It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sesosok tubuh yang sedang terlelap itu seperti khayalanku ketika sedang googling kata "hunk", "muscle". Harus aku akui, aku sudah bosan melihat nya cuma dilayar. Tapi melihatnya secara langsung, gabungan antara rezeki dan cobaan. "hei... Jangan ditatap terus!", bisik temanku Adi. "sejak kapan dia jadi roommate mu?" Tanya ku dengan berbisik. "sejak kemarin, makanya aku baru kasih tahu tadi". Adi, teman satu kelas, seorang straight. Jomblo putus asa sampai mau ku libatkan dalam semua ke-gay-an ku. Walaupun sangat kaya, dia tidak cukup beruntung untuk mendapatkan cewek. Cewek yang dia sukai sudah memiliki calon, jadi dia hanya memuaskan diri untuk menjadi ttm nya saja.
Senasib dengan aku, sama sama tidak laku di dunia masing masing. Kami memutuskan untuk bekerja sama. "cinta yang ditahan itu sangat menyakitkan, atas nama cinta aku akan mendukung mu dengan keadaan mu". Sejak saat itu lah, dia satu satu nya orang yang secara terbuka mendukung ke-gay-an ku. Dia akan menunjukkan sapa saja yang menarik.
Roni, dialah nama roommate teman ku tadi. Anak baru, dua tahun dibawah kami. Adi tidak tahu mana yang belok dan mana yang tidak. Tentu saja dia tidak punya gaydar. Hal Yang sulit dibayangkan Jika Seorang Straight memiliki gaydar. Aku hanya memberitahunya, "carikan yang lebih ganteng dari kamu dan memiliki tubuh yang bagus." Hingga pada akhirnya dia mengundang ku untuk ke kosnya.
Dipinggir ranjang aku dan Adi duduk bersebelahan, sementara Roni berbaring membelakangi kami. Aku hanya berhasil memandangi punggungnya, tidak pula wajahnya. Hanya dari punggungnya ku bisa mengangan-angan keindahan "front cover"nya. Tidak berani ku berbicara banyak yang bisa membangunkannya. Adi hanya memandangku dengan tatapan heran, penasaran dan sedikit "jijik". Tatapan yang,mengatakan bagaimana-dua-pria-bisa-melakukan-hal-itu. Sisa sisa homophobic yang tidak bisa dikikis dengan mudah, pikirku.
"udah ah, lama banget bangunnya" bisikku ke Adi. Keadaan yang paling bagus untuk melihat seorang laki laki adalah ketika melihat dia bangun tidur. Tapi menunggu nya sampai bangun bisa sampai sore. "belum rezeki" bisik balik Adi.
Akhirnya aku harus pulang ke Kos ku. Tidak ada yang menarik dikosku. Semua teman dikosku, dibawah rata-rata. Tapi tidak ada yang mengalahkan kebaikan dan kecerdasan mereka. Orang yang paling menarik secara fisik kebanyakan memiliki sikap yang paling jelek. Pria cerdas dan baik idaman setiap wanita. Pria cerdas dan baik belum tentu idaman seorang gay.
"kita tidak bercinta dengan kecerdasan dan kebaikannya, tapi kita bercinta dengan fisiknya" pikirku. Mungkin gelambiran lemak ditubuh ini menjadikan ku obsesif dengan gay yang muscle, tapi Entahlah. Walaupun hampir mustahil mendapatkan pria yang ku idamkan, minimal aku berani memimpikannya. Itu saja.
"Ndra, dari mana? Ayo main Catur sini?" Ajak Ahmad teman satu Kos, sambil duduk diruang tamu. "aku lagi males", tatapku dengan penuh ke-engganan. "ye, katanya masih penasaran mau ngalahin aku!". "entar aja deh" jawabku, sambil berlalu menuju kamarku. Rasa-rasa nya baru sekali saja aku menang dari nya, dari sekian pertandingan. Semakin aku kalah semakin aku penasaran. Salah satu sifat jelek dan kadang bagus, yaitu tidak mau kalah.
Aku masuk kamar dan mulai merebahkan tubuh, seolah ku tidak memiliki kontrol atas otak ku sendiri, otak ini masih saja membayangkan tubuh indah Roni. Menatap langit langit yang berdebu, bagaikan arena bermain, dua cicak saling berkejaran menuntaskan dahaga birahi. Hewan sekecil itu pun tidak bisa melawan insting nya, jangankan cicak bakteri Sekecil itu pun terus mengikuti instingnya untuk berkembang biak.
Terus membayangkan, berimajinasi, dengan sosok Roni membuatku mengantuk. Hal yang terakhir yang kuingat sebelum aku benar benar tertidur sms dari Adi, "jangan lupa besok masuk jam pagi".
Agak terburu buru ke kampus membuatku terlupa untuk menutup sebagian resleting tas ku. "mas tasnya terbuka" bisik seseorang dari belakang. Ku raba tasku, sambil menoleh ke arahnya. "oh ya, makasih", balasku. Terpaku sebentar ketika melihat wajahnya, ada segaris luka di pipi nya. Kira Kira sepanjang 3 cm, diwajahnya yang cukup putih, sehingga cukup kontras.
Dengan terburu buru ku tidak sempat bahkan untuk menyunggingkan senyum. Ya semoga bisa ketemu lagi, pikirku. Sepanjang perkuliahan aku tidak bisa melepaskan ingatan ku atas wajahnya. Luka itu...wajahnya...senyumnya... Yang jelas luka diwajahnya membuat ku begitu tertarik dan penasaran dengan sosoknya.
"Jangan lupa untuk mampir ke Kos ku" isi sms dari Adi. Sepulang kuliah aku langsung meluncur ke Kosnya Adi. Jika tidak di sms, biasa nya aku langsung pulang ke Kos. teman ku menyebutku "mahasiswa kupu-kupu" yaitu kuliah-pulang-kuliah-pulang. Apakah memang kuliah ku semembosankan itu?!
Kos nya Adi memang jauh lebih mahal dari kosku di dalam nya satu ranjang king size, dua lemari, dua meja belajar. Walaupun jika aku yang menjadi roommate-nya Roni, aku tidak akan pernah bisa menjangkau tubuh nya, ranjang itu terlalu luas. Berharap bertemu dengan Roni, ku langsung meluncur menuju pintu dan berharap ketika aku mulai membuka pintu Roni sedang ganti baju, atau semacamnya dan aku cukup bilang "maaf, aku temennya Adi". Tidak ada Roni, apalagi sedang ganti baju. Hanya ada Adi yang sedang tiduran. "eh sini, lama juga ya?" Tanya Adi. "Iya tadi ke perpus sebentar", jawabku. Lalu dia mengambilkan satu toples berisi makanan. "nih makan", ini penghinaan, bentuk tubuh ku tidak bersinonim dengan bisa-makan-banyak-dan-segalanya, pikirku. Dia tidak sensitif sama sekali, ingin rasanya pulang saja. Tapi seorang Roni pantas untuk ditunggu. Akhirnya aku menahan diri. Sambil makan dan pura pura menikmati, aku mengambil sebuah buku untuk melawan ketidak-enakan makanan yang sedang ku kunyah.
Bunyi pintu di buka, berharap seperti adegan difilm, ketika seorang yang sangat keren bergerak dalam slow motion dan semua mata terpaku. Ternyata hanya ada sesosok yang membuka pintu sedikit terus melempar tas punggung. Benar benar mengecewakan. "eh tugas mu dah selesai belum?, pinjam." Tanya Adi membuyarkan imajinasiku. "belum kok" jawabku, diiringi raut wajah kecewa dari nya.
"oh ada tamu" suara diseberang sambil membuka pintu. Sesosok dengan bekas luka diwajah yang ku temui pagi tadi dikampus. "Roni" sodor dia sambil menyalami ku. "Andra" jawabku. Wow bekas luka yang mempesona. Bekas luka yang mampu membuatku tidak berkedip. Tunggu, faktor tampang juga pengaruh, jika wajahnya jelek bekas luka itu juga semakin memperjelek wajahnya.
"Aku teman satu kelas Adi" pancingku.
"oh, gitu, berarti kita satu jurusan ya?
apa? dia menyebut kita,"iya" jawabku.
"wah aku bisa minta bantuan,dong?, katanya Adi kemarin pas dia bercerita dia punya temen yang bisa diandelin buat semua tugas, itu pasti kamu, iya kan Di?"
Yang bersangkutan hanya menganggukkan kepala.
bingung antara harus senang atau sedih. Sedih karena aku seolah asisten pribasi. Senang karena "pride" ku naik dimata Roni, selain itu akan ada kesempatan untuk berdua dengannya. "masak sih? Enggak kok", jawabku.
Tiba tiba Roni membuka bajunya, melemparnya ditepian ranjang. Nafasku memburu. Kemudian dia mengambil sebuah baju dari lemari. Kejadian yang beberapa detik membuatku lunglai, bagaikan raga tanpa tulang. Dia sudah memakai bajunya. Aku mengamatinya, sementara Adi sibuk sms-an sambil tiduran. Roni memgambil sesuatu dari dalam lemarinya. Kemudian meletakkan di meja belajarnya.
Aku kaget, tidak habis pikir. Jangan sampai hal itu terjadi.
Apakah mungkin?
Semoga dugaanku salah.
Ini hanya ilusi mata.
Tidak tidak, mataku melihatnya dengan jelas.
Dia pasti adiknya atau kakak perempuannya.
Kok bisa bisanya? Dia kan dua tahun dibawah aku. MBA?
TIDAAAK!
A ku melihat sebingkai foto dengan dua orang yang yang telah menikah. Wanita yang cantik, dan seorang pria yang tidak salah lagi Roni. Dari foto itu terlihat jelas sekali keduanya memakai pakaian pernikahan.
"ngomong ngomong aku udah nikah, ini foto kami berdua, kami menikah dua bukan yang lalu, pasti kaget ya?"
"oh ya? Selamat ya?" Semoga jawabku masih terdengar wajar.
"inginku satu kampus, tapi ternyata aku tidak keterima, jadi kami LDR, ya sapa tahu foto ini bisa mengobati kangenku."
Tidak mungkin ada peluang.
Tidak mungkin sedang denial.
Tidak mungkin kamuflase.
tiap dialog nyambung jadi satu dengan narasinya..
baiknya dialognya dibuat line baru..
banyak2 baca dari story2 disini ya, banyak yg bagus2 dn bisa dipelajari..
tp gaya bercerita ente bagus kok, jadi bisa menikmati ceritanya..
Salam.
gracias
@gr3yboy
most_viewed author di bf. Kamu bisa aja..
Critamu yg pertama di sini atau memang crita pertama yg kamu buat? Kl baru pertama, udah lumayan kok. Memang bener terlalu rapat.
Crita di atas memang msh datar, maklum krn baru di awal. Sama kyk kisahku yg beberapa part awal datar terus.
Semangat ya.. Lanjutkan aja atau buat crita baru. Kemampuan menulis gak akan berkembang Kl gak dibiasakan nulis.
Oke deh lain kali kucoba perbaiki tata letak nya.
GTS pertama aku, sebelumnya pernah tapi umum.
8M lho, jadi most viwed. Kan?
Thanks udah ke sini. Saran kritik amat penting.
Sebenar nya inspirasi dari arief muhammad, "berani kritik Ato komen punya karya gak?" Gitu...
Jadi ya masih berantakan sana sini. Demi menunjukkan aku juga bisa.
lanjutin deh....pasti seru...... :bz