It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Rumah Collin.
Collin menghabiskan roti bakar sarapannya tergesa-gesa seperti biasa,
“Aku berangkat..” katanya setelah yakin piringnya sudah kosong, lalu meneguk susunya secepat yang ia bisa, kemudian beranjak dari kursinya.
“Baiklah.. hati-hati di jalan sayang, ahh iya.. kunci di tempat biasa yaa..” sahut Ibunya dari arah dapur.
“Yaaa…” jawab Collin kemudian menghilang dari pintu depan.
Collin berjalan tergesa-gesa menuju sekolahnya, ya, ia selalu berjalan kaki tiap pergi ke sekolah, karena letak sekolahnya tidak begitu jauh dari rumahnya.
Collin tinggal bertiga dengan Ibu dan adik laki-laki yang umurnya hanya berbeda setahun darinya, orang tuanya sudah bercerai, ayahnya tinggal di kota sebelah dengan istri baru dan anak-anak tirinya, ibunya seorang pekerja kantoran dengan jabatan yang lumayan tinggi, itulah kenapa ia bisa membiayai pendidikan kedua anaknya seorang diri, ia bekerja keras demi kehidupan kedua puteranya, lembur hampir setiap malam, seperti malam ini contohnya, itulah mengapa tadi ia mengingatkan Collin tentang kunci yang ‘di tempat biasa’, karena ia akan pulang telat untuk lembur, di mana ‘tempat biasa’ itu adalah di bawah keset di depan pintu dapur.
Collin berjalan tergesa-gesa karena hari ini ia harus presentasi di depan kelasnya di salah satu mata pelajaran yang menjadi keahliannya, well, sebetulnya Collin hampir ahli di setiap mata pelajaran, ia memang seorang anak yang pandai, selain pandai ia juga cukup tampan, dengan rambut coklat gelap model belah pinggir, badan yang proporsional, kulit putih bersih, penampilannya yang selalu rapi, dan sifatnyapun cukup menyenangkan, banyak orang menyukainya, hampir semua orang, well, kecuali satu.
Dalam 10 menit Collin sudah tiba di sekolahnya, ia berjalan melewati salah satu koridor yang menuju kelasnya,
“Ahh itu dia si culun datang !!” teriak seseorang.
Collin menoleh mencari asal suaranya, sebetulnya ia sudah tahu siapa pemilik suara itu,
Collin mendapati seorang anak laki-laki seumurannya, berambut pirang model mohawk, tidak kalah tampan darinya sedang duduk dikelilingi gerombolannya, tengah tersenyum mencibir padanya.
Hampir semua orang menyukai Collin, hampir semua, kecuali satu, laki-laki dengan tampang menyebalkan inilah orangnya.
Namanya Kenneth, teman seangkatan Collin, jago olah raga dan berkelahi, digandrungi para anak perempuan, sama seperti Collin, biasanya terlihat bersama gerombolannya, mengganggu siapapun yang bisa dia ganggu, dan Collin adalah objek penderita utamanya, sebetulnya hanya Collin seoranglah objek penderita dari keisengan Kenneth, pada anak-anak lain Kenneth hanya bercanda, tapi pada Collin, semua ejekan, cibiran, dan celaan Kenneth tampak sangat kejam dan sungguh-sungguh, entah kenapa Kenneth sangat membenci Collin, tak ada yang tahu alasan pastinya, Collin semula tidak menanggapi serangan dari Kenneth, tapi akhir-akhir ini tampaknya batas kesabaran Collin sudah terlewati, ia jadi balas membenci Kenneth, dan jadilah mereka berdua seperti anjing dan kucing, air dan api, hitam dan putih, atau hal-hal bertentangan lainnya.
Collin mengacungi jari tengahnya pada Kenneth kemudian berbalik dan kembali berjalan menuju kelasnya.
Ia masih bisa mendengar Kenneth tertawa puas bersama gerombolannya sebelum ia berbelok masuk ke dalam kelasnya, Collin sangat membenci Kenneth, tapi ia tidak berani menantang Kenneth untuk berkelahi, kutu buku melawan olah ragawan sudah jelas siapa yang akan menang, yang bisa ia lakukan hanya menerima semua ejekan Kenneth dan pura-pura tidak mendengar, berharap bahwa suatu hari nanti Kenneth akan menerima karmanya.
Kenneth seorang sudah cukup menjadi stressor bagi Collin dan membuat moodnya jelek, untunglah akhir-akhir ini Collin menemukan sesuatu yang menarik yang bisa menjadi penghiburan baginya dan pengembali moodnya setiap kali ia habis bertemu Kenneth.
Collin mengeluarkan handphonenya dan masuk ke layanan internet,
Akhir-akhir ini Collin sedang asyik-asyiknya berkelana di dunia maya, ia rajin mengupdate accountnya di salah satu situs pertemanan yang tengah populer di kalangan seusianya, dan yang paling menarik perhatiannya adalah layanan chatting lewat dunia maya, ia sudah mendapatkan seorang teman ngobrol yang menurutnya cocok dengan dirinya, cocok dalam segala hal, hobi, kesukaan, gaya bercanda, obrolan, dan banyak hal yang sudah menjadi langganan topik obrolan mereka,
BlueShark adalah nickname Collin di situs obrolan itu, dan RedHawk adalah nickname dari ‘sahabat maya’nya itu.
Collin sedang online sekarang, ia mencari-cari di list anggota situs obrolan tersebut yang saat ini juga sedang online, tapi ia tidak menemukan nama RedHawk,
“Ahh… sedang tidak online ya.. ” katanya dalam hati.
Bel berbunyi tepat ketika Collin mematikan aplikasi internet dari handphonenya,
“Well, ini dia..” kata Collin pelan lalu bangkit berdiri untuk mempersiapkan presentasinya.
****************
Jam istirahat.
Collin menghela napas lega di kursinya, presentasinya berjalan lancar dan sukses, gurunya memujinya, teman-temannya semakin kagum padanya, dan begitulah rutinitasnya tiap minggu.
Teman-temannya berebutan keluar kelas untuk beristirahat, celotehan-celotehan para murid terdengar di setiap sudut sekolah.
“Ayo ke kantin..” ajak Julian.
“Kau duluan saja, aku masih ingin di kelas..” kata Collin sambil mengeluarkan handphonenya.
“Ahh ya.. aku mengerti, sampaikan salamku pada RedHawk kalau begitu..” kata Julian yang sudah mulai terbiasa dengan kegiatan Collin selama jam-jam istirahat dan jam-jam senggangnya sekarang.
Julian adalah ketua kelas di kelas yang dihuni Collin, dengan Collin sebagai wakilnya, Julian dipilih menjadi ketua kelas tentu saja bukan tanpa alasan, ia dipilih karena ia anak kedua terpandai di kelasnya, kedua setelah Collin tentu saja, sebetulnya Collinlah yang lebih pantas menduduki jabatan ketua kelas, tapi dengan alasan bahwa ia tidak begitu suka memimpin maka ia menolak dengan tegas tawaran untuk menjadi ketua kelas itu.
Julian adalah salah satu anak yang cukup dekat dengan Collin, mungkin karena mereka punya kualitas otak yang hampir setara, mereka merasa cocok dan nyambung bicara satu sama lain, anak-anak lain merasa bahwa keduanya cukup serasi dipasangkan sebagai ketua dan wakil ketua kelas. Tapi sebetulnya mereka tidaklah sedekat itu, Collin menganggap Julian sama seperti teman-temannya yang lain, tidak ada yang spesial dari Julian, dan Julianpun merasakan hal yang sama terhadap Collin.
Jika ditanya siapakah sahabat dekatmu, mungkin dulu jawaban Collin adalah tidak ada. Banyak anak yang berusaha mendekatkan diri dengan Collin, baik perempuan maupun laki-laki, tapi sampai saat ini Collin belum pernah menemukan seseorang yang tepat untuk dijadikan sahabat, tempat di mana ia bisa mencurahkan isi hatinya, tempat ia bisa mencurahkan dan meminta perhatian, dan banyak lagi, menurutnya mencari sahabat itu sama seperti mencari pacar, harus ada ketertarikan dari kedua belah pihak, tanpa adanya paksaan, bukan berarti Collin sudah berpengalaman dalam berpacaran, ia belum pernah punya pacar sekalipun sampai sekarang.
Tapi sekarang Collin bisa menjawab dengan tegas bahwa RedHawk adalah sahabatnya, sekalipun mereka belum pernah bertemu dan saling bertatap muka, tapi setelah kira-kira 3 bulan mereka saling kenal lewat dunia maya dan mengobrol panjang lebar mengenai berbagai hal, Collin merasa bahwa RedHawk ini benar-benar ditakdirkan untuk menjadi sahabat sejatinya, mereka sudah masuk tahap saling curhat mengenai masalah masing-masing dan saling memberikan saran dan masukan, hampir setiap ada masalah atau apapun yang ia lakukan dalam kesehariannya Collin laporkan pada sahabat mayanya ini, dan begitupun sebaliknya, keduanya sudah benar-benar merasa cocok dan telah menemukan sahabat sejatinya.
*********************
Seperti biasa, Collin masuk ke aplikasi internet di handphonenya,
BlueShark is now online.
Collin mencari di daftar anggota situs obrolan yang sedang online ketika tiba-tiba muncul tanda di handphonenya yang menandakan bahwa seseorang baru saja mengajaknya
mengobrol.
RedHawk : Hey..Hoo..
Collin tersenyum.
BlueShark : Hadirr !!
RedHawk :
RedHawk : Well,.. how’s life then ??
BlueShark : As I said yesterday, hari ini aku presentasi di kelas, baru saja selesai.. and thanks God.. presentasinya lancar selancar yang bisa ku harapkan..
RedHawk : That’s great, dude.. congrats then..
BlueShark : Thanks..
BluShark : Sedang apa kau ??
RedHawk : Istirahat.di kantin, makan baso sambil chatting..
Collin sudah tahu bahwa RedHawk juga seorang murid sekolah, sama seperti dirinya, tapi hanya sebatas itu informasi yang ia tahu tentang sahabat mayanya ini, mereka berdua sudah sepakat bahwa mereka tidak akan mempedulikan mengenai umur, jenis kelamin, nama asli, asal, tempat tinggal, sekolah dan hal-hal lain mengenai identitas pribadi masing-masing, yang penting bagi mereka adalah mereka merasa cocok satu sama lain, dan sepanjang obrolan mereka masih nyambung dan mereka menikmatinya, maka hal-hal lain tidak penting bagi mereka, jadi selama 3 bulan Collin chatting dengan RedHawk, ia tidak tahu apakah RedHawk ini perempuan atau laki-laki, umurnya berapa, tinggal di mana, sekolah di mana, nama aslinya siapa dan segala macam mengenai identitas pribadi RedHawk.
BlueShark : So…
BlueShark : How’s life ??
RedHawk : ……
RedHawk : As usual… nothing interesting… -_-“
BlueShark : Ahh ya… kecenganmu… apa kabarnya ?
RedHawk : *Blushing*
BlueShark : Haha..
RedHawk : Masih sama seperti biasa, tetap tidak tahu bahwa aku menyukainya..
BlueShark : Sudah kubilang berapa kali, katakan padanya bahwa kau menyukainya…
RedHawk : Masalahnya tidak sesederhana itu…
BlueShark : Serumit apa memangnya ?
RedHawk : Aku sudah membuatnya membenciku..
BlueShark : Apa yang sudah kau lakukan sampai dia membencimu ?
RedHawk : Banyak hal….. sejak awal pertemuan kami saja aku sudah membuat masalah dengannya.. seisi sekolah tahunya kami berdua saling benci satu sama lain… padahal bukan maksudku untuk menjadi musuhnya.. aku hanya…… ingin mencari perhatiannya..
BlueShark : Dengan membuatnya membencimu ??? wooww.. dude… kau parah banget !!!
RedHawk : Aku tahu… tapi itulah yang kulakukan setiap kali aku menyukai seseorang..
BlueShark : Saranku kau minta maaf padanya dan menghentikan permusuhan kalian, cobalah untuk berteman dengannya..
RedHawk : Mau dikemanakan harga diri dan kehormatanku kalau tiba-tiba aku mendatanginya dan meminta maaf padanya ??
BlueShark : Aku tidak menyuruhmu untuk bersujud di depannya, kan ??
RedHawk : Tentu saja tidak… tapi….
BlueShark : Tapi ??
RedHawk : Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, ini tidak sesederhana itu..
BlueShark : Astaga Hawky… apa lagi masalahnya sekarang ?? @_@
RedHawk : …………….
BlueShark : ???
RedHawk : Maaf… tapi aku belum siap cerita sekarang..
BlueShark : Oke.. akan kutunggu sampai kau siap..
RedHawk :
RedHawk : Oke. Stop talking ‘bout me, how ‘bout you ?? gimana kabar si fucking asshole kesayanganmu itu ??
BlueShark : Still Fucking Asshole seperti sebelum-sebelumnya….. even he’s getting worse as the days go by… sampai detik ini aku masih heran, kenapa dia bisa begitu bencinya padaku... padahal kenal dengannya saja tidak..
RedHawk : Hahaha… calm down, dude…. mungkin sebetulnya dia menyukaimu, hanya saja dia mengekspresikan perasaannya dengan cara yang tak biasa, sama sepertiku..
BlueShark : HA-HA !!! anda pasti bercanda… sudahkah kuberitahu padamu bahwa si brengsek ini jenis kelaminnya sama denganku ???
RedHawk : Ahh..ya. aku lupa.
RedHawk : ……….
RedHawk : Apa kau sudah pernah bertanya padanya kenapa dia begitu membencimu ?
BlueShark : Buat apa ?? tohh aku juga sudah tidak peduli lagi..
RedHawk : Kau bilang orang ini membuat moodmu jelek setiap kali bertemu dengannya, kan ?? kalau kau tahu alasan kenapa dia membencimu kemudian memperbaikinya mungkin kalian bisa berteman dan mengakhiri permusuhan kalian, dan dia tidak akan membuat moodmu jadi jelek lagi..
BlueShark : Masalahnya, sulit sekali bagiku untuk berbicara dengannya tanpa jari tengahku ikut berbicara..
RedHawk : Hahahahahahahaa… sebrengsek itukah dia ??
BlueShark : Ahh andai kau di sini dan bertemu langsung dengannya..
RedHawk : Ahh…
BlueShark : Apa ?? -_-a
RedHawk : Kau tahu…. kita sudah 3 bulan lebih mengobrol, kita sudah saling curhat dan bercerita ini itu… menurutku sudah saatnya kita untuk bertemu…
Bel tanda istirahat selesai berbunyi dengan lantangnya mengalahkan celotehan murid-murid yang sedang asyik mengobrol.
BlueShark : Sorry, dude.. kita sambung lagi obrolan kita nanti… sekarang aku harus masuk kelas..
RedHawk : Uhh.. ok.. bye then.
BlueShark : Bye..
BlueShark is now offline.
RedHawk is now offline.
Sepanjang sisa pelajaran hari itu Collin sibuk memikirkan tentang tawaran RedHawk tadi,…. ya tentu saja sudah saatnya mereka bertemu, 3 bulan itu waktu yang cukup untuk perkenalan awal, saatnya mereka beranjak ke tahap yang lebih, well, nyata.
Selama ini Collin tidak pernah membayangkan tentang sosok RedHawk secara fisik, tidak ada gambaran sama sekali tentang sahabat mayanya ini di otaknya, tapi karena ada kemungkinan mereka akan bertemu, mau tak mau Collin mulai membayangkan tentang hal ini.
Collin berpikir keras, “Dari gaya bahasanya bisa kutebak bahwa dia laki-laki, dan sepertinya seumuran denganku, tapi… umm.. aku tak yakin juga.. bisa saja perempuan.. bisa saja lebih tua dariku.. atau… lebih muda.. umm…”
Collin sudah tidak lagi mendengarkan celotehan gurunya di depan kelas, pikirannya sudah jauh terbang entah ke mana hingga tanpa ia sadari jam pelajarannya hari itu sudah usai.
Collin membereskan buku pelajarannya kemudian berjalan keluar kelas hendak pulang, ia memutuskan untuk mampir ke toilet sekedar untuk membereskan rambut atau bajunya,
Collin termasuk orang yang cukup memperhatikan penampilan, ia selalu menjaga penampilannya agar tetap rapi, itulah salah satu alasan kenapa banyak orang suka padanya.
Ketika ia tiba di toilet ia menemukan bahwa toilet itu tidak kosong, ada seseorang di situ yang sedang buang air kecil. Kenneth.
Collin menghela napas malas, tapi ia tetap masuk ke dalam toilet, seorang Kenneth tidak bisa menghalanginya untuk merapikan diri.
Kenneth menyadari kehadiran Collin, mukanya memerah.
Collin mulai merapikan dirinya di depan cermin sementara Kenneth selesai buang air kecil.
“Kau pasti salah masuk toilet, Collby… ini toilet anak
laki-laki..” kata Kenneth sambil berdiri di belakang Collin.
“Mungkin matamu sudah rusak, atau mungkin kau belum tahu, well, kuberitahu kalau begitu, aku laki-laki, Kenny..” balas Collin sambil masih sibuk merapikan diri tanpa menoleh ke arah Kenneth sekalipun.
“Wahh.. berita baru… kalau begitu..” kata Kenneth lagi.
“Ha-Ha.” balas Collin.
Kenneth menatap Collin melalui cermin.
“Kenapa kau masih di sini ?” tanya Collin dingin.
Kenneth terdiam salah tingkah,
“Suka-sukaku lah..” kata Kenneth terbata.
Collin berbalik menatap Kenneth, jarak keduanya sangat dekat, tinggi keduanya sama, jadi kini wajah Collin tepat berada di depan wajah Kenneth dengan jarak hanya beberapa senti.
Collin menatap tajam langsung ke arah mata Kenneth.
“Kenapa kau begitu membenciku ??” tanyanya langsung.
Kenneth terdiam salah tingkah, wajahnya memerah, ia mundur beberapa langkah untuk mengambil jarak dari Collin.
“Tidak ada keharusan bagiku untuk memberitahumu !!” katanya.
“Kenapa ??” tanya Collin semakin menekan sambil maju beberapa langkah untuk kembali menyudutkan Kenneth.
Kenneth dengan otomatis kembali mundur beberapa langkah hingga ia sudah bersender ke dinding.
“Kita sudah bermusuhan selama berbulan-bulan kenapa kau
baru tanya alasanku membencimu sekarang ??” tanya Kenneth semakin gugup.
“KENAPA ??” tanya Collin semakin tajam.
Kenneth mendorong tubuh Collin sehingga kini jarak keduanya cukup jauh.
“BAIK !! KUBERITAHU KAU KENAPA !!! AKU MEMBENCI SIKAPMU YANG SOK RAPI DAN SOK BAIK !! AKU BENCI ANAK-ANAK SEPERTIMU, YANG BEROTAK PINTAR DAN SOMBONG, YANG SELALU MERENDAHKAN ANAK-ANAK BODOH SEPERTIKU !!!” bentak Kenneth.
Collin cukup terkejut karena dibentak tiba-tiba, ia mundur selangkah.
“Cukup banyak anak pintar di sekolah ini.. tapi kenapa selalu aku yang kau sasar ??” tanyanya.
“Karna kau yang paling sombong !!” balas Kenneth.
“Aku tidak pernah menyombongkan kepintaranku sekalipun… aku tahu bukan itu alasan kau membenciku.. pasti ada sesuatu yang lain… kenapa ??” tanya Collin lagi.
Kenneth terdiam sambil masih menatap Collin, ada sedikit keraguan dan kecemasan di mata Kenneth, dan Collin bisa melihat hal itu.
“Memangnya kalau kau tahu alasan aku membencimu kau mau apa ?” tanya Kenneth.
Kini giliran Collin yang terdiam.
“A.. aku..”
“Kau pikirkan baik-baik, apa yang ada di dalam dirimu yang membuatku membencimu !!!” kata Kenneth kasar lalu melangkah cepat meninggalkan toilet, sementara Collin masih terdiam di tempatnya.
Ada sesuatu yang disembunyikan Kenneth darinya pikir Collin.
******************
Malam hari.
Collin sedang berada di kamarnya, sibuk berkonsentrasi dengan handphone di tangannya.
BlueShark is now online.
RedHawk is now online.
Collin tersenyum, ia tahu ini jamnya RedHawk online.
BlueShark : Dude !!!
RedHawk : Yep..
BlueShark : I’ve got something to tell you..
RedHawk : I’m listening..
BlueShark : Aku sudah melakukan apa yang kau sarankan tadi siang..
RedHawk : Errr…
RedHawk : Yang mana ya ??? -_-a
BlueShark : @_@
BlueShark : Bertanya pada si brengsek tentang alasan dia membenciku..
RedHawk : Ahh….
RedHawk : Yang itu… hehe..
RedHawk : Lalu ?
BlueShark : GAGAL TOTAL !!!
RedHawk : Gagal bagaimana maksudnya ??
BlueShark : Aku tidak dapat jawaban yang memuaskan…
RedHawk : Memang.. apa jawabannya ??
BlueShark : Pokoknya tidak memuaskan.. sepertinya ada yang dia sembunyikan dariku…
RedHawk : Hhmm….
BlueShark : Aku tidak akan pernah bertanya lagi padanya.. cukup… aku tidak peduli dia mau membenciku sampai seperti apapun.. terserahlah..
RedHawk : Yahh… yasudahlah… kalau itu keputusanmu…
BlueShark : Kita akhiri saja topik tentangnya…. bagaimana kalau kita bicarakan tentang idemu tadi siang… tentang ide untuk bertemu…
RedHawk : Ahh yaa…. bagaimana menurutmu ?
BlueShark : Well, kurasa memang sudah saatnya kita bertemu… kau tahu… aku sangat penasaran denganmu…
RedHawk : Yapp… aku juga penasaran…
BlueShark : Lalu… apa rencanamu ?
RedHawk : Kau tahu café Arlochrion ?
BlueShark : Ya.. tentu aku tahu, café itu dekat dengan sekolahku..
RedHawk : Bagaimana kalau besok siang kita bertemu di café itu ?
BlueShark : Ok. Jam ?
RedHawk : Jam 2 siang, di café Arlochrion, kita bertemu di meja nomor 12. bagaimana ?
BlueShark : Copy that !!!
RedHawk : Bagus..
RedHawk : Ahh… sebelum kita bertemu besok, bagaimana kalau kita saling memberitahu satu saja informasi tentang identitas kita…
BlueShark : Boleh saja… apa ?
RedHawk : Jenis kelamin ?
RedHawk : Aku penasaran sekali sahabat mayaku ini sebetulnya laki-laki atau perempuan…. just wonder, no offense..
BlueShark : Hhmm… Ok….
BlueShark : Aku laki-laki, dan kalau boleh kutebak dari gaya bahasamu, kau juga laki-laki, betul tidak ??
RedHawk : Hahaha… sudah kuduga, ya aku juga laki-laki..
BlueShark : Baguslah… aku lebih nyaman punya sahabat sesama laki-laki..
RedHawk :
RedHawk : Well, yasudahlah… sampai bertemu besok kalau begitu.
BlueShark : Ok.
RedHawk is now offline.
BlueShark is now offline.
Collin keluar dari aplikasi internet di handphonenya, ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, Collin tersenyum sambil menatap langit-langit kamarnya, kenyataan bahwa RedHawk adalah laki-laki sama sekali tidak menurunkan semangatnya untuk bertemu, dari awal ia memang tidak ambil pusing dengan hal-hal sepele macam itu.
Collin menarik selimut menutupi tubuhnya kemudian ia memejamkan matanya sambil masih tersenyum, ia tidak sabar menanti besok siang.
**********
Esok harinya Collin menjalani semua aktivitasnya dengan amat bersemangat, setiap ada kesempatan ia menatap jam, menghitung-hitung berapa lama lagi sampai jam 2.
Pagi harinya ia sempat berpapasan dengan Kenneth di koridor, tapi tak seperti biasa, kali ini Kenneth diam tanpa meneriakan satupun ejekan pada Collin, ia hanya memelototi Collin dengan pandangan yang menurut Collin sangat aneh, tapi Collin tidak berlama-lama memikirkan mengenai hal ini, Kenneth tidak membuat mood nya menjadi jelek saja sudah ia anggap sebagai sebuah pertanda baik.
Akhirnya waktu yang dinantipun tiba,
Bel berbunyi tepat jam dua siang, menandakan bahwa jam pelajaran hari itu sudah usai.
Collin membereskan barang-barangnya secepat yang ia bisa, ia melesat keluar kelas bahkan sebelum ada yang menyadarinya.
Collin berlari secepat yang ia bisa menuju café Arlochrion yang terletak di pojok jalan tempat sekolahnya berada.
Sesampainya di café tersebut Collin langsung melesat menuju meja nomor 12, ia sudah pernah beberapa kali makan di café ini, jadi ia sudah hafal di mana letak meja tujuannya ini.
Collin berjalan cepat menuju meja nomor 12 tanpa menghiraukan pandangan pelanggan yang lain, untungnya saat itu keadaan sedang sepi, ia berjalan setengah berlari hingga tiba-tiba langkahnya terhenti beberapa meter dari meja tujuannya.
Seseorang sudah terlebih dahulu menempati meja 12 tujuannya itu, Collin menghampiri orang tersebut,
“Apa yang kau lakukan di sini ??” tanya Collin pedas.
Orang itu menatap Collin dengan setengah kaget,
“Apa yang orang lakukan biasanya di sebuah café ?? tentu saja aku mau makan, bodoh !!” jawab Kenneth.
“Cari meja lain!” perintah Collin.
“Siapa kau berani mengatur aku harus duduk di meja yang mana ??” tanya Kenneth pedas.
“Aku mau duduk di sini.” kata Collin.
“Aku tiba duluan, kau cari saja meja yang lain…” kata Kenneth.
“Aku ada perlu di meja ini !!” kata Collin lagi.
“Aku juga !!” balas Kenneth.
Keduanya saling berpandangan tajam selama beberapa saat.
Collin mulai frustrasi, ia tahu ia tidak akan menang berdebat dengan Kenneth, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari-cari sosok RedHawk.
Collin berpikir keras, ia tidak mau pindah meja, ia dan RedHawk janjian di meja ini, meja 12, tapi ia juga tidak akan bisa menyuruh Kenneth untuk pindah, maka ia memutuskan, mau tak mau ia harus duduk di meja ini menunggu RedHawk, begitu RedHawk tiba baru ia akan pindah ke meja yang lain.
Collin menarik kursi di hadapan Kenneth lalu mendudukinya.
“Apa-apaan kau ??” protes Kenneth.
“Kau diam saja, aku hanya menunggu temanku, begitu dia tiba kami akan pindah…” kata Collin sambil melanjutkan mengedarkan pandangan.
“Kenapa kau tidak menunggu di meja yang lain saja ??” kata Kenneth marah.
Collin menatap Kenneth,
“Masalahnya aku dan dia janjian bertemu di meja ini…” katanya pedas.
Kenneth tersenyum mencibir.
“Blind Date ??” tanyanya.
“Bukan urusanmu !!” jawab Collin.
“Perempuan sial mana yang kau ajak kencan ??” tanya Kenneth masih dengan senyum mencibir.
“Sekali lagi kukatakan, bukan urusanmu !!! dan asal kau tahu saja, yang sedang kutunggu ini laki-laki !!!” jawab Collin.
“Kau kencan dengan laki-laki ?? ahh… aku mengerti sekarang…” kata Kenneth.
“Diam !!” kata Collin setengah teriak.
Keduanya lalu terdiam sambil masih sibuk mengedarkan pandangan.
Hampir 30 menit keduanya menunggu dengan diam tapi yang ditunggu tak kunjung datang.
“Tampaknya teman kencanmu tak datang… “ kata Kenneth.
Collin diam tak mengacuhkan godaan Kenneth, ia lalu mengeluarkan handphonenya lalu masuk ke aplikasi internetnya, ia masuk ke situs obrolannya dengan RedHawk, tapi rupanya RedHawk sedang tidak online, ia lalu keluar dari aplikasi internet handphonenya tersebut kemudian kembali mengedarkan pandangannya, ia sudah mulai bosan menoleh setiap kali ada yang masuk ke dalam café, begitu juga dengan Kenneth, ia sudah tampak menyerah menanti temannya.
“Ohh… ayolah RedHawk…” kata Collin pelan sambil menatap jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 3 sore.
Kenneth menatap Collin setengah kaget,
“Kau bilang apa barusan ??” tanyanya.
“Apa ??” Collin balas bertanya.
“Siapa nama orang yang sedang kau tunggu ??” Kenneth kembali bertanya.
“Apa urusanmu ??” tanya Collin lagi.
“Siapa ??” tekan Kenneth.
“Bukan seseorang yang kau kenal..” jawab Collin.
“SIAPA ??” tanya Kenneth lagi dengan nada tinggi dan tajam.
“Oke… oke… tidak perlu teriak-teriak kan ?? namanya
RedHawk, bukan nama asli tentu saja… kenalanku di dunia maya…” jawab Collin.
Kenneth terdiam sambil menatap Collin tidak percaya.
“BlueShark ??” tanya Kenneth pada Collin.
Kini gantian Collin yang terdiam menatap Kenneth tidak percaya.
“Kau.. kau..??” tanya Collin tergagap.
“Aku RedHawk.” kata Kenneth.
Collin menatap tajam tak percaya pada Kenneth, keduanya terdiam saling berpandangan selama beberapa saat, tak ada sedikitpun suara terdengar dari keduanya, suara pintu café terbukalah yang memecah keheningan tersebut.
“Oke. Cukup !!” kata Collin kemudian berdiri.
Kenneth ikut berdiri.
“Dari semua olok-olokmu padaku, ini yang paling keterlaluan !” kata Collin.
“Ap.. apa maksudmu ??” tanya Kenneth bingung.
Collin menggebrak meja kemudian menunjuk wajah Kenneth dengan kasarnya, hal ini sontak membuat keduanya menjadi pusat perhatian seluruh pelanggan di dalam café tersebut.
“Kau sudah membuatku menceritakan semua rahasiaku dan kelemahan-kelemahanku padamu dengan suksesnya, kau sudah membuatku percaya padamu, kupikir akhirnya aku mendapatkan seorang sahabat yang selama ini kuidam-idamkan, tapi ternyata itu semua hanyalah olok-olokmu yang lain, well, kau sukses besar, dude !!! akhirnya kau tahu semua rahasia dan kelemahanku… gunakanlah sebaik-baiknya, buatlah ejekan yang bagus tentangku !!” kata Collin kemudian beranjak pergi.
“Ap.. apa… Collin tunggu !!” Kenneth memegang pergelangan tangan Collin.
Collin menghempaskan tangannya dengan keras sehingga pegangan Kenneth di tangannya terlepas, ia kemudian berjalan pergi meninggalkan Kenneth yang berdiri kebingungan di tempatnya.
Collin berjalan cepat menuju rumahnya, kalau ia boleh menangis, ia pasti sudah menangis meraung-raung, keadaannya sekarang sama seperti saat kau terbang tinggi ke angkasa kemudian tiba-tiba kau dihempaskan dengan kasarnya ke tanah tanpa aba-aba. Kaget, ya tentu saja. Kecewa, itu perasaan utama yang dirasakan Collin saat ini.
Seminggu sudah berlalu sejak kejadian di café Arlochrion, Collin sudah menghentikan kebiasaannya chatting di dunia maya, kini ia mengisi jam-jam istirahatnya hanya dengan duduk melamun.
Selama seminggu itu juga Collin terus menghindari Kenneth, setiap ia melihat Kenneth di koridor atau di toilet, ia langsung berbalik arah dan mengambil jalan yang lain.
Saat ini Collin sedang berada di kelasnya, bel istirahat baru saja berbunyi, teman-teman sekelasnya berebut keluar kelas,
“Ayo ke kantin.” ajak Julian.
“Aku sedang tidak ingin ke kantin.” kata Collin kemudian meletakkan kepalanya di atas meja, di dalam lipatan tangannya.
Julian memandang temannya dengan iba. Ia tahu bahwa Collin sedang ada masalah dengan RedHawk, walaupun ia tidak tahu masalahnya apa dan ia juga tidak berani bertanya pada Collin, selain karena itu bukan urusannya, juga karena Collin tampaknya tidak mau membicarakan tentang hal itu.
“Ayolah, dude… jangan berlarut-larut memikirkan tentang hal itu…” kata Julian.
Collin terdiam.
“Kalau kau merasa butuh untuk membicarakannya, kau bisa membicarakannya denganku, kau tahu aku akan selalu ada untukmu…” kata Julian.
Collin menengadahkan wajahnya menatap Julian, kemudian tersenyum padanya.
“Thanks… aku tahu itu..” katanya.
Julian balas tersenyum,
“Yakin kau tidak mau ikut denganku ke kantin ?” tanyanya.
“Ya, aku yakin, kau pergilah sana, tadi pagi kau bilang kau belum sarapan,kan ?? pergilah beli makanan..” kata Collin lagi.
“Baiklah… aku akan membelikanmu makanan juga… kau tunggu di sini, aku pergi dulu..” kata Julian kemudian beranjak pergi.
Collin kembali membenamkan wajahnya ke dalam lipatan tangannya.
Tak berapa lama kemudian ia mendengar langkah kaki seseorang berjalan ke arahnya kemudian berhenti tepat di hadapannya,
“Cepat sekali kau kembali..” kata Collin dengan wajah masih tersembunyi di balik lipatan tangannya.
“Collin.” sapa orang yang sekarang sedang berdiri di hadapannya.
Collin menengadahkan wajahnya menatap orang tersebut, ia cukup terkejut mendapati Kenneth tengah berdiri di hadapannya, di dalam kelasnya.
“Mau apa kau di kelasku ?” tanyanya dingin.
“Ada yang harus kuluruskan denganmu. ikut aku..” kata Kenneth.
“Tidak mau.” kata Collin.
Tanpa aba-aba Kenneth mencengkram pergelangan tangan Collin kemudian menariknya hingga Collin berdiri, Kenneth menarik tangan Collin hendak membawanya pergi, Collin memberontak sekuat tenaga berusaha melepaskan diri dari Kenneth, tapi keduanya sama-sama tahu bahwa itu hanya tindakan yang sia-sia, kekuatan Kenneth lebih besar daripada kekuatan Collin, itu bukan bualan semata.
Seluruh teman sekelas Collin yang saat itu sedang berada di dalam kelas menyaksikan peristiwa itu, tapi tak ada yang sanggup berbuat apa-apa, mereka masih terkejut mendapati Kenneth di kelas mereka, mereka tahu bahwa Collin dan Kenneth bermusuhan, tapi fakta bahwa Kenneth mau susah-susah datang ke kelas Collin untuk mencarinya cukup membuat mereka terkejut.
Collin tak mau membuang tenaga untuk melakukan tindakan yang sia-sia, ia akhirnya berhenti memberontak dan memilih untuk pasrah mengikuti kemauan Kenneth, setelah yakin bahwa Collin tidak akan berontak lagi, Kenneth memutuskan untuk melonggarkan cengkramannya pada pergelangan tangan Collin.
Kenneth membawa Collin menuju atap sekolah, sesampainya di atap Kenneth baru melepaskan pegangannya pada Collin, kemudian ia mengunci satu-satunya pintu yang menuju ke atap.
Saat itu siang hari, angin berhembus cukup kencang di atas sini.
Keduanya berdiri saling berhadapan dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
“Apa yang mau kau bicarakan ?” tanya Collin.
“Perkenalan di internet antara RedHawk dan BlueShark, itu bukan rencanaku..” kata Kenneth langsung ke inti pembicaraan.
Collin tertawa mencibir.
“Aku mengatakan yang sebenarnya.. aku juga sama terkejutnya denganmu saat tahu bahwa BlueShark itu adalah dirimu…” kata Kenneth lagi.
Collin terdiam sambil menatap mata Kenneth, mencari kebenaran.
“Kalau itu hanya bahan olok-olokku, kau pikir buat apa sekarang aku bersusah payah menjelaskannya padamu ??” tanya Kenneth.
“Kau tahu bahwa aku tidak akan bisa semudah itu percaya pada kata-katamu kan..” kata Collin.
“Ya aku tahu… tapi coba kau pikir… buat apa aku merencanakan hal itu ? agar aku bisa membuatmu menceritakan semua rahasia dan kelemahanmu padaku untuk nantinya kuceritakan pada orang-orang, begitu ? apa sampai detik ini kau mendengar orang-orang bergosip tentang rahasiamu ? apa aku pernah mengejekmu dengan kelemahan-kelemahan yang kau beritahukan pada RedHawk ? tidak,kan ?” tanya Kenneth.
Collin masih terdiam.
“Ahh… dan kalau kau lupa, kuingatkan kau, aku juga menceritakan semua rahasia dan kelemahanku padamu,kan ?” tanya Kenneth lagi.
“Bagaimana aku bisa yakin kalau itu benar-benar rahasia dan kelemahanmu ? bisa saja kau hanya mengarangnya..” kata Collin.
“Oh ayolah Collin… aku tidak selicik itu…” kata Kenneth.
Collin kembali terdiam.
“Semua hal yang dikatakan RedHawk pada BlueShark adalah fakta… benar-benar fakta… dan… hanya ia beritahukan pada BlueShark seorang, tidak ada orang lain yang tahu…” kata Kenneth lagi.
Collin menatap tajam mata Kenneth, ia tidak menemukan kebohongan di situ, sedikit demi sedikit ia mulai mempercayai semua perkataan Kenneth.
“Seandainya aku percaya padamu, lalu kau mau apa ?” tanyanya memancing.
“Well… uhhmm..” Kenneth kebingungan.
Kenneth tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelahnya, yang ia tahu hanyalah bahwa ia harus menjelaskan kebenaran pada Collin, tapi ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah Collin percaya padanya.
“Aku.. tidak tahu..” kata Kenneth.
Collin terdiam.
“Satu hal yang aku tahu…” Kenneth bicara, namun ia tampak ragu-ragu dan malu-malu, “bahwa seminggu terakhir ini, tanpa ngobrol dengan BlueShark… aku merasa bahwa ada sesuatu yang kurang… seperti ada lubang yang besar di hatiku..”
Wajah Kenneth berubah warna menjadi merah padam setelah ia menyelesaikan kalimatnya.
Mau tak mau Collin juga jadi ikut malu mendengar perkataan Kenneth barusan, karena ia juga merasakan hal yang sama.
Keduanya berdiri terdiam tampak canggung.
“Lalu… kau maunya bagaimana ?” tanya Collin akhirnya.
“Menurutmu baiknya bagaimana ?” Kenneth balas bertanya.
“Kalau aku… aku sudah terlanjur menganggap RedHawk sebagai sahabat, aku sudah merasa sangat cocok dengannya… aku… hhm… aku mau terus bersahabat dengannya… “ jawab Collin.
“Aku juga merasakan hal yang sama..” kata Kenneth.
Keduanya saling pandang.
“Lalu bagaimana dengan permusuhan kita selama ini ?” tanya Collin.
“Kita terlalu sibuk bermusuhan tanpa menyadari bahwa sebetulnya kita cocok berteman… aku pribadi… ingin menghentikan saja permusuhan kita..” kata Kenneth.
Collin tersenyum,
“Kau yakin ?” tanyanya.
“Sangat yakin.” jawab Kenneth sambil balas tersenyum.
“Tapi ada satu hal yang masih membuatku penasaran..” kata Collin.
“Apa itu ?” tanya Kenneth.
“Alasan kau membenciku… kau bilang ada sesuatu dalam diriku yang membuatmu membenciku… bagaimana dengan hal itu ?” tanya Collin.
Mendadak wajah Kenneth kembali menjadi merah.
“Lupakan saja tentang masalah itu…” kata Kenneth canggung.
“Mana bisa begitu… aku harus tahu alasanmu membenciku… agar aku bisa memperbaikinya, kan kau sendiri yang menyarankannya padaku ketika… tunggu dulu…” tiba-tiba Collin teringat sesuatu.
“Apa ?” tanya Kenneth.
“Kecenganmu… yang kau beritahu padaku… kau bilang orang-orang tahunya kalian adalah musuh bebuyutan.. sejauh yang kutahu… semua murid di sekolah ini tahunya kau bermusuhan dengan…”
“Ayo kita turun sekarang… sepertinya jam istirahat akan segera berakhir..” kata Kenneth memotong kata-kata Collin, ia kemudian membimbing Collin kembali menuju lantai bawah.
*************************
Hari-hari pasca pembicaraan Kenneth dan Collin di atap benar-benar tidak pernah terbayangkan sebelumnya, baik oleh keduanya, maupun oleh orang-orang di sekitar mereka, dari anjing dan kucing keduanya mendadak berubah menjadi sepasang sahabat dekat, Kenneth jadi sering mampir ke kelas Collin, jam-jam istirahat mereka habiskan bersama, pergi ke kantin bersama, nongkrong bersama, tak jarang Kenneth mengantar Collin pulang dengan motornya, anak-anak lain yang melihat ini tentu turut senang, tak terkecuali Julian.
Saat ini keduanya sedang berada di kantin, bel tanda sekolah usai sudah berbunyi beberapa menit yang lalu,
“Jadi,” kata Kenneth yang saat itu sedang menyantap nasi goreng pesanannya,”si fucking asshole yang kau ceritakan itu ternyata tentang aku, ya..”
“Yep.” jawab Collin.
“Baik sekali kau mau susah-susah memberikanku julukan sebagus itu..” kata Kenneth.
“Jangan tersinggung, dude… kau memang orang brengsek dulu..” kata Collin.
Kenneth mengangkat bahunya,
“Lihat siapa yang bersahabat dengan orang brengsek sekarang..” katanya.
Collin tertawa terbahak-bahak.
“Kapan kau mau mengenalkanku pada ibu dan adikmu ?” tanya Kenneth memecah tawa Collin.
Kenneth sudah tahu keadaan keluarga Collin, Collin sudah menceritakan tentang perceraian orang tuanya pada Kenneth ketika RedHawk dan BlueShark masih rajin chatting.
Collin kembali tertawa mendengar pertanyaan Kenneth,
“Kau ini sahabatku atau pacarku sih ? buat apa aku mengenalkanmu pada keluargaku segala… maksudku… nantinya juga kalau kau main ke rumahku kau akan bertemu mereka…” katanya.
Wajah Kenneth bersemu merah mendengar jawaban Collin.
“Lagipula Elliot sedang berlibur di rumah ayahku sekarang..” kata Collin lagi.
Elliot adalah adik laki-laki Collin yang umurnya hanya terpaut satu tahun dari Collin.
Kenneth terdiam sambil melanjutkan menyantap makanannya.
“Kau sendiri… kau belum pernah mengajakku ke rumahmu… aku tidak tahu apa-apa tentang keluargamu…” kata Collin.
“Di sini aku tinggal sendirian… keluargaku semuanya ada di kota sebelah…” jawab Kenneth.
“Keluargamu ?” tanya Collin.
“Orang tuaku masih lengkap… aku 3 bersaudara, kakak perempuanku Gabriella, umurnya 3 tahun di atasku, lalu aku, dan terakhir adik laki-lakiku, Samuel…” jawab Kenneth.
“Kakak dan adikmu juga tinggal di kota sebelah ?” tanya Collin.
Kenneth mengangguk.
“Kenapa hanya kau sendiri yang sekolah di sini ?” tanya Collin lagi.
Kenneth mengangkat bahunya,
“Entahlah… aku hanya ingin mencari sesuatu yang berbeda… dan aku juga ingin hidup mandiri..” katanya.
“Memangnya kau tidak kesepian tinggal sendirian ?” tanya Collin.
“Lumayan kesepian sih… tapi kadang-kadang keluargaku datang berkunjung kok.. Sam dan Gab apalagi…. Mereka hampir setiap minggu datang menginap…” jawab Kenneth.
Collin menatap sahabat barunya ini, ternyata banyak hal tentang Kenneth yang tidak ia ketahui sebelumnya, hal-hal yang menarik baginya, yang selama ini tertutupi oleh permusuhan mereka.
“Ok. I’m done… ayo kita pulang… kuantar kau ke rumahmu… “ kata Kenneth yang sudah menghabiskan nasi gorengnya.
“Uhhmm.. Ken..” kata Collin pelan.
“Apa?” tanya Kenneth.
“Malam ini… bolehkah aku menginap di rumahmu ?” tanya Collin.
Kenneth terdiam sedikit kaget mendengar perkataan Collin, wajahnya kembali bersemu merah,
“Ahh.. ya.. ya.. boleh.. tentu saja boleh…” jawabnya canggung.
“Kau bilang kau besok ada ujian mata pelajaran yang paling kau tidak bisa kan ?? malam ini aku mau membantumu belajar..” kata Collin.
Kenneth menepuk dahinya,
“Astaga aku lupa !!! ah untung kau ingatkan… ya… aku memang ada rencana untuk meminta bantuanmu untuk mengajariku… kebetulan kau menawarkan…. Ayo kalau begitu…” katanya.
“Tapi sekarang aku harus pulang dulu, nanti malam kau mau menjemputku ke rumahku ?” tanya Collin.
“Ok. Tak masalah… ” jawab Kenneth.
Keduanya kemudian beranjak pergi.
*********************
Malam harinya, di rumah Kenneth.
Kenneth berasal dari keluarga yang cukup berada, rumah yang ia tempati sendirian ini cukup besar untuk ukuran normal, besar dan mewah, dan hanya ditempati satu orang.
Kenneth baru saja tiba bersama Collin beberapa menit yang lalu, kini keduanya sedang berada di kamar Kenneth yang terletak di lantai 2 rumah tersebut, kamar Kenneth hampir sama seperti kamar remaja laki-laki kebanyakan, berantakan, baju kotor di mana-mana, poster-poster grup band dan tim sepak bola banyak tertempel di dinding, ruangannya cukup luas, sebuah meja belajar diletakkan di salah satu sudut kamar, dengan lemari pakaian yang cukup besar di sebelahnya, di tengah ruangan terdapat meja persegi rendah dan di seberangnya terdapat sebuah tempat tidur ukuran single dengan sprei berwarna hitam dengan gambar The Nightmare Before Christmas.
Collin dan Kenneth duduk di karpet saling bersebrangan di kedua sisi meja persegi.
“Jadi… ayo kita mulai saja…” kata Collin lalu mengeluarkan buku-buku pelajaran dari tasnya.
Kenneth mengangguk.
“Kau sudah makan malam ?” tanya Kenneth.
Collin menggeleng.
“Sebentar kucari cemilan dulu di dapur..” kata Kenneth kemudian beranjak pergi menuju dapur.
Collin duduk diam sendirian di dalam kamar Kenneth, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, tidak pernah ia bayangkan sebelumnya kalau ia akan bisa masuk ke dalam kamar Kenneth, yang selama ini adalah musuh bebuyutannya, sekali lagi Collin menyadari bahwa sifatnya dan Kenneth cukup berlawanan, hal ini bisa dilihat dari keadaan kamar Kenneth yang berlawanan dengan kamar Collin yang rapi, bersih, dan harum.
Beberapa menit kemudian Kenneth kembali dengan membawa setoples keripik kentang dan 2 kaleng coca-cola dingin.
“Hanya ini yang ada di dapurku..” katanya.
“Keripik kentang dan coca-cola oke kok…” kata Collin.
Keduanya kemudian memulai rencana belajar mereka, salah satu keuntungan yang bisa didapat Kenneth dari persahabatannya dengan Collin sekarang adalah ia akhirnya mendapatkan guru privat yang bisa membimbingnya belajar, karena Kenneth selama ini cukup kesulitan mengikuti nyaris semua mata pelajaran di sekolahnya, bukan karena ia bodoh, tapi karena… entahlah… ada sesuatu yang membuat otaknya tidak bisa mencerna pelajaran-pelajaran di sekolahnya dengan baik.
Dengan Collin sebagai gurunya, Kenneth ternyata mampu mencerna pelajaran dengan cukup baik, semua yang diajarkan Collin ternyata bisa diserap oleh otaknya dengan cepat.
Tak terasa sudah 2 jam lewat mereka belajar, jam dinding di kamar Kenneth sudah menunjukan pukul 11 malam.
Collin menguap untuk yang kesepuluh kalinya.
“Kita sudahi saja ya… aku sudah cukup paham kok…” kata Kenneth.
“Baiklah…” timpal Collin, keduanya kemudian membereskan buku-buku pelajaran dan sampah makanan mereka.
Kenneth memandang tempat tidurnya, kemudian menatap
Collin, Collin balas menatapnya.
“Err… tempat tidurku terlalu sempit untuk kita berdua, kau tidurlah di tempat tidur, biar aku tidur di karpet…” kata Kenneth.
“Apa ? tidak, aku,kan tamunya, jadi biar aku saja yang di karpet…” sanggah Collin.
Kenneth tertawa.
“Kau ? seorang Collin yang terkenal rapi dan sangat menjaga kebersihan mau tidur di karpet ?? yang benar saja…” kata Kenneth.
“Ohh diamlah…” kata Collin seraya mengambil bantal kemudian meletakkannya di karpet di sebelah tempat tidur.
“Ini kamarku, jadi aku yang berhak menentukan segalanya di sini, dan aku ingin kau tidur di atas tempat tidur.” kata Kenneth lagi.
Keduanya saling pandang.
Seperti biasa Collin menyadari bahwa ia tidak akan bisa menang berdebat dengan Kenneth.
“Ayo kita tidur di atas tempat tidur sama-sama..” katanya akhirnya.
“Ap… apa ??” tanya Kenneth kaget, wajahnya kembali bersemu merah seperti biasa.
“Ayo cepat… aku sudah ngantuk..” kata Collin kemudian merebahkan tubuhnya di sisi tempat tidur dengan menyisakan setengah bagian tempat tidur untuk Kenneth.
Pemandangan Collin di atas tempat tidur benar-benar membuat Kenneth gugup, ada sesuatu di hatinya yang bergejolak.
“Ehh… ba… baiklah…” katanya.
Kenneth kemudian berjalan ke sisi tempat tidur yang sudah disisakan Collin dengan canggung.
Kenneth kemudian melepas kaos yang ia pakai sehingga kini ia bertelanjang dada, Collin terperangah menatap tubuh bagian atas Kenneth, dadanya yang bidang dan perutnya yang rata six pack menunjukan bahwa Kenneth benar-benar olah ragawan sejati, selain itu kulitnya yang mulus dan putih menjadi nilai tambah bagi Kenneth, tanpa sadar wajah Collin bersemu merah, tubuh sempurna seperti itu ditambah wajah yang tampan membuat Collin tidak heran kenapa banyak perempuan tergila-gila pada sahabatnya ini.
“Aku biasa bertelanjang dada kalau tidur, you ok with that ?” tanya Kenneth.
Collin menyadari kalau dari tadi ia terus memandangi tubuh Kenneth,
“Ahh.. uhh… yeah… I’m ok with that.” kata Collin tergagap.
“Good.” kata Kenneth, ia kemudian merebahkan dirinya di sebelah Collin, kondisi tempat tidur yang sempit membuat keduanya saling bersentuhan, muka keduanya bersemu merah, jelas keduanya merasa canggung, keduanya tidur dengan saling membelakangi.
Mata Collin terpejam, tapi ia belum benar-benar tidur, ia bingung karena semenjak tadi ia melihat tubuh Kenneth sampai sekarang entah kenapa jantungnya terus berdetak kencang, dan ini membuatnya senang, ada perasaan nyaman di balik debaran jantungnya ini.
“Masa iya aku berdebar-debar dengan Kenneth ??” tanya Collin dalam hati.
Di sebelahnya Kenneth juga merasakan hal yang sama.
Keduanya baru bisa tidur sejam setelahnya.
**************************
maaf.
Akhirnya di post.
Nunggu yg the wedding
Teknis saja sih, terkait gimana membuat dialog yang baik. Lalu paragraf, tak harus subjek berupa tokoh jadi awalnya. Hemat tanda baca, dan berusaha mengalirkan cerita senatural mungkin. Seperti yg penulis bilang, bahwa masih kaku.
Itu saja sih.
Keep writing ya!
Mas penulis cemumut ya. Jgn pantang menyerah..
Knapa gak pke nama asli pribumi aja??
Bhasanya sperti novel trjemahan.. Pertama baca kirain novel trjemahan..
Ada bbrapa yg kalimatnya nanggung buat d baku kan..
Lanjut lah mas..
Asikk..
Ane bantu undang neh para reader mania.
Plend, ini rugi banget kalo dilewatin:
@danze, @nega, @seno, @4ndh0, @denny1_hoenseom, @yuzz, @adra_84, @tsu_no_yanyan.
@brownice, @nabhan, @gabriel_valiant, @adzhar, @edgarradithya, @rey_drew, @ricky_stepen, @wisas, @ziezey_fatt, @rezadrians, @adacerita,