It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Awal 2008
Semuanya selalu berawal dengan cerita.....
=Asmarandhana Febriana=
Men_in_blue : hi…..
Co_jackass : hi, ASL?
Men_in_blue : bdg 21 78 175 , u?
Co_jackass : bdg 27 68 177
Men_in_blue : lagi ngapain
Co_jackass : lagi chat sama kamu…
Men_in_blue : ooh…
Co_jackass : gue lagi horny neh…
Men_in_blue : excuse me?
Co_jackass : punya gue 17 cm loh, lu mau coba?
Men_in_blue : mmm I don’t think so…tapi gue mau ngobrol aj, boleh?
Co_jackass :ah gue gak suka banyak ngobrol, kita ML yuk? gue pasti bisa memuaskan banget…
No such nick chanel
Dengan kesal gue menutup program MIRC yang dari 2 jam tadi gue pakai untuk chat di salah satu chanel Gay, itu adalah orang ketiga yang ngajakin gue ML di MIRC, padahal niat gue kan Cuma buat nyari data tentang novel gue yang kebetulan tema ceritanya emang Gay, sebenarnya ada juga beberapa orang yang mau diajakin ngobrol, tapi lama lama mentok juga, biasanya mereka jadi males kalo gue tanya sejarah mereka jadi gay, dan akhirnya mereka ninggalin dan ga mau chat sama gue lagi, sedihnya…
Gue melangkahkan kaki keluar dari warnet ini dengan gontai dan tanpa semangat, untuk bahan bahan novel gue yang sekarang ternyata enggak bisa memakai metode kuno mengarang indah, gue butuh informasi tambahan yang lengkap dan akurat biar novel ini bisa berbobot dan enggak berkesan ngarang dan ngasal.
Untuk mencari data data tentang gay, Sudah beberapa buku psikologi yang tebal gue baca, terus gue juga enggak pernah ketinggalan kalo ada siaran televisi yang menyiarkan tentang dunia gay, selain itu gue menonton berbagai film dengan tema gay untuk mencari inspirasi, seperti Brokeback Mountain, Eternal Summer, bahkan Arisan, dan gue juga mencari data data tambahan dari internet, gue ikutan berbagai milis Gay, chating sama gay bahkan kadang kadang gue terdampar di situs situs porno gay. Seperti seancody.com, menatplay.com dan corbinfrisher.com, di situs situs itu disajikan cowok cowok dengan tampang dan ukuran penis diatas rata rata sedang ‘beraksi’. Lumayan bikin gue gerah saat melihat situs situs itu…
Tapi ternyata data data teoritis kayak gitu tidak bisa memuaskan gue, tetap saja ada yang gue rasakan kurang, gue harus bisa bertemu langsung dengan gay asli untuk bisa mengetahui lebih dalam tentang kehidupan mereka, tapi ya gimana… chating aja susah… kebanyakan mentok, kalaupun ada yang ngajakin gue ketemuan paling ngajak ML… oh tidak….aku masih ingin perawaaan…hati gue berteriak
Oh iyah, ada peribahasa yang bilang kalo gak kenal maka gak cinta, alangkah baiknya gue kenalan dulu, nama gue Asmarandhana Febriana, panggil ajah gue ‘Feb’, mirip nama cewek ya, sudah jutaan orang yang bilang gitu, tapi karena itu adalah nama pemberian ortu ya gue sih terima saja dengan lapang bola... eh dada, tokh namanya bagus walau unisex gitu
kalo kata temen temen, gue adalah orang yang menyenangkan dan rame, padahal gue ngerasa kalem dan pendiam hahahah, dan kata mereka sih Pede gue over banget, sama overnya sama berat badan gue yang ‘Cuma’ 105 kg-an ini(oke, gue emang sedikit bohong kalo masalah BB pas ditanya ASL STATS di Chat room heuheu), gak apa lah, biar gembrot yang penting pede, yang jelas gue orangnya sangat cuek, kacamata bulat plus rambut ikal tebal mengembang gue selalu jadi ciri khas gue, ciri khas gue yang lain adalah kemana mana pasti selalu pake celana bahan, biar dikata orang pejabat hohohoho (padahal karena body gue yang bongsor, jarang banget nemuin baju dan celana trendi yang ukurannya pas), biar orang kata gue udah gendut, item, idup pula, pokonya gue hepi sama diri gue..... #nyengirLebar
dan gue belum pernah pacaran.... #abaikan #infoTakPenting
Jam tangan yang gue pakai sudah menunjukan hampir pukul 4 ketika gue sampai kembali dikampus untuk ikut kuliah Statistik yang memang dimulai jam 4 sore, dengan lesu gue mengambil tempat duduk paling belakang dengan harapan bisa numpang tidur saat kuliah dimulai.
Keadaan kelas sudah mulai ramai, tapi Pak Boris yang biasanya mengajar kuliah statistik belum menampakan batang kejantanan eh batang hidungnya… kayaknya gue kebanyakan baca cerita cerita di forum gay deh….
Yudha dan Doni teman sekelas gue yang baru datang langsung mengambil tempat di barisan paling belakang dan duduk di sebelah gue tanpa menghiraukan gue yang mulai tenggelam lagi dalam pengaruh situs porno gay yang tadi gue lihat. Bahkan sepertinya gue mulai berhalusinasi melihat cowok berotot dan telanjang dengan penis sebesar pisang raja melayang layang didepan pelupuk mata gua.
“kemarin gue di grepekin si xander loh….!” Kata yudha tiba tiba yang langsung membuyarkan lamunan lamunan aneh gua.
“xander adalah teman sekelas gue juga, dan dia cowok, dan yudha juga cowok, jadi kalo si xander yang cowok menggerepekin si yudha yang kebetulan cowok juga, jadi cowok menggerepekin cowok, dan itu adalah…gay…AHA….!!!” Kata pikiran gue ngaco.
Gue memiringkan kepala kearah mereka agar bisa menguping lebih jelas apa yang mereka omongin.
”apa?digerepekin gimana?” tanya Doni lugu.
“gua sih kagak tau gimana mulainya, pas gue sama si Xander ngobrol gitu berdua di kantin, tiba tiba aja dia meremas remas paha gua, kayak orang napsu gitu” jawab Yudha, sambil mengecilkan volume suaranya, mungkin nyadar kalo gue nguping, tapi tetep aja kedengeran karena posisi gue ada disamping mereka.
“ah, si xander gemes kali sama elo” sanggah si Doni lagi
“gemes? ngaco lu…gua bisa ngebedain lah mana yang gemes sama yang napsu” kata Yudha sambil menaikkan nada bicaranya tanda ngotot. Gue pun lebih memiringkan kepala dan menggeser sedikit kursi yang sedang gue duduki biar lebih jelas lagi ngupingnya.
“trus gimana?”tanya Doni lagi.
“gua langsung pergi deh, gue bilang aja gue ada arisan di bogor, jadi harus buru buru balik, dianya cengok gitu…..gini gini gue masih normal deh kayaknya, masih demen cewek gua….” Kata Yudha bersemangat.
Gua semakin menggeser kursi gue dan menjulurkan kepala gue lebih dekat.
“gitu ya… eh gue denger si xander itu emang gay loh, gosipnya dia baru diputusin sama cowoknya yang anak militer itu, jadi dia jomblo loh sekarang, menunggu mangsa kayak lu ini…..tapi……lu ngapain nemplokin kepala lu di bahu gue sih Feb!!? Lu nguping ya?” kata doni tegas menyadari kepala gue yang tiba tiba udah nempel di bahunya saking kepo nya.
gue yang kaget Cuma bisa mundur dan kembali ke posisi duduk gue semula sambil mesem mesem. gue terlalu menghayati pengupingan gue deh…
obrolan Yudha dan Doni kini berganti topik mengenai siapa yang lebih seksi cinta laura atau shereen sungkar, dan beberapa saat kemudian pak Boris datang memasuki kelas sambil membawa setumpuk kertas.
“seperti yang sudah saya janjikan, sekarang kita quiz! Tutup semua buku dan kumpulkan tugas yang minggu kemarin saya berikan!” kata pak Boris tegas.
Dunia gue runtuh rasanya saat mendengar kata kata pak Boris, gue lupa kalau hari ini ada quiz, dan gue belum belajar sama sekali, bahkan gue tidak pernah memperhatikan apa yang pak Boris katakan…
Tugas? Tugas apa? Oh tidaaaaaak……!
***
ini yg cerita feb+adit dulu ya?
mangga atuh di antos heheheh,
@pokemon
ini lagi lanjuttt
@adinu
wah ada yang pernah baca..... hatur nuhun bro, iyah ini cerita feb adit ituh.... insya allah dikelarkan
=Asmarandhana Febriana=
Dengan lemas gue masih tetap duduk di kursi kelas ini, Walau kuis statistika sudah dari tadi selesai, tapi efek tremornya masih terasa, dari lima soal kuis tadi gue Cuma bisa mengerjakan satu soal saja, dan itupun salah rumus kayaknya. gue menghela nafas panjang, dan memandang ke sekeliling kelas yang sudah mulai kosong. Di pojok depan kelas tiba tiba gue lihat Xander, cowok yang tadi dibicarakan sama Yudha dan Doni, dia masih tetap duduk di bangkunya dan tampak asyik menelepon seseorang.
Setelah sejenak berfikir gue berdiri dan mendekati Xander yang tetap anteng dengan teleponnya, perlahan gue duduk di belakang bangkunya, dengan harapan mungkin gue bisa sedikit mengobrol dengan dia, dan bisa memberikan info info yang gue butuhkan, dari sini gue bisa sedikitnya mendengarkan apa yang Xander obrolkan di telepon, dan dari sayup sayup suara di telepon gue bisa menyimpulkan bahwa dia sedang bertelepon dengan seorang cowok.
“Iya kak, aku lagi kuliah ni kak, kakak lagi dimana ini?” kata Xander, dan orang yang diteleponnya Cuma terdengar bergumam buat gua, sama sekali enggak jelas, tapi dari tone suara si penelepon gue yakin dia cowok.
“nanti malam aku sibuk kak, mungkin aku bisa ketemu kakak besok, aku libur besok kak” kata Xander lagi, dan si penelepon kembali menjawab dengan gumaman gemerisik lagi.
“ah kakak bisa saja…! Sudahlah, aku masih ada kuliah ni, nanti kakak telepon lagi saja ya.” Dan Xander menutup teleponnya. Dan bangkit dari bangkunya untuk bersiap siap keluar, namun langkahnya terhenti saat melihat gue yang duduk di belakang bangku dia dengan pandangan yang aneh.
“oh, Feb, ngapain kau disana, nungguin aku?” gue untuk sesaat kaget mendengar logat bicara dia yang terasa kasar ditelinga gua. Tapi mengingat dia orang sumatra, gue tahu itu biasa buat dia dan berbeda buat gue yang jawa asli.
“ah, emmm, enggak, gue… anu... ya gitu deh, eh lo masih ada kuliah? Sekarang udah mau jam 6 loh, kuliah apaan?” kata gue ngeles
“oh.. Ah kau itu, nguping ya, tadi itu kakak cewek aku yang di padang sidempuan, biasalah, kalo aku tidak kasih dia alasan, bisa sampai malam dia telepon aku, gitu ..” jawab Xander sambil tersenyum dan agak salah tingkah, hmm, udah jelas jelas tadi gue dengar penelepon itu cowok, wah kakak cewek si Xander rupanya suaranya mirip cowok ya? Atau…..hmmm… pikiran gue berputar kencang.
“hey…feb!! Ngelamun saja kau itu, eh sekarang kau mau pulang juga kan? Bareng aku saja yok, aku juga mau pulang” ajak xander, dan membuyarkan pikiran gue.
“oh… enggak ngelamun ah, yuk gue juga mau balik, udah sepi juga ini kelas..” kata gue sambil meraih tas, dan dengan harapan kalo isu yang tadi Yudha dan Doni omongkan itu benar, kali aja gue enggak susah susah chating enggak jelas lagi…
Gerbang kampus sudah mulai sepi, hanya ada satu dua mahasiswa yang masih berseliweran, kayaknya mereka juga baru pulang dari kuliah juga, gue dan Xander berjalan beriringan sambil bercakap cakap tentang banyak hal, dan dari sana gue baru tahu kalo Xander adalah seseorang yang suka banget bercerita, dari kampus sampai gerbang yang jaraknya hampir satu kilo, dia sudah bercerita banyak hal, mulai dari kampung halaman dia di sumatra sampai betapa sukanya dia sama Pavarotti, dan gue paling Cuma mengangguk atau menimpali sedikit cerita dia, dan dia denggan bersemangatnya terus bercerita.
“eh feb… kau langsung pulang?” tanya dia tiba tiba,
“kagak deh, kayaknya gue mau makan dulu aja, dari pagi gue belom makan neh” jawab gue sambil meraba perut gue yang agak kempesan dikit.
“oh iya feb, kau pernah makan di tempat langganan aku kah? Yang di dekat asrama putri itu, soto ayamnya enak sekali loh, makan disana saja yok? Aku yang traktir lah, mumpung lagi banyak duit nih…” kata dia lagi tambah semangat,
demi mendengar kata ‘traktir’ entah kenapa secara reflek gue iya in aja secara uang makan gue udah banyak terkuras buat ke warnet belakangan ini dan gue harus berhemat, ditraktir adalah cara yang langka dan menyenangkan untuk berhemat.
Gua diajak ke sebuah kantin yang belum pernah gue singgahi sebelumnya karena harga harga makanan di kantin ini agak diluar jangkauan kantong gue, setelah duduk dan memesan makanan, Xander kembali bercerita lagi tentang keluarga dia yang tinggal di sumatra sana, dia ceritain kalo dia adalah dari keluarga besar dan banyak tradisi, gue Cuma angguk angguk kepala gue walau kadang kadang gue kagak ngerti apa yang dia bicarakan.
Tiba tiba masuk dua orang cowok dan langsung menempati dua kursi di dekat tempat kami menunggu pesanan, dari tampang mereka kayaknya mereka mahasiswa juga tapi perilaku mereka sudah kelewat mesra, bahkan mereka sekilas berpegangan tangan saat memasuki kantin ini, sehingga menarik perhatian gue.
“mereka pacaran loh…” kata Xander tiba tiba, saat dia menyadari gue agak mengacuhkan dia.
“hah? Iya gitu? Maksud lo mereka…emm.. anu... gay?” tanya gue hati hati.
“ya begitulah…” kata Xander tenang.
“oh… gue sebenarnya lagi bikin proyek nih berhubungan ama dunia kayak gitu, tapi sulit yah cari orang yang bisa diajak ngobrol tentang mmm gay” pancing gue to the point.
“proyek? Proyek apa?” tanya xander, kelihatannya dia tertarik, dan memberikan sinyal positif dan mendukung gua, jadi gue ceritakan saja kalau gue emang lagi ngebet bikin novel tentang gay tapi kesulitan cari informasi detail tentang dunia kayak gitu, gue ceritakan gimana seringnya gue diajakin ML sama temen chating gua, trus gimana seringnya gue menghabiskan waktu di warnet buat cari informasi sampai kere, tapi hasilnya nihil, Xander Cuma bisa senyum senyum gitu.
Beberapa saat kemudian makanan yang kami pesan akhirnya datang juga setelah hampir setengah jam gue menunggu, sambil makan gue meneruskan cerita gue.
“semua informasi yang gue dapat dari buku buku psikologi, dari web web internet, dari literatur literatur sampai situs situs porno gay yang didapat hanya teori dan teori, gue masih merasa ada yang kurang dalam pencarian datanya, gue butuh setidaknya seseorang yang tahu banget tentang dunia gay ini, gue mau ikutan merasakan apa yang dia rasakan biar bisa gue jadikan inspirasi…” kata gue memancing lagi saat gue melihat tanggapan si Xander yang kelihatan semakin tertarik. Kali aja dia mau ngaku kalo dia gay dan membantu gue dalam pencarian data gue ini.
“sepertinya aku bisa bantu deh….” Kata si Xander setelah dia menghabiskan sedotan terakhir jus jeruk dari gelasnya. gue hampir terlonjak senang saat dia bilang kayak gitu, jadi benar apa yang dikatakan teman teman gue kalo si Xander itu gay….hmmmm…
“aku punya teman yang kebetulan gay juga, aku mungkin bisa ajakin kamu ketemuan dengan dia, yah ngobrol ngobrol saja lah, mungkin dari sana kamu bisa tanya tanya dia kan?” kata Xander lagi, oh rupanya bukan dia tapi teman dia yang gay…. Wah teman teman gue kalau bergosip suka kebangetan deh.
‘Wah boleh juga tuh xander, gue mau ketemuan sama dia, tolong ya, tapi kalau gue nanya nanya gitu, apa dia enggak marah? entar dikiranya gue mau ikut campur aja neh” tanya gue hati hati.
“ya tidak lah, dia teman dekat aku, dia juga suka curhat sama aku, bahkan dulu dia suka sama aku, tapi aku tolak kan aku straight..” jawab dia setengah berbisik, oh jadi dia straight toh…jadi isu kalau si Xander ini gay enggak bener ya…
dan percakapan kami terus berlanjut sampai jam di dinding kantin sudah hampir menunjukan jam 9 malam, artinya sudah hampir 3 jam gue dan Xander duduk di kantin itu, dan membicarakan banyak hal juga, dan dia nyambung banget kalau udah ngomongin tentang gay, dia yang memberi tahu gue dimana tempat gay ngumpul dan ciri ciri general gay tuh seperti apa, akhirnya karena gue sama dia udah merasa penat banget kami beranjaak dari kantin itu setelah sebelumnya Xander membayar makanannya, saat Xander membayar dan mengambil uang dari dompetnya gue selintas melihat foto seorang cowok gagah berpakaian ala militer di dompetnya, tapi gue enggak berani bertanya siapa dia… cukup aneh bila di dalam dompet seorang cowok dipajang foto cowok lain…
tampaknya jalan mulai sudah terbuka nih… jalan untuk mencari sebuah... jawaban…
Awal 2008
=Adhityawarman=
I even sacrificing my dignity
Aku masih menggunakan baju seragam dinas ku ketika aku keluar dari asrama untuk menemui seseorang, sebenarnya tidak ada izin keluar yang kukantongi untuk keluar dari asrama kali ini namun aku berhasil menaiki pagar belakang asrama setelah acara sore berakhir. Walaupun aku tahu jika resikonya aku bisa langsung di keluarkan dengan tidak hormat atas pelanggaran disiplin ini.
Gerimis mengiringi langkah kakiku, walau keraguan tetap menghantuiku, malam ini aku akan kembali menemui alex, seseorang yang pertama kali kutemui di chanel #GIM di MIRC, setelah mengobrol sedikit kami kemudian memutuskan untuk bertemu muka di sebuah hotel dan melampiaskan hasrat kita masing masing di hotel itu, namun sejak pertemuan itu yang kukira Cuma one night stand belaka, tampaknya aku dan dia saling membutuhkan dan bisa saling mengerti kebutuhan dan keinginan kami masing masing, sehingga pertemuan demi pertemuan kembali terjadi dan secara perlahan aku merasa benar benar membutuhkan tidak hanya belaian dari tubuhnya tetapi juga perhatiannya, Alex adalah seseorang yang bisa membuatku aman dengan perhatiannya, seseorang yang bisa membuatku melayang dengan sanjungannya, dan seseorang yang bisa membuatku menikmati permainannya yang lembut namun tegas saat dia memasuki diriku.
Alex adalah seorang mahasiswa di sebuah kampus ternama di kota ini, dan dia menempati sebuah kamar kostan kecil di sebuah gang sempit dan becek.
Hari sudah gelap ketika aku tiba didepan pintu kamar kost Alex dan mengetuk pintu itu perlahan.
Beberapa saat kemudian Alex membukakan pintu, dia baru saja mandi tampaknya, karena saat itu hanya ada sehelai handuk menutupi bagian bawah tubuhnya dan membiarkan bagian atas tubuhnya yang kekar terbuka, aku bisa melihat dengan jelas dadanya yang bidang dan perutnya yang berotot seakan menggodaku untuk segera menelusuri inchi demi inchi lelaki itu.
Alex tersenyum ketika melihatku datang, dan mempersilahkan aku masuk, setelah membuka sepatu pantouvelku aku memasuki kamar kost Alex yang cukup luas namun bersih, dan aku segera merebahkan tubuhku yang penat ke kasur busa yang empuk, aku bisa mencium maskulinnya tubuh Alex dari sini…
Dengan hanya berbalutkan sehelai handuk Alex ikut merebahkan diri disampingku dan sesaat kemudian Alex mulai menelusuri setiap lekuk tubuhku dan dengan sentuhan sentuhannya mulai membangkitkan gairahku yang mulai meletup.
Dalam sekejap aku dan Alex sudah terbaring di ranjang ini tanpa mengenakan sehelai benangpun, dunia seakan terhenti saat dengan tatapan matanya yang teduh Alex menatap dalam kedua mataku,
“I love you…..”
alex membisikan kata kata itu pelan dengan desahan nafas yang membuatku merasa melayang… aku menutup mata dan membiarkan semuanya mengalir tenang…..
=Adhityawarman=
kesunyian tidak membuatku merasa mengantuk sama sekali, aku bahkan bisa mendengar detak jantungku sendiri yang berdetak perlahan seirama detak jarum jam dinding kecil yang tertempel di dinding kamar ini. Perlahan aku bisa mendengar suara dengkur perlahan alex, berbeda denganku yang hampir tidak bisa tidur malam ini, dia malah sudah tertidur pulas sejak usainya permainan kami yang menguras tenaga.
Hampa…. Aku merasa hampa… kadang rasanya aku bisa meraba rongga hatiku yang kosong…
Apakah yang sebenarnya kucari? Itu adalah pertanyaan yang seringkali bergema dalam pikiranku, dan aku sama sekali tidak bisa mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu.
Aku tidak mencari kepuasan… sudah ratusan bahkan mungkin ribuan orgasme kurasakan tapi hanya kepuasan raga yang kudapat… dan pertanyaan itu kembali berulang di saat saat seperti ini… ketika tubuhku telah jenuh dan terlalu lelah untuk kembali orgasme…
Aku memiringkan tubuhku dan menatap wajah tampan Alex yang tertidur pulas… apakah dia yang kucari? Seseorang yang bisa membuatku merasa tidak perlu mencari lagi dan menghentikan petualanganku yang liar?
“Mungkin…. “ Suara pelan dari batinku menjawab keraguanku…
Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan…
dan mencoba memejamkan mataku…
berharap mimppi indah memberikan kesempatan untuk merangkul semua harapanku walau semu…..
*****
“aku mau memperkenalkanmu dengan temanku besok malam , kau ada waktu?” tanya Alex saat kami makan siang disebuah rumah makan kecil di dekat kostan dia
“siapa?” tanyaku pendek,
“ada lah, nanti kukenalkan dia kepadamu” jawabnya.
“malam ini?aku ada kerjaan, lain kali saja” kataku, mengingat menumpuknya pekerjaan yang harus segera kuselesaikan.
“apa? Kau bahkan tak mau meluangkan sedikit waktu untukku. Kau hendak bertemu dengan teman temanmu kan?” Alex mulai meninggikan suaranya.
“ tidak, aku benar benar banyak kerjaan…” tukasku hati hati.
“oh… ya sudah kalau begitu, pergilah kau ke pekerjaanmu itu…!” ucapnya tegas sambil berdiri dan pergi tanpa menghabisakan makanan yang masih tersisa di piringnya.
Aku menghela nafas dan berdiri… mengejarnya…
=Feb=
Praktikum yang menyebalkan…….. gue membereskan alat alat praktikum seismik gue dengan kesal, hari ini gue sama sekali tidak mendapatkan data praktikum, malah saat pre-test praktikum tadi gue dibantai habis habisan oleh bang Dafa asisten seismik yang terkenal sadis itu.
“hoy Feb..!” seseorang menepuk pundakku dari belakang, ternyata Xander… wajahnya tampak berseri seri saat itu.
“hoy juga….” Balas gue sambil tetap membereskan peralatan praktikum yang berantakan.
“kau ada waktu malam ini? Aku mau kau bertemu dengan teman ku”
gua menghentikan pekerjaanku dan langsung tegak berdiri menghadapi Xander.
“apaan? Gimana? Teman lo? Siapa? Yang waktu itu? Beneran lo?” tanya gue berantai dengan bersemangat, dan mata berbinar.
“iya… yang kemarin kita bicarakan itu, kau ada waktu tidak?” gue bisa merasakan darah gue mengalir lebih cepat. Tetapi tiba tiba gue teringat jika malam ini gue harus menyelesaikan laporan akhir praktikum Struktur yang lumayan tebal dan deadlinenya besok.
“hoy feb!! kenapa jadi melamun? Gimana? Entar malam?” kata Xander lagi membuyarkan pikiranku yang sedang menimbang antara makan malam dengan Xander dan mengerjakan laporan akhir yang tebal itu…
“i…iya… gue ikut, dimana tempatnya?” kata kata itu terlontar begitu saja, artinya malam ini gue akan bergadang sampai pagi untuk mengerjakan laporan akhir sialan itu.
“ok… tempatnya di tempat makan soto yang kemarin saja, ok, jam 8 ya, gimana?”
“ i… iya….gue kesana”
setelah membereskan peralatan praktikum, gue dan Xander berjalan pulang berdua, di belakang gue bisa merasakan beberapa orang mempergunjingkan gue yang berjalan berdua dengan Xander yang gosipnya adalah seorang gay, dan gue tahu jika di kampus Xander adalah seseorang yang tidak cukup populer semenjak gosip itu menyebar belakangan ini, padahal Xander adalah seseorang yang menurut gue baik dan sopan, dan wajahnya juga lumayan bisa dikategorikan ganteng, dengan hidung mancung dan tatapan mata tajam yang bisa menjadi modal kuat jika dia ingin menjadi seorang playboy, tapi selama hampir 3 tahun gue mengenal dia kayaknya gue enggak pernah mendengar dia pacaran dengan cewek manapun… mungkin dia terlalu pemilih, pikir gue.
Sebenarnya gue agak terkejut juga dengan sambutannya yang terbuka akan ide gue itu, mengingat selama ini gue tidak bergaul terlalu dekat dengan dia, karena lingkungan gue sepertinya beda dengan dia, gue adalah seseorang mahasiswa yang benar benar kuliah banget, teman teman dekat gue adalah anak anak sejurusan dengan gue walau kadang kadang bergaul dengan anak fakultas lain juga, sedangkan Xander adalah seseorang yang kayaknya enggak peduli banget dengan yang namanya kuliah, dari seminggu kuliah, paling dia hanya beberapa kali datang ke kampus itupun hanya menghadiri kuliah dan jarang bergaul, sehingga anak anak di jurusan gue terlanjur mencapnya sebagai seseorang yang anti sosial, terlebih sejak isu gay itu menyebar, reputasi dia semakin tidak jelas.
“eh feb… kau ingat masa masa ospek enggak?” tanya dia tiba tiba.
“ha? Apaan? Ospek? Iya gue inget… parah banget ya ospeknya” jawab gue.
“iya, aku sampai masuk rumah sakit waktu itu” ujar dia lirih.
“oh, iya gue inget… lu kena radang usus buntu kan? gue nganter ke rumah sakit juga deh waktu itu.” Ucap gua.
“iya, kalo enggak ada kau waktu itu, entah gimana nasib aku…” kata Xander lagi.
“ ah lo, biasa aja lagi, waktu itu gue nekad kok, biasa…” kata gue tersipu.
****
Dengan bergegas, gue menyusuri jalanan yang cukup ramai dilalui oleh para mahasiswa, jam segini memang waktunya para mahasiswa yang banyak tinggal di sekitar jalan ini untuk mencari makan, gue merapatkan jaket yang gue pakai, cuaca malam ini cukup dingin, apalagi tadi barusan hujan lumayan gede sehingga dinginnya semakin kentara.
Ketika gue memasuki rumah makan soto yang udah derencanakan, gue Cuma melihat Xander disana, duduk di salah satu meja di pojokan, gue menghampiri dia dan duduk di depan dia.
“sorry banget xander, gue telat, biasa, trafic heheh” gue mencoba melucu biarpun garing.
“iya tak apa apa lah,” jawab dia datar.
“eh mana teman lo tuh?” tanya gua.
“ dia lagi di jalan katanya, baru dapat izin keluar” jawab dia lebih datar.
Beberapa saat kemudian seorang cowok menghampiri tempat gue dan Alex duduk dan langsung menempati kursi disamping xander.
“maaf aku telat, tadi aku baru dapat izin keluar” ucap dia sambil sediki terengah engah, nampaknya dia terburu buru saat kemari, cowok itu memakai polo shirt putih dan celana jeans, gue menatap wajahnya sesaat, wajahnya lumayan ganteng dengan roman muka tegas dan maskulin, rambut cepaknya semakin membuat dia nampak gagah, dan tatapan matanya lembut. Mata gue kayak enggak bisa menolak melihat matanya yang teduh dan dalam.
“heh feb, melamun saja kau! Ini kenalkan teman aku, nama dia Adhit” ucap Xander mengagetkan gue yang masih tersihir pancaran mata Adhit yang dalam.
“namaku Adhit ” Kata dia singkat sambil mengulurkan tangannya.
“e…eh iya, gu…gua febrian…panggil gue Feb ajah” kata gue sambil menyambut uluran tangan dia…gugup.
Jadi sekarang yang duduk di dekat gue adalah Adhit…. Adhit yang gay…. Akhirnya gue bisa juga bertemu dengan seseorang yang mungkin bisa gue andalkan dalam menulis novel gua, tapi kalau gue melihat sekilas sangat sulit dipercaya jika seorang Adhit yang sekarang duduk di dekat gue adalah gay, dia….. entahlah… terlalu lelaki…
Sudah hampir setengah jam gua, Xander dan Adhit duduk di sini dan makanan penutup pun sudah dari tadi ludes kami makan. Tapi pembicaraan diantara kami masih tetap aja standar, enggak ada sedikitpun arah pembicaraan yang mengarah ke arah yang gue inginkan, dan gue sendiri enggak berani memulainya.
“Jadi gini Dhit…. Si Feb ini, sebenarnya udah tau kalau kau gay….” Kata Xander tiba tiba, nafas gue tertahan, dan menatap ke arah Adhit yang langsung mendelik ke arah Xander dengan tatapan tajam, untuk beberapa saat Xander dan Adhit saling menatap dengan tatapan aneh, seakan mereka berdua sedang bertengkar hebat dalam tatapan mereka, beberapa saat kemudian tatapan Adhit melemah dan dia tertunduk sejenak, sebelum kemudian menatap gue dengan tatapan aneh.
“mmm… gue…” dengan gugup gue mengatakan sesuatu yang sebenarnya engak tahu kemana arahnya.
“jadi Feb itu teman aku, jadi kau juga bisa anggap dia temanmu, kau bisa mempercayai dia seperti kau mempercayai aku…” kata Xander lagi menyelamatkan gue yang sudah kehabisan kata kata. Adhit masih terus menatap gue dengan tatapannya yang tajam….. tapi teduh.
“menurut kamu feb?” tanya Adhit tiba tiba.
“menurut aku? Eh gue? Mmm kalo gue sih enggak masalah lo gay atau enggak, enggak bijak banget kalau gue mengkotak kotakan orang hanya berdasarkan orientasi seksual dia, menurut gue terlalu dangkal.” Jawab gua, kadang gue emang tiba tiba suka jadi pinter banget kalo nyusun kata kata, tapi sayang, jarang kejadian….
Arik masih menatap gue, namun sekarang tatapan dia sudah jauh lebih bersahabat, perlahan gue menarik nafas panjang dan menghembuskannya lega.
“nah Feb katanya kau mau bertanya banyak hal ke arik?tanyalah apa yang mau kau tanya” kata Xander lagi. gue sama sekali tidak ada persiapan untuk bertanya, walaupun sebelumnya banyak pertanyaan yang berputar di kepala gue tapi kejadian tadi membuat gue melupakan semua pertanyaan itu, lagipula mendingan gue mengadakan waktu khusus untuk wawancara langsung, secara sekarang udah terlalu larut untuk bertanya masalah kayak gitu.
“mmm enggak sekarang deh Der ,Dhit, gue enggak tau mau nanya apaan kalau sekarang, gimana kalau gue minta waktu elo Dhit? gue mau ngobrol ngobrol aja, santai kok, boleh kan Dhit? Boleh deh rik…” tanya gue berharap, Adhit kembali menatap gue dengan tatapan mata teduhnya,
rasanya kalau gue kegerahan abis panas panasan di kampus terus ketemu Adhit bisa bisa gue otomatis jadi adem.
“boleh aja…” jawab Adhit pendek. gue terlonjak kegirangan dalam hati.
“beneran nih? Kapan? Waktunya terserah elo deh….” Tanya gue bersemangat.
“ok, entar aku kasih tau…” jawab Adhit singkat, duh si Adhit ini ternyata bukan orang yang banyak omong nih…..
akhirnya sepertinya jalan sudah mulai terbuka lebar….