Jumat, 13/07/2012 16:26 WIB
Check-in di Hotel dengan Teman
Pria, Pemuda Tewas Bersimbah
Darah
Chazizah Gusnita - detikNews
Jakarta - Seorang pemuda yang belum
diketahui identitasnya ditemukan tewas di kamar
Hotel Pondok Ratu Indah di Jalan By Pass Jomin
Timur, Kota Baru, Cikampek, Karawang, Jawa
Barat. Pemuda ini baru saja menginap di hotel
tersebut dengan seorang teman prianya.
"Kita menerima laporan dari penjaga hotel
bahwa ditemukan tamu mereka yang
meninggal. Ditemukan kemarin pukul 15.00
WIB," kata Kasat Reskrim Polres Karawang AKP
Goncang Ajie Susatyo saat dihubungi detikcom,
Jumat (13/7/2012).
Saat tiba di lokasi, polisi menemukan mayat
korban bersimbah darah di kamar hotel
tersebut. Posisi mayat dalam keadaan telentang
dengan luka di bagian kepalanya.
"Ada darah di kepalanya. Mulutnya dilakban.
Tidak ada luka tusuk, hanya di bagian kepala
yang mengeluarkan darah cukup banyak,"
jelasnya.
Korban mengenakan kemeja lengan pendek dan
celana jeans. Tidak ditemukan identitas apa pun,
hanya ada linggis berbercak darah.
"Kemungkinan linggis itu alat yang digunakan
untuk memukul korban," ungkap Goncang.
Menurut keterangan saksi dari pihak hotel,
korban check-in di kamar lantai 2 tersebut
bersama seorang teman prianya. Saksi mengaku
tidak mengenali korban dan temannya.
Keduanya check-in pada Rabu (11/7), pukul
15.00 WIB.
"Saksi tidak kenal sama korban dan teman pria.
Baru kali itu datang ke sana. Tapi dia masih
ingat wajah teman pria korban," imbuhnya.
Goncang masih menunggu hasil autopsi dan
visum mayat korban. "Korban belum bisa
dibilang gay atau apa. Karena kita masih
menunggu hasil autopsi dan visumnya. Identitas
korban juga belum diketahui," ucapnya.
Comments
Kok bisa ya ada orang sesadis itu??
Penulis : Nurul Hidayah | Kamis, 12 Juli 2012
CIREBON--MICOM: Eksekusi mati terhadap
terpidana kasus pembunuhan berencana Very
Idam Henyansyah atau Ryan bin Ahmad belum
bisa dilaksanakan. Pasalnya, pelaku pembunuhan
terhadap 11 orang itu berencana mengajukan
grasi kepada Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
"upaya grasi tetap akan saya tempuh," kata Ryan
saat ditemui di Lembaga Pemasyarakatan (LP)
kelas I Cirebon, Jawa Barat, Kamis (12/7).
Tetapi, dia mengaku sudah mempersiapkan
kemungkinan terburuk yang akan terjadi
terhadap dirinya. Yang pasti, dirinya mengaku
belum menerima salinan putusan peninjauan
kembali (PK) dari Mahkamah Agung (MA).
Kasus Ryan bermula dengan temuan tujuh
potongan tubuh manusia di dalam dua buah tas
dan sebuah kantong plastik di dua tempat di
Jakarta Selatan, pada Sabtu 12 Juli 2008. Di
kemudian hari, korban diketahui adalah Heri
Santoso.
Dalam penyelidikan polisi terungkap, korban
Ryan tidak hanya Heri. Ryan membunuh 10
orang lain dan mengubur mayat mereka di
halaman belakang rumah orangtuanya di
Jombang, Jawa Timur. Korban pertama Ryan
adalah Guruh Setyo Pramono alias Guntur, 27,
yang dibunuh pada Juli 2007.
Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat, pada 6
April 2009 menjatuhkan hukuman mati terhadap
Ryan karena secara sah terbukti melakukan
pembunuhan terhadap Heri Santoso. Upaya
banding dan kasasi Ryan kandas karena majelis
hakim bersikukuh Ryan harus dihukum mati.
Ryan kemudian mengajukan PK dengan novum
baru dirinya mengalami gangguan jiwa psikopat
sehingga tidak pantas dijatuhi hukuman mati
atau dinyatakan tak bersalah. Pada 5 Juli 2012,
majelis PK yang diketuai Artidjo Alkostar dengan
anggota Gayus Lumbuun dan Salman Luthan
secara bulat menolak permohonan PK.
Kepala LP kelas I Cirebon Agus Thoyib juga
mengaku belum menerima salinan putusan PK
itu. Menurut Agus, biasanya dibutuhkan waktu
sekitar satu pekan untuk distribusi surat. Nantinya
pihak LP akan menerima salinan putusan MA dari
pengadilan negeri maupun dari MA. "Syukur-
syukur MA mengirim langsung ke sini," katanya.
Tetapi sekalipun telah menerima salinan putusan
itu, lanjut Agus, Ryan masih bisa menempuh
upaya grasi, yaitu pengampunan dari Presiden.
Pihak pengadilan, sambung dia, berkewajiban
menawarkan grasi kepada Ryan.
Bahkan, tambah Agus, Ryan harus tetap
membuat surat pernyataan tidak mengajukan
grasi jika menolak menggunakan upaya itu. "Itu
untuk mengantisipasi jika ada pihak keluarga
yang keberatan," katanya.
Saat ditanyakan mengenai perilaku selama di
dalam LP, Agus mengungkapkan Ryan termasuk
warga binaan yang baik. "Ia rajin berolahraga,
beribadah, bahkan pintar menari tradisional,"
katanya. (UL/OL-04)
be careful
sepertinya begitu. tidak mungkin di hotel ada linggis.
sejauh ini belum dipublikasikan hasil visum et repertum nya
seram juga ya
Dan pembunuhnya masih belum tertangkap sampai sekarang. so, once again, be careful
Nah, aneh kan, kok bisa paradox kaya gitu
motifnya masih belum diketahui. Kita tunggu saja hasil penyelidikan polisi