It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Yipii
Trus yg hrs menang siapa menurutmu? Haaaaaa haaaaaa!
Leona Lewis doong:D..atau mungkin James Arthur
Ya iyalah, yg 1 tante2 yg 1 brondong yg 1 teknik yg 1 karakter yg 1 berdada besar yg 1 kecil -_-
hey leona waktu xf tahun 2006 umur 20 loh
james arthur boleh juga tuh....
dah ah jgn bertengkar....yg terjadi biarlah terjadi....
tunggu aja x factor 2 tahun lagi....
Semuaaa warga negara sudah tau klo yg menang 70% lebih bakalan fatin..
Apakh itu sebuah kompetisi???Bagi gw TIDAKKK!!
Pertama-tama selamat lah untuk Fatin karena udah menang. Kenapa Fatin bisa menang? Jawabannya cukup simple: sms yang tekirim lebih banyak dari Novita.
Pertanyaan berikutnya: apakah cukup segitu aja? Mungkin ya mungkin tidak. Ya bagi fans kontestan yang menang, tidak bagi kontestan yang tidak menang.
Itu diatas adalah faktanya. Tapi ada satu juga fakta menarik: kuantitas tidak menjamin kualitas. Fansnya Fatin pasti akan bilang, "Ape kate lo, dah. Pokoknya Fatin pemenangnya!" Betul, Fatin pemenangnya. Gak akan ada yang ganggu gugat itu. Gue malah ucapin selamat di awal komentar, kan.
Nah, balik lagi ke komentar gue: kuantitas tidak menjamin kualitas. Kualitas itu apa, sih? Kalo didefinisikan secara bebas, kualitas atau mutu adalah sebuah karakter yang merujuk kepada sesuatu yang lebih baik atau di atas rata-rata.
Nah definisi udah, kan. Sekarang kita ke yang lebih spesifik, yaitu mutu musikalitas. Yang membedakan mutu musik yang satu dengan yang lain adalah perhatian terhadap detail, tehnik dan keseimbangan proporsi unsur-unsur musik seperti irama, tempo, ketukan, harmoni, dll.
Sekarang kita ke apresiasi atau penghargaan terhadap mutu musikalitas. Ada yang bilang, "Ahhh ... ribet. Gue dengerin anak tetangga gue jerit-jerit itu udah musik, kok." Ada lagi yang bilang, "Kalo gue dengernya Chopin's Piano Concerto No. 2 in F minor."
Dari dua contoh di atas kita bisa simpulkan mana yang menggunakan detail, tehnik dan keseimbangan unsur musik, mana yang nggak. Kita juga bisa tau mana yang dibawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-rata.
Nah, kualitas dan popularitas jarang bisa ketemu. Alasannya karena itu tadi: popularitas itu cendrung instan dan konsekwensinya adalah mengorbankan detail, tehnik dan keseimbangan; sementara kualitas mempertahankan detail, tehnik dan keseimbangan ... yang mana bagi sebagian orang yang tidak sabar atau cukup puas tanpa ketiga unsur di atas akan berkomentar: ribet
Nah, industri berkiblat pada kuantitas atau popularitas; dan tidak terkecuali musik, musik populer juga menjadi industri.
Orang-orang yang bergerak di bidang industri bukan orang yang bodoh. Mereka tau, nyawa mereka ada di kuantitas. Mereka akan korbankan dan memanipulasi apapun, termasuk mutu sebuah karya atau hasil yang sebelumnya penuh detail, bertehnik dan seimbang, demi merebut jumlah.
Begitupun ajang nyanyi dimana tolok ukurnya adalah sms yang masuk, dan RCTI sangat jeli mengemas ini. RCTI tau banget kalo kebanyakan orang Indonesia gak peduli ama mutu musikalitas. RCTI tau kalo latar belakang pendidikan sebagian besar penontonnya itu rendah, dan para pemirsa ini suka banget ama drama. Coba aja liat popularitas sinetron-sinetronnya.
Ajang nyanyi kayak x factor ini dari mulai audisi, babak penyisihan, dll semuanya diatur supaya cuman beberapa yang berkualitas aja yang lolos, selebihnya yang masuk itu kudu punya unsur drama dan tampang.
Nuansa drama yang kentel ditingkah dengan juri-juri yang khas Indonesia banget: pujian yang berlebihan, doyan ngumbar nasehat padahal gak diminta dan berpendapat jayus karena pengen cari aman, tapi ketika pendapat jayusnya bentrok dengan juri laen ujung-ujungnya jadi ajang adu bacot pepesan kosong: dasar argumennya lemah, struktur penyampaiannya berantakan, sok berbahasa asing ... tapi maksa supaya komentar jayusnya diterima / disetujui oleh juri yang terlibat adu bacot ketimbang menghormati pendapat yang berbeda.
Bukan RCTI kalo gak nampilin drama lebay. Karena kenyataannya, jualan rasa iba tetep komoditi laris bagi pemirsa yang berlatar belakang pendidikan pas-pasan. Dan bingo ... muncullah sosok Fatin, khas dengan typical gaya munafik malu-malu kucing: typical cara cari perhatian yang udah basi tapi herannya banyak yang terhipnotis dan gak sadar udah ketipu ama drama basi kayak gitu. Dan puncaknya adalah ketika dia gak hafal lyrics, berlinang air mata, dan dihibur-hibur.
Pemirsa Indonesia sudah mulai cerdas? Apa ukuran kecerdasannya? Dibo'ongin ama tehnik cari perhatian basi dari anak umur 15 taon? Anak cengeng kayak gini mau ngewakilin Indonesia di world x factor? Palingan baru dipelototin ama Simon Cowell udah kencing dicelana ...
Indonesia perlu juri yang berhati dingin tapi juga realistis dan proporsional dalam memuji kayak model Simon Cowell. Siapa aja yang udah berani nginjek panggung dan bediri di depan juri kudu punya mental karang terhadap kritikan, bukan justru jadi pemulung nasehat basi pemompa rasa iba ...