It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
April 2011…
“Sudah berapa lama kamu kerja di The Cowboys?”
“Sekitar dua tahun Pak.”
“Nggak bosen?”
Aku tersenyum. “Kalau bosen ya saya nggak bisa survive disini Pak.”
Interviewerku tertawa. “Kamu tahu banyak lagu-lagu lama?”
“Definisi banyak Pak Stefan dan saya kan mungkin beda, jadi, adil juga kalau saya bilang, saya cukup tahu lagu-lagu lama.”
“Play me one song,” pinta Pak Stefan sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit sambil mengatupkan kedua tangannya di bibir.
“Baik Pak.”
Aku segera mengeluarkan gitarku dan menatap Pak Stefan, yang tadi ketika menyalamiku, membuatku cukup gugup. RETRO Cafe ini memang belum sepenuhnya jadi. Mungkin, masih sekitar 80 %. Tapi, aku bisa melihat bahwa RETRO akan punya potensi untuk jadi tempat yang cukup cozy, terlepas dari tema kafenya sendiri yang sangat oldies.
Aku memang sudah menyiapkan beberapa lagu, yang memang aku pelajari ketika aku memutuskan untuk mencoba melamar di RETRO, mungkin aku akan dipanggil untuk interiew. And here I am.
Dream, dream dream dream, dream, dream dream dream, dream
When I want you in my arms, when I want you and all your charms
Whenever I want you, all I have to do, is dream
Dream, dream dream dream
Dari beberapa lagu yang aku siapkan, entah kenapa akhirnya aku memilih lagu klasik milik The Everly Brothers itu. Suara para pekerja yang masih sibuk menyelesaikan RETRO masih terdengar, meskipun aku dan Pak Stefan berada di ruangannya, yang aku yakin telah dipasang peredam suara. Mungkin, aku memilih lagu itu karena Lukas. Karena sampai saat ini, aku masih menyimpan perasaan yang seharusnya sudah hilang dariku. But, I’m still keeping that feeling. Dan lagu ini, seperti mencerminkan apa yang aku rasakan. All I Have To Do Is Dream.
Selama menyanyikan lagu itu, aku memang beberapa kali saling bertatapan dengan Pak Stefan, yang sepanjang lagu, beberapa kali memejamkan matanya. Aku hanya berharap, lagu yang aku mainkan tidak membawa kenangan buruk untuk Pak Stefan. Aku sendiri, membayangkan diriku menyanyikan lagu ini di hadapan Lukas dan ingin melihat bagaimana reaksinya. Sekalipun, aku tahu, tidak akan pernah ada apapun diantara kami.
Begitu aku selesai, Pak Stefan membuka matanya dan hanya memberiku senyuman sebelum akhirnya bertepuk tangan kecil. Bagiku, itu sangat melegakan, karena berarti, lagu ini tidak membawa kenangan buruk bagi Pak Stefan.
“That was beautiful, Satya! Saya jadi ingat masa kecil ketika Papa sering memutar lagu-lagu milik The Everly Brothers, dan saya memang akhirnya jadi penggemar mereka.”
“Terima kasih Pak. Saya takut kalau misalnya lagu yang saya mainkan membawa kenangan buruk.”
Pak Stefan dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Sama sekali nggak. You picked a perfect song.”
Kami terdiam selama beberapa saat dan aku memperhatikan Pak Stefan, yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Cincin di jari manisnya membuatku ingin tahu, wanita seperti apa yang beruntung mendapatkan Pak Stefan.
“Apa saya perlu nyanyi satu lagu lagi, Pak?”
Pak Stefan tersenyum dan menggeleng. “Itu cukup buat saya, Satya. Anyway, saya akan kabari kamu secepatnya, karena masih banyak yang harus saya interview. Masalah salary, kamu jangan khawatir, kita bisa diskusikan nanti. Will that be okay for you?”
Aku mengangguk. “Buat saya, itu bukan hal yang terlalu penting Pak.”
“Itu penting, Satya. Kamu perlu uang kan untuk hidup?”
Kami berdua bangkit dari kursi dan segera berjabat tangan. Genggaman tangan Pak Stefan begitu kuat dan mantap, dan aku langsung merasa nyaman dengan Pak Stefan. Terkadang, ada orang yang ingin menunjukkan otoritas mereka dan memaksa orang untuk menghormati mereka. Pak Stefan, bukan tipe seperti itu, sekalipun aku baru mengenal Pak Stefan. Aku percaya, Pak Stefan akan jadi bos yang baik.
“Terima kasih untuk waktunya Pak.”
“Saya yang terima kasih kamu sudah datang and played one of my favorite songs.”
“Saya permisi dulu Pak Stefan.”
Pak Stefan hanya mengangguk. “Hati-hati di jalan, Satya.”
Begitu aku keluar dari ruangan Pak Stefan, aku mengembuskan napas lega. One interview done. Penghasilanku dari The Cowboys dan beberapa kali panggilan untuk wedding dan beberapa event, memang cukup untuk menghidupiku di Bali. Namun, jika aku diterima di RETRO, aku akan mulai bisa menambah rekening tabunganku. Living as an artist is not that easy, you know.
Ponselku berdering, ketika aku berniat menyalakan motorku. Ketika melihat nama siapa yang tertera di layar, aku tidak mampu menyembunyikan senyumku.
Satya, are you busy? If not, let’s have lunch together at usual place. There is something I need to tell you
Something I need to tell you? Apa itu?
Aku membalas pesannya.
Ok, I’ll be there shortly.
Aku segera menghidupkan motorku dan mengarahkannya ke daerah Kerobokan. Tempat biasa yang dimaksud Lukas, tentu saja Bali Buda Kerobokan. Sebenarnya, dibilang biasa juga terlalu berlebihan, karena kami tidak sering-sering juga makan disana, tapi, setiap kali aku, Lukas dan Rena keluar, pasti mampir kesana. Karena diantara kami, cuma Lukas yang vegetarian dan tidak banyak restoran yang punya menu vegetarian, jadilah aku dan Rena yang mengalah. Selama Bali Buda masih menyediakan something baked, aku akan baik-baik saja pergi kesana.
Sejak Lukas pulang dari Rumah Sakit bulan lalu dan aku, yang sering menemaninya ketika Rena kerja, hubungan kami bisa dibilang jadi semakin dekat. Tentu saja, dekat dalam arti sahabat. Sekalipun begitu, aku masih membiarkan diriku dikuasai oleh harapan semu tentang Lukas. I still have that feeling for him. Kadang, aku merasa, ada batasan yang dibuat Lukas setiap kali kami bertemu. Tentu saja, aku tidak mungkin menanyakan hal itu kepadanya. Bagiku, bisa bertemu dengannya, meskipun harus menahan perasaanku terhadapnya, sudah cukup.
Rena juga tanpa henti, mengingatkanku tentang hal ini. And she’s right. Always right. Aku hanya mendengarkannya menceramahiku, setiap kali aku bercerita tentang Lukas kepadanya. Lama-lama, aku merasa bahwa tidak akan ada yang bisa mengerti apa yang aku rasakan, sekalipun orang itu Rena. Maka, aku mulai mengurangi intensitasku untuk bercerita kepadanya tentang Lukas. And I keep it for myself.
Ketika akhirnya aku sampai di Bali Buda, Lukas belum ada disana. Maka, aku langsung menuju ke meja yang berada paling ujung dan memesan satu pot Earl Grey serta satu porsi Chocolate Mud Cake. Sementara menunggu pesanan, pikiranku tidak mau berhenti untuk menduga apa yang akan diceritakan Lukas. Kami tidak pernah membahas sesuatu yang sangat pribadi. Aku tidak mungkin memberitahunya tentang perasaanku kan?
Aku menghela napas dan melambaikan tanganku, ketika aku melihat turun dari sepeda motor. Dia pasti habis atau berencana untuk surfing, kalau melihat surf boardnya terpasang di sisi sepeda motornya. Begitu Lukas masuk dan memberiku senyuman lebar sebagai pembuka pertemuan kami, aku tidak bisa menahan diriku untuk membalas senyumannya.
“Have you ordered something?”
Aku mengangguk. “Kamu abis surfing atau mau surfing?”
“I just finished surfing. The wave is great this morning and I just couldn’t stop surfing. Now, I’m super hungry!”
Ketika Lukas baru saja selesai memesan Lean Green Smoothie, Tofu Pot Pie dan Sundried Tomato Quiche, sebagai menu makan siangnya, pesananku datang. Reaksi pertama Lukas tentu saja menggelengkan kepalanya melihat apa yang aku pesan.
“You don’t drink alcohol but you eat something sweet like that?”
“I’m a cake lover. You know that.”
“And you ordered tea??? Satya! It’s so freaking hot out there!”
Aku hanya tersenyum. “So?”
Aku paling suka melihat ekspresi Lukas kalau sudah melihatku memesan tehpanas, sekalipun untuk makan siang. Dia bukan hanya anti makan daging, tapi juga anti minuman panas.
“Satya, bulan depan ulang tahun Rena kan? I’d like to give her a surprise. She threw a surprise party for me last February, so, I want to do the same. Not exactly the same though. I know Rena would have her own kind of party,” ucap Lukas sambil tersenyum.
Aku hanya mengangguk. Sekeras apapun aku mencoba untuk mengusir pikiranku tentang kemungkinan hubungan Rena dan Lukas, aku masih belum sepenuhnya melihat Rena tidak menyimpan perasaan apapun terhadap Lukas. Sekalipun, Rena berulang kali meyakinkanku bahwa mereka tidak ada hubungan apapun selain teman. Sekalipun Rena berulang kali meyakinkanku bahwa Lukas memiliki pacar di Jerman. Melihat antusias Lukas kali ini, tentang ulang tahun Rena, membuatku kembali memikirkan kemungkinan yang selalu Rena sanggah itu.
“Apa rencana kamu?”
“That’s what I need to find out. Kamu mau kan bantu aku?”
Aku tersenyum tipis. “Sure! But, can I finish my cake first before we have a long conversation about this? When it comes to surprise, believe me, Rena could be hard to please.”
Lukas tersenyum. “Bukankah wanita itu memang sulit untuk dibuat senang?”
“I can’t believe you said that!”
Lukas tertawa dan aku kembali menikmati Chocolate Mud Cake-ku dan membiarkan tangan serta cake spoonku, menjadi pusat perhatian. Aku seharusnya tidak merasa seperti ini. Lukas berhak jatuh cinta dengan siapapun, sekalipun itu Rena. Don’t be ridiculous, Satya.
“Satya, kamu kelihatan nggak begitu bersemangat. Ada yang mau kamu ceritakan? Atau kamu ada masalah?”
Aku mengangkat wajahku dan tersenyum, sebelum menggelengkan kepalaku. Bagaimana mungkin aku cerita tentang masalahku, Lukas? My problem is I fall in love with you and know, that you would never love me back.
Ada tatapan khawatir yang aku tangkap dari Lukas. Ketika dia sudah mengerutkan dahinya, memainkan apapun yang bisa ditemukannya dengan tangannya serta menyandarkan tubuhnya, aku tahu kalau dia khawatir.
“Aku baik-baik aja, Lukas. I just had an interview with RETRO. Ada kafe baru yang akan dibuka bulan depan di Petitenget dan aku cuma kepikiran tentang interview tadi.”
“Oh. Aku yakin kamu pasti dapat kerjaan itu, Satya. You’re such a good singer and guitar player. Apakah ini kafe dengan tema kuno itu?”
Aku tertawa, sekalipun kelihatan sekali kalau aku memaksakannya. “Jangan sebut kuno. Tema kafe mereka bukan dari zaman prasejarah.”
Lukas tersenyum. His megawatt smile kalau menurut istilah Rena. “Ok, oldies. How about that?’
“Sounds better,” balasku sambil menyuapkan satu lagi potong cake ke mulutku.
“Satya….”
“Ya?”
Kami saling bertatapan dan aku melihat Lukas hanya diam.
“Thank you for being so good to me since I moved here. Kamu dan Rena…I will miss you both when I leave Bali.”
Aku hanya bisa menelan ludahku dan lagi-lagi, mengangguk. Tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan atau lakukan. It will be an emotional farewell, for sure. Aku bahkan berpikiran untuk tidak mengantar Lukas ke bandara, hanya untuk menghindarkan diriku dari melihatnya pergi.
“Kita nggak akan pernah putus hubungan, Lukas. Will you promise me that we will stay in touch?”
Lukas mengangguk. “Pasti! Hanya saja…aku pasti akan kangen surfing dan everything that we usually do together.”
“Me too,” balasku singkat.
Pesanan Lukas datang dan dengan segera, ekspresi wajahnya berubah ceria lagi. Aku juga hanya bisa tersenyum melihatnya. Kadang, hal-hal kecil seperti ini yang membuat sesuatu jadi begitu melekat di ingatan. Hanya melihat ekspresi Lukas ketika menyeruput smoothienya sebelum menggosok kedua tangannya, sesuatu yang selalu dilakukannya sebelum menikmati makanannya, cukup membuatku tahu, betapa aku akan sangat merindukan pria ini jika nanti dia sudah kembali ke Jerman.
“Bon appetit!” ucap Lukas dengan senyum lebarnya sebelum memulai menyuapkan quiche itu ke mulutnya.
Wah, update an yg kemarin ini banyak yg emosi ya sama Rena, hahahaha.
@Adra_84 : Hahaha. You look so emotional toward Rena I like it, lol
@tyo_ary : Amiin!!!
@yuzz : Kamu nggak ikutan emosi?
@Adam08 : Iya mungkin. Coba tanya Rena #loh Eh, thank you buat PM ttg majalah historia kmrn itu ya? It was interesting read, tbh
@masdabudd : Aduh ini anak, absen2 mulu belum baca *getok kepala pakai bakiak*
@Emtidi : Loh, kenapa malah Rena yg di puk2?
@Klanting801 : Hahahaha. bener banget
@caetsith : hahahaha. Ayo, team Rena atau team Satya kamu?
@the_angel_of_hell : Aduh, jangan begitu lah. Kasian Rena #loh
@bebong : Thank you!!!! Semoga tetep ngikutin sampai tamat ya?
@tialawliet : hahahaha. Nanti nggak ada yg dikeselin dong kalau Rena dienyahkan dari cerita ini
@yubdi : Iya. Cinta bertepuk sebelah tangan itu sakit banget!! *mendadak curhat*
@adzhar : Lebih tepatnya sih menikam sahabat dari belakang, hahaha
@arieat : Ya, ditunggu aja ya sampai kelar?
@DarrenHat : Banget!!! Setuju! Duit dan cinta itu dua hal berbeda tapi sama2 rentan dan bahaya
@adam25 : Hehehe. Thank you udah baca ya? Semoga suka sama cerita2nya
@DiFer : Yang penting baca aja sih kalau aku dan komen, hehehehe. Rena kan manusia jadi ya...sikapnya sedikit bisa dimaklumi meski keterlaluan menurutku #loh
@WinteRose : Hahahaha. Mau diapain Rena nya kalau gemes?
@rarasipau : Aduh, komen kamu to the point banget, hahaha. Iya, kayaknya baru kali ini aku nyiptain tokoh yg bener2 antagonis ya?
@RifqiAdinagoro : OMG!! Itu to maksudnya? I see....Maklum kalau ada yg salah ketik ya? Namanya juga manusia, tempatnya salah dan typo
@Andhi90 : Nah kan? Banyak yg bingung mau benci, sebel sama Rena atau nggak She's human. That's all I can say.
@iboobb7 : Ini udah dimention lagi kan?
@totalfreak : Gimana dapat feel nya Rena? Be Rena!!! Aku punya banyak temen cewek, apalagi di Bali, banyak temen2ku yang doyan pesta dan sering liat cewek dandan buat ke bar atau clubbing. Jadi, aku cuma observe aja. Kira2, yang ada dalam pikiran mereka itu apa? Aku cuma nulis apa yang menurutku wajar dipikirin sama seorang cewek kayak Rena. Itu aja. Jadi, pas nulis part2nya Rena, aku memposisikan diriku jadi seorang cewek, yaitu Rena dan masuk ke pikirannya. Begitu... Buat pertanyaan kedua, sebenernya nggak juga. Dr awal, aku memang udah bikin Lukas sama Satya itu gay, cuma mereka nggak seopen Glenn di KLB dan mereka suka satu sama lain cuma nggak tahu. As simple as that.
Ya harus dong, Bali nya harus dibahas, hahahaha. Ditunggu komen2 selanjutnya ya? Thanks
@DM0607 : Ntar jadi terlalu open kalau pakai POV nya Lukas. Aku memang dr awal mau keep 2 POV aja. 2 POV yg bertentangan tapi berhubungan. nah lho? hahaha
@hwankyung69 : Aduh, kamu emosian banget sih, hahahahaha.
@kiki_h_n : Cinta selalu bikin egois menurutku, bukan kadang
@jakasembung : Ntar kalau jahat2 kadi sinetron banget dong, lol. Bukan lembek sih kalau aku bilang, sedikit rapuh sama bingung aja menurutku
semoga, akan ada happy ending nantinya
bingung mau komen apa update kali ini,
si Lukas mau ngasih kejutan apa ya? kalo ngelamar Rena kayanya ga mungkin. apa mau ngungkapin perasaannya ke Satya di depan Rena? wah,, ide bagus tuh,, biar Rena shock sekalian. #ketawajahat
emmm, tertarik sama tokoh Pak Stefan, next chapter munculin lagi ya om! *puppy.eyes
Ήм̣̣̥̇̊мм̣̣̥̇̊‘♌⌣ .̮ ⌣♌Ήм̣̣̥̇̊мм̣̣̥̇̊” andai mereka tau pa yg mereka rasakan.
Totally immersed into the story. Ibarat ayam ungkep, bumbunya merasuk hingga ke tulang !!! *halah, dari kmaren ngomongin kuliner mulu, ketauan hobinya ">