Saya ingin mengajak teman - teman untuk berdiskusi mengenai suatu fenomena yang selama ini dianggap tabu oleh masyarakat kita yaitu mengenai homoseksualitas. Di indonesia sendiri homoseksualitas menjadi suatu isu krusial yang sangat dihindari untuk dibahas oleh masyarakat sehingga membuat masyarakat kita memiliki pemahaman yang kurang mengenai homoseksualitas
Dewasa ini pembicaraan mengenai homoseksualitas terutama gay semakin terbuka dan menjadi sebuah fenomena menarik untuk dijadikan bahan berdiskusi dalam ranah ilmiah maupun non-ilmiah. Di Indonesia, gay sebenarnya bukan hal baru. kurang tereksposnya keberadaan mereka satu atau dua dekade yang lalu, bukan berarti kaum gay tidak ada, hanya saja mereka memilih menutupi diri rapat-rapat. Hal ini karena masyarakat Indonesia masih melihat gay sebagai perilaku tidak bemoral dan dianggap sebagai pembawa penyakit HIV-AIDS
Selain itu, stigma-stigma negatif yang terlanjur menempel pada kaum minoritas ini, seperti penganut free-sex dan drugs menjadikan gay sebagai momok yang menakutkan. Bahkan belakangan gay dicap sebagai seorang pembunuh berdarah dingin atau psikopat karena maraknya pemberitaan oleh media cetak atau elektronik mengenai seorang gay yang melakukan pembunuhan terhadap teman sesama jenisnya.
Harus diakui bahwa media massa baik cetak maupun elektronik memberikan peran besar dalam membentuk persepsi masyarakat mengenai kaum gay dan biasanya ketika terjadi pembunuhan dan pelakunya adalah seorang gay, media massa akan lebih menyoroti mengenai orientasi seksnya dibandingkan dengan peristiwa pembunuhannya sendiri, dan akhirnya akan terbentuk suatu streotipe kalau gay itu adalah seorang yang sadis.
Pada tahun 1973 homoseksualitas pernah dikategorikan sebagai gangguan jiwa yang terangkum dalam PPDGJ (Panduan Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa) atau DSM (Diagnostic and Statistical Manuasejak 1973 homoseksualitas sudah dikeluarkan dari daftar DSM maupun PPDGJ yang mana kalau tidak terdapat dalam PPDGJ atau DSM, perilaku tersebut tidak dapat dikatakan sebagai bentuk gangguan jiwa . Di Indonesia sendiri tidak digolongkannya homoseksualitas sebagai salah satu bentuk gangguan jiwa dimulai sejak tahun 1983 atau sejak PPDGJ II
.
Menurut Psikiater atau psikolog homoseks yang dikatakan mengalami gangguan jiwa adalah homoseks yang egodistonik, yaitu homoseks yang merasa terganggu dengan orientasi seksnya. Namun pada DSM-IV mereka yang mengalami homoseks egodistonik hanya dianggap sebagai individu dengan distress nyata dan menetap yang disebabkan oleh orientasi seksualnya . Bahkan dalam proses terapi kebanyakan para homoseks egodistonik diarahkan untuk menjadi pribadi yang dapat menerima sifat homoseksnya. Lebih lanjut para ahli mengatakan homoseksualitas hanya merupakan salah satu bentuk orientasi seks.
Orientasi seks sendiri dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk tertarik secara fisik maupun seksual pada lawan jenis, sesama jenis, atau bahkan pada dua jenis kelamin. Orientasi seks dibagi menjadi heteroseks, homoseks, dan biseks. Heteroseksual yaitu ketertarikan pada lawan jenisnya. Homoseksual yaitu ketertarikan pada jenis yang sama dan biseksual yaitu ketertarikan pada kedua jenis kelamin. Orientasi seks sendiri relatif menetap dan tidak bisa dirubah. Bahkan belakangan diketahui tidak ada bukti mengenai terapi yang efektif untuk merubah orientasi seksual seseorang, terapi justru menimbulkan rasa bersalah pada seseorang yang memiliki orientasi seks sejenis. Orientasi seks sendiri menurut American Psychiatric Association (APA) berkembang sepanjang hidup seseorang
Nah psikologi dan psikiatri sendiri sudah tidak menggolongkan gay dan lesbian sebagai bentuk gangguan jiwa. Saya rasa sekaranglah saatnya kita untuk mulai memahami bahwa gay dan lesbian bukanlah suatu penyakit atau gangguan jiwa. akan lebih bijak apabila kita memberikan dukungan pada teman atau relasi kita yang memiliki orientasi seks berbeda untuk lebih bisa menerima diri mereka dan mencapai cita - cita mereka sekaligus mengembangkan talenta yang mereka miliki
Salam
Comments
bantu ksh resolusi dong cara menghapus stigma negatif gay
Setujuuuuu...sama mas ganteng satu ini, angkat senjata grakkk
Be your self saja, dan jangan ikuti nafsumu......hehe
Dan akan sayang bgt diskusi berkualitas gini tenggelam kalah sama becandaan2 yg ga jelas..
So, pertanyaanya: homoseksualitas bagian dr masy sejak dulu? Lalu apakah ia selalu dlm posisi marjinal? Sejak kapan dia dimarjinalkan? Apakah ia ada sebagai produk sosial? Ataukah fenomena ini sebenarnya biasa saja di spesies2 lainnya?
Mohon petunjuk sesepuh2 disini o(_ _)o
karena kt g bs menilai org tsb slh atau benar
baik atau tdk hny melihat dr orientasiny
toh coba kita pikir,,ad kali y sejuta msyrkt indo yg memiliki orientasi menyimpang,,tp mreka buktiny dpt bekerja dgn baik
coba jika kt pikir mreka smua dimusnahkan
tanpa kalian sadar org2 yg d blg menyimpang tsb justru membntu perekonomian negara dgn Ia bekerja
saya sendiri sbgi seorg gay dpt brpkir scra baik,,dan org normal pun blm tentu lbh baik dr saya
jd mnurut saya hak ssorg utk melakukan ap yg d anggap benar
tanpa org2 awam sadar mereka juga membutuhkan kita
beribu2 org dgn orientasi menyimpang tenagany diperlukan dlm bekerja
kita tdk perlulah mempermasalahkan orientasi
knp justru kdg org malah menilai orientasi dan malah melupakan prestasiny y?
rasany tdk adil jika kita mengcap org jelek hny krn dia memiliki perbedaan
terlalu egois
apalg dgn org yg membawa2 agama utk ngatur2 hidup org lain,,
org indo terlalu kepo sih mempermasalahkan privasi dan orientasi org lain
Kedua, stop menyangkut pautkan orientasi dengan keberhasilan / ketidakberhasilan seseorang, tak ada statistik kalau gay/lesbi/bi lebih segalanya atau yg normal juga lebih baik..
Ketiga, mulai lah dari diri kalian sendiri untuk membuktikan bahwa kalian sama dgn orientasi lain, bahwa dgn orientasi kita pilih bisa hidup baik dan sama dgn yang lain. Dengan hidup sehat dan seks sehat.
Setuju dgn pendapat kawan2 diatas..
Itu pendapat ane sendiri, silahkan masukan / koreksiannya...