm..ada deh..” katanya tersenyum jahil.
“ih..buat siapa..?”
“buat Bi Iroh tukang tahu, hahah”
Dia tertawa terpingkal-pingkal dan aku mengejarnya. Kami berkejaran dan akhirnya kami terjatuh. Aku berusaha menggelitikinya dan dia terus meronta-ronta. Dia sekarang malah balas menggelitikiku dan ketika tubuhnya ada di atasku, dia menghentikannya. Dia menatap mataku. Mata kami bertemu. Aku menjadi sedikit gelagapan. Wajahnya terus mendekat ke arahku dan aku semakin dag dig dug. Aku mulai memejamkan mataku dan tiba-tiba bibirku basah. Ada benda kenyal dan lembut melumat bibirku. Aku membiarkannya dan..
“aku sayang kamu..” katanya lirih.
Aku masih menutup mataku dan “aku juga sayang kamu, Tem..” deg.
Hah, kenapa aku panggil dia Item?
Aku sontak membuka mataku dan kulihat tatapan matanya seperti shock dan tidak percaya dengan apa yang kukatakan barusan. Aku sendiri juga tak sadar mengucapkan namanya. Tiba-tiba saja nama itu terlintas di kepalaku. Dia lalu bangkit dan pergi meninggalkanku. Aku lalu mengejarnya. Aku ragu-ragu mendekatinya.
“bil..” kataku lirih.
“udah malem. Sekarang waktunya tidur. Masuk..” ini bukan permintaan, tapi nstruksi. Aku masih mematung.
“udah malem. Anginnya gak bagus buat lo..”
“bil maafin..”
Belum sempat aku bilang maaf, dia masuk kedalam tenda dan keluar sambil membawa jaket.
“lo tidur di dalem. Gua masih ingin menikmati bintang. Siapa tahu gua lihat bintang yang paling terang. Biar gua bisa berkeluh kesah padanya.” Katanya dengan nada dingin.
Ada rasa sesak dalam dadaku. Setelah semua yang dia lakukan untukku, kenapa tiba-tiba aku dengan bodohnya menyebut nama item lagi? Setelah dia mengajakku melihat indahnya sunset, lucunya tukik, menggendong tubuhku selama lebih dari setengah jam, membuatkan jagung bakar, kenapa aku menyakitinya? Maaf bil, maaf..
Aku lantas memeluknya dari belakang. Tapi dia tak bereaksi apa-apa.
“maaf bil..”
“untuk apa?”
“...”
“percuma saja ya ombak itu dengan segala dayanya menjemput pantai. Ombak itu terus berjuang memecah karanng. Tapi hanya pasir saja yang berhasil dia ambil...sudah malam. aku ngantuk.” Katanya lagi sambil melepas pelukanku lalu dia menggelar jaketnya dan tidur membelakangiku.
Ada rasa sesak di dadaku saat ini. Rasa bersalah, rasa sayang, dan semua rasa bercampur. Aku lalu ikut berbaring di sampingnya. Kami sama-sama terdiam.kulihat, dia mendengkur pelan dan masih membelakangiku. Aku tahu kamu belum tidur Bil. Tapi aku mau micarapun, aku bahkan merasa sudah tak pantas lagi untuk menyapanya.
*****
Aku terbangun dan mendapati aku diselimuti oleh jaket. Huft, jaket nabil. Aku lalu bangun dan kulihat jam tangaku, sekarang sudah setengah enam. Beberapa orang tampak sudah asik berlarian. Kuedarkan mataku dan kulihat nabil ternyata sedang membereakan tenda. Aku hanya memandangnya saja. Rasanya aku ingin mencegahnya karena aku merasa betah disini. Tapi mengingat apa yang terjadi semalam, aku yakin, dia masih marah padaku.
Setelah tenda telah dilipat rapi, dia masih sibuk memunguti sampah bekas semalam. Aku bahkan tak berani mendekatinya, atau hanya sekedar menatap matanya. Aku sekarang merasa jadi orang paling bodoh dan paling tak tahu diri. Aku mengutuki diri kenapa tiba-tiba saja si item muncul di benakku.
Aku lalu memeluk lututku dan dia ikut duduk disampingku.
“setelah liat sunrise, kita cabut” katanya dingin.
Aku menatapnya dengan penuh rasa penyesalan. Aku mau mengucapkan maaf lagi dan baru saja kubuka mulutku, tapi dia langsung menyambung ucapannya,
“jangan bilang maaf lagi. Kata maaf kalo terlalu sering, jadi tak ada artinya.”
Sakit sekali mendengar ucapannnya. Aku diliputi rasa bersalah lagi dan mataku mulai berkaca-kaca. Bodoh bodoh bodoh...
Dan matahari akhirnya muncul. Memang indah, tapi matahari terlihat tak jelas. Mungkin karena mataku sekarang tak hanya berkaca-kaca, tapi aku telah menangis, menyesali kebodohanku. Kulihat sekeliling, dia tak ada.
*****
Aku masih saja diam di dalam minibus ini. Minibus ini hanya diisi oleh beberapa penumpang, itupun jaraknya berjauhan. Begitupun kami. Aku dan dia hanya dipisahkan jarak beberapa senti, tapi aku merasa hanya duduk sendiri. Kutatap wajahnya, dingin sekali, tak ada ekspresi. Rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. Dan tak terasa air mataku meleleh dari sudut mataku. Aku mengusapnya perlahan dan seketika kurasakan ada yang memegang kepalaku. Lalu kepalaku disenderkan dibahunya. Badanku bergetar, bibirkupun gemetar. Aku lalu menangis sesenggukan sambil menyenderkan kepalaku ke bahunya. Tangan kananku melingkar ke pinggangnya.
“maafin gua sal. Gua masih belum bisa lakuin yang terbaik. Mungkin gua masih belum layak gantiin posisi dia..” katanya lirih. Aku semakin sesenggukan mendengarnya mengatakan itu.
“maaf, karena keinginan kamu melepaskan anak penyu ke lautan bebas itu belum bisa aku berikan. Aku dan kamu masih butuh waktu...” katanya lagi.
Kami terdiam dan sepanjang perjalanan aku memegang erat tangannya. Aku pura-pura tertidur. Dan kurasakan sesekali dia mengelus rambutku. Bil, mungkin kita memang butuh waktu. Tapi suatu hari yakin, aku bakal bisa lupain si item, aku janji.
ditunngu ya kripiknya..