It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Naufal orang nya kyak agak HYPERACTIVE n watak nya pengen di sayang dan juga perasaan nnya sama gw alami
Mavlin orang nya baek dan penuh menyayangi siapapun yg sayang ma dia, dia bales pake hati ikhlas kek karng @noel.
@Foreill_V kamu SMK or SMA mana ??? Kelas 2 ya??? Foto nya kek seumuran ma gw lahir thn 1994 ya??
Dear Fahmi Muhammad Romli
note:: terusin ya! aku ponya usul klo bisa di publis blog Sendiri biar lebih ada creature or creation intersting....
I like this story.....!!!!
Author : Kiki Welliansyah
Genre : Yaoi Romance-Comedy, Fantasy
Contact :
• Fb : Kiki Wellian Delvetian
• Blog : flipflop-delvetian.blogspot.com
• Twitt : @Izmun_Dellionz
a story about Naufal Nafarone, as Naufal
and
Yelsin Malvino, as Malvin…
What happened?
May it’s real?
Where’s my soul?
Why must me?
When this bad dreams will be end?
Believed me… I never want it! I must be loved with HIM? Really, I hate it!
===========================================
Cerita Sebelumnya,,,
~Author P.O.V~
Buugggghhh!
Naufal berontak! Menendang perut Feldy, memukuli kedua cowok yang lainnya bertubi-tubi dan langsung beranjak saat mereka terkapar.
“Sialan lo!” dengan cepat Feldy berlari mengejar Naufal dan mendorong punggungnya hingga tersungkur di lantai dan dagunya berdarah karena terbentur lantai
“Arrrggghhhhh…. Arrrggghhhhhh
Ukkkkhhhhh…. Ssssssshhhhh!” lenguhnya kesakitan sembari mengusap darah segar yang mengalir di area dagunya
“Mau kemana lo, hah? !” Feldy pun langsung menindih tubuh Naufal penuh nafsu dan memeluknya erat
Tubuh Naufal begitu lemas. kepalanya begitu pening…
Yang ada difikirannya sekarang hanyalah Malvin,
“Vin, tolongin gue!
Viiiiinnnnnn…!” gumamnya lirih
Tiba-tiba semuanya berubah menjadi gelap. Naufal tak sadarkan diri…
“Fel, gimana nih?”
“Aduuuhhh! Ngapain sih lo tadi dorong dia?
Sekarang semuanya jadi kayak gini! Pokoknya gue ngga’ ikut-ikut!” sahut cowok lainnya
“Iya, gue juga!”
“Eh, enak aja nyalahin gue! Pokoknya kalian berdua juga terlibat dalam masalah ini!” bentak Feldy sembari meremas kepalanya
“Me… Mending sekarang kita buruan cabut deh dari sini, keburu ada yang ngelihat ntar!”
“Bener tuh! Lupain aja acara seneng-seneng kita!
Kapan-kapan juga kita bisa ngerjain dia lagi. Siapa tau dapet kesempatan buat nyicipin tubuhnya!” sahut cowok lainnya
“Ya udah deh! Yuk, cabut!” seru Feldy. Dengan begitu terpaksa akhirnya mereka bertiga meninggalkan Naufal sendirian
Di mobil Feldy,,,
“Shit! Ngapain sih tuh anak pake’ pingsan segala?!” pekik Feldy sembari memukul-mukul kemudinya
“Batal deh pestanya! Anjriiiittt!”
“Udah lah! Yang penting kita ngga’ kepergok!
Kalian mau, kalo’ kita semua kepergok dan dikeluarin dari sekolah?
Mau ditaro’ mana muka gue kalo’ sampe’ ada berita nyebar, gue ama kalian mau merkosa COWOK?”
“Bener tuh! Ya udah lah, moga aja ada kesempatan lagi! Ahahahaa…” sahut cowok lainnya
“______” Feldy hanya terdiam, lalu mulai menyalakan mesin mobilnya dan melesat dengan cepat
-
-
-
Sedangkan di sisi lain,,,
“Vin!” seru Alvid, lalu mengoperkan bola pada Malvin
Malvin pun berhasil menangkap operan dari Alvid, lalu segera berlari sembari mendribble bola tersebut
“Shit!” pekik Hafiz yang gagal membendung Malvin. Sedangkan Malvin semakin mendekati ring
“Ayo, Viiiiin! Shoot!” seru Alvid
Malvin berada sekitar 3 meter dari ring. Dia pun segera mengakhiri lajunya dan segera melakukan jump shoot
Buuuuggghhh!
“Viiiinnnn!” pekik Hafiz, diikuti tatapan cemas anak-anak lainnya
“Arrrggghhhhh!” lenguh Malvin sembari memegangi dagunya yang berdarah
“Naufal?
Kenapa perasaan gue ngga’ enak banget ya?” gumam Malvin
Tak lama kemudian tiba-tiba Malvin melihat gambaran tentang keadaan Naufal. Disitu dia dapat melihat Naufal tengah terkulai lemas dengan bersimbah darah. Dia terlihat begitu lemah, begitu membutuhkan pertolongan Malvin. Malvin pun tak dapat memahami apa maksud gambaran dalam otaknya yang baru saja dilihatnya tersebut…
“Kenapa gue tiba-tiba kepikiran Naufal?” gumamnya dalam hati
Anak-anak lainnya pun segera bergerombol mendekati Malvin.
“Vin, lo gapapa?”
“Vin, dagu lo berdarah!”
“Lo kenapa sih? Kok bisa jatoh?”
“Kita ke rumah sakit ya sekarang?”
“Arrrggghhh!
Nggg… Ngga’ usah!” elak Malvin, lalu mencoba untuk berdiri, dibantu oleh teman-temannya yang lain
“Lo mau kemana?” tanya Alvid cemas
“Gu… Gue ada urusan!
Sorry guys, gue cabut duluan!” seru Malvin, lalu segera mengambil sebotol air mineral. Dia meneguknya dengan cepat. Sebagian dia sapukan air tersebut untuk membersihkan dagunya yang berdarah.
Dengan tertatih dia berjalan menuju ranselnya, lalu mengambilnya dan segera meninggalkan lapangan basket tersebut
“Oh iya, gue baru inget! Dia bilang tadi bakalan nunggu gue di taman deket lab kimia.” gumam Malvin
Malvin begitu cemas. Dia segera mencari Naufal di area taman dekat lab kimia…
Dia terus berlari, sembari mengusap dagunya yang masih mengalirkan darah segar
“Lo dimana, Fal?” gumamnya dalam hati setelah sampai di taman tersebut
“Fal!” pekiknya
“Fal, lo dimana?” namun tak ada jawaban
Malvin terus mencari…
Dia segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Tak ada seorang pun di sana…
“Fal!” pekik Malvin, lalu segera menaiki tangga. Mencoba mencari Naufal di koridor atas
“Fal!” pekik Malvin. Namun tak ada seorang pun di sepanjang koridor tersebut
“Lo dimana sih, Fal?
Jangan bikin gue khawatir!” seru Malvin sembari mengeluarkan hp nya dari saku dan mencoba untuk menelfon Naufal
Tuuuuttt… Tuuuttt… Tuuuutt!
“Ayo angkat!”
“Please, angkat Sayang! Jangan bikin gue cemas!”
Berkali-kali Malvin mencoba menghubungi Naufal, namun tetap saja hasilnya nihil…
“Shit!” pekik Malvin, lalu membanting hp nya ke lantai karena frustasi
“Toloooonnggg…!” Tak lama kemudian terdengar suara seseorang. Malvin pun segera mencari asal suara tersebut. Ternyata suara tersebut berasal di lantai bawah. Malvin pun segera turun dan melihat seorang bapak-bapak yang biasanya bertugas sebagai tukang bersih-bersih di sekolah
“Ada apa, Pak?” tanya Malvin
“Alhamdulillah…! Untung ada kamu nak!
Ini… waktu Bapak mau bersihin ruang lab kimia, Bapak kaget banget waktu lihat ada anak sekolah sini yang tergeletak di dalam. Trus dagunya berdarah.” terang lelaki setengah baya tersebut. Malvin pun segera masuk ke dalam dan melihat sesosok lelaki yang begitu dikenalnya tengah tertelungkup tak berdaya, tak sadarkan diri dan bersimbah darah. Malvin pun segera membalikkan tubuh lelaki tersebut dan menidurkan kepalanya di pangkuannya
“Naufal?” seru Malvin tak percaya saat mengetahui bahwa lelaki tersebut benar-benar Naufal
“Fal, lo gapapa? Kok bisa kayak gini sih?
Siapa yang berani ngebikin lo jadi kayak gini?
Fal, bangun!” seru Malvin frustasi
“Kamu bawa hp?
Kita mesti buruan telp ambulan dan cepet-cepet bawa dia ke rumah sakit.” terang lelaki setengah baya tersebut
“Bawa kok!” Malvin pun segera memeriksa saku kemejanya
“Lho, kok ngga’ ada?” Malvin mencoba mengingat-ingat dimana hp nya
“Oh iya, bego’!
Ngapain gue banting hp tadi? !
Shit!” umpat Malvin dalam hati
“Kenapa?” tanya lelaki tersebut
“Aduuuhhh… Saya ngga’ bawa hp, Pak!” timpal Malvin
“Trus gimana sekarang?”
Tak lama kemudian ada beberapa anak-anak tim basket Malvin yang tiba di lab kimia karena sebelumnya telah mendengar teriakan dari lelaki setengah baya tersebut…
“Ada apa?” tanya Alvid
“Untung ada kalian guys!
Please, buruan panggil ambulan!” pinta Malvin
“Hah? Nolongin Naufal?
Ngga’ salah?” seru Hafiz
“Udah lah! Tolong kali ini kalian lupain dulu semua dendam kalian ke geng Ijo lumut. Dia bener-bener butuh bantuan kita sekarang!” bentak Malvin
Alvid pun segera mengeluarkan hp nya dan mulai menelfon salah satu rumah sakit di Surabaya…
“Fal?” gumam Malvin frustasi sembari memeluk Naufal erat. Sedangkan teman-temannya yang lain hanya menatap Malvin tak percaya saat melihat Malvin memeluk Naufal
“Oh iya, telp anak-anak geng Ijo lumut juga ya! Sama nyokapnya Naufal juga!” pinta Malvin
“Hah?” lenguh anak-anak tim basket Malvin tak percaya
-
-
-
Di rumah Tristan,,,
Saat ini ketiga anggota geng Ijo lumut tengah latihan vokal. Sandy sengaja mengajak kakaknya yang telah begitu berpengalaman dalam dunia vokal…
“Yan, kamu mesti belajar ekspresi!
Ketika kita membawakan lagu, kita harus bisa menyelami lagu itu. Ikut merasakan apa yang ada dalam lagu itu. Sedangkan kamu lemahnya di ekspresi saat membawakan lagu. Untuk suara, kamu sudah bagus!” komentar kak Ayu setelah mendengarkan Fian menyanyi
“Iya, thanks Mbak!” seru Fian
“Kalo’ kamu San, belajar lagi ya improvisasinya!”
“Sip kak!” seru Sandy
Tak lama kemudian, tiba-tiba hp milik Sandy berbunyi…
“Dari siapa?” tanya Tristan
“Da… Dari Hafiz.” jawab Sandy gugup
“Hah? Jadi lo punya nomernya dia?”
“Ya gitu deh! Dulu kan gue sama dia masih temenan baik!”
“Ya udah, buruan lo angkat! Mungkin ada hal penting, sampe’-sampe’ dia nelfon elo!” timpal Tristan
“Helloooo? Wuzzup? !
Tumben eloch nelfon gueech getoooh?
Iyach… Hah? Naufal?
Kok bisa sich?
WHAT?
OMG! Astaganaga lady gaga foto sama patung naga!
Awas kalo’ loch ngerjain guech! Bakal guech bakar idupz-idupz loch!
Sekawrang dia dimana?
Mawar No. 23?
Okay! Kita semua langsung kesana sekawrang juga! Thanks infonya!” Sandy pun mematikan telfon tersebut
“Naufal kenapa?” tanya Fian cemas. Sedangkan Tristan hanya menatap cemas ke arah Sandy
“Pokoknya kita mesti buru-buru ke RS sekarang!
Kamarnya mawar / 23! Ntar semuanya bakal gue jelasin di mobil.
Kak, latihannya sampe’ sekawrang ajah yach! Kakak bisa kan pulangnya naik taksi ajah?
Mobilnya aku bawa yach?” seru Sandy
“Iya gapapa! Ati-ati ya!”
“Yuhuu!”
“Let’s go guys!”
-
-
-
Di rumah sakit,,,
“Wuzzhuuuppp! Kok guech jadi dag-dig-dug gene sich?
I wish, Naufal ngga’ kenapa-napa.” gumam Sandy
“Ya Allah! Moga Naufal baik-baik aja!” sahut Fian
“Amin!” timpal Tristan
“Eh! RS nya gedheeee buangeeetttt yah? !” komentar Fian setelah memasuki rumah sakit tersebut
“Biasa ajach dech! Ngga’ pake’ udik!” omel Sandy
“Ya, gue kan ngga’ pernah ke RS. Hehehe…”
“Masa? Emang keluarga lo ngga’ ada yang pernah masuk rumah sakit gitu?” tanya Tristan
“Ngga’ ada! Soalnya orang menengah kebawah kayak kami gitu kan biasanya sakitnya ngga’ parah kayak orang kaya gitu. Paling sakitnya cuman batuk, ingusan, panas, gatel-gatel atau mungkin mencret-mencret! Wkwkwk…” terang Fian
“Mencret-mencret? Wkwkwkwk… Dasar!” timpal Sandy sembari menjitak kepala Fian
“Awww…! Sakit atuh!”
“Hahaha… Tapi bener juga lho! Orang miskin sama orang menengah kebawah hanya sedikit yang sakit parah gitu. Kebanyakan sakitnya biasa aja! Mencre-mencret doang mungkin. Wkwkwkwk…” seru Tristan
“Eh, bagus ya RS nya! Itu tuh, ada suster sama dokter yang mondar-mandir. Ada juga tuh suster yang lagi dorong pasien pake’ kasur yang bisa jalan itu tuh! Yang ada rodanya. Kereeeennn! Kayak di tipi-tipi itu ya? !” komentar Fian saat mereka bertiga tengah memasuki koridor RS
“Udach dech ngga’ usah malu-maluin! Ngga’ usah ndeso! Dasar udik!” omel Sandy
“Hahahaaa… Jangan gitu lah! Kasihan tau! Maklum, dia kan ngga’ pernah ke RS.” timpal Tristan
“Eh! Ada yang naik kursi roda tuh! Kayaknya seru yah?” seru Fian iri
“Lo mau naik juga?” tanya Tristan
“Iya! Pengen! Heheheheee…”
“Itu tuh, ada yang lagi nganggur! Mau naik beneran?” timpal Tristan
“Mau.. Mau.. Mau!”
“Eh, lo pikir ini taman wisata yang ada wahana-wahananya apa? Gilaaa…!
OMG!” omel Sandy
“Hahaha… Ayo naik!” seru Tristan sembari melangkah menuju kursi roda tersebut
“Asyiiikkk!”
“Buruan duduk! Ntar gue yang dorong!” ujar Tristan
“Udah! Yuk, kemoooon!” seru Fian
“Enak ngga’?” Tristan pun mulai mendorong kursi roda tersebut
“Horeeeeeee…!
Asyik yah! Kayak di tipi-tipi!
Rasanya kayak naik gerobak aer nya Bang Rojib, orang di kampung gue! Hihihihihi…” pekik Fian kegirangan
“Whoy! Ngawur ah!
Buruan balikin! Ntar dimarahin sama susternya baru tau rasa loh!” omel Sandy
“Bodo amat! Weeekkkk!” pekik Fian sembari menjulurkan lidahnya
“Sialan lo! Nantangin gue?
jadi sekarang lo berani sama gue, hah?” pekik Sandy sembari menggulung lengan kemejanya
“Minggir lo, Tan!” Sandy pun segera mengambil alih. Sekarang Sandy yang mendorong kursi roda yang diduduki oleh Fian
“Lo mau ngapain?” gumam Fian curiga
“Berani banget lo nantangin gue? ! Rasain nich!
Ahahahahahaaa…!” seru Sandy, lalu mendorong kursi roda tersebut dengan kencang sembari berlari
“SAAAAANNNNNNN… AMMMMPPPUUUNNNN!” pekik Fian
“Ahahahahaaa… Parah!” seru Tristan
“Rasain! Ahahahahaaa…!
Makanya jangan berani-berani ngelawan gue!” Sandy pun terus mendorong kursi roda tersebut hingga tiba-tiba,
Bruuuuaaaakkkkk!
Sukses! Fian menabrak tong sampah di tepi koridor. Semua sampah yang ada di dalam tong tersebut tumpah ke tubuh Fian
“Akkhhhhhhh…!” lenguh Fian kesal. Sedangkan Sandy hanya tertawa puas diikuti gelak tawa Tristan
“Siaaaal!” pekik Fian sembari mencoba untuk bangun. Namun karena tidak memperhatikan area disekitarnya plus salah langkah, akhirnya kaki kanan Fian malah sukses masuk ke dalam got
“Siiiiaaaaalll!” pekik Fian kesal
“Wkwkwkwkk… Masuk got dia! Ahahahahaa…!” Sandy terbahak, diikuti gelak tawa Tristan yang berdiri di sampingnya
“EMAAAAAAKKKKK…! Anakmu kouwtor! Anakmu hina!
Huuuuaaaaahhhhh!” pekik Fian
“Ahahahaaa… Pake’ manggil Emak segala pula! Ahahahahaaa…
Emak lo kan sore-sore gini lagi jaga warung! Wkwkwkwk…” seru Sandy
“Wkwkwkwk… Gilaaaa… Bau banget lo sekarang! Jorok!” sahut Tristan
“Sialan lo, San!” omel Fian sembari bangun dari tempatnya terjatuh
“Apa lo? Masih berani sama gue?” timpal Sandy
“Berani!” seru Fian sembari mengarahkan kaki kanannya ke arah Sandy
“Iwwwwhhhh! Ituch kan jouroukz!” seru Sandy sembari menutupi hidungnya
“Sekarang, berani lo sama gue?” tantang Fian
“Engaaakkkkk!” Sandy pun lari tunggang langgang
“Eh! Tunggu lo! Mau kemana?” omel Fian sembari mengejar Sandy. Sedangkan Tristan hanya tertawa melihat tingkah mereka
“Tiiidaaaaaakkkkk!” pekik Sandy saat Fian berhasil menangkapnya
“Makan nih!” Fian pun dengan cepat menempelkan sepatu yang tengah dia kenakan ke kemeja putih Sandy
“Arrrgghhhhh! Kouwtourrrrrr!
FIAAAAANNNN! Inich kan baju mahal getooohhh!
Belinya di CITO! Limited edition pula!
OMG! Bauuuuuuu! Uwwwhhhhhh!
Fiaaaaaaannnnn!” Sandy mencak-mencak ngga’ karuan
“Ahahahahaaa… Makan nih!” Tristan malah memasukkan tong sampah tadi ke kepala Sandy
“TRISTAAAAANNNNN!” pekik Sandy sembari mengangkat tong sampah tersebut dan melemparkannya
“Ahahahaaa… Udah lah! Dimana-mana tuh, didongeng mana pun yang menang pasti anak unyu dan alim kayak gue!
Nenek lampir mana bisa jadi pemenang? Wkwkwkwkwk…” seru Fian puas
“Lo juga, jangan ketawa mulu! Nih, Makaaaannnn!” Tristan memasukkan sampah kulit pisang ke dalam mulut Fian yang diambilnya dari sampah yang berserakan di lantai
“Hooeeekkkkk!
Arrrrgghhhhhhh! Tristaaaannnn! Anjrit lo!” lenguh Fian. Tristan pun segera berlari sembari terbahak
“Jangan lari lo! Makan niiiichhh!” Sandy melemparkan sampah pempers bayi bekas pakai yang ditemukannya di tumpukan sampah yang berserakan di lantai tersebut
“Weeeekkk! Ngga’ kena!” seru Tristan yang tengah merunduk. Ternyata pampers tersebut tepat mengenai muka salah seorang Suster yang tengah membawa obat-obatan
“Sial!” pekik Sandy
“Apa-apaan ini?” omel Suster tersebut
“La… Lariiii, San!” pekik Fian sembari lari tunggang langgang. Sandy pun segera berlari
“Eh, ada Suster! Hehehe…
Suster sore ini cantik deh!” seru Tristan saat membalikkan badannya. Melihat Suster tersebut yang tengah memegang pampers itu
“Mau kemana kamu?
Karna temen-temenmu yang lain keburu pergi, kamu yang mesti tanggung jawab sama semua sampah yang berserakan juga sama kursi roda ini! Kamu mesti ganti rugi!” omel Suster tersebut
“Hah? Kok saya sih, Sus?” protes Tristan
“Tanggung jawab atau saya laporkan ke pihak berwajib?”
“Yaaaahhh…! Sialan tuh si Sandy sama Fian!”
-
-
-
Di sisi lain,,,
“Ehhhmmmppp…!” lenguh Naufal kesakitan
“Lo udah sadar, Fal?
Eh, guys! Panggilin nyokapnya Naufal!” seru Malvin
“Oke, biar gue aja!” Hafiz pun segera menuju ruang tunggu
“Lo gapapa, Fal?” tanya Malvin
“Gu… Gue dimana?”
“Di rumah sakit. Lo udah aman sekarang!
Keadaan lo sekarang gimana? Lo gapapa kan? Atau masih pusing kepalanya?
Mana yang sakit?”
“Nggg… Ngga’ kok! Cuman perih aja daguku, sama sekujur badanku nyeri banget!”
Kriiieeettt!
“Sayang, kamu gimana keadaannya?”
“Gapapa Ma…! Cuman masih perih sama nyeri ajah!”
“Siapa yang udah mukulin kamu? Bilang sama Mama!”
“Iya, Fal! Badan lo lebam-lebam. Siapa? Bilang aja!
Bakal gue bales tuh orang, siapapun dia!” sahut Malvin
“_____” Naufal hanya terdiam
“Siapa, Sayang? Bilang!” pinta Mama Naufal
“Arrgggghhhhh…” lenguh Naufal
“Kamu kenapa Sayang?”
“Fal? Masa kita udah abis ya?” bisik Malvin. Naufal hanya mengangguk pelan
“Arrrggghhhhh!” lenguh Malvin kemudian
Tak lama kemudian jiwa Naufal kembali berpindah ke tubuh Malvin, dan sebaliknya…
“Ehmmmppp… Arrrgghhhhhh!” lenguh Malvin kesakitan saat berpindah di tubuh Naufal. Dia bisa merasakan segala rasa sakit dan luka yang ada ditubuh Naufal. Sedangkan Naufal tak merasakan rasa sakit yang menyakitkan itu lagi karena sekarang dia telah berada ditubuh Malvin
“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Mama Naufal
“Nggg… Gapapa Ma!” timpal Malvin
“Ma, pinjem hp dong!”
“Buat apa?” tanya Mama Naufal sembari menyodorkan hp nya
Malvin pun mulai mengetikkan sms… Tak lama kemudian dia segera menyodorkan hp tersebut ke arah Naufal
di situ tertulis, “Sementara ini kita jangan tukeran tubuh lagi!
Biarin gue aja yang ada ditubuh lo sampai luka-luka ini sembuh!
Gue ngga’ mau lo ngerasain sakit, Fal! Biar gue aja yang nanggung semua rasa sakit ini. Anggap ini sebagai balasan dan tanda maaf karna gue masih kurang buat jagain lo! Disaat lo dipukulin entah sama siapa, gue malah ngga’ ada disisi lo buat jagain dan ngelindungin lo!
Gue emang pacar yang ngga’ berguna!
Gue sayang banget sama lo, Fal! Lo ngga’ usah protes!
Pokoknya selama sakit ditubuh lo belum sembuh, gue ngga’ mau tukeran tubuh. Biar gue aja yang naggung rasa sakit ini. Jangan elo! Gue pengen lo tau, kalo’ gue tulus sayang banget sama lo, Fal!
Oh, ya! Lo mesti jawab siapa yang udah mukulin elo? Biar gue bunuh tuh orang!
Ngga’ ada yang boleh nyentuh lo sedikitpun. Berani-beraninya dia mukulin elo sampe’ kayak gini!”
“Malviiinnnn…
Enggakkkk! Lo bukan pacar yang ngga’ berguna! Justru bagi gue elo tuh bener-bener pacar yang sempurna dimata gue! Makasih… Buat segala pengorbanan elo!
Tapi, sorry! Mama, Malvin, buat semuanya sorry banget! Gue ngga’ bisa ngasih tau siapa orangnya yang udah mukulin gue. Gue ngga’ mau kalo’ ada rasa dendam, apalagi pasti lo bakalan habisin tuh orang, Vin!
Masalah ngga’ akan bisa selesai kalo’ kayak gitu! Yang ada malah saling balas dendam. Gue ngga’ bakal gasih tau siapa orang itu. Sorry!
Vin, gue tersentuh banget sama apa yang udah lo lakuin buat gue!
Bisa-bisanya lo minta supaya ditubuh gue terus biar gue ngga’ ngerasain sakit itu.
Gue ngga’ nyangka banget kalo’ lo bakalan ngelakuin itu, Vin!” gumam Naufal dalam hati. Dia begitu tersentuh dengan apa yang telah Malvin lakukan untuknya
-
-
-
To Be Continued…
meuni singkat pisan ta ya nu panjang kitu bro!!