It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Selalu suka sm gaya bahasa d setiap ceritamu, khas bgt.. Sering2 update yaa
ada yg baru dr abi.
tisu mana tisu??
*persiapan
lanjuuut
I don’t know myself today.
Kenapa? Good question! Karena gue sendiri juga nggak tahu kenapa. Rasanya, nggak ada apapun yang ganggu pikiran gue. Semuanya baik-baik aja. Mungkin, gue perlu clubbing ntar malem. For the sake of letting out I-don’t-know-what feeling ini.
Bahkan, menu makan siang di kantin yang biasanya bikin gue nambah, sambal goreng tempe (instead of ati) dan pecel tanpa kacang panjang, nggak sukses bikin gue ngambil porsi kedua. Gue telat ke kantin siang ini, nggak heran kalau nggak banyak orang, lagipula, ini udah hampir jam 2. Padahal, gue butuh orang buat diajak ngobrol biar gue nggak mikirin kenapa gue hari ini.
“Sendirian?”
Baru aja gue mau ngangkat wajah, Lukas udah duduk di depan gue dengan senyum lebarnya. Beberapa orang memang punya aura kayak Lukas. I mean, susah buat nggak bales senyuman Lukas karena senyuman dia itu selalu tulus. A genuine smile. Gue tahu sih, memang ada orang-orang yang punya sifat (atau karakter?) kayak gitu. Yang jelas, gue nggak masuk kategori itu. Just saying.
“Kok baru makan?”
“Agak sibuk di FO,” jawabnya sambil ngelepasin udeng yang dia pakai.
“Grup yang dari Hijau Tour udah dateng?”
Lukas cuman ngangguk sambil masukin sepotong tempe bumbu Bali ke mulutnya. Gue selalu suka liat orang luar pakai pakaian adat Bali, apalagi cowok. They look….apa ya? Sexier? More attractive? Manlier? Pokonya, nyenengin buat diliat. Apalagi, uniform yang dipakai Lukas, ngepas banget di badannya yang tinggi dan agak berisi itu. He looks so….yummy.
“Lo ada acara nggak ntar malem?”
Gue musti ngomong. Atau, gue bakal terus mandangin Lukas dan ngebiarin pikiran gue lari kemana-mana. Which is not right at this moment.
Lukas mandang gue, diem sebentar sebelum gelengin kepalanya.
“Nope! Ada acara apa malam ini?”
“Nggak ada acara apa-apa. Mau ngajak lo dinner dan clubbing aja, kalau lo mau. Lagi agak suntuk.”
“Traditional market? I like eating there.”
Gue sebenernya paling males makan di Pasar Sindhu, pasar traditional di Sanur yang tiap malem berubah jadi night market. Nggak kenapa-kenapa sih, cuman buat gue, agak berisik buat makan meski gue musti kasih props buat ambiancenya.
“Ke Warung Malang aja deh, abis itu sekalian ke Sky. Itu kalau lo mau.”
Lagi-lagi, Lukas tersenyum. “OK. Shall I pick you up?”
“7.30?”
“Deal!”
Abis itu, gue balikin food tray ke tempatnya. Kelar ngambil pudding labu kuning, gue duduk lagi di depan Lukas. Gue biasanya nggak suka dessert di kantin tapi siang ini, gue masih males balik ke ruangan dan ngobrol sama Lukas jelas bakal bikin gue betah di kantin.
“I don’t know you like that stuff.”
“What? This?” tanyanya nunjuk tempe sama tahu yang rasa-rasanya, jadi menu utama makan siang Lukas karena gue nggak liat dia ngambil banyak nasi.
Gue ngangguk. “Too healthy.”
Lukas ketawa. “I’m vegetarian, well, not entirely vegans since I still eat fish and occasionally drink milk and consume cheese,” jawabnya sambil nyengir.
WHAT???? Cowok kayak Lukas begini vegetarian? Oh my! Apa enaknya sih jadi vegetarian? Gue masih nggak ngerti kenapa orang dengan sukarela nggak makan daging-dagingan. Gue sih nggak anti daging, tapi kalau disuruh nggak makan daging, gue nggak bisa. Gue milih makan junk food daripada nggak makan daging. Lagian, apa nggak lemes sih nggak makan daging-dagingan gitu?
“Ok, it will be hard to ask you for eating out then.”
Stok senyum Lukas ini berapa lusin ya? Dikit-dikit senyum.
“No!! On the contrary, I’m easy. Asal ada sayuran, aku akan baik-baik saja. I’m a cheap date.”
Kali ini, ganti gue yang ketawa. Lega bisa ketawa hari ini. Nggak berarti gue belum ketawa seharian ya? Cuman…ketawa yang bener-bener ketawa. Bentar memang tapi cukup buat bikin pikiran gue entengan dikit. Siapapun yang jadi cewek Lukas is the lucky bitch. Ngomong-ngomong soal cewek…
“Eh, kalau gue ngajakin lo keluar, ada yang ngambek nggak? Cewek lo?”
Kali ini, Lukas diem cukup lama sebelum gelengin kepalanya.
“I have no girlfriend. I’m 1000% available,” jawabnya sebelum bangkit dari hadapan gue dan naruh food tray di tempat bekas makan staf-staf yang lain.
Gue cuman ngeliatin Lukas yang langsung ngambil piring kecil dan pas dia udah duduk lagi di depan gue, piring kecilnya itu isinya cuma buah doang. Melon sama pepaya. Cowok ini beneran deh makannya.
“Kenapa?”
Gue natap Lukas bingung. “Kenapa kenapa?”
“Why did you shake your head?”
“Heran gue. Lo sehat banget makannya. Gue belum pernah nemu cowok yang makannya kayak lo.”
Lukas senyum lagi. Damn! Lama-lama, gue bakal jadi groupies Lukas’ smile kalau begini kasusnya.
“I stopped eating meat about 7 years ago before many people claim that they’re vegetarians. And in my opinion, Indonesia is like…heaven for vegetarians.”
Ngeliat ekspresi Lukas yang kayak gini, gue jadi susah buat nggak senyum. There is something adorable in him. Crap! Gue mulai meng-adorable-kan Lukas, hahaha. But, didn’t he say he’s available? So what’s the problem then?
“Lo kenapa milih Bali buat internship lo?”
“Why? Because I love beach, I love surfing and I love Bali. I went here 4 years ago for a short vacation with my family and I fell in love instantly and decided that I have to come back here. So, here I am!”
“Lo hobi surfing?”
Lukas ngangguk. “The only sport that will never bore me. Bali is a perfect place to surf, sekalipun aku belum banyak ke surfing spot disini. Well, I have 8 months for that, right?”
“Kalau lo butuh temen buat jadi supporter lo surfing, count me in. Udah lama juga gue nggak nemenin orang surfing.”
“What a good idea! I’ll let you know. Lebih enak ada teman yang ikut daripada sendirian.”
“Eh, gue balik dulu ya? Udah lumayan lama gue istirahatnya. Ntar jangan lupa jemput gue.”
Lukas cuman ngacungin jempolnya pas gue bangkit dari kursi di depannya. My oh my!
Dari kantin, gue nggak langsung ke ruangan, tapi mampir ke HRD dulu. Penasaran sama Lukas dan sedikit info tentang dia. Well, daripada gue penasaran terus, mending dituntasin aja kan penasarannya?
“Nge, sibuk nggak?”
Pertanyaan pertama yang gue tanyain ke Inge, staf HRD pas gue udah di ruangannya. Kayaknya, Bu Linda lagi nggak di tempat jadi bisa lah minta file Lukas sama Inge.
Inge cuman ngeliatin gue sambil gelengin kepalanya. “Kenapa non?”
“Gue boleh liat filenya Lukas nggak? Bentar aja.”
Inge langsung senyum-senyum begitu gue nyebutin nama Lukas. Sesama wanita, tahu lah arti senyuman itu apa. Gue langsung terima pas Inge nyodorin gue satu map kuning yang ada nama Lukas di depannya. Gue tahu, semua profil staf di hotel ini atau dimanapun itu, pasti confidential, tapi gue juga tahu kalau Inge pasti ngasih gue map ini. Gue pegang kartu As dia.
“Naksir ya non sama Lukas?”
“Belum dan kayaknya nggak. Dia nggak suka daging,” gue asal jawab tanpa ngalihin perhatian gue dari map Lukas ini.
“Maksudnya?”
“Semi vegetarian.”
Oh my, gue bahkan masih bisa nangkep senyum Lukas meskipun nggak lebar di pas fotonya dia. Oke, namanya Lukas Ulrich, lahir di Köln, 28 Februari 1984. Gue cuman perlu inget itu doang. Yang lain-lain, kayak pendidikan dan pengalaman training dia, buat gue nggak penting. Itu bisa jadi bahan obrolan gue sama Lukas ntar.
Gue kembaliin map itu ke Inge dan say thanks sebelum balik haluan ke ruangan gue, meskipun gue tahu, Inge, sepertinya pengen tahu lebih lanjut kenapa gue sampai pengen liat filenya Lukas. Gue aja belum tahu Lukas mau gue apain, buat apa juga ngasih tahu Inge tentang hal yang belum pasti?
Gue balik ke ruangan dengan setumpuk BBM (di kantin yang letaknya di basement itu, nggak ada sinyal, jadi gue selalu ninggalin BB gue di meja) dan missed call. Banyak dari BBM dan missed call itu yang nggak penting, jadi, gue cek email dan langsung sibuk bales beberapa email dari GM, Corporate Marketing Manager dari kantor pusat di Jakarta dan juga dari travel agent. Gue bahkan nggak sadar kalau Lukas ada di ruangan gue karena konsentrasi gue sepenuhnya sama email-email yang lagi gue ketik.
“Sibuk?”
“Eh, lo. Iya, lumayan,” jawab gue singkat. “Ngapain lo kesini?”
“Ambil guest list buat group besok. Wayan bilang listnya sudah ada, jadi aku ambil saja.”
“Oh.”
“See you later on, Rena!”
Gue cuman bales senyuman Lukas sama anggukan pas dia ninggalin ruangan gue.
“Gue salut sama lo, Ren, udah berhasil gaet Lukas rupanya. Belum juga sebulan dia disini.”
Ucapan ngawur itu aku denger dari Vita, another bitch in this hotel, not to mention she tried to kick me out of this hotel once but of course, I survived. I will always survive, anyway. Gue sebenernya udah males kerja sama Vita, sekalipun kalau urusan kerjaan, gue bisa ngandelin dia. Cuman kadang, mulutnya Vita itu perlu disekolahin dan kalau moodnya lagi jelek, siapapun nggak bakal bisa lepas dari mulut pedesnya itu. Well, mungkin gue bakal keluar kalau kontrak gue udah abis. Saatnya pindah ke tempat baru.
“Apaan sih lo? Emang dari mana lo bisa nyimpulin begitu?”
“You will get him anyway, right?”
Gue bisa aja nanggepin ucapan Vita dan gue yakin, bisa jadi panjang urusannya. Tapi, gue lagi males urusan ama Vita sekarang atau mulutnya yang nggak disekolahin itu. Waktu gue nggak cukup berharga buat dia. So, I just ignored her and keep on replying emails.
Tiba-tiba, Satya YM gue dan dengan foto profilnya yang sedang main gitar itu, konsentrasi gue langsung buyar. Isinya?
I need to talk to you. ASAP.
Kedengeran urgent tapi karena gue udah kenal Satya dua tahun, gue nggak in a rush ngambil keputusan kalau apa yang mau diomongin itu penting sampai gue musti hubungin dia sekarang juga.
Balesan gue?
Gue lagi sibuk Sat, ntar gue telpon lo deh kalau gue udah mau balik dari hotel. Ok?
Oke. Aku tunggu.
Beberapa detik, gue sempet kepikiran kira-kira apa yang pengen diomongin Satya ke gue, tapi, kerjaan gue nyita perhatian gue lagi. So, I just waved my hand, just to ignore Satya from my mind for now and continue typing my emails.
Semoga nggak drama lagi, batin gue.
Halo semuanya!!! *siap2 pegel balesin komen satu-satu* Thank you buat semua komennya dan tetep ditunggu komen2 selanjutnya
Postingan cerita ini bakal aku bikin kayak KLB, seminggu sekali. Bisa juga lebih. Semakin banyak komen yg minta cepet diupdate, semakin lama juga aku updatenya *evil grin* Jadi, sabar ya? Seminggu kan cepet tuh.
@yuzz : Nggak janji ya? lol. Soal typo, ditunjukkin atuh dimana, biar bisa langsung dibenerin. Jgn bilang typo doang
@rarasipau : Udah dibaca? Cuap2 disini nggak ada aturan skip kok
@jamesfernand084 : Nggak sih, masih jd member kok disana cuma lg males posting disana aja
@tialawliet : hahahaha, ntar kan tahu maksud slow itu gimana. Amiin! Semoga memang bagus
@arieat : Hahahaha, yakin nggak bosen? yang ini dewas juga nggak sih? #loh #Koknanya
@Adam08 : Hahaha, liat aja lah nanti, sama bule atau nggak
@darkrealm : Iya sih, cuma ganggu aja kalau ada yg komen kayak gitu. Berasa nggak dihargai usahaku buatposting disini. jadi, daripada ganggu, mending aku bilang aja sekalian kan?
@iboobb7 : Amiiin. Aku juga berharap demikian
@WinteRose : Berharap aja nggak sad ending ya? Soalnya aku juga belum tahu mau dibuat sad atau happy ntar endingnya
@masdabudd : Semoga juga nggak bikin yg baca bercucuran air mata Last week was my birthday, jd, ya, dr dulu emang pengen dipost pas tanggal itu, hehehe.
@hwankyung69 : Aduh, ancamannya menakutkan!!! Sakit tahu ditabok kanan kiri Tapi, ya, liat aja ntar, kan masih awal2 ini
@rezadrian : Silakan
@totalfreak : Hello there Ditunggu kritikannya
@tyo_ary : Sekangen itukah kalian? hahahha
@raroma : Thank you. Silakan dibaca lanjutannya
@kiki_h_n : Udah dijelasin hari spesial apa kan? Iya, aku postingnya mungkin seminggu sekali, kayak KLB dulu. Bisa juga lebih. Semakin minta cepet diupdate, semakin lama aku updatenya *evil grin*
@chaliszz : hahaha, amin deh. Semoga bisa jadi bacaan favorit ya?
@Adra_84 : You're welcome
@shuda2001 : Thank you!!! Emang, penulis yg lain gimana sih nulisnya? Emang bisa bedain gitu kalau misal ini cerita aku pot tapi tanpa tahu identitas yg nulis?
@YuuReichi : Udah dimention kan?
@Emtidi : ya biar nggak buta, ini udah dibukain Wah, kamu mau yg tragis2 yah? yakin mau? yakin nggak bakal minta stop nulis yg tragis?
@adzhar : Thank you!!! Ya, karena baru 1 bab emang belum bisa dibaca arahnya kemana, namanya juga baru postingan pertama Tentang Kai dan Best Man, well, nggak pernah nyangka bakal dapet respon segitunya. Masih kaget kadang2, hehehe. Thanks ya?
@reyputra : Udah dimention kan?
@jakasembung : berarti berhasil kan aku kepoin kalian di twitter? lol
@Venussalacca : kenapa geregetan? hahahaha
@alvian_reimond : Semoga ya?
@tama_putra : Khasnya di bagian mana ya? hehehehe
@Zhar12 : Iya, namanya juga baru satu postingan aja Ditunggu komen selanjutnya.
@sky_borriello : Hahahaha, yakin banget bakal butuh tisu
@zackattack : Hahahha. Di Bali agak lumayan banyak orang Jerman and tokoh Lukas ini emang based on orang Jerman asli And he is hot as fuck
@andhi90 : hahahha, berharap aja dulu ya?
So, ketahuan kan baru dua chapter aja bedanya dimana?
abisnya malas nyari lagi yg typo,hehe
baru ngeh itu pov-nya rena pas minta datanya lukas ke inge. pdhl jelas2 ada nama rena di tittlenya )
tumben bi pake female lead. this is tottally different. )
eh ini story yg ampe riset harga tiket pesawat bukan? )
Yg ni juga dewasa kok ЂёђёђёЂёђёђё
Walaupun di bawah 30 umurnye Ɨƚª=DƗƚª=DƗƚª=DƗƚª Ɨƚª=DƗƚª=DƗƚª=DƗƚª
penasaran sama apa yg mau diomongin Satya, pasti ttg Lukas, ditunggu next chapternya ^_^