It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
pencitraan yg luar biasa;
hegemoni; kepemilikan; dan keberpihakan media milik pribadi memutarbalik fakta scr luar biasa
publik sepenuh nya tertipu abis2 an tanpa prnh tau yg sbnr nya...
.
[img][/img]
[img][/img]
[img][/img]
)
*botak seketika ...
baca yg 'ALAM JIN' deh;
ringan bgt;
bisa me layang2 di udara hahaa...
@dundileo
;;)
Akal-akalan Bakrie bayar utang tapi makan korban
Tidak salah jika kondisi dan perkembangan bisnis keluarga Bakrie cukup menarik perhatian. Sebab, belakangan ini Grup Bakrie gencar menjual dan menggadaikan aset miliknya. Hampir semua sektor bisnis yang dipegang Bakrie mulai dilepas. Mulai dari aset sektor migas, pertambangan, perkebunan, properti, infrastruktur, hingga sektor telekomunikasi, dalam hal ini media yang dimiliki Bakrie.
Kabar terbaru, Bakrie menggadaikan stasiun televisi miliknya yakni antv yang berada dalam Grup VIVA. Sumber merdeka.com di lingkungan VIVA menyebutkan bahwa Bakrie menggadaikan antv sebagai jaminan untuk mendapatkan utang dari taipan media yang juga bos MNC Grup yakni Hary Tanoesoedibjo. Hingga berita ini diturunkan, baik pihak Bakrie maupun MNC yang coba dikonfirmasi merdeka.com, belum memberikan respons.
Utang dari Hary Tanoe jelas menambah panjang daftar utang yang membelit kerajaan bisnis Bakrie. Saat ini saja, berdasar laporan keuangan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), utang perseroan mencapai Rp 6,44 triliun.
Beban utang yang ditanggung Bakrie, mau tidak mau memakan korban. Siapa korbannya? Korban dari utang Bakrie adalah aset-aset besar bisnis kerajaan Bakrie. Termasuk antv yang digadaikan agar Bakrie bisa membayar utang pada kreditor asal Singapura, Credit Suisse. Utang Bakrie pada Credit Suisse yang totalnya mencapai USD 436,41 juta atau Rp 4,3 triliun, kini tinggal USD 336 juta atau Rp 3,3 triliun.
"Guna mengatasi beban utang yang berat serta memperbaiki kinerja finansial, aksi menjual aset-aset besar memang menjadi pilihan Grup Bakrie," tulis analisa KATADATA yang dikutip merdeka.com, Jumat (12/7).
Bakrie tidak hanya mengorbankan aset miliknya untuk melunasi utang pada Credit Suisse yang bakal jatuh tempo pada September 2013. Bakrie punya cara lain yakni menggunakan keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham mereka dan Pemprov NTB di PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Hal itu diakui langsung oleh Investor Relations PT Bumi Resources Mineral (BMRS) Erwin Hidayat.
"BRMS juga bisa melakukan pembayaran utang dengan dividen dari Newmont Nusa Tenggara," katanya beberapa waktu lalu. Sehingga, wajar jika saat ini beberapa pihak khawatir apabila nantinya saham kunci Newmont sebesar 7 persen yang awalnya ingin dibeli pemerintah pusat, dialihkan ke pemerintah daerah.
Langkah ini diperkirakan bakal memakan korban lagi. Dalam hal ini Pemprov NTB. Tidak menutup kemungkinan Bakrie hanya memanfaatkan dividen dari Newmont untuk membayar utang. Pemprov NTB sendiri tidak bisa berbuat banyak dan hanya akan jadi korban. Sebab, saat ini Pemda tidak lagi memiliki saham di Newmont setelah Bakrie menggadaikan seluruh saham yang dimiliki PT Daerah Maju Bersaing (konsorsium Pemda NTB dan Bumi Resources) untuk mendapat utang dari Credit Suisse.
Pemda NTB pun sesungguhnya sudah menyadari telah menjadi korban. Alasannya, saham 24 persen yang dikuasai PT Daerah Maju Bersaing, sama sekali tidak menguntungkan bagi daerah.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Sumbawa Fitra Rino pernah menuturkan bahwa laporan audit PT Bumi Resources memperlihatkan, deviden Newmont terlebih dulu masuk ke rekening perusahaan milik Bakrie baru berapa bulan kemudian di transfer ke rekening PT. Daerah Maju Bersaing (DMB). Selanjutnya, PT DMB baru mengalirkan dividen tersebut ke rekening Pemprov NTB, Pemkab Sumbawa Barat dan Pemkab Sumbawa.
"Jelas di sini ada pelanggaran prosedural. Seharusnya kalau sesuai prosedur, langsung ditransfer kepada PT DMB sebagai Pemegang saham 24 persen baru kepada Pemda," kata Fitra beberapa waktu lalu.
[noe]
@dundileo
Reporter : Harwanto Bimo PratomoSelasa, 9 Juli 2013 08:30:00
294
Awan mendung mulai menghampiri taipan Aburizal Bakrie . Bisnis milik konglomerat yang juga ketua umum partai Golkar ini semenjak tahun lalu anjlok kinerjanya.
Bakrie mulai bergerak cepat untuk menyelamatkan bisnisnya dengan menjual satu per satu asetnya. Langkah ini diambil untuk menutupi beban utang yang mulai membengkak.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya sederhana. Kondisi perekonomian yang tengah melesu membuat kinerja bisnis, khususnya di bidang pengolahan tambang, ambruk. Padahal, keuntungan perusahaan sebagian untuk menutupi beban utang.
Kondisi semakin parah karena beban utang perusahaan banyak terdapat dalam mata uang dolar. Saat nilai tukar rupiah anjlok seperti yang sekarang ini terjadi membuat beban utang semakin membengkak.
PT Bakrie&Brothers Tbk (BNBR) beberapa waktu lalu merilis bahwa langkah penjualan ini terbukti efektif menekan jumlah utang. Utang perusahaan yang mencapai Rp 10,71 triliun saat ini telah menurun Rp 4,27 triliun.
Direktur Keuangan BNBR, Eddy Soeparno, mengatakan penjualan pelbagai aset dan saham pada tahun lalu membuat utang yang tersisa saat ini ialah Rp 6,44 triliun.
Dia menambahkan, bersamaan dengan itu, beban bunga juga ditekan dari sebelumnya Rp 2 triliun pada 2011 menjadi Rp 1,19 triliun di 2012.
"Penurunan beban utang dan bunga pinjaman ini meringankan beban keuangan perseroan sepanjang 2012," ujar Eddy.
Sejauh ini, sejumlah saham ataupun aset yang telah dijual oleh Bakrie antara lain Lido Nirwana Parahyangan, Bakrie Toll Road, Bakrie Telecom, Bakrie Building Industries, PT Energi Mega Persada dan Bakrie Pipe Industries.
Terbaru, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk menjadi tumbal. Perseroan harus melepas kepemilikan aset enam kebun kelapa sawit miliknya seluas 30 ribu hektar.
Ke depan, juga beredar kabar bahwa perusahaan media VIVA grup akan dijual. Anak pengusaha Aburizal Bakrie , Ardiansyah Bakrie, menegaskan keluarga Bakrie tidak akan melepaskan begitu saja perusahaan media yang dimilikinya.
"Kami tidak akan menjual TvOne maupun ANTV dan Vivanews (VIVA). Kecuali kalau ada yang membeli harga selangit," katanya.
Presiden Direktur BNBR, Bobby Gofur Umar, mengungkapkan strategi penyelamatan perusahaan ialah dengan hanya berfokus pada sektor tertentu dan melepas sisanya. Sektor yang akan tetap dipertahankan ialah sumber daya alam (SDA) dan infrastruktur.
Adapun, jika memang harus melepas saham, maka perseroan tidak akan menjual keseluruhannya. Hal ini dinilai lebih menguntungkan dari pada harus kehilangan seluruhnya.
Masa-masa sulit ini justru diklaim perseroan sebagai tahap efektif dalam meningkatkan kinerja. Pasalnya, proses divestasi ini sebagai bagian rencana untuk alih teknologi dan penetrasi pasar ekspor di calon-calon negara pembeli saham.
"Calon-calon partnernya adalah pemain kelas dunia dari Korea, Jepang, China," jelas dia.
Baca juga:
di laut bnyk bangke...
@dundileo
itu punya sapahh?
gw dulu serg beli roti tawar nya;
yammiii....
.