It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@fuumareicchi ,
@regieallvano , @luky , @cee_gee , @novian,
@elul , @tsu_no_yanyan , @egosantoso ,
@arifinselalusial , @babayz @dafazartin, @zeva_21 ,
@bombo , @aries18 , @dhika_smg , @bi_ngung ,
@edwardlaura , @san1204, @needu, @alfa_centaury, @peace123456789, @putrasuherman1, @diyuna, @edelwis, @faisalits_d , @erickhidayat, @jhonshan26, @mr_makassar, @zhar12, @adra_84, @afif18_raka94, @indraa156, @master_ofsun, @Dimaz_Deprince63, @sasadara, @Wilhem, @tarry, @CALLISTO, @zuyy18, @bumbellbee, @alvaredza, @d_cetya, @princearga, @Joewachecho, @naraku, @just_pj, @edogawa_lupin, @lulu_75, @amira_fujoshi, @kiyomori, @jockoni, @Mr_Makassar, @wita, @cute_inuyasha
Nenek Sabai dengan menguatkan hati memasuki kamar nomor empat. Begitu kakinya menginjak lantai kamar, suara auman harimau bergema di dalam kamar. Sosok nenek Sabai terlempar keluar.
"Jangan pernah melanggar pantangan! Diharamkan darah perempuan memasuki kamar terlarang ini, Sabai!" Sebuah suara yang disampaikan secara gaib berdengung di telinga Nenek Sabai.
Telinganya berdenyut sakit, dadanya serasa mau meledak. Dia pegangi dadanya.
"Khalid, Reki? Akh, cucuku yang malang! Apa yang harus aku perbuat? Andai Datuak masih hidup, tak sebegini susah hidupku! Dasar pandeka langek! Kalau sampai aku bertemu dia, ku buat kakinya ke atas, kepalanya ke bawah! Biar menderita dia selamanya!" Nenek Sabai membatin hebat, dia begitu bingung, tidak tahu mesti harus berbuat apa. *langek - Taik (kotoran)
Akh Sari, semoga kau tenang di alam sana, Nak! Hiks hiks hiks! Susah payah aku merawatnya, sekarang malah mati mengenaskan seperti itu!
Sabai tiba-tiba melompat bangun! Telaga Nirwana! Aku harus kesana! Tapi bagaimana dengan Khalid? Bukankah dia sebenarnya pusat dari semua permasalahan ini!
"Peti mati peti pinjaman! Gembok gaib pengunci diri! Datanglah! Datanglah!" Usai berucap begitu Nenek Sabai mengibaskan tangannya. Tiba-tiba dari dinding rumah gadang, perlahan-lahan muncul dua buah peti hitam. Peti yang terlihat angker dan mistik. Wangi kemenyan semakin menjadi-jadi. Raungan anjing di malam buta ini mendirikan bulu roma.
"Darah Hitam Darah Abadi! Ku titipkan jiwa yang tidur! Jaga sampai aku kembali!" Nenek Sabai menghentakkan kakinya ke lantai. Penutup peti menjeblak terbuka, sosok Khalid melesat ke dalam peti. Peti kembali perlahan-lahan memudar, menghilang dibalik dinding.
Dia memandangi sosok Reki. "Dia tidak akan bertahan! Maafkan aku, Cu!" Nenek Sabai menjentikkan jarinya, selarik cahaya biru melibas tubuh Reki. Selepas melakukan hal itu, Nenek Sabai berkiblat ke arah jendela. Dia hapuskan mantra yang memagari jendela. Semua tali gaib yang jadi tameng rumah gadang tiba-tiba lenyap. Nenek Sabai meloncat dari jendela, tubuh kurusnya melesat bagaikan bayang-bayang.
Sepeninggal Nenek Sabai, dari loteng rumah gadang muncul kabut putih. Kabut tersebut perlahan-lahan turun dan menutupi seluruh tubuh Reki. Begitu sosok Reki tidak terlihat, kabut tersebut bergerak memasuki peti mati satunya lagi. Dan peti tersebut terangkat secara tiba-tiba. Melesat keluar dari jendela rumah gadang, membawa serta sosok Reki.
Sesaat suasana menjadi sunyi dan sepi. Bahkan anginpun enggan berdesau, jangkrik-jangkrik yang biasa berpesta pora ikut terdiam dalam lamunan kesunyian.
Tanpa ada yang mengetahui, dari dalam kandang rumah gadang, terdengar bunyi berderak-derak dan bunyi tulang bergemeletukan. Lantai tanah yang berada di dalam kandang tiba-tiba bergerak. Seperti ada sesuatu yang mencoba keluar dari tanah. Benar saja, tiba-tiba dari dalam tanah yang mulai rengkah, mencuat tangan seseorang. Tangan hitam dan berkuku panjang. Didahului jeritan panjang, sesosok tubuh melesat dari dalam tanah, menembus lantai rumah gadang. Rumah Gadang bergetar hebat. Suara auman harimau terdengar dari empat penjuru angin.
Sesosok tubuh berdiri dengan tegap di atas lantai rumah gadang. Pandangannya menyiratkan hawa kemarahan. Wajah cekung dengan mata seolah-olah mau melompat keluar saking kurusnya. Rambutnya awut-awutan.
"Iblis Putih Pemasung Jiwa! Menghadap kau sekarang ke hadapanku! Kau telah gagal melaksanakan tugasmu!" Lelaki tersebut, yang bukan lain adalah Pandeka, ayahnya Reki dan Wika menghentakkan kakinya ke lantai kayu. Rumah gadang kembali bergetar.
Setelah melakukan hal itu, dari tonggak-tonggak rumah gadang, berlesatan cahaya putih, menyatu membentuk sesosok tubuh. Iblis Putih Pemasung Jiwa muncul dalam keadaan mengenaskan. Perutnya terbusai, memperlihatkan isinya yang terlihat sangat menjijikkan.
"Karih Angku Ampek Langik! Kau... Bagaimana kau bisa kena senjata mematikan itu?" Pandeka berjengit memandangi sosok Iblis Putih Pemasung Jiwa. Hebatnya, Iblis tersebut tidak menunjukkan rasa sakit sedikitpun. Tubuhnya yang putih berkilauan memandang tajam ke arah Pandeka. Dia lalu terkekeh.
"Sekian tahun, aku mendekam dalam tubuh anakmu! Berusaha mengotori hatinya, berusaha menjauhkannya dari kebenaran, tapi semua itu gagal! Malah aku jadi semakin tersudut di palung jiwanya! Kekuatanku melemah, aku tak kuasa melawan kesabaran dan cintanya pada adik semata wayangnya! Kau yang salah Pandeka! Seharusnya, Inti Sari Roh kau tanamkan dalam tubuh si Wika, bukan di tubuh si Reki! Sekarang, semua terlambat, kau tidak akan mampu menguasai dunia ini, Ilmu Hitam Langik dan Bumi Barajo Tungga, hanya akan jadi kenangan bagi hidupmu! Seharusnya, kemarin Kau sudah harus membunuh si Khalid, meminum darahnya yang dicampur dengan darah Wika dan Reki! Tapi kau terlalu lambat! Amak kau, Nenek Sabai, dan akuan ayah Kau, Inyiak Hulu Balang Hitam, menyadari keberadaanku di dalam tubuh Wika dan Reki"
Mata Pandeka mendelik, terkejut!
"Bagaimana bisa?" Tanyanya dengan rasa tidak percaya.
"Itu karena Inyiak Hulu Balang Hitam! Dia berhasil mengetahui keberadaanku melalui ilmu Datak Gaib Roh Badanyuik! Dia mengetahui kalau ada penghuni lain di dalam tubuh si Wika. Sekarang Wika berada dalam genggamannya! Kalau sampai Inti Sari Roh disedotnya, si Wika akan kembali normal! Dia akan kembali bisa berbicara! Dan kau... Separuh kekuatanmu akan menghilang! Hanya satu penyelamatmu! Jika masih ingin hidup, aku harus kembali ke dalam tubuh si Reki! Kau harus membakar tubuh kami dalam kawah gunung merapi! Itu hanya untuk membuatmu bertahan hidup!" Iblis Putih Pemasung Jiwa perlahan-lahan bersandar ke dinding rumah gadang.
"Iblis Putih! Aku tidak mungkin memasukkan kau kembali ke dalam tubuh Reki! Jangan kau kira aku tidak tahu niat busukmu! Kau akan menguasai jasadnya dan membunuh jiwanya! Jangan kau kira aku bodoh!" Pandeka melompat ke arah Iblis Putih Pemasung Jiwa! Tangannya berkiblat. Seberkas sinar hitam melesat, menghantam tubuh Iblis Putih Pemasung Jiwa! Jeritan setinggi langit menggelegar di dalam rumah gadang.
"Kau akan menyesal Pandeka!" Terdengar teriakan dan kutuk serapah yang kian menjauh. Perlahan-lahan kembali sunyi.
"Aku harus menemukan Reki! Aku hanya memerlukan segelas darahnya tanpa harus membunuhnya! Dan Darah Wika segelas juga! Hmmm, anak pangeran yang berdarah hitam itu, dimana gerangan beradanya! Mata batinku menangkap kalau dia tidak jauh-jauh dari rumah ini! Tapi kenapa kegelapan disekitarnya? Mungkinkah dia dititipkan ke alam gaib?" Pandeka menghirup udara malam. Dia berusaha mendeteksi keberadaan Khalid, namun, hanya kegelapan, bahkan kepalanya seperti dihantam balok kayu ketika dia mencoba lebih keras.
"Aaaakhhh, brengsek! Saat ini aku harus ke telaga Nirwana! Sebelum penyatuan dua jerongkong itu! Aku harus bisa menggagalkannya, kalau tidak, aku bisa celaka!"
Selesai berucap begitu, Pandeka berkelebat meninggalkan rumah gadang.
Bersambung.
Pak Pandeka, sana belajar sama Sanubari, bagaimana rasa mencintai anak itu... cih
Ah hayolah si Reki jangan sampe mati><
Wika bisa ngomong normal lagih? Horayyyyyy
Kaya film kartun
╬╬ϱϱ˚:D˚╬╬ϱϱ˚:D˚╬╬ϱϱ˚:D˚╬╬ϱϱ
Kaya film kartun
╬╬ϱϱ˚:D˚╬╬ϱϱ˚:D˚╬╬ϱϱ˚:D˚╬╬ϱϱ
Dikit doeloe ya:
@farizpratama7 , @yuzz ,
@fuumareicchi ,
@regieallvano , @luky , @cee_gee , @novian,
@elul , @tsu_no_yanyan , @egosantoso ,
@arifinselalusial , @babayz @dafazartin, @zeva_21 ,
@bombo , @aries18 , @dhika_smg , @bi_ngung ,
@edwardlaura , @san1204, @needu, @alfa_centaury, @peace123456789, @putrasuherman1, @diyuna, @edelwis, @faisalits_d , @erickhidayat, @jhonshan26, @mr_makassar, @zhar12, @adra_84, @afif18_raka94, @indraa156, @master_ofsun, @Dimaz_Deprince63, @sasadara, @Wilhem, @tarry, @CALLISTO, @zuyy18, @bumbellbee, @alvaredza, @d_cetya, @princearga, @Joewachecho, @naraku, @just_pj, @edogawa_lupin, @lulu_75, @amira_fujoshi, @kiyomori, @jockoni, @Mr_Makassar, @wita, @cute_inuyasha
Aku dimana? Kenapa begitu gelap? Wika? Khalid? Kalian dimana, Dek? Apa yang terjadi sama diriku? Kenap ruangan ini begitu sempit?
Reki terus berusaha mengingat dimana dia berada. Tubuhnya masih berada di dalam peti mati. Peti tersebut diselimuti kabut tipis yang makin lama makin tebal. Lalu tiba-tiba cahaya terang benderang memenuhi temat itu yang ternyata sebuah ruangan berdinding tanah. Seperti sebuah goa. Lembab dan dingin.
Didahului oleh desiran angin, dari langit-langit goa muncul sesosok bayangan putih, berkilauan. Sosok tersebut seorang perempuan cantik adanya. Rambutnya yang panjang, mengenakan selendang berwarna putih, sekujur tubuhnya tertutupi jubah putih. Wajahnya cantik dengan sepasang mata yang indah. Tangannya dengan lemah gemulai bergerak mengibas. Saat itu juga penutup peti terbuka. Reki terbelalak melihat sosok yang mengambang di atasnya.
Perempuan cantik tersebut bergerak turun dengan anggunnya. Reki semakin menggigil. Namun dia mencoba menguatkan hati. Bibirnya bergetar,
"Bunda...!" Desisnya dengan mata panas. Perempuan tersebut tersenyum.
"Anakku...!" Perempuan tersebut mengulurkan tangannya. Sekali gerak, tubuh Reki terangkat ke atas. Tubuh Reki mengambang. Dia menata perempuan tersebut. Perlahan-lahan tubuh Reki diturunkan sampai dia menjejak tanah.
Reki berlari memeluk perempuan tersebut. Namun yang dia sentuh hanya kehampaan. Reki menangis.
"Bundaaaa! Kenapa Reki tidak bisa memeluk, Bunda? Kenapa Bunda tinggalin Reki?" Reki duduk bersimpuh. Air matanya mengalir deras.
"Anakku, Bunda tidak bisa berlama-lama! Kuasa Illahi telah membuat bunda bisa menemuimu walau cuma sesaat! Anakku, saat ini, adikmu berada dalam bahaya! Satu-satunya yang bisa menyelamatkannya cuma kamu! Kamu harus bisa membunuh sosok iblis yang membuhul lidahnya!" Perempuan tersebut berbicara dengan cepat. Seperti berlomba dengan waktu.
"Wika...!" Desis Reki. Dia ingat adik kesayangannya itu. Dia pandangi perempuan di depannya. "Apa yang harus Reki lakukan, Bunda?"
Perempuan tersebut tersenyum.
"Kamu harus bisa membawanya ke kawah gunung merapi. Lemparkan tubuhnya ke dalam kawah!"
"Tidaaaakkk!!! Itu sama saja dengan membunuhnya! Reki tidak mau!!!" Reki berdiri dengan cepat. Pelipisnya bergerak menahan amarah.
"Anakku, kamu jangan keras kepala! Hanya itu satu-satunya cara untuk mengeluarkan roh iblis di dalam tubuhnya! Dia tidak akan mati! Percaya sama ibu!" Perempuan tersebut menatap tajam ke arah Reki. Matanya berkilauan, membuat Reki terpana.
"Baik Bunda! Akan segera Reki kerjakan!" Reki menjura hormat. Perempuan tersebut kembali mengulurkan tangannya. Selarik sinar merah melibas tubuh Reki! Dan memasukkan kembali Reki ke dalam peti. Mulutnya komat-kamit.
"Telaga Nirwana Telaga Dewa! Disana semua bermulai, disana semua berakhir! Rampas jiwa dalam pasungan! Bunuh sukma dalam kehidupan!" Dia sentakkan tangannya, peti melesat keluar dari mulut goa.
Perempuan cantik tersebut menatap kepergian peti dengan senyum sinis. Dia gerakkan kepalanya. Tiba-tiba wujudnya berubah. Iblis Putih Pemasung Jiwa.
Bersambung.
Ihhh Reki! Jangan mau dibodohi!!><
Kemarin si Reki yang mau diceburin ke kawah Gunung Merapi, sekarang ngincer tubuh Wika, ceburin aja uda Ula! Ceburin! #ditampar
Lanjuuuut^^/