It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Part 16 akan menceritakan sisi dibalik rutan kebon waru.
Minggu depan mau ketemu dengan Hendra ">
Tadi siang baru sampai Indonesia.
Hahahaha......Aku ngakak baca semua komen semuanya.
Aku sama sekali ngga merasa terganggu, malah terhibur dengan komen2 diatas....
Lanjutkand
@joenior68 : Gilang jangan di perem dong. Kasihaaannnnnn (
@black2_gemini : Siap laksanakan.....
@luketan : Lanjut ya ke part 15
@4ndh0 : Reaksi Ipung ketika ketemu Agam ada di part 15.
Lanjut ya...
@jorse : Busyet deh imajinasinya....Tapi ada beberapa yang perlu aku pertimbangkan. Hehehehe..... Lanjut ya ke part 15
@tito_palbatu : Bentar ya, aku mau upload kok...
@the_angel_of_hell : Siap...Pasti dilanjut kok....
@Adam08 : Ada yang tugas kantor, ada juga yang cuma jalan-jalan aja. Terakhir sih cuma jalan2 aja.
Dear All Readers, maaf ya kalau ada yang tidak berkenan dengan kelakuan Agam yang super mesum. Karena di part ini, ada sedikit mesum yang dilakukan Agam.
Lanjut ya ke part 15
Setelah aku selesai membersihkan badan dan berganti baju, aku langsung melajukan motorku menuju kos nya Rahmat yang berada di daerah Cisitu Dago. Tidak terlalu padat jalanan pada sore hari ini sehingga aku bisa memacu kendaraanku dengan kecepatan tinggi.
Suasana bangunan hotel yang sudah beralih fungsi menjadi kos ini terlihat sangat sepi. Hanya ada seorang lelaki berumur sekitar 50 tahunan sedang menyapu daun-daun kering yang berserakan di halaman depan lobby. Aku parkirkan motorku di samping bangunan utama, kemudian aku bergegas menuju kamar yang bertuliskan angka 105 yang menempel di pintu kamar.
Tok… Tok… Tok…
Kudengar ada seseorang dari dalam kamar sedang membuka gagang pintu. Setelah pintu terbuka, munculah Rahmat dari balik pintu yang hanya menggunakan kaos singlet dan masih bercelana seragam SMA.
“Masuk Gam…”Rahmat mempersilahkanku masuk ke dalam kamarnya. Jantungku mulai berdetak kencang ketika melihat Ipung yang sedang duduk dengan kaki terbaring di atas kasur berukuran king size sambil melihat televisi yang menanyangkan acara gosip-gosip.
“Hai Pung…”Sapaku sambil tersenyum. Ipung hanya melirikku sejenak kemudian memalingkan mukanya ke arah televisi tanpa sedikitpun membalas sapaanku dan senyumanku. Rupanya dia masih marah kepadaku.
“Kamu mau minum apa Gam ?” Tanya Rahmat sambil menutup pintu kamar kosnya.
“Air putih aja Mat…Eh loe ntar malam mau kemana ?” Tanyaku kepada Rahmat yang sedang berjalan menuju kulkas kecil yang berada di bawah meja televisi.
“Biasalah Gam….Mau ke rumah si Babeh. Jam 6 sore berangkatnya.” Jawab Rahmat yang kemudian memberikan sebotol air mineral dingin berukuran sedang kepadaku.
“Thanks Mat…Gue tadi siang habis dari sana, ketemu Babeh sama si Zabeth. Kenapa si Zabeth ngga suruh ke sini aja Mat ?”
“Kalau Zabeth ke sini, Ipung tidur di mana ?” Tanya Rahmat sambil meletakkan pantatnya di kursi belajarnya. Tanpa ragu aku pun langsung merebahkan diriku di atas kasur dan perutnya Ipung dijadikan ganjal untuk kepalaku. Ipung terlihat kaget dengan perlakuanku ini, tetapi dia tidak berontak atau mengeluarkan suara sedikit pun.
“Malam ini kan gue mau culik dia ke rumah gue Mat…. Mumpung mulutnya lagi bisu, jadi gue ngga perlu repot-repot ngebekap mulutnya.”
“Emangnya mau si Ipung diajak ke rumah kamu ?” Tanya Rahmat sambil tersenyum ke arahku.
“Namanya juga diculik Mat, mau ngga mau ya harus mau nginep di rumah gue nanti malam.” Aku pun membalas senyuman Rahmat, senyum antagonis yang tidak terlihat oleh Ipung.
“Ngga…Ngga…..Aku ngga mau nginep di rumah kamu.” Ipung mulai bersuara, namun dia tidak merubah posisi kepalaku.
“Eh ada suaranya Mat…”Mataku sedikit terbelalak mengisyaratkan kekagetan yang dibuat-buat.
“Hehehehe…..” Rahmat hanya tertawa melihat ekspresi wajahku.
“Memangnya gue minta pendapat atau persetujuan loe Pung ?” Ucapku sambil memalingkan mukaku ke arah mukanya dia. Ipung memandangku tajam dengan sedikit emosi.
“Pokoknya aku ngga mau kalau nginep di rumah kamu !!!” Bentak Ipung.
“Deeeuuuhhhh….masih marah euyy. Udah ya jangan marah-marah melulu.” Ucapku sambil mengelus-elus dadanya. Ipung kembali memalingkan mukanya ke arah televisi. Aku pun kembali mengarahkan pandanganku ke Rahmat dan kepalaku masih di posisi yang sama.
“Mat….Masih marah tuh. Gue mau pulang aja kalau gitu.” Ucapku sambil mengangkat kepalaku. Baru saja kepalaku terangkat setengah, tangannya Ipung meraih kepalaku dan diletakkan kembali di atas perutnya.
“Aku belum beres marah-marahnya !!!!” Bentak Ipung yang masih memegang kepalaku.
“Eh..iy..iya….Gue tunggu deh sampe loe beres marah-marahnya sama gue.” Aku palingkan wajahku ke arah mukanya. Hanya sesaat dia memandangku tajam, kemudian dia palingkan kembali mukanya ke arah televisi.
“Mat...Sepertinya gue harus nunggu dulu di sini. Loe mandi aja dulu.” Ucapku sambil memalingkan mukaku ke arah Rahmat.
“Iya Gam…Aku mau mandi dulu kalau gitu. Kamu beresin aja dulu masalahnya dengan Ipung ya…” Ucap Rahmat yang beranjak dari kursi belajarnya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.
“Loe kalau keluar dari kamar mandi harus pake baju sama celana ya, gue masih nafsu liat badan loe dalam keadaan bugil, takutnya gue khilaf dan langsung memperkosa loe. Hehehehe……”
“Hahahah…ada-ada aja kamu tuh.” Ucap Rahmat yang langsung menutup pintu kamar mandi. Tinggal kami berdua yang berada di dalam kamar ini.
“Pung….Gue minta maaf ya, waktu itu gue memang salah sama loe.”
“Kenapa sih kamu tega banget jadi orang ?” Tanya Ipung dengan tatapan mata yang tajam.
“Iya…gue akuin deh kalau gue jahat sama loe. Gue juga tanggung jawab kok. Sekarang loe maunya gue disuruh apa, supaya loe ngga marah lagi ?” Tanyaku sambil mengelus dadanya.
“Kamu jangan jebak aku dengan obat perangsang.” Suara Ipung sudah melunak saat ini. Entah karena elusanku atau memang dia mau merasakan kembali sensasi yang aku lakukan kepadanya.
“Iya..iya…Gue janji ngga akan kasih obat itu lagi. Tapi malam ini loe tidur di rumah gue ya. Gue ngga akan jahat kok sama loe.” Ipung hanya menghelai nafas panjang dan kemudian dia memalingkan wajahnya ke arah televisi yang aku yakin tidak ada yang dia perhatikan.
“Pung…Mau ya malam ini tidur di rumah gue ?” Lanjutku
“Iya Gam….” Jawab Ipung sambil kembali menghelai nafasnya. Aku yakin dia sangat berat hati untuk mengatakan iya, tapi aku akan buat dia nyaman berada di sampingku malam ini.
Tidak ada kata-kata sedikitpun yang terucap dari mulut kami berdua. Tapi aku sangat menikmati momen seperti ini, rasanya nyaman sekali tidur di atas perutnya Ipung. Selang beberapa menit Rahmat keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk saja. Badannya memang sangat kekar dan seksi, tapi sayangnya dia sudah dikuasai Zabeth.
“Mat…kan gue udah bilang kalau keluar dari kamar mandi harus pake baju dan celana. Loe nekat banget sih bertelanjang dada gitu ?”
“Pung…Pegangin si Agam, jangan sampai lepas ya….Ganas orangnya.”
Plaak !!!!
“Aduh…kenapa pipi gue ditampar Pung ?” Aku memegang pipiku yang terasa sedikit panas tanpa merubah posisi tidurku.
“Kamu orangnya ganas, makanya harus ditampar !!!” Ucap Ipung sambil memegang kepalaku agar tidak bisa bergerak.
“Hehehehe…Dia kayak gitu kalau marah Gam, ngga banyak ngomong tapi tangan yang bergerak.” Komentar Rahmat sambil mengenakan kaos dan celana jeans.
“Iya ya Pung….Loe mau ngga berantem sama gue ?” Tanyaku kepada Ipung.
“Gam….Kamu mah ya…Kan tadi di sekolah udah janji ngga akan mukulin si Ipung.” Bela Rahmat. Ipung tidak memberikan komentar sedikit pun. Matanya masih tetap tertuju ke arah televis, tetapi tangannya mulai mengelus-elus rambutku.
“Iya Rahmat tomat….Gue selalu pegang janji kok. Malam ini Ipung tidur di rumah gue, loe ajak aja si Zabeth ke sini.”
“Sepertinya sih begitu Gam, lagian ngga enak kalau numpang di rumah Babeh terus.”
“Gue pulang sekarang aja ya Mat, masih ada yang harus gue kerjain di rumah.” Ucapku sambil beranjak dari kasur. Tanpa diperintah Ipung pun ikut beranjak dari kasur kemudian mengenakan sepatu yang dia taro dekat dengan pintu kamar.
“Mat…aku jalan dulu ya…”Ucap Ipung setelah mengenakan sepatu casualnya. Aku pun pamit kepada Ramhat. Setelah itu kulajukan motorku menuju rumahku. Sesampainya di rumahku, aku menyuruh Ipung langsung masuk ke dalam kamar, sedangkan aku seperti biasa menyiapkan apa yang dibutuhkan Ipung.
“Pung…kopinya gue taro di atas meja ya. Jendalanya dibuka aja ya, loe kan mau ngerokok.”
“Makasih ya Gam….Itu kopinya ada obat perangsangnya ngga ?”
“Nih gue minum dikit supaya loe percaya kalau kopinya ngga gue kasih obat perangsang.” Ucapku sambil meminum sedikit kopi hitam yang aku buat untuk Ipung. Kemudian kuberikan cangkir kopi ini kepada Ipung
Setelah Ipung percaya bahwa kopinya tidak tercampur obat perangsang, dia mulai minum kopi buatanku sambil menyalakan sebatang rokok kretek filternya.
“Pung…gue tadi beli beberapa bungkus rokok kayak punya loe. Loe mau ngga ?”
“Buat apa kamu beli banyak ? Kan kamu ngga merokok Gam ?” Tanya Ipung heran sambil mengepulkan asap rokoknya ke udara.
“Besok gue mau besuk kakaknya temen gue di rutan Kebon Waru, kata Babeh harus bawa rokok juga. Tadi gue beli satu pak besar. Kalau loe mau, ambil aja sebagian.”
“Ngga ah Gam…kamu kasih aja semuanya buat kakaknya teman kamu. Nanti kalau punyaku habis, aku tinggal beli lagi ke minimarket. Kasusnya apaan Gam ?”
“Penadahan Pung, pelanggaran pasal 480 KUHP. Loe juga mesti hati-hati Pung, gue kemarin baca tentang kepemilikan narkotika itu melanggar pasal 114 KUHP, hukumannya bisa 5 tahun penjara. Loe ngga takut apa di penjara ?”
“Ya takut lah Gam….Makanya aku belinya sembunyi-sembunyi.”
“Tapi kalau loe apes, kan bisa panjang urusannya. Mending loe tinggalin deh barang-barang terlarang. Gue aja udah buang kok obat perangsang ke dalam wc.”
“Iya Gam….Aku coba berhenti pake barang-barang seperti itu.”
“Harus loh Pung….Gue ngga akan mau besuk loe kalau sampai ketangkep gara-gara narkotika. Eh…loe mau nonton film apa ? Gue soalnya mau ngerjain PR dulu Pung.”
“Apa aja Gam…film action ada ngga ?” Tanya Ipung
“Ada Pung…” Ucapku sambil mencari film action barat. Setelah aku mengambil film berjudul The Bourne Identity yang diperankan oleh Matt Damon, aku masukkan ke dalam player dvd. Setelah film ini muncul di layar televisi, aku langsung mengerjakan PR untuk besok pagi.
Sesekali kulirik Ipung yang sedang serius melihat film yang sedang diputar. Dia terlihat sangat manis, dan terutama wajahnya yang membuat gairahku memuncak.
“Kenapa Gam ?” Tanya Ipung tanpa memalingkan wajahnya ke arahku. Sepertinya dia merasa sedang diperhatikan olehku.
“Hehehe...Loe cakep Pung.” Ucapku sambil memalingkan wajahku ke buku-buku pelajaran yang berserakan di meja belajarku. Tidak ada komentar sedikit pun yang dia ucapkan. Aku pun melanjutkan mengerjakan PR ku.
Belum selesai mengerjakan PR, pintu kamarku ada yang mengetuk dan ada suara yang memanggil namaku. Sudah bisa dipastikan Gilang akan minta tolong mengerjakan tugas sekolahnya.
“Bang Agam..Eh ada tamu….” Ucap Gilang yang sudah masuk ke dalam kamarku.
“Pung, kenalin ini adik gue. Namanya Gilang, loe belum pernah ketemu kan ?” Aku memperkenalkan Gilang kepada Ipung. Setelah mereka berjabatan tangan sambil mengucapkan namanya masing-masing, aku bertanya kepada adikku yang di tangan kirinya dia genggam dua buah buku.
“Loe mau minta apa Dul ?”
“Anu Bang…Tolong kerjain PR Matematika ya….Aku ngga bisa sama sekali.” Gilang menyodorkan 2 buah buku kepadaku. Buku yang pertama adalah buku cetak pelajaran matematika, sedangkan buku yang kedua adalah buku tulis bersampul coklat.
“PRnya halaman berapa Dul ?”
“Halaman 36 Bang….Dari nomor 1 sampai nomoe 10.”
“Loe temenin A Ipung dulu ya…Gue kerjain PR loe.” Ucapku sambil meraih buku yang disodorkan Gilang kepadaku.
Aku tidak terlalu memperhatikan topik yang diperbincangkan oleh mereka berdua, namun jika kuperhatikan sekilas, nampaknya Gilang langsung akrab dengan Ipung. Gilang memang termasuk orang yang mudah bergaul, sayangnya dia malas sekali mengerjakan tugas sekolah.
Hampir 1 jam aku membereskan tugasku dan Gilang. Sebenarnya tuganya Gilang ini sangat mudah sekali, namun karena harus dijawab secara rinci, maka aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membereskan seluruhnya.
“Dul….Tugasnya udah beres tuh. Loe pelajarin lagi semuanya, supaya bisa jawab kalau ditanya guru.”
“Makasih ya Bang…..Bang Agam, kalau aku di tatto kayak A Ipung boleh ngga ? Gambarnya bagus banget.” Ucap Gilang sambil menunjuk ke arah lengannya Ipung yang terdapat tatto bergambar gotic.
“Ga boleh !!!! Awas loh ya kalau loe sampai di tatto, gue cincang jadi baso urat.” Aku tatap matanya Gilang untuk meyakinkan ucapanku barusan.
“Iya Bang….” Gilang menunduk lesu.
“Sini Dul….”Ucapku karena merasa iba telah membentaknya. Gilang beranjak dari kasurku dan berjalan kearahku, wajahnya masih dia tundukkan. “Ngga boleh ya badan loe di tatto. Udah jangan murung gitu.” Lanjutku sambil mengelus-elus kepalanya.
“Iya Bang…..Aku kan cuma tanya aja kok.” Ucap Gilang sambil mengangkat kepalanya.
“Iya…iya….Maafin gue ya….Sekarang loe ambilin makan malam untuk A Ipung dan gue, sekalian air putihnya 2 gelas ya. Bilang sama nyokap dan bokap, gue lagi ada teman di kamar.”
“Iya Bang….Aku ambil makanan dulu ya…” Ucap Gilang yang kembali ceria sambil berlalu dari hadapanku. Dia selalu menuruti permintaanku tanpa pernah membantah.
Setelah Gilang tidak ada di kamarku, Ipung mulai berbicara, “Kamu galak banget Gam…..”
“Hehehehe….Gue keceplosan barusan. Tadi kalian pada ngobrolin apa memangnya ?” Tanyaku kepada Ipung yang mulai menyalakan sebatang rokoknya.
“Dia tanya cara membuat tatto dan rasanya di tatto. Adikmu ganteng ya Gam….” Ipung mengepulkan asapnya ke udara, aku pun duduk di kursi belajarku kemudian kudorong ke arah kasur.
“Iya Pung….Loe suka ya ?” Aku memancing Ipung untuk mengetahui orientasi seksualnya.
“Gam…sejak kapan aku suka sama laki-laki ?” Tanya Ipung menatap wajahku tajam.
“Eh…belum ya ? Tapi kenapa loe memperhatikan gue waktu ganti baju ?” Tanyaku untuk menyudutkannya.
“Ng…Ngga memperhatikan kamu kok.” Ipung kembali memalingkan wajahnya ke layar televisi.
Aku beranjak dari kursiku, kemudian melepaskan kaosku di depan Ipung. Dia masih belum bergeming untuk melihatku. Aku berjalan ke arah lemari bajuku yang berada di samping meja televisi. Setelah berada di depan lemari, aku lepaskan celana jeansku sambil membelakangi Ipung. Pada saat aku berbalik ke arah Ipung secara mendadak, Ipung terlihat membuang mukanya ke arah tembok.
“Pung…Televisinya di sebelah gue, bukan di tembok.” Ucapku sambil tersenyum. Kemudian aku melepaskan celana dalamku dan berbalik ke arah lemari pakaian. Keadaanku saat ini sama sekali tidak menggunakan sehelai benang pun.
Setelah memilih kaos oblong dan celana boxer, aku berjalan mendekati Ipung yang terkadang melihatku dalam kondisi bugil. Aku gunakan celana dan baju ini persis di hadapannya.
“Gam….Nanti malam jangan ganggu aku ya.” Pinta Ipung tanpa melirik ke arahku.
“Iya Pung…Gue ngga akan ganggu loe kok….” Ucapku sambil merebahkan badanku di atas kasur samping Ipung.
“Bang Agam…..” Suara Gilang dari balik pintu kamarku. Aku pun berdiri kembali dan berjalan ke arah pintu untuk membukanya.
“Taro aja di meja belajar ya Dul….”Gilang berjalan ke arah meja belajar sambil membawa baki yang berisi 2 piring nasi dan 2 gelas air putih dingin.
“A Ipung…makan dulu, aku taro di sini ya makanannya.” Ucap Gilang sambil tersenyum manis.
“Iya Lang…Makasih ya…”
“Dul…Abis makan malam, loe langsung belajar ya, baca lagi PR nya.”
“Bang, tadi si Papah nanyain temannya Bang Agam.” Tanya Gilang.
“Terus loe jawab apa ?”
“Aku bilang aja namanya A Ipung.”
“Si Papah ngomong apa lagi ?”
“Dia tanya A Ipung itu yang mana, aku jawab aja yang suka merokok dan ada tatto di lengannya. Terus katanya lagi, kenapa ngga disuruh makan di meja makan aja. Cuma itu aja Bang…”
“Ya udah bilangin aja, temannya Bang Agam pemalu orangnya, jadi ngga berani makan di luar.”
“Iya Bang…nanti aku bilang ke si papah.” Ucap Gilang sambil berlalu dari kamarku. Kemudian aku tutup pintu kamarku sekalian aku kunci agar adikku tidak bisa langsung masuk ke dalam kamar.
“Gam….Bapak kamu ngga marah kalau aku merokok di kamar ?” Tanya Ipung
“Ngga lah, mereka aja pada merokok. Apalagi kalau udah ada ibu-ibu sosialite datang ke sini, deeeuuhhh….asep semua Pung.”
“Kamu keberatan ngga kalau aku merokok di kamarmu ?”
“Ngga lah…kan gue udah biasa cium asap rokok. Tapi gue ngga terlalu suka merokok. Mending ngerokoknya yang bisa keluar cairan putih-putih.”
“Kamu tuh ya….” Ucap Ipung tersenyum.
“Loe mau mandi dulu atau mau makan dulu ?” Tanyaku kepada Ipung.
“Aku mandi dulu aja ya, setelah itu makan malam. Kalau kamu udah laper, duluan aja makannya Gam.” Ipung bangkit dari kasur, kemudian berjalan menuju kamar mandi.
“Gue nunggu loe aja Pung.” Ucapku sambil mencari handuk bersih, baju dan celana boxer di dalam lemari pakaian. Kulihat Ipung menutup pintu kamar mandi.
Beberapa saat kemudian terdengar suara air yang mengalir dari pancuran yang berada di dalam kamar mandi. Kubuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci, Ipung terlihat sedang membelakangi pintu kamar mandi. Yang kulihat hanya tubuh bagian belakang yang sudah basah.
“Pung gue taro di sini ya handuknya.” Ucapku sambil menggantungkan handuk bersih dibalik pintu kamar mandi. Kemudian kututup kembali pintu ini.
Kurebahkan badanku di atas kasur sambil menunggu Ipung selesai mandi. Kulihat televisi yang menyiarkan sinetron Indonesia yang isinya hanya kegalauan penuh konflik serta intrik. Aku sama sekali tidak tahu rasa galau itu seperti apa, atau rasa cinta penuh konflik. Seolah mencintai seseorang itu sangat sulit untuk diungkapkan. Kalau suka ya tinggal bilang suka, kalau benci ya tinggal bilang benci, dan kalau marah ya tinggal kepret aja. Selesai kan urusan. Ngga perlu harus dipendam di dalam hati atau dibuat muter-muter sampe kepala pusing.
“Nonton apa sih Gam ? Kelihatannya serius banget.” Ipung menyadarkanku dari lamunanku.
“Eh…ini Pung, gue lagi liat sinetron Indonesia yang penuh intrik. Gemes gue liatnya.”
“Memangnya kenapa Gam, kok bisa sampai gemes gitu ?” Ipung mulai mengenakan celana boxer dan kaos oblong yang kuletakkan di atas meja belajarku.
“Isinya penuh kepalsuan Pung. Gitu deh…gue juga bingung ngejelasinnya bagaimana.”
“Mata kamu tuh kok ngga pernah lepas dari selangkanganku ?” Aku tidak sadar kalau Ipung dari tadi memperhatikan pandanganku.
“Heheheh….soalnya gue suka punya loe Pung. Makan dulu yuk…gue udah laper banget.” Kami pun langsung menyantap makanan yang telah tersedia. Aku duduk di kursi belajarku berhadapan dengan Ipung yang duduk di atas kasur.
Setelah selesai menyantap seluruh makanan, seperti biasa Ipung menyalakan rokok kretek filternya.
“Pung, loe mau nonton film apalagi ?” Tanyaku
“Mmmm….ada pilem bokep ngga Gam ?”
“Ada Pung, gue cari dulu ya.” Ucapku bersemangat. Aku mengambil cd porno yang kuletakkan di bawah tumpukan buku pelajaran sekolah. Setelah dapat, kumasukkan cd porno yang salah satu pemerannya adalah Logan Reed. Salah satu actor favoritku yang mukanya mirip Ipung.
Setelah film berputar selama satu menit, belum ada komentar yang keluar dari mulutnya Ipung. Selang 5 menit kemudian Ipung pun berkomentar.
“Gam….mana perempuannya ? Kok pemainnya lelaki semua ?” Tanyanya ketika film ini menayangkan adegan lelaki bertubuh kekar sedang mencium lelaki berkulit hitam.
“Mmmm…ini film khusus lelaki normal Pung. Jadi pemerannya lelaki semuanya.” Ucapku tanpa memperdulikan ekspresi wajah Ipung yang terlihat keheranan.
10 menit film berlalu….
20 menit film berlalu, tidak ada komentar sedikit pun dari mulut Ipung. Dia hanya menatap film ini takjub. Sesekali kuarahkan pandanganku ke selangkangannya yang tertutup oleh kedua tangannya Ipung.
Pada saat ada adegan yang diperankan oleh Logan Reed, aku pun langsung berkomentar “Pung, mukanya mirip dengan loe. Dari semua pemeran yang main di film ini, dia aktor favorit gue.” Ipung menoleh kearah mukaku tanpa memberikan respon sedikitpun. Dia juga melihat ke arah selangkanganku yang sekarang berubah menjadi sebuah tenda pramuka.
“Loe kok ngga komentar sih…Lagi bisu ya ? Mmmmm…..Gue boleh pegang kemaluan loe ngga ?” Kali ini aku harus meminta ijin terlebih dahulu karena tadi dia sudah mewanti-wantiku agar tidak mengganggunya.
Tapi kali ini juga tidak ada jawaban sedikitpun. Aku merubah posisiku seperti di kosnya Rahmat. Kuletakkan kepalaku di atas perutnya Ipung. Karena dirasa salah satu tangannya Ipung tertindih oleh tengkukku, dia merubah posisi tangannya yang asalnya memegang kemaluannya menjadi memegang kepalaku. Dia pun mulai mengelus-elus kepalaku secara perlahan. Kini kemaluannya hanya di pegang oleh satu tangan, dan terlihat jelas bahwa Ipung sedang dalam kondisi birahi tinggi.
Aku coba untuk memegang gundukan yang berada di tengah-tengah selangkangannya Ipung. Kali ini pun dia sama sekali tidak bereaksi. Ipung menikmati stimulus yang kulakukan melalui jemariku. Perlahan kuturunkan celana boxer yang sedikit longgar untuk melihat kemaluannya Ipung yang sudah berdiri tegak. Setelah terlihat jelas, kupalingkan wajahku ke arah mukanya sambil berkata “Boleh ya Pung….?” Dia hanya menganggukan kepala saja.
Perlahan kumasukkan kemaluan Ipung ke dalam mulutku kemudian kukeluarkan kembali, dan berulang terus sampai Ipung mulai menggelinjang. Tetapi aku sangat paham sekali kapan dia akan mengeluarkan cairan tubuhnya. Aku tidak mau terburu-buru untuk mengeluarkan cairan tubuh Ipung, aku sangat menikmati melihat ekspresi wajahnya pada saat dia sedang menggelinjang. Kali ini aku lakukan jauh lebih lama dibanding pertama kali aku melakukannya beberapa hari yang lalu.
“Gam….Kamu memang manusia terjahat yang pernah aku temui.” Mata Ipung terlihat sayu penuh birahi.
“Gue jahat apalagi Pung ?” Tanyaku sambil tersenyum manis kepadanya.
“Aku udah ngga tahan dari tadi Gam….”
“Tapi gue masih betah ngulum punya loe Pung.”
“Kamu kan bisa minta lagi lain kali, aku udah ngga tahan kali ini.”
“Iya…iya…..Gue beresin deh.” Ucapku. Akhirnya aku keluarkan cairan tubuhnya yang membanjiri mukaku dan dan perutnya Ipung. Ekspresi wajah Ipung terlihat puas dengan apa yang kulakukan barusan. Walaupun aku tidak sampai mengeluarkan cairan tubuhku, tetapi aku sangat puas dengan apa yang kulakukan barusan.
***