It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Buat temen sarapan/makan siang hari ini ada gak update nya kak ?
pengen upload tp gk tega.. bagian akhir soalnya...T.T
(|'•̃┌┐•̃) нɑɑh ??! Terakhir ? Ayo lha panjangin dkit jelasin antara. Ferdi n tommy
Beraarti juudulnya antara dira, regi dan dimas
buat Ferdi dan yang lainnya udah aku ketik ko... cuma cerita utamanya gua akhiri tentang mereka bertiga dan cerita Ferdi sebagai side story... gpp ya
Tp bner dah.. Endingnya panjangin ya [-O<
Aku Dimas. Pagi ini, setelah Dira pamitan pulang ke kost-an, aku sangat khawatir dengan keadaannya. Mungkin ketika bersamaku, dia bisa bersikap kalem untuk menenangkanku. Tapi aku tahu, dia bukanlah tipe orang baik yang bisa memaafkan orang lain begitu saja. Apalagi masalah ini. Kuputuskan, aku menyusul Dira ke kost-annya setelah sekitar lima belas menit Dira pulang dari rumahku.
Sepanjang perjalanan, yang aku khawatirkan adalah bagaimana kalau dia bertemu dengan Regi? Entah itu Regi yang datang ke kost-an Dira ataupun DIra yang datang ke kostan Regi. Keduanya bakal berefek buruk. Setidaknya itu pikiranku saat ini.
Di depan kamar Dira, aku melihat Ferdi. Dia tidak tidak masuk ke kamar atau mencoba mengetuk pintu kamar untuk masuk. Kudekati dia dan kusentuh bahunya.
“Ada apa?”
“Regi, Mas. Regi lagi di kamar Dira. Pas gua mau masuk, gua denger suara-suara orang ribut-ribut” Kata Ferdi khawatir “Em… Dari tadi, gua denger nama lo disebut-sebut. Apa karena ini lo berubah beberapa waktu terakhir? Apa bener Dira… sama Regi… Pacaran?” Ferdi semakin penasaran.
“Sori, Fer. Apa yang kamu denger semuanya bener. Aku suka Dira, dan… yah, tapinya Dira jadian sama Regi. Dan ribut-ribut ini terjadi mungkin kamu sudah denger gimana awalnya…” kataku. Aku jadi mengobrol dengan Ferdi di luar membiarkan ribut-ribut di dalam kamar berlangsung.
“Gu. Gua sih gak masalah kalau lo… Suka sama Dira yang… Cowok. Toh hak lo kan? Persahabatan kita gak bakal berkurang” kata Ferdi dengan tatapan kosong ke arah pintu kamar Dira.
BRAKK!!
Pintu kamar Dira seperti dipukul. Aku berdiri dan kuketuk pintu kamar Dira. Tak berapa lama Dira membukakan pintu. Air wajahnya tidak seperti Dira biasanya. Penuh dengan amarah. Dira pun mengusir Regi keluar kostan dengan ditemani Ferdi.
“Fer, jagain Regi ya” Kataku.
“Awas dateng lagi…!!!” Dira masih mengumpat-umpat kepada Regi yang sekarang menjauh dari kostan. Kutarik Dira masuk ke kamar. Dira berontak. Kupeluk erat Dira agar tenang. Kuusap-usap punggungnya.
“Sst.. Ssst… Udah Dir… tenang…” Bahuku basah. Dira menangis di bahuku. Dira memelukku sangat erat.
“Kamu jangan marah lagi, Dir. Sudah, biarin aja Regi…” Kataku.
“Ta, tapi si brengsek itu udah bikin kamu…”
“Udah, biarin aja. Mungkin ini hukuman buat dia, buatku juga. Aku terlalu mudah dipancing oleh provokasi dia yang pacaran dengan kamu, Dir. Perasaanku terlalu sensitif, apalagi soal kamu. Sudah aku bilang dulu, kalau kamu satu-satunya yang bisa bikin aku khawatir dan gak tenang kalau kamu ada apa-apa. Aku terlalu lemah untuk yang satu ini. Apalagi saat aku tahu niatan Regi aku sudah hilang kontrol” Kataku.
“Dia udah mainin perasaanku dan kamu, Mas…”
“Iya. Aku tahu. Aku marah dan semakin benci sama dia. Tapi, sudahlah. Dia sudah menerima pukulanku, pukulmu, bentakan dan makian juga. Kurasa itu cukup buatnya untuk berpikir dan mengkoreksi diri. Aku yakin, dia akan kapok dan berpikir dua kali untuk melakukannya lagi, baik pada kita ataupun yang lainnya” Aku mencoba untuk tenang dan meredakan emosi Dira. Mudah-mudahan apa yang aku katakan tidak salah dan menyulut emosi yang lebih lagi.
Seperti yang aku katakan barusan, aku marah. Marah besar. Ini yang kedua kalinya Regi mempermainkanku. Dulu, ketika SMA, aku sangat sangat marah padanya karena dia mengolok-olokku yang menyukainya. Tapi sekarang, justru aku merasa kasihan sama Regi. Regi yang dulu tidak suka dengan laki-laki sudah berubah. Kejadian ini buatku adalah suatu pelajaran buatnya dan pembalasan untuknya atas apa yang telah dia lakukan padaku dulu. Karma mungkin?
Kalau saja tidak ada alasan balas dendam padaku, aku tidak akan marah semarah ini pada Regi. Aku akan mengaku kalah dan akan tetap berteman dengannya. Akupun tidak akan marah sama Dira yang sudah membuat keputusan. Aku akan menerimanya dan akan tetap berteman dan menyukainya. Buatku, walaupun gombal, cinta memang gak harus memiliki. Tapi, kejadiannya lain. Aku harus merebut dengan paksa Dira dari tangan Regi, sebelum Dira tersakiti lebih dalam. Lagi hanya karena dendam Regi padaku.
Nafas Dira mula teratur dan lebih tenang. Kubiarkan dia tetap memelukku.
“Mas, maafin aku ya” Katanya.
“Udah maaf-maafannya… kemarin kan kita udah puas maaf-maafan di rumahku” kuelus bagian belakang kepalanya.
“Aku… aku gak tau apa yang udah aku lakuin tadi. Aku kalap pas liat Regi udah ada di depan kamarku. Aku belum siap ketemu dia secepat ini. Untung gak ada piso di kamar”
‘Aku ngerti… udah. Biarlah yang tadi terjadi. Cukup jadi pelajaran buat Regi”
“Mas, aku…”
“Sudah… sudah… tenang ya, Dir. Masih ada aku di sini. Aku gak bakal meninggalkanmu. Apapun yang terjadi, aku akan melindungimu” Aku melepaskan pelukanku dan menggenggam kedua tangan Dira “Kamu percaya kan?” tanyaku yang dibalas anggukan ringan oleh Dira.
“Aku masih sayang sama kamu, Dir” Kataku. Kami kembali berpelukan.
“Sebenernya, Mas. Udah lama aku suka sama kamu. Sejak kita pertama ketemu dulu pas semester dua. Cuma, aku ragu. Apakah kamu menyukaiku juga atau enggak? Semakin ke sini aku semakin ragu. Aku khawatir kamu menjauhiku, kalau aku bilang suka ke kamu” Kata Dira dari bahuku
“Pas kamu bilang suka padaku dulu, pas di rumah kamu, aku bukannya tidak suka. Aku suka. Sangat suka. Tapi aku malah jadi ragu apakah aku siap buat jalanin ini sama kamu yang… yah, kita udah akrab banget. Aku gak mau karena perasaan kita, hubungan kita malah rentan hancur hanya karena sebuah ikatan. Makanya aku tidak memberi kepastian padamu” tambahnya
“Soal Regi, yah, jujur, setelah beberapa waktu bertemu dan menjadi akrab, perasaan sukaku muncul padanya. Pas dia nembak aku… aku merasa ini jawabanku yang terbaik. Aku jadian sama dia karena kuharap kamu bisa mengerti maksudku” Dira melepas pelukan dan duduk di tepi kasur.
Aku hanya terdiam mencerna apa yang dimaksud Dira.
“Aku mengerti. Aku gak akan maksa kamu untuk jadi pacar aku. Perasaanku tidak akan berubah padamu” kataku kupasang senyum di wajahku menandakan aku siap menerima apapun keputusan Dira.
“makasih, Mas. Kamu udah ngertiin aku” Kata Dira.
“Santai aja ya” Aku acungkan jempol kananku “Ah… gerah” Kataku. Kukibas-kibaskan tanganku agar sedikit angin mendinginan wajah dan tubuhku yang kepanasan. Panas karena semua emosi yang terpendam semuanya meluap begitu saja.
“Ah, ini… Aku bawa apel dari rumah. Tadi kan kita gak sempet makan buah” Kataku mengeluarkan kantong plastik dari dalam tas yang tadi aku taruh sebelumnya di luar.
“… Ngerepotin lagi…” Kata Dira pelan
“Haha.. nyantai aja kali. Bi Asih kok yang nyiapin. Aku hanya bawa aja” Kataku sambil menyodorkan sebuah apel padanya.
Untuk mencairkan suasana, kunyalakan televisi. Lagi-lagi infotainment. Berapa kali sehari sih acara beginian ada di televisi? Apalagi ini, pagi, siang, malem, semuanya lagi asik bahas dandanan Syahrini. Setelah memilih-milih channel, akhirnya aku memilih channel yang lagi munculin berita kriminal.
“Lebih baik nonton ini. Daripada infotainment” Aku nyeletuk.
“Kenapa? Kamu syuting ya di berita ini?” Tanya Dira samba tertawa.
“Sial. Bukannya kamu? Jadi korban pemerkosaan”. Aku senang. Dira langsung bisa tertawa lagi setelah menghadapi masalah ini.
BUKK!
Guling melayang dari belakangku. Kita berdua tertawa. Hm.. suasana ini lebih baik daripada sebelumnya. Kuharap Dira kembali seperti Dira yang dulu, yang periang. Aku tidak mau lagi melihatnya dalam kondisi seperti tadi. Terlalu menyakitkan bagiku melihat Dira yang aku sayangi seperti tadi.
Sudah pukul sebelas. Aku putuskan untuk pamit pulang ke Dira.
“Dir, aku pulang dulu ya” kataku
“Oh, em… ya udah” Katanya.
Kurapikan sampah apel, kemudian aku gendong tasku dan melangkah ke ambang pintu.
“Inget, Dir. Lupakan yang barusan. Tetep tenang. Sampai ketemu lagi di kampus ya” Kataku melangkah ke luar kamar.
“Mas..!” Dira memanggilku sehingga aku menahan langkahku.
“Aku mau jadi pacar kamu” Kata Dira dari tepi tempat tidurnya.
“Kamu… Apa?” aku merapikan sisi rambut yang menutupi telingaku.
“Aku mau jadi pacar kamu” Ulangnya.
“Kamu… yakin?” Kataku tidak percaya apa yang aku dengar. Dira mengangguk.
Kulepas tas dari punggungku dan berbalik menghampiri Dira. Kucium dia yang sedang terduduk. Kurasakan kesenangan dan kebahagiaanku mengalir dari hatiku mengair ke seluruh tubuhku. Kuangkat tubuh Dira sampai berdiri. Kupeluk erat tubuhnya. Dirapun membalas pelukan dan ciumanku.
Hari ini, adalah awal yang baru bagiku dan Dira. Awal yang bahagia dari sebuah akhir cerita. Kami sepakat untuk menjalani hari-hari bersama seperti biasa, namun dengan embel-embel pacaran. Mengapa? Kok biasa-biasa saja? Kenapa tidak yang spesial? Karena aku dan Dira emang sudah dekat dari awalnya. Jadi, kita mengkondisikan senyaman mungkin dalam menjalani hubungan ini. Itulah yang spesial untuk kami jalani.
Satu minggu setelah kejadian yang cukup menguras tenaga, emosi dan pikiran, aku, Dira, Ray, Ferdi, dan Tommy berkumpul di gashibu tempat biasa kita berkumpul. Mereka semua telah mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi dan mereka menerima kondisiku dan Dira apa adanya tanpa mengurangi rasa persahabatan diantara kami. Ketika kami sedang mengobrol, Ferdi baru saja menyadari ada sepucuk surat terselip di atas kayu yang melintang di langit-langit gashibu. Kami membukanya:
Kepada
Dira, Dimas, Ray, Ferdi, ataupun Tommy.
Aku yakin, salah satu dari kalianlah yang akan menemukan surat ini. Tolong surat ini disampaikan kepada yang lainnya juga.
Siapapun yang menemukan surat ini diantara kalian, aku hanya ingin mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Maaf, kalau misalnya pada akhirnya aku tidak bisa menjadi salah satu teman yang baik untuk kalian. Khususnya buat Dira dan Dimas. Aku telah menjadi orang yang paling jahat buat kalian berdua.
Berawal dari amarahku pada Dimas yang menolak perasaanku (yang sebenarnya akibat kesalahanku di masa lalu yang mungkin gak bisa dimaafkan Dimas), aku mendekati kaian hanya untuk mengalihkan perhatian kalian dari Dimas. Semuanya terjadi begitu saja dan tanpa aku sadari efeknya, aku telah melakukan hal yang lebih jahat lagi kepada Dimas untuk yang kedua kalinya.
Dir, walaupun awalnya aku punya niat jahat, pada akhirnya aku benar-benar menyukaimu. Kamu masih ingat apa yang aku katakan dulu ketika kedua kalinya kita ketemu? Kamu tidak punya hal yang menonjol dibanding yang lain, tapi kamu bisa meluluhkan hati siapa saja karena kebaikan dan sikapmu.
Ray, Tom, walaupun kita jarang mengobrol, entah itu aku yang terlalu pendiam ataupun kalian yang terlalu sibuk, aku ucapkan terima kasih karena kalian telah menerimaku menjadi teman, setidaknya sampai terakhir kali kita ketemu.
Fer, buatku kamu adalah teman yang menghibur. Terima kasih atas candaanmu dan selalu menemani Dira. Terima kasih juga kamu mau menemaniku sampai akhir ketika di taman itu. Kamu semakin menyadarkanku untuk berintrospeksi.
Aku tidak akan mengganggu kalian lagi. Dan, mungkin kalian gak akan ketemu denganku seperti biasanya. Orang tuaku memaksaku untuk pulang ke Surabaya dan ngerjain skripsi dari sana, ibu sakit dan bapak harus kerja ke luar pulau. Aku udah bilang sama pembimbingku untuk revisi via email dan dia menyetujui setelah mendengar kondisiku.
Sekali lagi, kuharap kalian akan memaafkan aku.
Mas, Sori udah bikin salah lagi ke kamu dan jangan sia-siain Dira.
Regi,
Aku Dira. Gi, setelah membaca suratmu, bagaimana pun kabar kamu di Surabaya sana, semoga kamu baik-baik saja dan menyelesaikan skripsimu. Mungkin ini adalah cobaan terberat bagi persahabatan kami berlima dan kamu, namun kami berterima kasih juga karena berkat apa yang terjadi, kami bisa lebih akrab lagi. Semoga, kamu mempunyai sahabat seperti yang aku miliki. Janganlah sampai mengulang kesalahan untuk yang ketiga kalinya, keledai saja tidak pernah jatuh untuk yang kedua kalinya di lubang yang sama. Segera selesaikan skripsimu. kami harap kita akan lulus dan memakai toga bersama. Aku dan Ferdi sepakat untuk menunda kelulusannya semester depan agar bisa lulus bersama dengan Dimas, Ray, dan Tommy.
Cerita kami, mungkin tidak seberapa. Cerita kami hanyalah salah satu dari sekian banyak cerita yang ada di luar sana. Tapi kuharap bisa menghibur semuanya. Aku dan Dimas akan mencoba mempertahankan hubungan kami ini sebisa dan sebahagia mungkin agar tidak mengecewakan semua yang mengetahui cerita kami. Kami ucapkan terima kasih.
[TAMAT]
Yang sering gua mention dan gua gangguin notifnya:
@RakselLEE @LockerA @gr3yboy @bibay007 @AwanSiwon @dimasera @Touch @CoffeeBean @kiki_h_n @AoiSora @Aji_dharma @mybiside @Adam08 @johnacme @masAngga @adinu @rulli arto @lembuswana @Just_PJ @the_angel_of_hell @dheeotherside @CHE @Jesse84 @afif18_raka94 @Wooyoung
Makasih ya dah baca sampai akhir... begitu juga sama yang lainnya yang gak gw mention dan silent reader yang lainnya. Seneng bisa berbagi cerita dengan kalian semua...
Berikutnya The Other Story nya bakal gua kasih ke Tommy aja. kasian dia belum dapet Bagian banyak jadi maaf buat pendukung Ferdi maupun Ray... (Ditunggu nanti siang ya..;) )
cepet banget tamat nya , i hope cerita selanjutnya ga kalah keren ..
Thanks .
Kapan ya bs ketemu seseoorang kaya dira :P