It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tapi klo ga ada bacaan lain gue tetap baca komiknya di gramed
BAB 4
Dua bulan setelah game dimulai, dua ribu orang telah meninggal.
Harapan untuk menunggu pertolongan dari luar telah hancur; tidak ada satupun kabar dari luar yang datang.
Aku tidak melihatnya sendiri, tapi katanya kepanikan dan kegilaan yang dialami oleh para pemain ketika mereka menyadari kalau mereka tidak bisa kembali sangat besar. Ada orang yang menangis dan ada yang meraung-raung, beberapa bahkan mencoba menggali tanah di kota sambil mengatakan kalau mereka akan menghancurkan dunia ini. Tentu saja, semua bangunan merupakan non-destructible objects(benda yang tidak bisa dihancurkan), jadi usaha ini gagal tanpa ada hasil sama sekali.
Katanya butuh beberapa hari untuk para pemain untuk menerima situasinya dan berpikir apa yang harus dilakukan setelahnya.
Para pemain terbagi menjadi empat kelompok.
Yang pertama terdiri lebih dari setengah jumlah player yang ada; mereka adalah orang-orang yang masih belum bisa menerima syarat yang diberikan oleh Kayaba Akihiko dan masih menunggu pertolongan dari luar.
Aku mengerti bagaimana perasaan mereka. Tubuh mereka mungkin sedang terbaring di kasur atau duduk di bangku sambil tertidur. Itu adalah kenyataan dan situasi ini adalah <palsu>, jika saja ada petunjuk sekecil apapun kalau mereka bisa keluar—tentu saja, tombol log out nya sudah menghilang tapi mungkin ada sesuatu yang terlewatkan oleh si pembuat game—.
Dan di luar, perusahaan yang menjalankan game nya, Agas, akan berusaha lebih keras dibanding siapapun untuk menyelamatkan para pemain—jika mereka bisa bersabar mungkin mereka akan bisa membuka mata mereka lagi, bertemu dengan keluarga mereka dan kembali ke sekolah atau bekerja dan ini hanya akan menjadi bahan pembicaraan saja—.
Tidak salah mereka berpikir seperti itu. Aku sendiri pun berharap hal yang sama jauh didalam hatiku.
Rencana mereka adalah untuk <menunggu>. Mereka tidak selangkahpun menjejakkan kaki di luar kota dan menggunakan uang yang mereka dapat di awal game—di dunia ini mata uangnya disebut <Coll> —dengan hemat, membeli makanan yang mereka butuhkan untuk melewati hari dan menemukan penginapan yang murah untuk tidur, dan berjalan-jalan secara berkelompok untuk menghabiskan waktu tanpa berpikir.
Untungnya <Starting City> adalah kota yang besarnya sekitar 20 persen dari lantai pertama dan cukup besar seperti kota Tokyo. Jadi lima ribu pemain bisa punya ruangan yang cukup untuk tinggal.
Tapi tidak ada pertolongan yang datang berapa lama pun mereka menunggu. Sering kali langit diluar tidak biru cerah tapi ditutupi oleh awan berwarna abu-abu. Uang mereka tidak akan bertahan selamanya dan mereka menyadari kalau mereka harus melakukan sesuatu.
Grup kedua terdiri dari 30 persen, atau sekitar tiga ribu player. Itu adalah grup yang semua playernya bekerja bersama-sama. Pemimpinnya adalah seorang admin dari sebuah situs info game online terbesar.
Para player yang terkumpul dalam grup ini membagi menjadi beberapa grup kecil dan membagi seluruh pendapatan mereka dan informasi yang mereka dapatkan didalam game serta menjelajah ke labyrinth area dimana tangganya berada. Pemimpin dari grup ini membuat <Black Iron Castle> menjadi markas mereka dan mengirimkan perintah ke berbagai grup.
Grup besar ini tidak mempunyai nama selama beberapa waktu, tapi setelah semua anggotanya menerima seragam, ada orang yang menyebut mereka dengan nama, yang agak seram, yaitu <The Army>.
Grup ketiga terdiri dari sekitar seribu player. Grup itu terdiri dari orang-orang yang telah menghabiskan semua Coll mereka tapi tidak ingin mencari uang dengan mengalahkan monster.
Sebagai catatan sampingan, di SAO ada dua kebutuhan tubuh yang paling dasar yang perlu dipenuhi. Yang pertama adalah kelelahan, dan yang satunya adalah rasa lapar.
Aku mengerti kenapa ada rasa lelah. Informasi virtual dan informasi nyata tidak ada bedanya didalam otak kami. Jika player menjadi mengantuk, mereka bisa pergi ke sebuah penginapan dan menyewa kamar untuk tidur tergantung dengan jumlah uang yang mereka punya. Jika seseorang memiliki cukup banyak Coll, mereka bisa membewli sebuah rumah, tetapi jumlah uang yang di butuhkan tidaklah kecil.
Rasa lapar adalah kebutuhan yang para player pikir sedikit aneh. Meski mereka tidak ingin membayangkan apa yang akan terjadi dengan tubuh mereka yang ada di dunia nyata, tubuh mereka mungkin mendapat nutrisi entah bagaimana caranya. Itu berarti rasa lapar yang kami rasakan tidak ada hubungannya dengan tubuh kami di dunia nyata.
Tapi jika kami membeli roti atau daging virtual di dalam game dan memakannyat, rasa laparnya menghilang dan akan terasa kenyang. Tidak ada yang tahu bagaimana mekanismenya bekerja, kecuali dengan bertanya ke seorang profesional di bidang neurology.
Jadi sebaliknya juga benar, rasa laparnya tidak akan menghilang kecuali kami memakan sesuatu. Kemungkinan besar kami tidak akan mati jika kelaparan, tapi kenyataan kalau itu adalah kebutuhan yang sulit di abaikan tidak berubah. Jadi para player mengunjungi restoran yang di buka oleh NPC dan makan di sana.
Selain itu, di dalam game kita tidak perlu buang air. Entah bagaimana dengan tubuh di dunia nyata, Aku tidak ingin memikirkannya.
Yah kembali ke pokok permasalahan—
Para pemain yang telah menghabiskan semua uang mereka di awal, tidak bisa tidur atau makan, biasanya bergabung dengan organisasi besar yang kubicarakan barusan, <The Army>. Ini karena mereka setidaknya akan mendapat sesuatu untuk dimakan jika mereka menuruti perintah dari atas.
Tapi selalu ada orang yang tidak bisa bekerja sama dengan orang lain betapa kerasnya mereka mencoba. Orang-orang yang tidak ingin bergabung, atau di usir karena membuat masalah membuat perkampungan di <Starting City> sebagai markas mereka dan mulai mencuri.
Di dalam kota, atau di tempat-tempat yang biasanya disebut sebagai <Safe Area> dilindungi oleh system dan para pemain tidak bisa menyakiti satu sama lain. Tapi di luar tidak seperti itu. Orang-orang itu membuat tim dan menyergap player lainnya—itu lebih menguntungkan daripada memburu monster di field dan labyrinth area.
Meski begitu, mereka tidak pernah <membunuh> seorangpun—setidaknya selama tahun pertama,
Grup ini perlahan-lahan menjadi besar hingga mencapai jumlah seribu orang.
Terakhir, grup keempat, atau bisa dibilang, yang tersisa.
Ada sekitar lima puluh organisasi yang dibuat oleh orang-orang yang ingin menyelesaikan game nya tapi tidak ingin bergabung dengan organisasi besar. Jumlah mereka sekitar lima ratus orang. Kami menyebut grup-grup itu sebagai <Guilds> dan mereka memiliki daya gerak yang tidak dimiliki oleh <The Army>; dan menggunakan itu, mereka perlahan-lahan menjadi kuat.
Lalu ada beberapa yang memilih merchant dan craftsman class. Mereka hanya berjumlah sekitar dua hingga tiga ratus orang, tetapi mereka membuat guild sendiri dan mulai melatih skill yang mereka perlukan untuk mendapatkan Coll.
Sisanya, sekitar seratus pemain disebut sebagai <Solo Player>—ini adalah grup tempatku berada.
Mereka adalah grup yang egois yang berpikir kalau bekerja sendiri lebih menguntungkan untuk memperkuat diri mereka dan bertahan hidup. Jika seseorang bisa menggunakan informasi yang mereka dapat dengan baik, mereka bisa dengan cepat menaikkan level mereka. Setelah mereka memiliki kekuatan untuk sendirian melawan monster dan bandit, sebenarnya tidak ada artinya bertarung dengan player lainnya.
Sebagai tambahan, didalam SAO tidak ada <Magic>, dengan kata lain tidak ada <serangan jarak jauh yang memliliki keakuratan 100%>, jadi kami bisa melawan monster dalam jumlah besar sendirian. Jika seseorang punya kemampuan yang cukup, bermain solo jauh lebih efektif untuk mendapatkan experience point-dibandingkan dengan bermain berkelompok.
Tentu saja ada resikonya. Contohnya jika seseorang terkena <Paralyze>, kalau dia bersama dengan party member mereka bisa menyembuhkannya, tapi jika orang itu bermain solo itu bisa membawanya langsung menuju kematian. Sebenarnya, sejak awal, solo player mempunyai resiko yang paling besar dibanding player lain.
Tapi jika kau punya pengalaman dan pengetahuan untuk menang melalui semua keadaan berbahaya, keuntungannya bisa menutupi sebagian resiko, dan seorang beta tester sepertiku memiliki kedua hal tersebut.
Dengan informasi berharga itu, solo player menaikan level dengan kecepatan yang lebih tinggi dan dengan cepat terbentuk perbedaan level antara mereka dengan player lainnya. Setelah game nya menjadi sedikit tenang, hampir semua solo player keluar dari lantai pertama dan menggunakan kota di lantai yang lebih tinggi sebagai markas mereka.
Di dalam Black Iron Castle, dimana <Room of the Resurrected> berada selama beta testing, sekarang berdiri sebuah monumen besi besar yang tidak ada sebelumnya. Nama dari seluruh sepuluh ribu player terukir di permukaannya. Selain itu, sebuah garis akan muncul di nama orang yang telah mati dan akan tertulis waktu dan alasan kematian di sampingnya.
Orang pertama yang tercoret namanya mati tiga jam setelah game dimulai.
Alasan kematiannya bukanlah karena kalah dari monster. Itu adalah bunuh diri.
Dia mempercayai teori kalau "menurut struktur dari Nerve Gear, jika seseorang terputus dari system maka secara otomatis mereka akan sadar." Dia memanjat pagar besi di bagian utara kota, atau ujung dari Aincrad, dan melompat.
Dibawah kastil melayang ini tidak ada daratan yang dapat terlihat, seberapa keraspun kau melihat. yang ada hanyalah langit yang membentang tak terbatas ditambah dengan beberapa lapis awan putih. Sambil ditonton oleh banyak player; orang itu perlahan-lahan menjadi terlihat semakin kecil, meninggalkan sebuah teriakan panjang dan akhirnya menghilang dibalik awan.
Sebuah garis muncul di namanya dua menit kemudian. Alasan kematiannya adalah <Terjatuh di udara>. Aku bahkan tidak ingin membayangkan apa yang dia alami selama dua menit itu. Tidak ada cara untuk mengetahui apakah dia telah kembali ke dunia nyata, atau—seperti yang dikatakan Kayaba—otaknya telah terbakar. Tapi, sebagian besar orang percaya kalau ada cara mudah untuk keluar dari game ini yaitu; jika orang di luar mencabut kabelnya dan menyelamatkan kami.
Tetapi masih ada orang menyerah memikirkan hal itu. Kebanyakan orang, termasuk aku, sulit menyamakan <kematian> sebagai kenyataan. Itu masih tidak berubah. Fenomena saat HP bar mencapai angka nol dan tubuh yang terbuat dari polygon ino hancur terlalu seperti <Game Over> yang sudah biasa kami rasakan. Mungkin cara satu-satunya untuk mengetahui arti sesungguhnya dari kematian di dalam SAO adalah dengan merasakannya sendiri. Kenyataan itu mungkin adalah alasan dari berkurangnya kecepatan pengurangan jumlah player.
Di sisi lain, ada banyak player yang merupakan bagian dari <The Army>, tertutama orang-orang yang tergolong grup pertama, mulai kehilangan nyawa mereka ketika mereka mencoba menyelesaikan gamenya dan bertarung dengan monster.
Bertarung di SAO butuh sedikit membiasakan diri. Itu tidak seperti mencoba memaksakan dirimu untuk bergerak, tapi lebih seperti <mempercayakan> gerakanmu kepada system.
Contohnya, meski hanya sebuah uppercut dengan one-handed sword, jika player itu telah menguasai <One-handed Sword Skill> dan memakai <Uppercut> dari daftar skill, mereka hanya perlu melakukan gerakan awal dan systemnya akan secara otomatis menggerakan badan mereka. Tapi jika seseorang tanpa menggunakan skill mencoba untuk meniru gerakannya, itu akan terlalu lambat dan lemah ketika digunakan dalam pertarungan sesungguhnya. Itu sama seperti menekan tombol tertentu didalam sebuah fighting game.
Orang-orang yang tidak terbiasa akan hal ini hanya mengayunkan pedang mereka dan bahkan kalah kepada celeng dan serigala yang bisa mereka kalahkan jika mereka menggunakan single strike skills yang mereka punya sebagai skill awal. Meski begitu, jika mereka menyerah dan kabur setelah kehilangan sebagian dari HP mereka, mereka tidak akan mati. Tapi—
Tidak seperti serangan monster 2D yang kita lihat melalui layar monitor, pertarungan di SAO sangat nyata sehingga kau bisa merasa takut. Itu seperti jika monster sungguhan mengarahkan taringnya padamu dan mengejarmu dengan niat membunuh.
Bahkan selama beta testing ada beberapa orang yang panik ditengah pertarungan, tapi sekarang kematian menantimu jika kau kalah. Rasa panik membuat para player lupa menggunakan skill mereka dan bahkan lupa melarikan diri, HP mereka habis dan mereka menghilang dari dunia ini selamanya.
Bunuh diri, kalah dari monster. Angka dari nama yang tercoret berlipat ganda dengan kecepatan yang mengerikan.
Ketika angkanya mencapai dua ribu, satu bulan setelah game dimulai, awan keputusasaan menyelimuti para player yang masih selamat. Jika jumlah kematian terus meningkat dengan kecepatan seperti ini, sepuluh ribu orang akan mati dalam waktu kurang dari setengah tahun. Menyelesaikan lantai keseratus hanya terlihat seperti mimpi.
Tapi—manusia beradaptasi.
Setelah satu bulan kemudian, labyrinth pertama di selesaikan dan jumlah kematian mulai berkurang dengan cepat. Orang-orang mulai membagi informasi untuk bertahan hidup dan kebanyakan orang merasakan kalau monster tidak begitu menakutkan jika kau mempunyai experience points yang cukup dan menaikan level dengan benar.
Kamu mungkin bisa menyelesaikan game nya dan kembali ke dunia nyata. Jumlah player yang mulai berpikir seperti itu bertambah dengan perlahan tapi pasti.
Lantai teratas masih sangat jauh, tapi para player mulai bergerak dengan harapan kecil ini-dan dunia mulai berputar lagi.
Sekarang, dua tahun kemudian dan dengan 26 lantai tersisa, jumlah orang yang bertahan hidup sekitar 6 ribu orang.
Ini adalah situasi dari Aincrad yang sekarang.
BAB 5
Setelah menyelesaikan pertarunganku dengan musuh yang kuat yang sedang berpatroli di <Labyrinth Area> di lantai 74, aku mengingat jalan kembaliku, begitu juga dengan masa lalu, dan menghela napasku ketika aku melihat cahaya dari jalan keluar.
Aku mengosongkan pikiranku, berjalan dengan cepat keluar dari labyrinth area, dan menghirup udara yang segar dan bersih dalam-dalam.
Di hadapanku, lorong yang sempit berubah menjadi hutan yang lebat dan penuh dengan pohon. Di belakang ku, labyrinth area tempatku keluar barusan menjulang tinggi hingga ke langit—atau lebih tepatnya hingga ke permukaan bagian bawah lantai selanjutnya.
Karena tujuan akhir gamenya adalah untuk mencapai puncak tertinggi dari kastil ini, dungeon di dunia ini tidak menuju ke bawah tanah melainkan berbentuk menara. Tapi, setting dasarnya tidak berubah: monster di labyrinth area lebih kuat dibandingkan monster yang berada di jalanan, dan boss monster menunggu di bagian terdalam dari labyrinth area.
Saat ini, delapan puluh persen dari labyrinth area di lantai 74 telah di jelajahi, atau dengan kata lain, telah di <mapped>. Dalam beberapa hari, boss room mungkin akan ditemukan, dan sebuah tim untuk melawan boss dengan anggota yang banyak akan dibuat. Saat itu, bahkan aku, seorang solo player, akan ikut ambil bagian.
Aku tersenyum pada diriku sendiri karena merasa tidak sabar dan frustasi pada saat yang sama dan mulai berjalan melewati jalur yang ada.
Saat ini, rumah tempat tinggal ku berada di kota terbesar di Aincrad, yaitu <Algade>, yang lokasinya berada di lantai ke 50. Yah, dari luasnya, Starting City lebih besar, tapi tempat itu sekarang sudah menjadi markas <The Army> sepenuhnya, jadi berjalan di sekitar sana menjadi agak tidak nyaman.
Segera setelah aku keluar dari padang rumput yang mulai menggelap, sebuah hutan yang berisi pohon-pohon tua membentang di depanku. Jika aku berjalan selama tiga puluh menit lewat sini, Aku akan sampai di <Housing Area> dari lantai 74 dan bisa menggunakan <Teleport Gate> disana untuk teleport ke Algade.
Aku bisa saja menggunakan satu dari instant teleportation item didalam inventory ku untuk kembali ke Algade kapanpun. Tapi karena harganya sedikit mahal, Aku enggan menggunakannya kecuali jika aku sedang berada dalam situasi berbahaya. Masih ada sedikit waktu hingga mataharinya menghilang sepenuhnya, jadi aku menolak godaan untuk kembali kerumah secepatnya dan akhirnya masuk kedalam hutan.
Sebagai catatan, ujung-ujung dari setiap lantai di Aincrad biasanya terbuka lebar langsung ke langit, kecuali bagian tiang penahannya. Pohon-pohon menjadi berwarna merah api karena terkena cahaya yang masuk melalui celah tersebut. Kabut yang mengalir diantara cahaya matahari memantulkan cahaya dengan indahnya. Suara kicau-an burung, yang sering terdengar disiang hari, menjadi sulit terdengar, karena suara batang pohon yang bergoyang-goyang karena tertiup angin yang kencang.
Aku tahu dengan jelas kalau aku bisa bertarung dengan monster di area ini meskipun aku mengantuk, tapi rasa takut yang datang bersamaan dengan kegelapan susah dihindari. Sebuah perasaan yang mirip dengan ketika aku tersesat dan tidak bisa pulang waktu kecil menyelimutiku.
Tapi aku tidak membenci perasaan ini. Aku kadang-kadang melupakan rasa takut ini ketika aku masih di dunia nyata. Rasa kesepian yang kau dapatkan ketika kau berkelana sendirian di tempat asing tanpa seorangpun yang terlihat seberapa keraspun kau mencoba melihat—kau bisa menyebutnya sebagai dasar dari RPG.
Ketika aku sedang terpaku mengenang masa lalu, sebuah teriakan yang belum pernah kudengar sebelumnya memasuki telingaku.
Itu terdengar hanya sesaat, keras dan jelas seperti suara sebuah peluit. Aku menghentikan langkahku dan mencari dengan seksama ke arah suaranya berasal. Jika kau mendengar atau melihat sesuatu yang kau tidak pernah alami sebelumnya di dunia ini, itu bisa saja berarti kalau kau sangat beruntung atau bisa juga sebaliknya.
Sebagai seorang solo player, Aku melatih skill <Scan for Enemy>ku. Skill ini mencegah serangan tiba-tiba dan ketika kau sudah ahli menggunakannya, itu akan memberikan kemampuan tambahan pada si pemain untuk bisa mendeteksi monster yang sedang "bersembunyi." Dengan itu, AKu bisa melihat seekor monster bersembunyi diantara batang pohon di jarak sepuluh meter dariku.
Monster itu tidak terlalu besar. Monster itu mempunyai bulu hijau untuk berkamuflase diantara dedaunan dan mempunyai telinga yang lebih panjang dibandingkan tubuhnya. Ketika aku berkonsentrasi kearahnya, secara automatis monster itu menjadi targetku dan sebuah cursor berwarna kuning muncul bersama dengan namanya.
Aku menahan napasku saat aku melihat namanya: <Ragout Rabbit>. Itu cukup langka hingga bisa mendapat gelar "super."
Itu pertama kalinya aku melihat yang asli. Kelinci yang hidup di batang pohon itu tidak begitu kuat, juga tidak memberimu banyak experience points, tapi-
Aku diam-diam mengambil sebuah throwing pick kecil dari sabuk ku. <Knife Throwing Skill> ku tidak begitu tinggi. Aku hanya memilihnya sebagai cabang di skill tree ku pada suatu saat. Tapi kudengar kalau Ragout Rabbit adalah monster tercepat dari seluruh monster yang diketahui saat ini, jadi aku tidak terlalu percaya diri untuk menangkapnya dengan pedangku.
Aku punya satu kesempatan untuk menyerang sebelum musuh menyadari keberadaanku. Aku mengangkat pick tadi, berdoa, dan bergerak mengikuti posisi gerak awal skill <Single Shot>.
Yah, sekecil apapun skill ku, tanganku dibantu oleh dexterity ku yang tinggi dan melempar pick nya dengan gerakan yang agak terlihat kabur. Pick nya berkilau sekali dan menghilang dibalik pepohonan. Segera setelah aku menyerang, cursor kuning yang tadinya menunjukkan lokasi Ragout Rabbit berada, berubah menjadi merah dan muncul HP bar dibawahnya.
Sebuah teriakan kencang terdengar dari arah pick ku terlempar. HP bar nya semakin mengecil dan kemudian mencapai 0. Terdengar suara polygon pecah yang tidak asing lagi.
Aku mengepalkan tangan kiriku. Aku mengangkat tangan kananku dan membuka main menu. Aku membuka inventory dengan cepat, meski begitu gerakan tanganku terlihat terlalu lambat bagiku, dan benda itu ada di bagian teratas dari item list baru kudapat: <Ragout Rabbit’s meat>. Itu adalah rare item yang bisa dijual ke player lain dengan harga minimal seratus ribu Coll. Uang sebanyak itu cukup untuk membuat satu full set dari armor terbaik dan masih ada sisa kembaliannya.
Alasan kenapa benda ini sangat mahal simpel saja, karena benda ini adalah bahan makanan yang paling enak dibandingkan bahan makanan lainnya di game ini.
Makan adalah satu-satunya kenikmatan di SAO, tapi makanan yang ada biasanya hanyalah sup dan roti yang rasanya seperti berasal dari negara eropa—yah aku juga tidak begitu tahu; tapi kenyataannya rasanya biasa saja. Beberapa player yang melatih skill memasak mereka juga berpikir seperti itu dan tidak puas hanya dengan makanan itu. Tapi melatih skill memasak bukanlah hal yang mudah, jadi banyak player yang tidak bisa melakukannya.
Tentu saja aku tidak berbeda. Aku tidak begitu membenci sup dan roti gandum yang sering kubeli dari restoran NPC. Tapi sekali-sekali aku juga ingin makan daging.
Selama beberapa waktu aku melihat kearah nama item itu dan berpikir apa yang harus kulakukan. Kemungkinan ku mendapat bahan seperti ini lagi sangat rendah. Sejujurnya, aku sangat ingin memakannya. Tapi semakin tinggi peringkat bahannya, semakin tinggi pula skill yang dibutuhkan untuk memasaknya. Jadi aku harus menemukan orang yang sudah menguasai skill memasak sepenuhnya untuk memasakannya untukku.
Tapi aku tidak tahu satupun. Yah, aku tahu beberapa, tapi mencari merekalah yang membuat repot. Selain itu, sudah waktunya aku membeli satu set equipment baru. Jadi, aku memutuskan untuk menjualnya.
Aku menutup window nya untuk menyingkirkan semua rasa menyesal, dan menscan area di sekitar dengan skill ku. Kemungkinan bandit muncul di garis depan sangat tipis, tapi kau tidak akan pernah terlalu berhati-hati ketika kau mempunyai sebuah benda S-class.
Aku bisa membeli berapapun teleport item yang kubutuhkan setelah aku menjualnya, jadi aku memilih untuk mengurangi resiko dan mulai merogoh saku-ku.
Benda yang kuambil adalah sebuah kristal yang berbentuk seperti pilar bersisi delapan yang berwarna biru terang. Sedikit dari magic item di dunia dimana <Magic> tidak ada, semuanya berbentuk seperti permata. Biru adalah untuk instant teleportation, pink untuk menyembuhkan HP, hijau untuk penawar racun, dan lain-lain. Mereka semua adalah item praktis yang menciptakan efek secara instant, tapi mereka juga mahal. Jadi orang-orang lebih sering menggunakan item yang lebih murah seperti potion yang memiliki efek lambat setelah kabur dari pertarungan.
Berpikir kalau ini adalah, tidak salah lagi, sebuah situasi darurat, Aku memegang kristal biru itu dan berteriak.
“Teleport! Algade!”
Ada suara banyak bel bergema dan kristal di tanganku pecah menjadi kepingan kecil. Pada saat yang sama, tubuhku diselimuti oleh cahaya biru dan hutannya menghilang dari pandanganku seperti meleleh. Sebuah cahaya yang lebih terang bersinar, dan setelah itu menghilang, teleportasinya selesai. Dari suara daun-daun bergesekan berganti menjadi suara palu para smith dan suara keras dari kota memasuki suaraku.
Tempatku muncul adalah <Teleport Gate> yang berada di tengah Algade.
Dibagian tengah dari plaza yang melingkar, sebuah gerbang yang terbuat dari logam berdiri setinggi lima meter lebih. Didalamnya, udara berputar-putar seperti sebuah pusaran dan orang-orang yang teleport keluar masuk.
Empat jalan utama membentang di keempat arah dari plaza, dan disisi dari semua jalan itu, banyak toko-toko kecil yang berdiri. Player-player yang pulang setelah seharian menjelajah berbincang-bincang di depan toko makanan atau minuman.
Jika seseorang mencoba mendeskripsikan Algade kedalam satu kata, itu pasti adalah <berantakan>.
Tidak ada jalan besar seperti yang ada di Starting City dan banyak jalan gang yang bersilangan di seluruh kota. Ada toko-toko yang kau mungkin tidak tahu apa yang dijualnya, dan penginapan yang terlihat seperti kalau kau tidak akan pernah bisa keluar jika kau masuk kedalam.
Sebenarnya, ada banyak player yang secara tidak sengaja memasuki salah satu gang di Algate dan tersesat selama beberapa hari sebelum bisa keluar. Aku sudah tinggal disini hampir setahun sekarang, tapi aku masih tidak hapal setengah dari jalan disini. Bahkan NPC disini adalah orang-orang aneh yang pekerjaannya susah untuk ditebak, dan itu membuatmu berpikir kalau orang yang menjadikan tempat ini sebagai tempat tinggal sekarang ini adalah orang-orang aneh juga.
Tapi aku menyukai jalan-jalan disini. Aku tidak bohong saat aku pernah bilang satu-satunya waktu aku merasa tenang adalah ketika aku meminum teh berbau aneh di sebuah toko di pojokan yang biasa kukunjungi. Alasan dibaliknya adalah karena aku tempat itu terasa sedikit mirip dengan toko elektronik yang sering kukunjungi di dunia nyata—yah tidak terlalu juga sih, atau kuharap tidak.
Berpikir untuk menjual itemnya sebelum kembali kerumah, aku berjalan ke sebuah toko. Jika aku berjalan mengikuti jalur menuju ke barat dari central plaza, aku akan sampai ke toko itu setelah melewati sedikit keramaian. Didalamnya, sangat sempit hingga meski hanya ada 5 player saja terasa sempit disini, dan ada banyak papan toko seperti: Peralatan, Senjata, dan bahkan bahan makanan yang bertumpuk disini.
Si pemilik toko sedang sibuk melakukan tawar menawar.
Ada 2 cara untuk menjual item. Yang pertama adalah dengan menjualnya ke NPC, atau character yang di gerakkan oleh system. Cara ini tidak mempunyai resiko ditipu tetapi harganya selalu sama. Untuk mengurangi peredaran uang berlebih, harganya dibuat lebih rendah dibanding dengan harga pasaran.
Yang kedua adalah dengan melakukan trade dengan player lain. Dengan cara ini, kau bisa menjual itemnya dengan harga tinggi jika kau menawar dengan baik, tapi kau harus menemukan seseorang untuk menemukannya, dan perselisihan antara player setelah trade selesai sudah biasa terjadi.
Karena itu, player merchant yang ahli dalam berdagang item muncul.
Player merchant tidak bisa hidup hanya dengan berdagang saja. Seperti pemain dengan class technician, mereka harus mengisi sebagian dari skill slot mereka dengan skill yang tidak berhubungan dengan pertarungan. Tapi itu tidak berarti mereka tidak perlu ke field. Merchant harus bertarung untuk barang dagangan, sedangkan technician untuk bahan baku pembuatan barang, dan, tentu saja mereka mengalami kesulitan yang lebih besar di bandingkan dengan petarung. Sulit bagi mereka untuk merasa senang megalahkan musuh mereka.
Karena itu, mereka yang memilih class tersebut adalah orang-orang hebat yang memebantu para player bertarung di garis depan setiap hari. Jadi diam-diam aku sangat menghormati mereka.
…yah, Aku memang menghormati mereka, tapi orang di depanku ini adalah seseorang yang tidak bisa disebut baik.
“Oke, setuju! 25 <Dust Lizard’s hide> untuk lima ratus Coll!”
Pemilik toko yang sering ku datangi ini, Agil, menepuk pundak orang yang sedang tawar-menawar dengannya, seorang spearman yang terlihat lemah, dengan tangannya yang besar itu. Kemudian dia dengan cepat membuka trade window dan memasukan jumlah uang di dalam trade list nya.
Lawan transaksinya terlihat sedang berpikir, tapi ketika dia melihat wajah Agil, yang terlihat seperti petarung kuat yang menakutkan—dan nyatanya, Agil adalah salah satu warrior pengguna axe yang paling hebat dan seorang merchant yang handal—spearman yang terlihat lemah itu buru-buru menaruh item nya di trade list dan menekan OK.
“Terima kasih banyak! Silahkan datang kembali lain waktu!”
Agil menepuk pundak spearman itu sekali lagi dan tersenyum lebar. Dust Lizard's hide bisa digunakan untuk membuat armor yang cukup bagus. Kupikir lima ratus Coll terlalu murah dilihat dari manapun. Tapi aku tetap diam dan melihat spearman itu pergi. Ambil ini sebagai pelajaran untuk tidak memperlihatkan kelemahan ketika sedang tawar menawar, Aku berpikir seperti itu didalam kepalaku.
“Hey, kau melakukan bisnis seperti itu tanpa malu seperti biasanya.”
Orang tinggi yang botak itu melihat kearahku dan tersenyum ketika aku berbicara begitu dibelakangnya.
“Hey, Kirito. Moto toko ku adalah untuk beli murah dan jual murah,” dia berkata tanpa menunjukan sedikitpun rasa menyesal.
“Yah, aku sedikit curiga dengan ’jual murah’nya tapi itu tidak penting. Aku ingin menjual sesuatu juga.”
“Kau itu pelanggan, jadi aku tidak bisa menipumu. Yah, coba lihat…”
Sambil mengatakan itu, Agil menjulurkan lehernya yang tebal dan pendek dan melihat ke trade window yang kutunjukan.
Avatar di SAO adalah replika dari tubuh asli player yang dibuat dengan melakukan scan and pengukuran. Tapi setiap kali aku melihat Agil, Aku selalu bertanya pada diriku sendiri bagaimana mungkin seseorang bisa memiliki tubuh yang cocok sekali dengan dirinya.
Tubuh setinggi 180 cm itu seluruhnya dilapisi dengan otot dan lemak, dan dengan kepalanya itu dia terlihat seperti seorang pegulat pro. Ditambah lagi, dia mensetting gaya rambutnya, salah satu dari sedikit hal yang bisa dibuat sendiri, menjadi botak. Setidaknya efeknya sama menakutkan dengan monster barbarian.
Meski begitu, dia memiliki wajah menarik yang terlihat seperti anak kecil ketika dia terseyum. Kelihatannya dia berumur dua puluhan lebih, tapi aku tidak bisa menebak apa yang dia kerjakan didunia nyata. Salah satu peraturan tidak tertulis di dunia ini adalah untuk tidak menanyakan orang lain tentang <Dirinya di dunia nyata>.
Kedua mata yang berada dibawah alis tebalnya membesar ketika dia melihat kearah trade window.
“Wow, itu kan S-rank rare item. <Ragout Rabbit’s meat>, ini pertama kalinya aku melihatnya… Kirito kau tidak semiskin itu kan? Apakah kau tidak berpikir sedikitpun untuk memakannya?”
“Tentu saja aku berpikir begitu. Sulit sekali menemukan benda seperti ini untuk kedua kalinya… Tapi agak susah untuk menemukan orang yag bisa memasak bahan seperti ini…”
Lalu dari belakang seseorang menepuk bahu ku. “Kirito.”
Itu adalah suara perempuan. Tidak begitu banyak player perempuan yang tahu namaku. Yah sebenarnya, dalam situasi seperti ini hanya ada satu orang. Aku menggenggam tangan yang berada di bahu kiriku dan berkata.
“Juru masak ketemu.”
“A-Apa?”
Dengan tangannya di bahuku, orang itu bertanya dengan ekspresi curiga di wajahnya.
Di wajah kecilnya, yang dikelilingi dengan rambut lurus panjang yang berwarna seperti kastanye terdapat dua mata yang berwarna kecoklatan yang bersinar-sinar. Tubuh langsingnya yang ditutupi dengan sebuah combat uniform yang berwarna merah dan putih, dan ada sebuah rapier yang berwarna perak di dalah sarung pedangnya.
Namanya adalah Asuna. Dia sangat terkenal hingga hampir semua orang di SAO mengenalnya.
Ada banyak alasan kenapa dia terkenal, tapi salah satunya adalah karena dia adalah salah satu dari sedikit player perempuan, dan dia adalah pemilik dari wajah yang tidak kekurangan apapun, alias dia sangat cantik.
Sulit untuk mengatakannya di dunia ini, dimana semua orang mempunyai tubuh asli mereka, tapi perempuan yang cantik adalah hal sangat langka. Kau mungkin bisa menghitung dengan jari jumlah player yang memiliki wajah secantik Asuna.
Alasan lainnya adalah karena dia merupakan anggota guild <Knights of the Blood>. Anggota-anggotanya disebut KoB dengan menggunakan inisial dari <Knights of the Blood>, dan, semua guild, mengakui kalau mereka adalah guild terkuat.
Guild itu tidak terlalu besar dan hanya terdiri dari tiga puluh player, tapi mereka semua berlevel tinggi dan petarung berpengalaman, dengan ketua guildnya yang merupakan player terkuat dan hampir menjadi legenda di dalam SAO. Selain itu, dibandingkan penampilannya yang lemah, Asuna adalah seorang wakil ketua. Kemampuan berpedangnya sangat hebat hingga mendapat gelar <Flash>.
Jadi penampilan dan kemampuan berpedangnya berada di puncak diantara 6 ribu player lainnya. Justru aneh kalau dia tidak menjadi terkenal. Dia mempunyai banyak fans, tapi diantara mereka ada beberapa penguntit yang memuja-muja dia, dan ada juga orang yang membencinya, jadi sepertinya dia mengalami masa-masa yang sulit.
Yah, karena dia adalah seorang petarung tingkat tinggi, seharusnya tidak ada begitu banyak orang yang akan menantangnya secara langsung. Tapi guildnya sepertinya mau menunjukkan kalau mereka akan melindunginya, dia sering diikuti oleh dua orang pengawal atau lebih. Bahkan sekarang ada dua orang pria beberapa langkah di belakangnya yang menggunakan equipment dengan equipment armor logam dan seragam KoB. Salah satu diantara mereka, yang berambut ekor kuda, memelototi ku yang sedang memegang tangan Asuna.
Aku melepaskan tangan asuna dan berkata.
“Ada apa, Asuna? Tumben kau datang ke tempat yang penuh sampah seperti ini.”
Wajah dari pria berambut ekor kuda dan si pemilik toko mengerut kesal; yang satu karena aku tidak memanggil Asuna dengan gelarnya dan yang satunya karena aku menyebut tokonya penuh dengan sampah. Tapi si pemilik toko...
“Lama tidak bertemu, Agil-san.”
...tersenyum gembira setelah mendengar sapaan dari Asuna.
Asuna melihat kembali kearahku dan mengecilkan bibirnya sambil terlihat tidak puas.
“Apa-apaan sih? Susah payah aku mencarimu kesini untuk melihat apakah kau masih hidup untuk melawan boss yang akan segera ditemukan.”
“Kau sudah mendaftarkanku sebagai teman jadi kau bisa tahu hanya dengan melihatnya. Lagipula alasan kau bisa menemukanku kan karena kau menggunakan friend trace di peta mu.”
Asuna memalingkan kepalanya kesamping setelah mendengar jawabanku.
Selain sebagai wakil ketua, dia juga berada di garis depan untuk menyelesaikan game. Pekerjaan itu termasuk mencari solo player yang menyendiri sepertiku dan membentuk sebuah party untuk melawan boss. Tapi meski begitu, dia benar-benar mendatangiku, seberapa tekunnya seseorang seharusnya masih ada batasnya.
Melihat ekspresiku yang setengah lelah dan setengah heran, Asuna menaruh tangannya di pinggangnya sebelum berbicara dengan gaya seperti menaikkan dagunya.
“Yah, kau masih hidup dan itulah yang penting. Se-Selain itu, apa yang kau maksud? Kau bilang sesuatu tentang juru masak atau sejenisnya.”
“Oh, benar, benar. Berapa tinggi teknik memasakmu sekarang?”
Yang kutahu, Asuna memang rajin menaikan skill memasaknya ketika dia punya waktu senggang diantara latihan skill pedangnya. Dia menjawab pertanyaan ku dengan sebuah senyum bangga.
“Dengar dan terkejutlah! Aku sudah <Mastered> skill itu minggu lalu.”
“Apa!?”
Dia itu…bodoh.
Aku berpikir seperti itu. Tentu saja aku tidak mengatakannya keras-keras.
Melatih skill itu sangat-sangat membosankan dan menghabiskan waktu, dan hanya bisa <Mastered> setelah menaikkan level mereka sebanyak 1000 kali. Sebagai catatan, level tidak ada hubungannya dengan skill dan naik setelah mendapat cukup experience point. Hal-hal yang naik bersama dengan level adalah HP, strength, status seperti dexterity, dan jumlah dari <Skill Slots> yang menentukan berapa banyak skill yang bisa kau kuasai.
Sekarang ini aku punya 12 slot, tapi yang sudah kusempurnakan hanyalah skill one-handed straight sword, Scan for Enemy, dan Weapon Guard. Itu berarti perempuan ini telah menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk skill yang tidak akan membantu didalam pertarungan.
“…yah, ada sesuatu yang aku ingin minta tolong untuk kau lakukan dengan skill itu.”
Aku membuat windowku menjadi terlihat untuk semua orang supaya dia bisa melihatnya. Asuna melihatnya dengan curiga, dan kemudian matanya terbuka lebar saat dia melihat nama item itu.
“Uwa!! Itu…itu kan bahan makanan rangking S!?”
“Jika kau memasakkannya, Aku akan memberimu satu gigitan.”
Bahkan sebelum aku berhenti berbicara, tangan kanan dari Asuna si <Flash> menggenggam kerah leherku. Lalu dia mendekatkan wajahnya hingga hanya tersisa beberapa cm jarak wajahnya dari mukaku.
“Berikan. Aku. Setengah!!”
Detak jantungku berhenti seketika karena kaget dan aku mengangguk tanpa berpikir. Ketika aku sadar itu sudah terlambat, dan dia melambaikan tangannya kegirangan. Yah, anggap saja aku beruntung karena aku bisa melihat wajah cantik itu dari dekat. Begitulah aku meyakinkan diriku sendiri.
Aku menutup window nya dan berbicara sambil melihat kearah wajah Agil.
“Maaf. Tradenya batal.”
“Tidak. Itu tidak apa-apa…hey, kita teman kan? Eh? Bisakah kau membiarkanku mencobanya juga…?”
“Aku akan memberikanmu esai delapan ratus kata tentangnya.”
“Ja-jangan begitu!”
Ketika aku dengan dinginnya memalingkan wajahku darinya, dia memanggilku dengan suara yang terdengar seperti kalau dunia akan berakhir. Ketika aku akan berjalan pergi, Asuna menarik lengan baju jaketku.
“Masaknya gampang saja, tapi dimana kita akan melakukannya?”
“Ah…”
Jika kau ingin memasak, maka kau memerlukan beberapa alat memasak seperti kompor dan oven, begitu juga dengan bahan makanannya. Bukannya di rumahku tidak ada alat-alat seperti itu, tapi aku tidak bisa mengundang wakil ketua KoB ke tempat yang berantakan seperti itu.
Asuna melihat kearahku dengan wajah tidak percaya.
“Yah, rumahmu pasti tidak mempunyai alat yang dibutuhkan. Tapi aku bisa memasakannya dirumahku sekali ini saja.”
Dia berkata sesuatu yang mengejutkanku dengan suara yang tenang.
Asuna mengabaikanku yang berdiri kaku disana seperti aku sedang lag ketika otakku memproses apa yang dikatakannya, dan berbalik menghadap ke pengawalnya lalu berbicara.
“Aku akan teleport ke <Salemburg>, jadi kalian boleh pergi. Terima kasih atas kerja keras kalian.”
“A-Asuna-sama! Datang ke perkampungan kumuh saja sudah cukup buruk, tapi kau juga mengundang seseorang yang mencurigakan seperti dia kerumahmu. A-apa yang kau pikirkan!?”
Aku tidak percaya apa yang baru saja kudengar. Dia bilang <Sama>. Dia pasti salah satu orang yang memuja-muja Asuna. Ketika aku melihat Asuna dengan pikiran seperti itu, orang yang baru saja dibicarakan terlihat jengkel.
“OK, kau mungkin bisa menyebutnya mencurigakan, tapi kemampuannya tidak bisa dipertanyakan. Dia mungkin sekarang sepuluh level diatasmu Kuradeel.”
“A-Apa yang kau katakan Asuna-sama? apa kau mau mengatakan kalau aku tidak setara dengan orang sepertinya…!”
Suara pria itu terdengar hingga keluar gang. Dia memelototiku dengan matanya yang sipit. Lalu wajahnya memucat seperti dia telah menyadari sesuatu.
“Benar…kau, kau pasti seorang <Beater>!”
Beater adalah kata gabungan dari <Beta tester> dan <Cheater>. Itu adalah kata yang ditujukan untuk orang yang menggunakan cara yang tidak adil dan juga kata untuk mengutuk atau mengejek yang ada di SAO. Itu adalah kata yang sering kudengar. Tapi berapa kalipun mendengarnya, kata itu masih saja menyakiti hatiku. Wajah dari orang yang pertama kali mengatakannya padaku, orang yang dulu adalah temanku, tiba-tiba muncul di dalam kepalaku.
“Ya. Kau benar.”
Ketika aku mengakuinya dengan wajah tanpa ekspresi, pria itu mulai berbicara tanpa henti.
“Asuna-sama, orang-orang seperti itu tidak peduli apapun selama mereka baik-baik saja! Tidak ada untungnya berteman dengan orang-orang seperti itu!”
Asuna, yang dari tadi tenang, tiba-tiba mengernyitkan alis matanya karena jengkel. Tiba-tiba muncul kerumunan dan kata-kata seperti <KoB> dan <Asuna> dapat terdengar disana-sini.
Asuna melihat sekeliling dan mengatakan kepada pria yang terus menerus berbicara tadi.
“Pergilah kau dari sini sekarang juga. Itu perintah.”
Dia berkata dengan kasar dan menarik ikat pinggangku dengan tangan kirinya. lalu dia mulai berjalan menuju ke gerbang plaza sambil menarikku.
“Err…hey! Apakah boleh meninggalkan mereka seperti itu?”
“Tidak apa-apa!”
Yah, aku tidak punya alasan untuk komplain. Kami keluar dari kerumunan meninggalkan dua pengawal tadi dan Agil yang masih kecewa. Ketika aku mengintip kebelakang, ekspresi jengkel pria yang bernama Kuradeel menyangkut di pandanganku seperti terfoto.
Selain itu Kirito juga tipe bishounen idola cewe cewe ya, selain Sachi, cewe2 lain yang cukup dekat dengan Kirito adalah Lizbeth dan Silica si Tamer.
Jadi menurutku endingnya sudah pas.
BAB 6
Salemburg adalah kota yang mirip dengan kastil dengan pemandangan indah yang terletak di lantai 61.
Kota Salemburg tidak terlalu besar. Tapi kota dengan kastil yang berada ditengahnya itu terbuat dari batu granit putih, dan diwarnai dengan warna hijau yang kontras. Ada lumayan banyak toko di sini jadi ada banyak player yang ingin menjadikan kota ini sebagai rumah mereka. Tapi karena karena rumah-rumah disini sangatlah mahal—harganya mungkin setidaknya tiga kali lebih mahal dibandingkan harga rumah di Algade—hampir mustahil untuk membelinya kecuali kau sudah berlevel tinggi.
Ketika Asuna dan aku sampai di teleport gate Salemburg, mataharinya hampir terbenam, dan sinar terakhir dari matahari yang berwarna ungu tua menyinari jalanan.
Sebagian besar dari lantai 61 dipenuhi oleh sebuah danau besar dan Salemburg berada di sebuah pulau ditengahnya, jadi orang-orang bisa melihat pemandangan yang seperti sebuah gambar di kanvas dimana cahaya matahari terbenam terpantul di danau.
Aku memandangi kota dengan terpesona, napasku berhenti sesaat karena kecantikan kota yang disinari oleh warna biru dan merah dengan danau yang sangat luas di baliknya. Tidak terlalu sulit bagi Nerve Gears untuk menciptakan efek pencahayaan seperti ini dengan CPU generasi baru dan diamond semiconductor nya.
Teleport gate nya terletak di plaza didepan castle dan jalan utama, yang menuju keutara, melewati kota dengan dikelilingi oleh lampu-lampu jalan. Toko dan rumah terbaris dengan rapi di kedua sisi jalan, dan bahkan NPC disini berjalan berkeliling dengan pakaian yang terlihat bagus. Aku merentangkan tanganku dan menarik napas yang dalam, bahkan udara disini berbeda dari udara di Algade.
“Hmmm. Tempat ini luas dan hanya ada sedikit orang. Aku suka dengan tempat yang luas seperti ini.”
“Kalau begitu kenapa kau tidak pindah?”
“Aku tidak punya uang yang cukup,” Aku menjawab sambil menaikkan bahu ku, sebelum memperbaiki ekspresiku dan bertanya dengan ragu-ragu.
“…omong-omong, apa tidak apa-apa? Tadi…”
“…”
Seperti menyadari apa yang ingin aku katakan, Asuna berputar dengan kepalanya yang menghadap kebawah dan menjejakkan ujung sepatunya ke lantai.
“…memang benar kalau ada beberapa hal buruk yang terjadi ketika aku sendirian. Tapi, menempatkan pengawal untukku, itu terlalu berlebihan kan? Aku sudah bilang kalau aku tidak membutuhkan mereka tapi…para anggota mengatakan kalau itu adalah kewajiban guild.”
Dia berbicara lagi dengan suara pelan.
“Dulu, guildnya masih kecil dengan pemimpinnya mengundang orang secara langsung dengan berbicara dengan mereka. Tapi ketika jumlah anggotanya bertambah dan mulai berubah… ketika guild ini mulai di sebut sebagai guild terkuat atau sejenisnya, ada sesuatu yang menjadi sedikit aneh.”
Dia berhenti berbicara dan berputar sedikit. Matanya terlihat seperti dia ingin bergantung padaku dan aku tanpa sadar berhenti bernapas.
Aku harus mengatakan sesuatu. Aku berpikir begitu, tapi apa yang bisa dikatakan oleh seorang solo player egois sepertiku? Aku hanya diam tanpa berbicara selama beberapa detik.
Yang pertama mengalihkan pandangan adalah Asuna. Dia memandangi danau yang bermandikan cahaya remang dan berkata sesuatu seperti untuk menghilangkan kekakuan.
“Yah, itu tidak terlalu penting jadi kau tidak perlu khawatir! Jika kita tidak buru-buru pergi, mataharinya akan segera terbenam.”
Asuna berjalan duluan dan aku mengikutinya. kami berjalan melewati beberapa player tapi tidak ada satupun dari mereka yang melihat kearahnya.
Aku hanya tinggal disini selama beberapa hari ketika lantai ini masih menjadi garis depan, jadi aku tidak terlalu memperhatikan sekeliling. Ketika aku melihat kearah pahatan indah yang memenuhi kota, aku berpikir kalau tinggal di kota seperti ini untuk beberapa waktu tidaklah buruk. Tapi kemudian aku mengubah pikiranku dan memutuskan kalau lebih baik jika aku hanya datang kesini beberapa waktu sekali untuk melihat-lihat.
Rumah yang ditinggali Asuna adalah rumah bertingkat tiga yang kecil tapi indah yang bisa ditemukan dengan berjalan kearah timur dari area pusat kota selama beberapa menit. Tentu saja itu adalah pertama kalinya aku kesini. Sekarang jika dipikir-pikir, aku hanya berbicara dengan dia ketika dalam rapat boss fight; dan kami bahkan tidak pernah bersama-sama makan di restoran NPC sebelumnya. Ketika aku sadar akan hal ini, aku berhenti didepan pintu dan bertanya.
“Apakah ini…boleh? Kau tahu…”
“Apa? Ini kan sesuatu yang aku katakan sendiri, dan tidak ada tempat lain yang lebih cocok untuk memasak jadi tidak ada pilihan lain!”
Asuna membalikkan kepalanya dan naik ke tangga. Setelah menguatkan tekad, aku mengikutinya.
“Ma-maaf mengganggu.”
Aku membuka pintu dengan ragu-ragu lalu berdiri disana tanpa bisa berbicara.
Aku tidak pernah melihat rumah yang serapi ini sebelumnya. Ruang makan yang lebar dan dapur yang berada disampingnya mempunyai furniture yang terbuat dari kayu yang berwarna cerah, dan di dekorasi dengan kain hijau tua. Itu semua mungkin adalah item buatan player yang mempunyai kualitas tertinggi.
Tapi ruangannya tidak di dekorasi dengan berlebihan, ataupun membuatmu merasa tidak nyaman. Ini sangat berbeda dibandingkan rumahku. Aku merasa sangat lega karena aku tidak mengundangnya kerumahku.
“Erm…berapa uang yang kukeluarkan untuk membeli semua ini…?”
Mendengar pertanyaan materialistisku.
“Hmm-, rumah sekaligus furniturenya, sekitar 4000k? Aku mau ganti baju jadi duduklah dimanapun kau mau.”
Dia menjawabnya dengan ringan dan menghilang dibalik pintu. "K" adalah singkatan dari 1000. 4000k berarti 4 juta Coll. Aku tinggal di garis depan, jadi aku bisa menabung sebanyak itu jika aku mencobanya. Tapi aku selalu menghabiskannya untuk membeli item aneh atau pedang yang menarik perhatianku, jadi aku tidak pernah menabung. Aku memarahi diriku sendiri yang tidak bisa menabung, sesuatu yang bukan karakterku, dan duduk ke sofa yang lembut.
Asuna muncul setelah beberapa saat, mengganti seluruh pakaiannya menjadi baju putih yang simple dan rok yang sepanjang lutut. Yah, kubilang mengganti pakaian tapi dia tidak benar-benar melepas dan memakai bajunya sendiri. Yang perlu dilakukan adalah menggerakkan jarimu di stats window. Tapi ada beberapa detik dimana player hanya akan mengenakan pakaian dalam mereka. Jadi kecuali mereka adalah pria yang sangat tidak tahu malu, kebanyakan player, terutama perempuan, tidak mengganti baju di depan orang lain. Tubuh ini memang mungkin hanya kumpulan data yang dibentuk menjadi 3D, tapi pikiran seperti itu hilang setelah dua tahun berlalu, dan sekarang ini didepan mataku ada tangan dan kaki Asuna yang tidak ditutupi oleh apapun.
Asuna, tidak sadar akan apa yang kupikirkan, melemparkan pandangan tajam kearahku dan berkata.
“Apa kau berencana untuk tetap berpakaian seperti itu?”
Aku buru-buru membuka menu screen ku dan melepas jaket dan pedang ku. Setelah melakukannya, aku mengeluarkan <Ragout Rabbit’s meat> dan menaruhnya kedalam mangkuk keramik diatas meja didepanku.
“Jadi ini bahan makanan rangking S yang legendaris-. …Lalu, apa yang harus kubuat?”
“Re-rekomendasi juru masak.”
“Oh…? Kalau begitu, aku akan membuat stew, karena ada kata <ragout> di namanya.”
Asuna menuju keruang sebelah; Aku mengikutinya.
Dapurnya luas, dan berbagai alat memasak yang terletak disamping oven terlihat agak mahal. Asuna meng click dua kali di permukaan oven, mengatur waktu di pop up window yang muncul, dan mengeluarkan panci logam dari lemari. Dia menaruh daging mentah, memasukkan beberapa herb, dan menuangkan air kedalamnya sebelum menutup pancinya.
“Jika ini memasak sungguhan, akan perlu membuat beberapa persiapan terlebih dahulu. Tapi memasak di SAO sangat singkat hingga menjadi tidak menyenangkan.”
Dia menaruh pancinya didalam oven dan menekan tombol "start" di menu sambil menggerutu. Bahkan sambil menunggu selama 300 detik, dia membuat berbagai macam makanan lainnya dengan cepat. Aku melihatnya sambil bengong karena terpana, sebab dia tidak melakukan kesalahan sedikitpun dalam mengoperasikan menu dan mempersiapkan makanan.
Hanya dalam lima menit, mejanya sudah penuh dengan makanan dan Asuna dan aku duduk berhadapan di depan meja. Stew yang berwarna coklat itu terlihat sangat enak di depan mataku. Baunya yang tercium bersamaan dengan uap yang keluar membuatku semakin lapar. Saus yang lembut menutupi daging yang tebal dan krim putih yang berada diatasnya sangat mempesona.
Kami mengangkat sendok bersamaan, dan merasa kalau waktu untuk berkata "selamat makan" bahkan terlalu panjang. Lalu kami memakan sesendok penuh makanan terbaik yang pernah ada di SAO. Aku merasakan panas dan rasanya didalam mulutku ketika aku menggigit dagingnya, dan cairan didalamnya meleleh dimulutku.
Makan di SAO tidak memperhitungkan perasaan dari menggigit makanannya. Melainkan menggunakan <Taste Reproduction Engine> yang dibuat oleh Agas dan para programer pendesain yang bekerja sama.
Sinyal itu mengirimkan sensasi <makan> yang telah diprogram dari berbagai makanan dan bisa membuat pengunanya merasa seperti mereka benar-benar memakan sesuatu. Itu sebenarnya dibuat untuk orang-orang yang sedang diet atau butuh membatasi jumlah makanan yang mereka makan, jadi Nerve Gear mengirimkan sinyal palsu ke bagian dari otak yang merespon panas, rasa, dan bau untuk membuat perasaan itu. Dengan kata lain, tubuh asli kami tidak benar-benar makan sesuatu sekarag ini dan yang sebenarnya terjadi adalah programnya mengirimkan sinyal secara acak untuk merangsang otak kami.
Tapu memikirkan hal seperti itu di situasi ini tidaklah keren. Aku tidak salah lagi sedang memakan makanan terbaik yang pernah kurasakan sejak log in ke SAO. Asuna dan aku tidak mengatakan apapun dan melanjutkan makan kami.
Akhirnya, setelah kami memakan habis semua makanan kami—dan membiarkan piring dan panci kosong didepannya, Asuna menghela napasnya.
“Ah…Senangnya aku masih hidup hingga sekarang…”
Aku benar-benar setuju. Merasakan kenikmatan dari memenuhi kebutuhan dasar setelah lama tidak makan, aku meneguk teh yang berbau misterius didepanku. Apakah rasa dari daging yang baru makan dan teh yang kuminum ini benar-benar ada di dunia nyata? Atau itu hanyalah buatan dengan memanipulasi sistem? Aku memikirkan hal-hal tersebut sambil bengong.
Asuna, yang duduk didepanku dengan segelas teh di yang dipegang di kedua tangannya, memecah keheningan yang ada sejak setelah makan.
“Entah kenapa ini berasa aneh… Bagaimana mengatakannya ya, Aku merasa seperti kalau aku lahir di dunia ini dan telah hidup di sini hingga sekarang atau seperti itulah.”
“…aku juga. Akhir-akhir ini ada hari-hari dimana aku tidak memikirkan sama sekali tentang dunia yang satu lagi. Bukan hanya aku saja… Sekarang ini tidak banyak orang yang masih terobsesi untuk ‘clearing’ atau ‘keluar’ dari SAO.”
“Kecepatan menjelajah lantai juga semakin berkurang. Sekarang hanya ada sekitar lima ratus player di garis depan. Itu bukan karena bahayanya, tapi…semua orang, telah menjadi terbiasa dengan dunia ini…”
Aku memandangi wajah cantik Asuna yang disinari oleh lampu orange.
Wajah itu tentu saja bukan wajah manusia asli. Kulit yang halusdan rambut yang mengkilap, itu terlalu cantik untuk dimiliki oleh makhluk hidup. Tapi bagiku, wajah itu tidak lagi terlihat seperti dibuat oleh kumpulan polygon. Sekarang aku bisa menerima hal itu apa adanya. Jika aku kembali ke dunia nyata dan melihat orang asli, aku mungkin akan merasa aneh.
Apa aku benar-benar berpikir kalau aku ingin kembali…ke dunia itu…?
Aku dibingungkan dengan pikiran yang muncul tiba-tiba. Aku selalu bangun pagi-pagi dan mencari experience point sambil memetakan labyrinth. Apa ini karena aku ingin keluar dari game ini?
Dulu aku memang memiliki keinginan seperti itu. Aku ingin keluar secepat mungkin dari death game yang kau tidak tahu kapan kau akan mati ini. Tapi sekarang aku telah terbiasa dengan game ini-.
“Tapi aku ingin kembali.”
Asuna berkata dengan suara yang jelas seperti dia telah melihat kebingunganku. Aku segera mengangkat kepalaku.
Asuna tersenyum padaku karena suatu alasan dan meneruskan.
“Karena, ada begitu banyak hal yang masih belum kulakukan.”
Aku mengangguk dengan keinginanku sendiri mendengar kata-katanya.
“Ya, kupikir kita harus melakukan yang terbaik yang kita bisa. Aku tidak mungkin bisa memandang kearah wajah para technician yang mendukung kita jika aku tidak melakukannya…”
Aku meminum teh lagi, seakan untuk menghilangkan kebingunganku. Lantai teratas masih sangat jauh. Jadi masih belum terlambat untuk memikirkan hal ini.
Merasa sedikit tenang, aku melihat kearah Asuna sambil memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengucapkan terima kasih. Lalu wajah Asuna memerah dan sambil melambaikan tangannya dia berkata.
“J-J, Jangan.”
“A-Apa?”
“Beberapa player pria melamarku ketika mereka menunjukan ekspresi seperti itu diwajah mereka.”
“Wha…”
Meski aku telah menguasai skill bertarungku, aku tidak pernah mengalami hal itu sebelumnya, jadi aku hanya bisa membuka dan menutup mulutku tanpa bisa membalas perkataannya.
Asuna melihat kearahku dan tertawa. Aku pasti terlihat agak aneh sekarang.
“Jadi apa tidak ada orang yang dekat denganmu?”
“Memangnya kenapa…? Yah, itu tidak apa-apa, lagian aku kan seorang solo.”
“Yah, Karena kau memainkan MMORPG seharusnya kau berteman dengan beberapa orang.”
Asuna menghilangkan senyumannya dan bertanya, seperti dia tiba-tiba menjadi seperti seorang guru atau seorang kakak perempuan.
“Apa kau tidak pernah berpikir untuk bergabung dengan sebuah guild?”
“Eh…”
“Aku mengerti kalau seorang beta tester sepertimu tidak terbiasa berkelompok, tapi…”
Ekspresinya menjadi semakin serius.
“Setelah lantai tujuh puluhan, kupikir semakin banyak jenis monster yang muncul secara acak.”
Aku juga menyadarinya. Apakah programmernya berencana untuk membuat taktik CPU nya semakin sulit dibaca, ataukah itu adalah hasil dari programnya yang benar-benar belajar dengan sendirinya? Jika yang terakhir benar, maka ini akan menjadi semakin susah.
“Jika kau seorang solo, akan semakin susah untuk mengatasi situasi tak terduga. Kau tidak selalu bisa kabur. Akan lebih aman jika kau bersama dengan sebuah grup.”
“Aku punya cukup banyak jaring pengaman. Terima kasih atas saranmu, tapi…kalau guild, itu…”
Akan lebih baik jika aku berhenti disitu, tapi aku malah meneruskannya.
“Anggota grup lebih sering membebaniku daripada menolong.”
“Oh, benarkah?”
Flash, sebuah garis perak terlihat memotong udara didepanku, dan ketika aku menyadarinya, pisau Asuna sudah berada tepat didepan hidungku. Itu adalah skill dasar rapier yang bernama, <Linear>. Yah, kubilang sih dasar, tapi karena dexterity Asuna yang sangat besar, kecepatannya sangat menakutkan. Sejujurnya, aku bahkan tidak bisa melihat jejak senjatanya.
Dengan senyuman terpaksa, aku mengangkat tanganku menyerah.
“…baiklah, kau pengecualian.”
“Hmmph.”
Dia menarik pisaunya dengan ekspresi bosanm dan memutarkannya dengan jarinya sambil mengatakan sesuatu yang tidak bisa kuduga.
“Kalau begitu partylah denganku. Sebagai ketua dari party untuk melawan boss, aku akan melihat apakah kau sekuat apa yang dikatakan oleh rumor. Aku telah menunjukkanmu kalau aku cukup kuat. Selain itu, warna keberuntungan minggu ini adalah hitam.”
“Apa, Apa yang kau katakan!?”
Aku hampir saja terjatuh karena pernyataan yang gila itu dan segera mencari kata-kata untuk menolaknya.
“Tapi…jika kau melakukan itu, bagaimana dengan guildmu!?”
“Guild kami tidak memiliki level quota.”
“K-kalau begitu bagaimana dengan pengawal-pengawalmu?”
“Aku akan meninggalkan mereka.”
Aku mengangkat gelas tehku ke mulutku untuk menambah sedikit waktu untuk berpikir tapi akhirnya aku sadar kalau gelasku sudah kosong. Asuna mengambilnya dari tanganku dengan ekspresi puas diwajahnya dan mengisinya kembali dengan cairan panas dari dalam teko.
Sebenarnya—itu adalah tawaran yang menarik. Hampir semua pria ingin membuat party dengan seseorang yang dikatakan sebagai gadis tercantik di Aincrad. Tapi karena itulah, aku terus menanyakan kepada diriku sendiri kenapa orang terkenal seperti Asuna mau membuat party denganku.
Mungkin karena dia mengasihaniku karena aku adalah seorang player solo yang menyendiri? Sesuatu yang kukatakan tanpa sadar karena kepalaku dipenuhi oleh pikiran negative seperti itu hampir saja membuat hidupku berakhir.
“Garis depan sangat berbahaya.”
Asuna mengangkat pisaunya yang terlihat agak lebih mengkilap dari sebelumnya lagi. Aku mengangguk secepat yang ku bisa. Bahkan dengan keraguanku tentang mengapa dia memilihku yang tidak terlalu mencolok diantara orang-orang yang mencoba menyelesaikan game ini, aku mengatakan dengan penuh resolusi.
“O-Oke. Kalau begitu…Aku akan menunggu di depan gerbang lantai 74, besok pagi jam sembilan.”
Asuna menjawabnya dengan senyuman percaya diri sambil menurunkan tangannya.
Tidak tahu berapa lama aku bisa berada di rumah seorang perempuan tanpa melakukan hal yang tidak sopan, aku mengatakan ucapan perpisahan segera setelah kami selesai makan. Ketika Asuna menemaniku ke pintu depan rumahnya, dia menganggukkan kepalanya sedikit dan berkata.
“Yah…Kupikir aku harus berterima kasih untuk hari ini. Makanannya sangat enak.”
“Ah aku, aku juga. Aku ingin minta tolong padamu lagi…tapi kupikir tidak semudah itu aku bisa mendapatkan bahan makanan seperti itu lagi.”
“Oh, bahkan makanan biasa terasa berbeda jika kau cukup ahli.”
Asuna menjawab sebelum menengokan kepalanya keatas untuk melihat langit. Langitnya sudah sepenuhnya diselimuti oleh kegelapan malam. Tapi, tentu saja kau tidak bisa melihat bintang. Ada besi dan batu berwarna gelap yang menutupinya seratus meter diatas udara. Aku mengarahkan kepalaku keatas juga sambil berkata.
“…situasi ini, dunia ini, apa ini yang mau dibuat oleh Kayaba Akihiko…?”
Kami berdua tidak bisa menjawab pertanyaan yang setengahnya ditujukan pada diriku sendiri.
Kayaba, yang pastinya sedang mengamati dunia ini sambil bersembunyi entah dimana, apa yang dapat dia pikirkan? Situasi damai ini yang datang setelah kekacauan yang penuh darah di awal, apakah dia puas ataukah dia kecewa? Tidak mungkin aku bisa tahu.
Ketika Asuna berjalan mendekatiku dengan tenang, aku bisa merasakan sedikit kehangatan di tanganku. Apakah aku hanya membayangkannya, ataukah itu adalah hasil dari simulator yang sangat patuh ini?
6 November 2022 adalah hari dimulainya death game ini, dan sekarang sudah mendekati akhir dari Oktober 2024. Sekarangpun setelah hampir dua tahun, masih belum ada satupun pesan yang datang dari dunia luar, apalagi tanda-tanda pertolongan. Yang bisa kami lakukan adalah hidup dan berjalan, selangkah demi selangkah, menuju ke puncak.
Satu hari lagi terlewati di Aincrad ketika aku memikirkan hal ini. Kemana kami pergi, atau apa yang menunggu kami diakhir, itu semua hanyalah kumpulan hal yang masih belum kami ketahui. Jalan di depan masih panjang, dan cahayanya redup. Tapi—ada beberapa hal baik juga.
Ketika aku melihat kearah besi penutup diatas, aku membiarkan imaginasiku terbang menuju dunia asing yang masih belum kulihat.
sachi btul
btw bishounen it apa ya?
Kirito sendiri sih kurang suka sama tampang nya yang imut itu, jadi awal awal SAO dia bikin avatar dirinya lebih macho, lebih cowo.
tapi tiba tiba avatar-nya berubah jadi sesuai fisiknya di eps 1.
Nah waktu itu Klein kaget dengan penampilan Kirito yang imut beud. akhirnya dia blang "“Hey, Kirito! Kau terlihat tampan di dunia nyata! Aku agak suka dengan gayamu!”
“Wajahmu juga sepuluh kali lebih cocok untukmu!”
wahhaha... kesan yang aku tangkap, bahkan cowo pun bisa jatuh hati sama tampang Kirito yang imut itu
baru tau saya
thanks yua xD
Bab 7
Jam 9 pagi.
Cuaca hari ini settingnya agak mendung, dan kabut pagi yang menutupi kota masih belum hilang sepenuhnya. Cahaya dari luar yang memantul di kabut, mewarnai kota dengan warna kuning-lemon.
Menurut kalender Aincrad, bulan ini adalah <Month of the Ash Tree>, yang berarti sekarang sudah mendekati akhir musim gugur. Temperatur yang sedikit dingin membuat bulan ini sebagai bulan yang paling menyegarkan di tahun ini. Tapi sekarang ini, aku merasa tidak begitu menyukai cuacanya.
Aku sedang menunggu Asuna di gate plaza di area pemukiman dari lantai 74. Entah kenapa aku tidak bisa tidur semalam, dan yang kulakukan di atas kasurku adalah berguling kesana kemari. Kupikir aku akhirnya bisa tertidur sekitar jam tiga pagi lewat sedikit. Ada banyak sekali fungsi di SAO yang bisa membantu player tapi sayangnya tombol yang bisa membuatmu tertidur tidak termasuk kedalamnya.
Anehnya, justru kebalikannya ada. Di dalam option yang berhubungan dengan waktu di menu, ada sesuatu yang disebut <Alarm Clock> yang memaksa pemain untuk bangun dari tidur mereka. Tentu saja pilihan untuk bangun atau atau tidak sepenuhnya ada pada keputusanmu, tapi aku berhasil mengumpulkan cukup tekad untuk merangkak keluar dari kasurku ketika sistemnya membangunkanku jam sembilan kurang sepuluh menit.
Mungkin untuk membantu para pemain yang malas, pemain tidak harus mandi ataupun mengganti baju di game ini—meski begitu ada beberapa pemain yang sepertinya tetap mandi setiap harinya. Tapi karena mereplika air itu sangat sulit bahkan bagi Nerve Gear, maka di SAO tidak ada mandi yang seperti di dunia nyata. Setelah bangun sedikit dekat dengan waktu janjian, aku memakai semua equipment ku dalam waktu dua puluh detik, dan berjalan menuju teleport gate di Algade dan teleport menuju ke lantai 74 dengan sedikit santai, dan sedikit jengkel karena kurang tidur, tapi-
“Dia terlambat…”
Sekarang sudah jam sembilan lewat sepuluh menit. Para pemain yang rajin mulai muncul dari gerbang dan berjalan menuju ke Labyrinth area sedikit demi sedikit.
Tanpa ada kegiatan apapun, aku melihat kearah peta labyrinth dan level skill, dan stats ku yang sebagian besar sudah aku ingat.
Ahh, kuharap aku punya game portable atau sejenisnya.
Aku tertegun dan tak bisa berkata apa-apa karena pikiran itu. Berharap bisa main game didalam game, aku menjadi semakin parah saja.
Apakah aku boleh pulang dan kembali tidur... Aku bahkan mulai berpikir seperti itu. Efek teleport berwarna biru lainnya kembali muncul didalam gerbang entah sudah yang keberapa kalinya. Aku melihat tanpa terlalu berharap. Tapi kemudian-
“Kyaaaaa! Tolong minggir dari situ-!”
“Ahhhhhh!?”
Biasanya pemain yang teleport muncul diatas tanah, tapi orang ini muncul satu meter diatas udara dan—terbang menuju kearahku.
“Huh, huh…!?”
Tidak mempunyai waktu untuk menangkap atau menghindar, kami bertabrakan dan terjatuh ke tanah. Bagian belakang kepalaku memembentur lantai batu dengan keras. Jika aku tidak berada di safe area, beberapa titik dari HP ku pasti akan menghilang.
Ini berarti—sepertinya, pemain bodoh ini melompat ke dalam gate di sisi lain dan muncul seperti itu disini. Pikiran itu muncul didalam kepalaku. Masih sedikit pusing, aku mengangkat tanganku dan memegang orang bodoh diatasku untuk mendorongnya bangun.
“…hmm?”
Aku merasakan sesuatu yang aneh dan kenyal ditanganku. Aku meremasnya dua, tiga kali untuk memastikan apa benda kenyal dan elastis yang ada di tanganku.
“K-Kya-!!”
Tiba-tiba sebuah teriakan keras terdengar di telingaku dan kepalaku membentur lantai lagi. Pada saat yang sama, berat yang menimpa tubuhku menghilang.
Di depanku, ada seorang pemain wanita yang duduk di lantai, mengenakan seragam knight berwarna putih dengan lambang merah diatasnya dan sebuah rok mini selutut, dengan sebuah rapier berwarna perak-putih di sarung pedangnya. Dan entah kenapa, dia melotot kearahku dengan mata yang terlihat sangat marah. Wajahnya mengalami efek emosi tertinggi dan seluruh wajahnya memerah hingga ke telinganya, dan kedua tangannya menyilang untuk melindungi dadanya-…dada…?
Aku segera sadar apa yang baru saja kuremas dengan tangan kananku. Pada saat yang sama aku menyadari, agak sedikit terlambat, kalau aku sedang berada dalam situasi yang berbahaya. Semua langkah menghindari bahaya yang sudah kulatih di kepalaku menghilang. Sambil membuka dan menutup tangan kananku, tanpa tahu harus melakukan apa denganna, Aku membuka mulutku.
“H-Hey. Selamat pagi, Asuna.”
Kemarahan di matanya terlihat lebih jelas lagi. Itu adalah mata dari orang yang sudah berniat untuk mengeluarkan senjata mereka.
Aku mulai berpikir apakah perlu untuk <kabur> ketika gerbangnya kembali bersinar biru lagi. Asuna melihat kebelakang dengan ekspresi terkejut dan buru-buru bangun untuk bersembunyi dibelakangku.
“Eh…?”
Tanpa tahu apa-apa, aku ikut berdiri. Gerbangnya bersinar semakin terang ketika seseorang muncul ditengahnya. Kali ini playernya muncul diatas tanah.
Ketika cahayanya memudar, aku mengenali wajah orang yang muncul itu, dan jubah putih dengan symbol merah diatasnya. Orang itu, orang yang mengenakan seragam KoB dan membawa pedang yang terlihat sedikit terlalu dihiasi, adalah pengawal berambut panjang yang mengikuti Asuna berkeliling kemarin. Namanya kalau tidak salah adalah Kuradeel atau apalah itu.
Kuradeel semakin menggerutu ketika dia melihat Asuna dibelakangku. Dia tidak terlihat begitu tua. Dia mungkin baru berumur sekitar dua puluh tahunan, tapi kerutan diwajahnya membuatnya terlihat lebih tua. Dia menggertakkan giginya dengan keras hingga kami hampir bisa mendengarnya dan berbicara dengan suara yang terdengar sedikit marah.
“A…Asuna-sama, kau tidak boleh bertindak semaumu seperti ini…!”
Ketika aku mendengar suara histerisnya, aku berpikir Ini pasti akan merepotkan dan menurunkan bahuku sedikit. Dengan matanya yang sipit itu memandangku dengan tajam, Kuradeel berbicara lagi.
“Ayo, Asuna-sama, kita kembali ke markas pusat.”
“Tidak. Aku bahkan tidak sedang bertugas hari ini! …dan Kuradeel, kenapa kau berdiri di depan rumahku pagi-pagi sekali?”
Asuna menjawab dengan marah dibelakangku.
“Fufu, aku tahu kalau situasi seperti ini akan terjadi, makanya aku mulai pergi ke Salemburg untuk mengawasi rumahmu sejak sebulan yang lalu.”
Aku hanya bisa terkejut mendengar jawaban bangga Kuradeel. Asuna juga kaget. Setelah kesunyian selama beberapa saat Asuna berbicara dengan suara yang agak dipaksakan.
“Itu…itu bukan bagian dari perintah ketua kan…?”
“Tugasku adalah untuk mengawalmu, Asuna-sama. Mengawasi rumahmu juga termasuk kedalam…”
“Apa yang kau maksudkan dengan termasuk, idiot!”
Kuradeel berjalan mendekat dengan ekspresi yang semakin marah dan jengkel, lalu mendorongku dan menarik tangan Asuna.
“Kau sepertinya tidak mengerti. Tolong jangan seperti ini. …sekarang ayo kembali ke markas.”
Asuna terlihat ketakutan mendengar suara yang terdengar seperti menyembunyikan sesuatu itu. Dia melihatku dengan pandangan memohon.
Sejujurnya aku berpikir untuk kabur seperti yang selama ini aku lakukan hingga sekarang. Tapi begitu melihat mata Asuna, tanganku mulai bergerak dengan sendirinya. Aku memegang tangan kanan Kuradeel, tangan yang menarik Asuna, dan menguatkan tenaga di tanganku tepat sebelum crime prevention code nya aktif.
“Maaf, tapi aku akan meminjam wakil ketuamu untuk hari ini.”
Kalimat itu terdengar bodoh bahkan ditelingaku, tapi aku tidak bisa mundur sekarang. Kuradeel, yang sengaja mengabaikanku hingga sekarang, mengerutkan wajahnya dan menarik tangannya menjauh.
“Kau…!”
Dia berteriak dengan suara yang sedikti serak. Bahkan jika sistemnya melebih-lebihkan ekspresi pemain, masih ada sesuatu yang aneh dibalik suaranya.
“Aku akan menjamin keselamatan Asuna. Ini tidak seperti kalau kami akan melawan boss hari ini. Kau bisa kembali ke markas sendiri.”
“J…Jangan bercanda denganku!! Kau pikir pemain payah sepertimu bisa melindungi Asuna-sama!!”
“Lebih baik daripadamu, pastinya.”
“K-Kau kurang ajar…! J-Jika kau bisa berbicara sombong seperti itu berarti kau sudah siap dengan konsekuensinya kan…?”
Kuradeel, dengan wajahnya yang semakin putih, memanggil layar menu dengan tangan kanannya dan memanipulasinya dengan cepat. Lalu ada sebuah system message yang agak tembus pandang muncul didepanku. Aku sudah bisa mengira apa itu sebelum aku membacanya.
[Sebuah duel 1-lawan-1 telah diminta oleh Kuradeel. Apa kau menerimanya?]
Dibawah pesan yang tak berekspresi itu terdapat tombol Yes/No dan beberapa option lain. Aku melirik kesamping kearah Asuna. Dia tidak bisa melihat ke pesannya tapi dia terlihat telah mengerti apa yang terjadi. Kupikir dia akan mencoba menghentikanku, tapi mengejutkannya dia mengangguk dengan sedikit ekspresi kaku diwajahnya.
“…apa ini boleh? Tidakkah ini akan membuat masalah ke guild mu…?”
Asuna menjawab pertanyaan bisikanku dengan bisikan juga.
“Tidak apa-apa. Aku akan melaporkan sendiri hal ini ke ketua.”
Aku mengangguk, lalu menekan tombol Yes dan memilih option <First Strike Mode>.
Ini adalah duel yang bisa dimenangkan dengan mendaratkan satu pukulan telak atau dengan mengurangi HP musuh hingga setengah. Pesannya berubah menjadi [Kau telah menerima duel 1-lawan-1 dengan Kuradeel], dan sebuah hitungan mundur muncul 60 detik muncul dibawahnya. Disaat angkanya mencapai nol, HP protection system yang ada di dalam kota akan dihilangkan sementara, dan dia dan aku akan bisa beradu pedang hingga salah satu dari kami menang.
Kuradeel sepertinya telah menafsirkan kalau Asuna setuju.
“Tolong lihat, Asuna-sama! Aku akan membuktikan kalau tidak ada orang selain aku yang lebih baik untuk mengawalmu!”
Dia berteriak dengan ekspresi yang hanya bisa menutupi kesenangannya sedikit, menarik keluar two-handed sword besarnya dari pinggangnya, dan bersiap dengan suara pedang berbunyi 'clank'.
Aku memastikan kalau Asuna telah mundur sedikit jauh sebelum aku menarik one-handed sword ku dari punggungku. Seperti yang bisa diduga dari anggota guild terkenal, pedangnya terlihat jauh lebih bagus dari punyaku. Bukan hanya perbedaan ukuran antara one-handed dan two-handed sword, tapi juga pedangku hanyalah senjata simple, sedangkan pedangnya telah didekorasi penuh oleh seorang top class craftsman.
Ketika kami berdiri sejauh lima meter, menunggu hitung mundurnya untuk berakhir, orang-orang mulai berkumpul disekitar kami. Ini tidak begitu aneh. Ini adalah gerbang plaza di tengah kota, dan kami berdua adalah player yang lumayan terkenal.
“Solo Kirito dan seorang anggota KoB akan duel!”
Ketika seseorang meneriakkan kalimat itu, sorakan terdengar disana-sini. Karena duel biasanya adalah untuk membandingkan skillmu dengan seorang teman, semua penonton bersorak dan bersiul, tidak peduli akan situasi yang menyebabkan semua ini.
Tapi saat timer nya mulai mendekati nol, semua suara mulai menghilang. Aku merasa benang dingin melintas melewati tubuhku seperti ketika aku bertarung dengan monster. Aku memfokuskan diri untuk membaca suasana di sekitar Kuradeel, yang melihat kesana kemari karena jengkel, dan memeriksa cara berdirinya dan bagaimana kakinya bergerak.
Manusia biasanya menunjukkan kebiasaan tertentu saat mereka akan menggunakan sebuah skill. Apakah itu adalah skill menerjang atau bertahan, atau jika dia akam memulai dari bawah atau dari atas, jika tubuh mereka menunjukan ciri-ciri seperti itu maka itu akan menjadi kelemahan yang fatal.
Pedang Kuradeel sedikit condong kebelakang di bagian tengah tubuhnya dan bagian bawah tubuhnya membongkok kebawah. Itu jelas-jelas tanda kalau dia akan menggunakan serangan menerjang dari atas. Tentu saja, itu mungkin adalah tipuan. Aku sendiri sebenarnya bersikap dengan pedangku di postur yang rendah dan relax, memberikan kesan kalau serangan pertamaku adalah serangan lemah kebagian bawah tubuhnya. Kau hanya bisa mengandalkan pengalaman dan "perasaan"mu ketika mencari tipuan.
Ketika hitung mundurnya memasuki satu digit, aku menutup windownya. Aku bahkan tidak bisa mendengar suara di sekelilingku lagi.
Aku melihat Kuradeel, yang sejak tadi melirik dari arahku ke window dan kembali lagi, menjadi kaku ketika otot tubuhnya menjadi tegang. Kata [DUEL!!] muncul diantara kami dan aku melompat. Percikan api muncul dari bawah sepatuku dan udara berbunyi ketika bahuku memotong melewatinya.
Kuradeel juga bergerak bersamaan denganku. Tapi ada ekspresi kaget di wajahnya, karena aku telah menghancurkan dugaannya kalau aku akan menyerang dengan skill serangan rendah tipe bertahan dan menerjang.
Serangan pertama Kuradeel, seperti yang kuduga, sebuah serangan tinggi two-handed sword charge skill: <Avalanche>. Jika pertahanan terlalu lemah, si penahan mungkin bisa memblok serangannya tapi tidak bisa segera melakukan counterattack karena benturannya, sedangkan player yang menggunakannya bisa mempersiapkan gaya berdirinya lagi, karena terjangannya membuat jarak diantara mereka. Itu adalah sebuah skill level tinggi yang sangat bagus. Yah setidaknya untuk melawan monster.
Aku, yang sudah membaca apa yang akan dilakukan Kuradeel, memilih skill tipe menerjang <Sonic Leap>. Jika kami berdua terus menerjang, skill kami akan beradu.
Jika kita melihat hanya dari kekuatan skill, dialah yang lebih kuat, dan systemnya akan menguntungkan skill yang lebih berat jika dua serangan beradu. Jika begitu pedangku akan dipantulkan dan skillnya akan mengenaiku, sedikit diperlemah tapi masih cukup untuk mengahiri duel. Tapi aku tidak mengincar Kuradeel.
Jarak diantara kami semakin menyempit dengan cepat. Tetapi persepsiku juga sudah semakin cepat, dan aku merasa seperti waktu menjadi semakin pelan. Aku tidak yakin jika ini adalah hasil dari system atau ini adalah kemampuan yang dimiliki manusia. Yang kutahu adalah aku bisa melihat semua gerakannya.
Pedangnya, yang condong kebelakang, mulai mengeluarkan sinar orange dan menuju kearahku dengan cepat. Stats nya pasti agak tinggi, seperti yang bisa kau bayangkan dari anggota guild terbaik, tapi waktu yang dibutuhkan skillnya untuk dimulai lebih cepat dari dugaanku. Pedang yang bersinar terang itu menuju kearahku. Jika aku mengenai skill itu dengan telak tanpa ragu lagi aku akan menerima damage yang cukup untuk mengakhiri duel. Wajah Kuradeel menunjukkan kenikmatan dari kemenangan yang terlihat di depan mata. Tapi-
Pedangku, dengan bagian kepalanya duluan, bergerak agak lebih cepat, membuat sebuah garis hijau dan mengenai pedangnya sebelum serangan dia berakhir. Systemnya mengkalkulasikan damage yang dihasilkan oleh pedangku, dan menciptakan percikan yang besar.
Hasil lain dari dua senjata beradu adalah <Weapon Break>. Itu hanya mungkin terjadi ketika sebuah senjata menerima pukulan berat dibagian lemah strukturnya.
Tapi aku yakin kalau senjatanya akan hancur. Senjata dengan dekorasi yang terlalu banyak punya ketahanan yang rendah.
Seperti yang kuduga—dengan sebuah suara yang menyakitkan telinga—pedang two-handed Kuradeel patah. Muncul efek seperti ledakan.
Kami melewati satu sama lain ditengah udara dan mendarat ditempat orang yang satunya melompat. Setengah bagian yang patah dari pedangnya berputar diudara, memantulkan sinar matahari, sebelum tertancap di lantai batu diantara kami. Setelah itu, patahan yang ada di lantai dan di tangan Kuradeel pecah menjadi polygon fragment.
Kesunyian menguasai plaza selama beberapa saat. Semua penonton membeku dengan mulut mereka yang terbuka lebar. Tapi ketika aku mendarat, berdiri, dan mengayunkan pedangku dari kiri ke kanan karena kebiasaan, mereka mulai bersorak.
“Hebat!”
“Apa dia mungkin mengincar hal itu!?”
Ketika aku mendengar semua orang mulai mengkritik pertarungan singkat itu, aku menghela napas. Bahkan jika itu hanya satu skill, menunjukkan bahkan hanya satu kartu dari tanganku bukanlah sesuatu yang bisa kugembirakan.
Dengan pedang di tanganku aku mulai berjalan kearah Kuradeel terduduk dengan punggungnya yang mebelakangiku. Punggungnya, yang ditutupi oleh jubah putih, bergetar dengan keras. Setelah menyarungkan pedangku dengan suara kencang yang disengaja, aku berkata dengan suara pelan.
“Jika kau ingin menantangku lagi dengan senjata baru aku akan melawanmu lagi…tapi ini sudah cukup kan?”
Kuradeel bahkan tidak mencoba untuk melihat kearahku. Dia menggoncangkan tangannya di lantai seperti orang gila. Tapi dia mengatakan dengan suara yang bergetar “Aku mundur dari pertarungan.” Seharusnya dia bisa mengatakan <Aku menyerah> atau <Aku kalah> kan.
Segera setelahnya, sebaris dari garis berwarna ungu muncul tepat dimana itu pertama muncul ketika itu menunjukkan saat pertarungan dimulai, kali ini menunjukkan kalau pertarungan telah berakhir dan pemenangnya. Sorakan lainnya terdengar, kemudian Kuradeel berdiri terhuyung dan berteriak pada para penonton.
“Apa yang kalian lihat! Pergi kalian!”
Lalu dia berbalik perlahan kearahku.
“Kau… Aku akan membunuhmu… Aku pasti akan membunuhmu…”
Aku tidak bisa menyangkal kalau aku agak takut dengan mata itu.
Emosi di SAO terasa sedikit berlebihan, tapi dengan kebencian yang terlihat di mata sipit Kuradeel, matanya terlihat lebih menyeramkan dari monster.
Seseorang berdiri di sampingku ketika aku terkejut.
“Kuradeel, Aku memerintahkanmu sebagai wakil ketua dari Knights of the Blood. Aku membebas tugaskanmu dari jabatan sebagai pengawal. Kembalilah ke markas dan tunggu disana hingga ada perintah lebih lanjut.”
Kata-kata dan ekspresi Asuna keduanya dingin. Tapi aku merasa ada rasa stress dibalik suaranya dan tanpa sadar memegang pundaknya. Asuna sedikit menyandarkan tubuhnya yang tegang.
“…ap…apa-apaan…ini…”
Suara itu sedikit terdengar di telinga kami. Sisanya, mungkin sekumpulan kata kutukan yang tidak keluar dari mulutnya. Kuradeel melotot kearah kami. Tidak salah lagi dia berpikir untuk menyerang kami dengan senjata cadangannya, meskipun dia tahu kalau crime prevention code akan menghentikannya.
Tapi dia bisa menahan diri dan mengambil keluar sebuah teleport crystal dari dalam jubahnya. Dia mengangkatnya, menggenggamnya dengan begitu kuat hingga aku berpikir kalau itu akan hancur, dan bergumam “Teleport…Grandum.” Dia memeloloti kami dengan kebencian bahkan ketika badannya mulai menghilang didalam cahaya biru.
Ketika cahayanya menghilang, sebuah kesunyian yang menusuk menyebar di sekitar plaza. Para penonton terlihat kaget dengan kemarahan Kuradeel, tapi mereka segera pergi dalam kelompok-kelompok kecil. Pada akhirnya hanya aku dan Asuna sajalah yang tertinggal.
Apa yang harus aku katakan? Pikiran itu berputar-putar dikepalaku, tapi karena aku telah hidup sendiri selama dua tahun, tidak ada satupun hal berguna yang muncul di pikiranku. Aku bahkan merasa tidak ingin memastikan apa aku melakukan hal yang benar atau tidak.
Lalu akhirnya Asuna berjalan dan mulai berbicara dengan suara yang rapuh.
“…maaf. Aku membuatmu terlibat dalam hal ini.”
“Tidak…Aku sih tidak apa-apa, Tapi apa kau akan baik-baik saja?”
Menggelengkan kepalanya perlahan, si wakil ketua dari guild terkuat memberikan senyuman yang bersemangat tapi lemah.
“Yeah, Kupikir aku juga salah karena memaksakan peraturan guild kepada semuanya dengan keras demi menyelesaikan game nya lebih cepat lagi…”
“Kupikir…wajar kau melakukan hal seperti itu. Jika mereka tidak mempunyai orang sepertimu kecepatan menyelesaikan game ini akan sangat berkurang. Yah, itu bukan hal yang bisa dikatakan oleh player solo pemalas sepertiku…ah, aku tidak bermaksud begitu.”
Aku bahkan tidak tahu apa yang ingin kukatakan lagi, jadi aku mengatakan apapun yang muncul di kepalaku.
“…jadi, tidak ada yang akan protes, jika kau…mengambil cuti sementara dengan seseorang yang tidak memikirkan apapun sepertiku.”
Mendengar kata-kata itu Asuna berkedip beberapa kali dengan ekspresi bingung, lalu dia tersenyum yang agak pahit dan mengendurkan raut wajahnya.
“…yah, aku mengucapkan terima kasih. Kalau begitu aku akan menikmati hari ini sebanyak yang aku bisa. Aku akan mempercayakan posisi menyerang padamu.”
Dia berbalik dengan semangat dan mulai berjalan melewati jalan yang menuju keluar kota.
“Apa? Hey! Menyerang kan seharusnya dilakukan bergantian!”
Bahkan ketika aku mengkomplain, aku menghela napas karena lega dan ikut berjalan kearah rambut berwarna coklat-chestnut yang tertiup angin dengan perlahan.
###