It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
:-* gue cipok tuh biar cepet apdet.
#kaburrr. sebelum di keroyok masa.
emm tp asEp itu siapa yah,,..
:-?
ad yg tau barangkali ???
-.-
hyuu....
@nero_dante1 =_=
siapa yg kekanak kaakan?
km ya?
udh gapapa
sini sini
#kasiwhiskas
-.-
*bawa obor*
#naek pasukan gajah
#minta diajak main
@Just_PJ @adhiyasa
@princeofblacksoshi @littlebro
@danielsastrawidjaya
@hwankyung69
@ularuskasurius @rulli arto
@congcong @Dhika_smg
@seventama @prince17cm
@rarasipau @catalysto1 @fian_pkl
@marvinglory @chachan
@idhe_sama @totalfreak
@rarasipau @bb3117
@adywijaya @adinu @dewaa91
@nero_dante1 @003xing @reyputra @masdabudd @FeRry_siX
DIAPDETT
Aku baru saja mematikan permainanku, dan memijit mijit keningku, saat mendadak suara handphone ku membuatku melompat dari kursi belajarku
RIIING!
Humph, aku lupa pernah memasang nada senyaring ini untuk HPku?
Biasanya aku memang memasang alarm supernyaring untuk membangunkanku agar tidak terlambat sekolah. Tapi kalau nada dering senyaring ini.
Pasti Mama...!
Dengan malas aku melangkah ke atas kasurku dan mendapatkan handphoneku.
Kuperiksa pesan yang barusaja masuk.
From : Dr. Christ
Hai! Lagi kosong gak? Jalan yuk! Aku kepengen ke Mall nih!
Ha?
Dokter Christ?
Tumben sekali dia bisa ada waktu?
Biasanya dia selalu jaga malam di rumahsakit.
Aku menekan tombol balas
To : Dr. Christ
Okay, tapi jangan lama lama aku ngantuk.
Aku mengerutkan wajahku membaca sms yang aku ketik.
Kadang aku heran pada diriku sendiri, kenapa aku sulit sekali kalau harus lembut pada orang lain.
Kadang aku ingin membantu dan ingin bersahabat, tapi entah kenapa mengucapkan kata kata baik itu seakan sulit bagi mulutku.
Setiap kata yang muncul selalu berupa ucapan ucapan ketus.
Soal raut wajah?
Jangan ditanya.
Aku mungkin bisa memenangkan penghargaan untuk terus berwajah masam.
Sebenarnya aku bermaksud memasang wajah cool.
Karena kalau aku memasang wajah biasa, mereka pasti berkata aku manis, dan sebagainya.
Dan bagiku, itu sangat menyebalkan.
hei, aku laki laki! Dan aku ingin dipuji sebagai laki laki!
Cute, or Pretty is not a stuff for Guys, ladies!
Dan aku benci dibilang manis!
RIIIING!
Aku nyaris melompat dari kasurku saat handphone ku meraung di tanganku.
SIALAAAN
Hampir kubanting andai aku lupa kalau ini adalah satu satunya handphone yang kumiliki
From : Christ
SIP! Aku udah didepan rumahmu!
HAH?
Yang benar saja!
Aku bahkan belum mandi!
Aku bergegas mengambil handukku dan segera bergerak ke kamar mandi.
Kunyalakan shower kamar mandiku, sebenarnya aku lebih suka mandi di bawah, tapi karena keadaan memaksa, jadi terpaksa aku harus mandi disini sekarang.
Daripada dia menunggu lebih lama
Lagipula, kenapa dia ga kasih tahu dari awal kalau dia bakal datang sih?!
Merepotkan aja
Aku menyelesaikan mandiku secara kilat, bahkan aku lupa apa aku sudah membaluri tubuhku dengan sabun sepenuhnya atau tidak.
Kukeringkan kepalaku, dan seluruh badanku, kemudian segera kuikatkan handuk itu di pinggangku, dan berjalan keluar dari kamar mandi itu.
"AH!"
Aku nyaris melompat untuk ketiga kalinya, saat Christ yang ternyata sudah duduk di kasurku mendadak berdiri dan berteriak saat melihatku.
Aku cuma memperhatikannya dengan ekspresi bingung
Kenapa dengan orang ini?
Apa dia kira aku hantu?
Aku memandang ke arah kakiku.
Hmm, kakiku masih menapak tanah.
Dia memandangiku keatas kebawah dengan panik.
Aku pun mengikuti arah pandangannya dengan kebingungan.
"Maaf!"
Dia menyadari perbuatannya dan segera membalik tubuhnya, rasanya aku tadi melihat ada semburat merah di pipinya.
"Aku keluar aja..."
Aku masih menatapnya dengan heran saat dia berlari keluar dari kamarku dengan gugup.
Kenapa dengan orang itu?
Memangnya ada yang salah dengan badanku ya?
Aku menghela nafas, kemudian segera menuju lemari pakaian dan memilih pakaian yang akan kugunakan.
Sebuah baju lengan panjang, dan celana pendek jeans.
Aku dengan cepat mengenakan pakaianku, dan memasukkan dompet serta handphone ku ke dalam saku, kemudian membuka pintu kamarku.
Christ yang berdiri membelakangi pintu melompat dengan panik saat aku membuka pintu, dia menabrak guci yang ada di depannya, kemudian menatapku dengan kaget.
Kenapa sih orang ini?
"Ah, kamu..."
Dia lagi lagi melakukan scanning atas tubuhku
Memangnya hari ini aku aneh ya?
Dia tersenyum, kemudian menggaruk rambutnya.
Pipinya memerah.
"Kamu kelihatan keren..."
Dia mengacak rambutku yang memang sudah berantakan, dan segera mengamit lenganku, membawaku turun.
"Ah, Alvin..."
Mamaku tampak sibuk menata meja, ia dan Grace terkejut saat melihat kami turun.
"Ah, Christ, ya namanya, iya, maaf tadi tante ga bisa suguhin apa apa ya..."
Ujar mamaku sambil bersama Grace memandangi tanganku.
Aku segera mengibaskan tanganku, melepaskan pegangan Christ dari tanganku.
"Ah, iya kalian mau ke mall, benar kan Christ?"
Mamaku tampak kecewa saat aku melepaskan pegangan tanganku.
"Iya ma, aku jalan dulu..."
Mamaku tersenyum dan mengangguk pelan, sambil berpandang pandangan penuh sembunyi dengan Grace.
Ada apa sih?
"Christ!"
Mamaku tampaknya sudah mulai membiasakan memanggilnya sebagai Christ daripada Dokter ya sekarang?
Kami yang baru saja akan berjalan keluar dari pintu rumah terpaksa kembali menoleh ke arah mamaku sekali lagi.
"Tolong jagain Alvin, oke!"
Mamaku mengedipkan sebelah matanya dan memberikan senyuman misterius pada kami.
Aku dan Christ cuma berpandang pandangan bingung.
Apa maksud Mamaku sih?
***
Mall tampaknya ramai dipenuhi orang, aku dan Christ daritadi kesulitan mencari parkir untuk motornya, kami terpaksa keluar masuk tempat parkir agar mendapatkan tempat yang tepat.
Setelah lebih 30 menit kami berjuang, akhirnya sekarang kami bisa masuk ke mall dan bernafas lega.
"Gila, rame banget ya parkirannya, padahal dalam mall kok sepi begini?"
Aku cuma mengangkat bahu sambil memperhatikan sekelilingku.
Benar juga, tadinya aku duga mall bakal penuh sesak oleh orang, tapi ternyata tidak.
Memang cukup ramai, tapi seharusnya dengan jumlah kendaraan sebanyak itu, seharusnya mall ini bisa penuh sampai ke pekarangannya kan?
"Ayo kita langsung aja ke atas! Aku lapar banget dari pulang kerja belum makan....!"
Ya, dia memang datang ke tempatku dengan menjinjing tas selempang, aku yakin dia memang belum makan sama sekali.
Dari pakaiannya, walaupun ia menggunakan sepatu sport biru, kemeja biru malam bergaris dan sebuah jaket abu abu muda, tapi tampak jelas dari celana kain hitamnya kalau dia baru saja selesai bekerja.
Entah kenapa rambutnya masih tertata rapi dan wajahnya masih segar saat datang ke tempatku.
Aku dan Christ memilih sebuah tempat duduk di tengah food court yang berada di lantai teratas mall.
Christ dengan gerakan secepat kilat memesan makanan di food stall tak jauh dari kami, setelah sebelumnya berkata
"Tunggu disini! Aku traktir!"
Padaku
Orang yang bersemangat dan benar benar cerah.
Entah kenapa atmosfirnya selalu berbeda saat dia ada.
Begitu menarik dan menyengankan, berbeda dengan Rio, yang membawa atmosfir yang hangat dan menenangkan.
Deg
Sial.
Mengingat orang itu justru malah membuatku kehilangan selera makan.
Aku tidak membencinya.
Aku juga tidak bermaksud saat aku menuduhnya dengan semua prasangkaku.
Aku tahu semuanya
Aku hanya
"HEII MAKANAN DATANG!"
Ujar Christ dengan gembira sambil menghantamkan dua nampan di atas meja, membuatku melotot karena kaget.
"Maaf maaf! Pasti kamu kaget! Hahaha! Ayo dimakan!"
Christ dengan cepat mengambil semangkuk mi ramen yang dipesannya, kemudian dengan berisik memakannya.
Aku memandanginya.
Sungguh lucu kelakuannya.
Dia mirip dengan orang itu, tapi dulu, sebelum dia berubah..
Ya, Richard.
Dahulu Richard juga berperangai seperti ini, hanya sedikit lebih dewasa, tapi entah kenapa mendadak dia berubah menjadi begitu dingin dan kejam.
Deg.
Aku memegangi dadaku.
Rasa sakit itu kembali datang.
"Ah, Alvin, kenapa, dadamu sakit?"
Christ dengan kuatir melihatku.
Aku hanya menggeleng.
"Ga, gapapa, udah habiskan cepat."
Ujarku dingin.
Dia hanya tersenyum kecut, kemudian meletakkan sumpitnya di atas mangkuk.
"Kenapa? Mau di cek?"
Ujarnya sambil menggapaikan tangannya menyentuh dadaku.
"Ga ada apa apa! Udah cepat dihabiskan!"
Ujarku sambil dengan kasar melepaskan tangannya, kemudian mengambil mangkuk mie ku.
Aku mengambil satu suapan, kemudian melirik ke arahnya.
Wajahnya tampak benar benar kuatir.
"Kamu benar ga kenapa kenapa?"
"Iya, cuma teringat seseorang..."
Christ tersenyum tipis.
"Apa dia kekasihmu...?"
Aku menggeleng.
"Bukan, hanya orang yang dulu kusukai, tapi dia membenciku, udah, cepat habiskan makananmu!"
Bukannya mengambil sumpit, Christ justru menurunkan tangannya dengan gugup.
Senyuman yang tadinya memenuhi wajahnya segera lenyap.
Aku menatapnya dengan bingung.
"Boleh aku tahu siapa orang itu?"
Aku menggeleng.
"Bukan urusanmu..."
Dia menghela nafasnya.
"Apa kamu membencinya?"
Aku menatapnya, wajahnya tampak sangat berharap, tampak begitu memelas, hingga aku bingung melihatnya.
"Ya, aku membencinya."
Ujarku datar, membuatnya menelan ludahnya dengan gugup.
Ada apa dengannya?
Dia dengan gugup memegang kembali sumpitnya.
Aku melihat tangannya berguncang hebat, tampaknya dia pun hanya menatap kosong ke arah mangkuk mienya.
"Kenapa?"
"Tidak, T..Tidak ada aapa apa..."
Ujarnya tergagap.
Aku hanya mendecak.
Jelas sekali dia tahu sesuatu dan tidak memberitahuku.
Aku benci kalau ada sesuatu tentangku yang tidak kuketahui.
"Kamu tahu sesuatu..."
Ujarku, membuatnya tersentak dan sumpitnya berjatuhan.
"A...Apa..? Aku gaatau apa apa... Ah, sumpitku jatuh, aku ambil dulu..."
BLAR!
Aku melotot kaget, sekali lagi aku dikejutkan oleh sebuah tangan yang menggebrak meja dengan penuh amarah.
Tampaknya hari ini umurku sudah berkurang separuhnya.
Aku melirik ke belakang.
"Kevin? Kenny?"
Kedua bocah itu tampak panik, mereka tak berani menatap wajahku.
Aku mendongak, melihat ke arah orang yang barusaja menggebrak mejaku.
Jyo?
Aku melihatnya, matanya berkilat marah, dia tidak mengacuhkan sekeliling yang melihatnya dengan takut.
Beberapa sekuriti tampak sudah bersiaga di sekitar kami.
Aku melirik kembali ke arah Kevin dan Kenny dengan tatapan menyelidik, tapi mereka tidak berani membalas tatapanku sedikitpun.
Pasti ada sesuatu disini.
Ada apa, kenapa Jyo bisa ada disini?
"Rio?"
Christ tampak sama terkejut, dia baru menguasai keterkejutannya dan bertanya dengan bingung ke arah Jyo.
"Aku sudah tahu semuanya..."
Matanya berkilat marah.
Dia berbeda dari Jyo yang biasa aku lihat.
Sungguh berbeda!
Matanya tidak memberikan kesan hangat dan melindungi, tetapi berubah menjadi berbahaya dan penuh peringatan pada siapapun yang melihatnya.
Aku melirik kembali ke arah Kevin dan Kenny, memohon mereka agar memberikan petunjuk padaku.
"M...Maaf..."
Hanya sepatah kata itulah yang muncul dari bibirnya saat Kenny tak sengaja bertemu pandang denganku.
Mereka tampak benar benar salah tingkah dan bergetar
Beberapa pengunjung tampak berdiri dan mulai mengambil jarak aman dari kami.
Ya, mereka merasakan apa yang aku rasakan.
Aura yang dikeluarkan Jyo.
Penuh kemarahan, penuh peringatan, hingga aku sendiri pun merasa risih berada disini, tapi aku tahu kalau aku terlibat, perasaanku memberitahukanku bahwa pembicaraan ini melibatkanku, dan aku harus menyimak apa yang terjadi.
Aku bisa mendengar gertakan gigi Jyo, tampaknya benar benar menahan amarahnya sedaritadi.
"Apa, ada apa ini, Rio?"
Christ mulai merasa tidak nyaman, dia ikut berdiri, dan menatap balik pandangan berbahaya Jyo.
Jyo menyeringai.
"Sahabatku, kupikir kau orang terbaik yang kumiliki, tapi aku tak tahu, kamu bisa selicik ini..."
Aku mengerutkan keningku, kembali melirik Kenny dan Kevin, yang sekarang tampaknya memilih untuk melihat pedagang Crepes di dekat kami daripada harus terus tersiksa dengan tatapanku.
"Jangan berpura pura bersih.. Aku tidak menyangka, selama ini sahabatku bisa sehina kamu!"
Christ tampak lebih terkontrol, walau wajahnya tegang, dia tampak lebih menguasai dirinya.
"Rio, kita ada di keramaian, tolong jangan berbuat aneh, ada apa-"
BUAK!
Sebuah pukulan telak bersarang di dagu kanan Christ, membuatnya terlempar dari tempatnya berdiri.
Christ menghantam pot bunga yang ditanamkan pada lantai.
Aku melotot menatap kearah Jyo
Ada apa ini?!
Ada apa sebenarnya!
Aku segera berdiri, sementara Jyo lebih cepat dariku, ia segera mencengkram Christ yang masih terkejut, dan memukulnya beberapa kali.
"A.. KEVIN! KENNY! JELASKAN PADAKU!"
Aku berseru tajam pada mereka, sementara Jyo bagai orang kesetanan menghajar Christ berkali kali.
A..
Ada apa ini sebenarnya.
Mendadak akal sehatku kembali ke tubuhku.
"KEVIN! KENNY BANTU AKU!"
Aku berteriak memohon bantuan mereka, tapi mereka tampak mematung, begitu juga dengan petugas keamanan yang seakan berubah menjadi batu menyaksikan kejadian ini.
"SIAL!"
Aku berlari ke arah mereka.
Jyo berkali kali menyarangkan tinjuannya ke arah Christ, yang hanya pasrah menerima pukulannya seakan dia memang bersalah.
Aku akhirnya berhasil memegangi kedua siku Jyo dan menguncinya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku menarik dadanya menjauhi Christ.
Nafas Jyo tampak memburu, dia masih memandang Christ seakan Christ adalah mangsa dan dia adalah seekor pemangsa.
Christ masih meringkuk di lantai, tak bergerak, tak juga memberikan perlawanan, dia hanya menutupi kepalanya dengan kedua tangannya. Luka lebam tampak jelas, entah karena pukulan Jyo, atau karena tadi beberapa kali ia terbentur pot tanaman di dekatnya.
Jyo masih lepas dari kontrolnya, dia masih terus berjalan maju, berusaha mendekati Christ.
"PUAS?! KAU MAU MEMPERMAINKAN ALVIN SEKALI LAGI HAH?! APA MAUMU?!"
Jyo berteriak dengan marah karena dia tahu usahanya untuk kembali menyarangkan tinjunya tak akan kubiarkan.
Apa maksud perkataannya? Mempermainkanku sekali lagi?
Memangnya Christ pernah mempermainkanku?
Aku masih belum bisa memahami keadaan yang terjadi
Ada apa sebenarnya?
Jyo kembali memberontak dengan kuat.
Aku nyaris kehabisan tenaga.
Tuhan, kalau begini terus aku takkan mungkin bisa menahannya lebih lama lagi.
Jyo kembali menatap Christ dengan marah, matanya berkilat penuh amarah. Kedua tangannya digenggamkannya dengan keras, membuatku harus kembali bertahan kuat demi menahannya.
"AKU TAK AKAN MEMBIARKANMU! HAHA! KAU DENGAR ITU, CHRIST? KAU DENGAR ITU HAH? LORD MARTY?"
DEG
Dadaku terasa meledak saat aku mendengar apa yang diteriakkan Jyo barusan.
Aku masih cukup sadar untuk terus menahan Jyo, tapi aku merasa kakiku lemas.
Apa yang barusan kudengar salah?
Apa telingaku berbohong?
masih kurang sih,.
tapi masih seru kok
thank's ya @silverrain udah mensyen, biarpun yg paling akhir mensyenannya, tapi gak papa mudah2an aku bisa jadi yg terakhir juga dihidupmu*plaaakkk