It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
pstt... jangan marah dong
#abaikan tulisan di @atas
#liriksinis @idhe_sama
kamu.jahat
@silverrain sip sip lah~ update-an lancar, komenpun akan lancar hihihi
awas sama 'belalai'nya ya @idhe_sama!
itu kalo aku sama tmen2 skolah dipanggil 'su' jawabnya 'ngan'
@Just_PJ @adhiyasa
@princeofblacksoshi @littlebro
@danielsastrawidjaya
@hwankyung69
@ularuskasurius @rulli arto
@congcong @Dhika_smg
@seventama @prince17cm
@rarasipau @catalysto1 @fian_pkl
@marvinglory @chachan
@idhe_sama @totalfreak
@rarasipau @bb3117
@sigantengbeud
@adywijaya @adinu @dewaa91
@nero_dante1 @003xing
@reyputra @masdabudd
@FeRry_siX
DIAPDETT
Arsais's View
"....................."
Angin panas bertiup di sekeliling kami, aku mengerjapkan mataku, mengeluarkan beberapa pasir yang masuk ke dalam mataku.
Sudah lama banget rasanya terakhir kali mataku kelilipan di Valerie.
ya, Karena selama ini kami tinggal di Rupanda, yang berbeda 180 derajat dari Valerie yang selalu tandus sampai bisa membuatmu kelilipan setiap berkedip.
Hebat ya?
"Support Unit, mulai cast Buff!"
Cardinal Yue memberikan perintahnya dengan lantang dari samping Rex yang tampak menutup matanya sambil mengusung sabit raksasanya ke depan dadanya.
"Death, May you will never find your way towards us, and give the cursed blessing to my underlings, Hell Bless!"
Rex membuka matanya, dan membentangkan kedua tangannya, serta merta sebuah bayangan hitam kemerahan muncul dari bawah kakinya, dan menjangkau ke arah kami, sebelum akhirnya melayang ke langit, membentuk bayangan hitam membawa sabit di bahunya.
"Wah, kita barusaja diberkati neraka, apa artinya ini...?"
Viktor menggenggam pedangnya dengan kuat sambil menatap kagum ke atas.
"Entahlah, apa yang dilakukan si manis itu di depan..."
Ujar Wyatt sambil mengedipkan sebelah matanya ke Viktor.
"Kamu ga bisa menentukan pilihanmu pada satu jenis saja kah? Entah itu laki laki atau perempuan?!"
Viktor berkata dengan jengah melihat kelakuan Wyatt
"Ahh, sudahlah, hidup harus dinikmati, ya kan...?"
"Wyatt, itu bukan jawaban!"
Pixel yang sedaritadi hanya mendengarkan akhirnya ikut berbicara karena mulai gerah dengan pembicaraan mereka.
"Hei, Rex melihat kemari..."
"KALIAN TUNGGU APA?! MANA SUPPORT KALIAN DASAR BODOH!"
Rex dengan geram membentak kami yang sedaritadi berbisik bisik.
Aku, Wyatt dan Arvyn dengan tergesa segera melancarkan berbagai mantra perlindungan pada pasukan kami.
Beberapa bishop lain mengatupkan tangan dan menengadah ke langit, menciptakan puluhan malaikat malaikat bersayap delapan yang melayang bersisian dengan bayangan hitam dari Alvin.
"Wah, wah, rasanya aneh ya kalau melihat kayak begitu..."
Lazlo memandang ke langit sambil sesekali memutar mutar kedua handgunnya.
Dia tampak gugup, tapi berusaha keras menutupi kegugupannya.
"Mereka datang!"
Seruan Rex barusan membuat Lazlo dengan panik melemparkan kedua pistolnya, hingga ia harus kalang kabut kembali mengumpulkannya.
Aku menatap ke arah depan, Yuber, memimpin pasukan yang datang berderap ke arah kami.
Entah kenapa aku yakin aku samar melihat ada aura kehitaman melayang layang di antara mereka.
Apa itu?
GRAAAGHH
Ah, nyaris aku melupakannya.
Ratusan naga memenuhi langit, menyerukan berbagai lolongan yang memekakkan telinga.
"Sebaiknya kami mulai memasak!"
Beberapa wanita dari Chisa tampak dengan gugup mulai merapikan peralatan masak mereka.
Mereka benar benar mau masak disini?
Kenapa mereka ga sekalian buka stand di pojok sana?
Supaya semua orang bisa beristirahat di sana, makan kue, minum minuman hangat, ide bagus kan?
Dan mungkin lain kali kami harus membawa rombongan therapist untuk memijat yang kelelahan mungkin?
Bukan ide yang buruk.
nanti aku akan minta Cardinal untuk mempertimbangkannya.
"Sierra, bagaimana hasil pemeriksaanmu?"
"Cit! Mereka, aneh...."
Oh, aku hampir lupa pada rombongan Kelelawar (baca:tikus terbang) di atas kami, tampaknya mereka bisa bertempur dengan naga naga itu.
Naga Vs Tikus bersayap, keren kan?
"Apa maksudmu aneh?"
Anabelle mengerutkan keningnya sambil menatap Sierra yang perlahan berubah wujud menjadi bentuk manusianya.
"Ya, mereka hanya terdiri dari pasukan ranger dan warrior, aku tidak mendapati wizard satupun di barisan mereka."
Sierra dengan bingung berusaha menjelaskan keadaan musuh pada Rex.
Rex tampak sama terkejutnya.
Tentu saja, pasukan tanpa Wizard satu pun?
Apa mereka berencana melawak?
Aku tahu kalau mereka memang disegel kekuatan final magicnya.
Rune magic di Suikoworld, terlepas dari ke 27 True Rune yang memiliki kekuatan spesial, umumnya memiliki 6 jenis serangan yang bisa digunakan per rune nya.
Dan sekarang, jika kekuatan Final dari Rune mereka dikunci pun, seharusnya mereka masih memiliki 5 set rune yang bisa digunakan, jadi itu tentu bukan alasan untuk menyingkirkan barisan penyihir kan.
Paling tidak mereka bisa menggunakannya untuk menciptakan perlindungan atau Buff magic yang aku yakin bisa meningkatkan kekuatan pasukannya dengan pesat.
Apa alasan mereka membuang barisan Magician?
Rex dan Cardinal tampak sama bingungnya, mereka sama sama mengelus dagunya sambil menatap ke arah musuh, tampaknya pasukan musuh juga sedang mempersiapkan barisan mereka.
"Entahlah, ini sedikit membingungkan, kecuali Lord Marty memberikan hukuman dengan membiarkan mereka semua dibantai disini, Jelas sekali kalau mereka tidak berniat memenangkan pertarungan ini!"
Yue berbicara dengan masih bertanya tanya.
"Ngomong ngomong, Naganya, terus bertambah banyak..."
Ujar Lazlo menambahkan sambil melirik ke arah langit.
benar saja.
Sebuah gerbang barusaja terbuka, dan ratusan ekor naga terbang keluar dari dalam gerbang itu, sekarang langit sudah menghitam, dan udara sudah dipenuhi suara kepakan rendah dari naga yang terbang.
Mereka hanya terbang berputar, dan tidak bergerak sama sekali.
Apa yang mereka tunggu?
"Ini semua terlalu membingungkan..."
Rex mengernyitkan dahinya sambil terus meneliti pasukan mereka.
"Jumlah mereka...."
"Jumlah mereka tepat sama dengan jumlah yang menyerang kita kemarin."
Rex melotot tak percaya, tapi Sierra mengangguk dengan mantap.
"Pasukan yang sekarang berdiri di depan kita tampaknya adalah pasukan yang sama dengan yang kemarin menyerang kalian di North Wall malam itu."
"Tapi, malam itu, aku melihat ada barisan Magician!"
Sierra mengangguk seakan memahami perkatannya.
"Ya, aku tidak akan terkejut mendengarnya. Dan berita seru lainnya, mereka semua menggunakan Armor minim...."
"Maksudmu?"
"Ya, mereka semua mungkin memang memegang pedang dan panah, tapi armor yang mereka gunakan, adalah Light Leather Armor, jenis armor ringan untuk pemanah..."
Kami kembali terkejut dibuatnya.
Apa mereka meremehkan kami, atau mereka memang berniat kalah?
Menggunakan Light Armor untuk melawan kami?
Sierra kembali mengangguk angguk seakan memahami semua kebingungan kami.
"Yeah, aku rasa ada sesuatu yang aneh terjadi, Lihatlah, sekarang langitnya sudah dipenuhi naga!"
Pixel menunjuk ke arah langit yang sekarang sudah tertutup, membuat bayangan raksasa di atas bumi, yang terus bergerak seiring dengan Naga yang terbang memutar di atas pasukan inti mereka.
"Pasti mereka merencanakan sesuatu, aku merasakan hawa negatif di udara..."
Leknaat berbicara perlahan dan berwibawa, sambil sesekali memutar mutar bola kristalnya, di sampingnya Windy tampak memperhatikan sekeliling dengan cemas.
"Kita mulai saja, kita tidak akan tahu apa yang mereka rencanakan..."
Rex segera membuka komandonya.
"Guardian, Ranger, Magician, Warrior! Bergerak maju perlahan! Serang naganya sebanyak yang kalian bisa! Guardian awasi panah musuh!"
Rex memberikan aba aba maju, dan memimpin kami maju perlahan.
"KWEK! TREBUCHET! 800 kaki 65 derajat arah jam 12!"
Aku segera menunduk saat mendadak ratusan proyektil raksasa beterbangan dari belakang kami.
Proyektil itu melayang, tepat seperti yang diucapkan oleh Sergeant Joe, dan menghantam naga yang sedang beterbangan.
Beberapa dari mereka segera terjatuh ke tanah dan tidak bergerak, sementara sisanya masih terbang berputar.
"Perimeter Guns! 57 derajat elevasi ke 11356.24567! Kwekk~!"
Suara dentuman bergema di belakangku bersama dengan kilatan cahaya dan asap berbau mesiu, menghantarkan ribuan peluru berukuran sebesar tangan ke udara.
"Bebek bebek itu mulai menggila!"
Wyatt berteriak dengan kagum sambil melihat berbagai senjata api beterbangan di udara.
Hebat.
Mungkin kami pulang aja sekarang?
Aku yakin mereka bisa membantai seisi medan perang tanpa bantuan kami.
"Hei! Ayo jangan mau kalah!"
Pixel tertawa senang sambil maju, tak lama kemudian ratusan naga api segera terbang ke langit dari dalam retakan bumi, menambah banyak naga yang terus jatuh dan mati di atas tanah.
"Sigh, aku ga kebagian tampil deh ini..."
Viktor mendengus di sisiku, ia hanya memandangi Zodiac Sword di tangannya dengan berang.
"Dasar pedang tak berguna, Sia sia kau terbuat dari True Rune!"
Viktor membanting pedang itu ke tanah.
"BOCAH SIALAN! SIAPA YANG KAU BILANG PEDANG TAK BERGUNA? DASAR MANUSIA HINA! PERHATIKAN AKU!"
Pedang itu mendadak membesar dan melesat ke langit, menyayat dan menebas ratusan naga yang terbang, dan dengan segera menghantarkan puluhan naga untuk jatuh dan mati di tanah.
"Umm, kayak di film film horor indonesia ya? Golok terbang? Atau Golok pembasmi naga?"
Aku berbisik ke arah Viktor yang hanya melongo karena ditinggal pedangnya beraksi sendirian.
Semua orang mulai asik menghabisi ratusan naga yang melayang di langit.
Sesekali para Priest menciptakan tameng raksasa yang melindungi kami saat rombongan naga itu menyemburkan sinar ke arah kami.
Hmm, tampaknya kami berada di atas angin!
Kecuali satu orang.
Rex.
Dia tidak maju dan menyerang, tapi malah mengerutkan keningnya sambil memandangi pembantaian yang terjadi.
"Rex? Ada apa?"
Aku bertanya bingung sambil menutup telingaku, karena Axel barusaja terbang melewati kami sambil berteriak kencang dan menghunuskan berbagai sihir ke arah kumpulan naga yang terbang di langit.
"Terlalu mudah, kita menang terlalu mudah!"
Rex semakin mengerutkan keningnya, tampak tidak terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya.
Sebuah bola api terbang di atas kami, melesat menerobos kawanan di atas kami, membuat beberapa dari naga itu terbungkus dengan api dan segera terbang jatuh.
"Dan, lihat, pasukan utama mereka, mereka tidak bergerak sama sekali!"
Aku melempar pandanganku, dan benar saja.
Pasukan Joshua memang sudah mulai maju dan menyerang kami, tapi Yuber dan pasukan manusianya tampak tak bergeming, terus berdiri dan memperhatikan semua yang terjadi.
"Ya, terlalu mencurigakan, apa kita maju dan menyerang mereka sekarang?"
Rex tampak ragu sejenak, tapi akhirnya ia mengangguk setuju.
Aku segera menarik nafas dalam bersiap untuk berteriak.
"Kembali ke formasi! Acuhkan naga itu! Tembak yang bisa kalian tembak, tapi jangan kejar! Maju perlahan! Sasaran kita adalah pasukan Yuber!"
Pasukan kami segera dengan sigap melangkah muncur, Yue tampak memberikan aba aba untuk segera membentuk kembali barisan mereka.
Rex sedaritadi hanya diam.
Dia tampak terus memikirkan apa yang sedang terjadi.
"Lady Kanna, apa pemikiranmu?"
Rex akhirnya menyerah dan bertanya pada wanita di sisinya.
"Aku juga tidak bisa membaca apa yang sedang terjadi, tapi tampaknya mereka merencanakan sesuatu dibalik semua ini. Bisa saja ini adalah jebakan. Sebaiknya kita tetap berjaga pada formasi kita, dan maju perlahan, kupikir maju dan bertahan adalah pilihan bagus..."
Rex mengangguk angguk paham.
"Cardinal Yue, bisakah kau menenangkan semua orang dan memberitahu mereka untuk maju perlahan dalam Formasi?"
"Aku sedang berusaha, mereka semua tampak terlalu gembira karena kemenangan ini, tapi sedikit demi sedikit formasi kita mulai terbentuk. Aku akan memimpin mereka maju sekarang..."
Cardinal akhirnya bergerak meninggalkan kami dan segera maju ke garis depan.
Rex dan Aku mau tidak mau segera mengikutinya ke depan barisan.
"Siap, maju perlahan! Guardian Wizard Ranger Warrior!"
Yue membacakan formasinya, dan dengan perlahan pasukan kami mulai merombak dan membentuk formasi sesuai perintah Yue.
"Maju perlahan, terus spam sihir support, dan untuk guardian, perhatikan anak panah mereka!"
Barisan pasukan kami segera bergerak maju, sesekali berbagai sihir dilontarkan ke langit, dan menjatuhkan beberapa naga yang turun dan menyerang kami.
"Aneh, serangan mereka, semua tidak terkesan ingin menyerang, semuanya seakan, hanya bermain dengan kita..."
Anabelle dengan risih mulai mengemukakan pendapatnya, sedangkan semua orang hanya mengangguk setuju sambil terus waspada dan mengawasi pasukan Yuber, tapi tampaknya selangkahpun mereka tidak memberikan pergerakan.
"Aneh, benar benar aneh...! ARCHER! PANAH MEREKA!"
Clive akhirnya memberikan perintah pada pasukan Archer.
Ribuan panah segera beterbangan, tepat menuju pasukan Yuber.
Bukannya menghindar ataupun membalas serangan kami, mereka hanya mengangkat perisai, menahan hujanan panah dari kami.
Beberapa dari mereka tumbang, tapi tak seorangpun bergeming.
"Ubah Formasi! Warrior Guardian Archer Wizard! Mulai kontak dengan garis depan mereka!"
"WOOOOO!!!"
Pasukan kami segera bersorak dengan bersemangat.
Warrior yang tadinya berbaris di paling belakang segera melesat maju, Rover tampak memimpin mereka yang dalam sekejap sudah memenuhi barisan terdepan.
"MAJU!!!"
Dengan ragu Cardinal memberikan perintah, dan kami semakin mempercepat langkah kami menuju garis depan.
"Wind, protect us from any damage that will mortally injure us! Storm Warning!"
Cincin cincin angin berlompatan, menutupi tubuh semua orang yang ada di garis depan dengan cahaya putih yang menyilaukan.
"Mereka, bahkan tidak bergerak sama sekali..."
Lazlo sekarang menatap dengan ngeri ke arah pasukan Yuber.
Apa yang sebenarnya terjadi?
"Heh.... Sudah waktunya...."
Apa?
Sudah waktunya apa?
Mendadak wajah pasukan musuh memucat, wajah mereka tampak memelas meminta pertolongan.
Apa?
Kenapa?
Yuber mengangkat pedangnya, dan menyilangkan keduanya di atas kepalanya.
"Hachifusa, Cover every single life with endless darkness, rip all of your worshiper's soul, and leave them as a soulless flesh!! Kou!"
Bayangan Yuber membesar, tak lama kemudian, bayangannya bagaikan menguap, berubah menjadi kabut kehitaman segelap malam, dan mulai menyebar ke segala penjuru di sekitarnya, menutupi semua yang ada perlahan lahan.
"Earth that protect against everything, Unleash your final defense upon us! Guardian Earth!"
Aku berhasil memberikan mantra perlindunganku di saat terakhir, tepat pada saat garis depan kami dikelilingi oleh bayangan gelap yang menguap bagaikan asap.
Cahaya kehijauan itu bersinar, membentuk ratusan pedang yang terhubung satu sama lain oleh sebuah lapisan berwarna hijau samar, dan membentuk perlindungan dari kegelapan itu.
"Apa yang dia lakukan? Sihir apa yang barusan diberikannya pada pasukannya?"
Yue tampaknya sama sigapnya denganku, karena ternyata bersamaan dengan puluhan pedang yang tertancap, tameng tameng dari sinar juga ikut memberikan pertahanan pada pasukan kami.
Bayangan hitam itu berkali kali mencoba menerobos, tapi tampaknya gagal.
Asap kehitaman itu terus membumbung, dan menutupi langit, dimana ribuan naga meraung dan melenguh sambil terbang berputar.
"Apa yang terjadi...? Wuff...."
Ridley menatap ke sekeliling, saat ini kegelapan sudah berhasil melingkupi seluruh sisi pertahananku, beruntung para bishop lain dengan sigap memasang pertahanan berkeliling di seluruh pasukan kami.
BUM!
"Apa itu...?"
BUM! BUM! BUM! BUM! BUM!
Suara debuman memenuhi sekeliling kami, seakan ada ribuan benda berat yang dijatuhkan ke bumi.
"Sesuatu, di balik kegelapan ini, sesuatu sedang terjadi..."
Clive dengan awas mengokang senjatanya, dan terus memperhatikan sekeliling dengan waspada, seakan seekor singa bisa saja tiba tiba muncul dan menerkam dari kegelapan.
Suara berdebum itu terus muncul, bersamaan dengan suara benda benda lain juga berjatuhan ke bumi.
Apa yang sedang terjadi?
Menit demi menit berlalu, akhirnya perlahan bayangan itu mulai menyamarkan dirinya, kembali membuka penglihatan kami.
".................."
Semua orang segera membentuk formasi lingkaran, dan menggenggam senjatanya dengan mantap.
"Aku benci ini, aku benci gelap! Aku benci ini!"
Lazlo berteriak dengan panik, sambil meremas kedua handgunnya dengan takut.
Greg memegang bahu Lazlo dengan mantap, dan berdiri tepat di sampingnya.
"Kabutnya menghilang..."
Ujarnya lirih. Dan, benar saja.
Bagaikan kabut, bayangan gelap itu perlahan lenyap bagaikan tertiup angin.
Samar pemandangan di sekitar kami mulai kembali terlihat.
Aku mengerjapkan mataku, menatap tak percaya ke sekeliling kami.
Rex pun melakukan hal yang sama.
Kami kemudian segera menatap ke arah langit, dan kembali menatap ke sekeliling kami.
"Ini... Tidak mungkin... Dia... Monster...!"
Rex bergumam tertahan, suaranya bagaikan habis tertelan karena terkejut.
=======================================