It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@yuzz : ini akunnya mas tito yg bru, yg lama gk bs di buka
『』『』
“Jadi, bagaimana hari pertamamu di sekolah tadi?”
Dad, ayahku yang masih segar di usianya yang empat puluh membuka percakapan. Kami bertiga tengah duduk di ruang makan, menikmati makan sore yang dibuat Mbok Minah, pembantu kami. Sebenarnya, aku punya kakak cowok yang terpaut empat tahun denganku. Namun saat ini dia tengah menempuh pendidikan di Aussie, negeri kangguru itu. Jadi otomatis, hanya tinggal kami bertiga saja yang hadir dalam setiap prosesi makan keluarga ini.
“Hem.. lumayan Dad, cukup mengasyikkan,” jawabku dengan mulut penuh rendang daging yang sangat nikmat. Sementara ibuku, yang selalu jadi orang pertama yang bengis setiap aku ngomong sambil makan, hanya menatapku sinis.
“Syukurlah, berarti Dad tak salah memilihkan sekolah buatmu.”Ayah menyesap teh hijaunya. “Yang pasti, cuma satu pesan Dad, meskipun kamu siswa baru, jangan mau kalah sama yang lain, kamu harus berani, mengerti kan?”
“Siap komandan! hehe,” ujarku lantang sembari mengangkat tanganku ke kepala, seakan-akan aku ini prajurit yang siap melaksanakan tugas dari sang atasan.
“Sudah, sudah, kalau kalian ngobrol terus, kapan habis makanannya?,”ibuku yang sedari tadi diam akhirnya berkomentar juga. Aku dan ayah hanya tersenyum sembari melanjutkan acara makan di sore hari itu.
『』『』
Aku kembali menghembuskan nafas saat kakiku menjejak tepat di depan gerbang sekolah. Nggak tahu kenapa aku jadi ingat dengan ancaman G-4 yang akan membuat hari-hariku bakal jadi mimpi buruk. Mendadak saja langkahku jadi gentar. Tapi.. sudahlah. Sekali lagi kumantapkan hatiku, seperti kata Dad aku harus jadi kuat. Nggak usah peduli dengan ancaman cupu itu. Kau akan baik baik saja selama kau berani terhadap mereka, ujarku dalam hati.
Maka dengan semangat kulangkahkan kakiku melewati gerbang sekolah tinggi yang dijaga oleh Pak Satpam berbodi gempal itu. Sembari senyum-senyum ala Miss Universe kepagian aku terus memajukan langkahku.
Namun tiba-tiba..
Plakk! Crott! Byurr! “Hahahahahahahahaha!”
Tawa kencang nan serempak itu terdengar setelah lemparan tepung, telur, dan air sukses mendarat ditubuhku. Otomatis, aku yang masih terpaku saking kagetnya nyaris seperti ayam goreng Kentucky yang gagal dibuat. Aku mendengus kuat- kuat. Sumpah demi Tuhan! Aku akan membunuh siapa saja yang berani melakukan ini padaku. Aku serius! Aku nggak main- main!
Namun belum sempat aku melontarkan umpatan-umpatan yang tak seharusnya, muncul empat orang yang tak lain adalah G-4 sialan itu dengan wajah dan tawa yang mengejek. Jadi lagi-lagi ini ulah mereka. Maka tanpa basa-basi langsung kulemparkan tatapan paling mematikanku.
“Nah, bagaimana Semanggi? Kau tersanjung dengan sambutan selamat datang kami? Hahahaha..” lagi-lagi, Gama si cowok spiky menyebalkan itu menghampiriku sembari tertawa-tawa. “Sudah kubilang kan? Kalau kau berani melawan G-4, maka kau akan mendapatkan balasannya, hahahaha....”
Jemari-jemariku bergemeratak dan mengepal. Ingin rasanya aku meninju mereka yang telah berani mempermalukanku sepagi ini.
Aku, benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Emosiku sudah benar-benar mentok diubun-ubun. Mereka benar-benar menyatakan perang. Namun entah kenapa aku tak bisa meluapkannya. Tiba-tiba saja aku jadi seperti patung yang membeku.
“Okey, kurasa aku tak mau berlama-lama berdiri di dekatmu seperti ini. Bisa-bisa aku jadi ketularan kau yang lemah itu, hahahaha. Cuma satu yang ingin ku katakan padamu, berhati-hatilah menjalani kehidupanmu di Nusa Bangsa ini. Karena selagi kami masih hidup, hidupmu takkan pernah bisa tenang.”
Gama memberi kode pada teman-temannya untuk pergi. Sementara aku masih saja berdiri mematung seperti kambing congek. Beberapa pasang mata masih nampak menatapku dengan tatapan aneh. Mungkin mereka sedang mentertawakanku. Bagi mereka, aku memang orang paling bodoh di sekolah ini. Bodoh karena telah berani menentang G-4.
Aku mengangkat wajahku, berusaha menatap kepergian segerombolan cowok yang telah mempermalukanku tadi. Namun tepat ketika mereka hendak pergi dari hadapanku, salah seorang cowok diantara mereka malah mendekatiku. Berbeda dengan Gama dan kedua anggota lainnya, cowok berkacamata ini memiliki tatapan mata yang teduh. Entah kenapa, aura kedatangannya begitu membuatku merasa berbeda seperti saat G-4 pertama datang tadi.
“Kau tak apa kan? Tolong maafkan kami ya?” ujar cowok itu lembut sembari menyodorkan selembar sapu tanganku sebelum kemudian pergi menyusul anak G-4 yang lain. Aku yang terpaku dengan apa yang baru saja dilakukannya hanya diam menatap kepergiannya. Ternyata dia berbeda. Ternyata masih ada malaikat diantara gerombolan anak-anak setan.
Aku tersadar begitu mendengar teriakan Marlo yang kencang itu. Dengan nafas terengah dia berdiri di hadapanku. Wajahnya nampak menyiratkan kekhawatiran.
“Aku.. nggak apa-apa kog,” jawabku singkat sambil menyunggingkan senyum tipis padanya.
@petertomasoa *hus hus* Berisiiiiik Dek!!!