It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
fakee
fakeeee.....
.
@boljugg Makasih ya mass..
#tertohok tepat diatas jantung
bagus mas.. meski tulisannya rapet rapet tp gapapa lah, soalnya ceritanya enak dibacanya..
#gamau becanda disini, ini lapak serius, jangan becanda, oke.
#meyakinkan diri sendiri_aku kuat_aku muda_aku bisa_le o le o leee
Tambuah ciek da, agiah kuahnyo kalio jariang, randang ayam sapotong, ayam pop sakarek!!!
binan emang harus gatal kan?
dilanjuttt ya Dain.... :-*
Bokap gue asal Muntilan, jd ya gue turunan Muntilan lah.
Kalo rumah keluarga besar sih di Tambakan, yg depannya Soto Pak Moech.
Tapi gue tinggal di Tangerang
Aa suai bana tu daa @ularuskasurius
Gadang galang-galang uda nampak dek ambo mah. Sabanyak tu, bapasan sakaligus. hehehee
Ya ampuunn.. Mas @hakenun ternyataa yaa fantasinyaa.. hahaha..
*Langsung terbayang pemuda tampan berkulit coklat mengkilat sedang mandi di kuali besar yang berisi gulai banak jo kalio. Centong pengaduk gulai dijadikan alat untuk menggosok punggung. Rambutnya tampak tertutup Shower Cap, untuk menghindari percikan kuah gulai yang menggelegak*
@Éline thanks udah mampir yah.
@Tsu_no_YanYan makasih bro atas apresiasinya.
@MikeAurellio waahh. Daerah sana gw blom tau nihh. Ntar ah, tanya si Indra. hehehee
@darkrealm @raditjoe Siapp Broo!!
Lama ga dibales.. Waduh, kemana nih anak nehh. Aku udah gelisah aja. Tiap sebentar HP diutak-atik.
Bunyi SMS masuk, ternyata SMS pemenang undian gadungan.. Somprett.
Satu jam kemudian..
"Maaf baru balas Dain.. Bapak baik-baik saja", akhirnya baru ada SMS darinya.
"Syukurlah. Jam berapa nanti berangkat dari sana?", tanyaku.
"Dari Muntilan jam 5 sore Da. Tapi kan harus ke Jogja dulu. Nanti keretanya malam. Sekitar jam 9an", dia menjelaskan.
"Oh gitu. Nyampenya besok pagi berarti yah. Langsung ke pabrik apa off dulu sehari?", tanyaku lagi.
"Ga perlu off Dain. Kan senin besok masuk shift 2", ujarnya.
Hmm.. Kalau dia masuk shift 2, berarti dari jam 13.00-22.00 WIB.
Sistem di pabrik memang begitu. Terbagi menjadi dua shift. Shift 1 dari jam 07.00-16.00 WIB. Shift 2 dari jam 13.00-22.00 WIB. Diselang-seling setiap dua minggu sekali.
Berarti sampai dua minggu ke depan, aku akan jemput jam 10 malam.
Wiiiiee.. Asyikkk. Bermotor di malam hari merupakan salah satu kesukaanku.
Disamping jalan-jalan tidak serame siang hari. Suasananya juga lebih tenang dan damai.
"Ya udah, berarti gw tunggu di Kircon jam 6 pagi yahh", kataku.
"Ohh. Dain mau jemput?", tanyanya polos.
"Ya iyalaahh, kan gw mo dapet oleh2 dari Muntilan broo"
"Oh iya, ada. Saya bawain tape ketan yah. Oleh-oleh khas sini", balas dia
"Aseeekk.. Yang banyak yaakk. Maklum anak kos. Kwkwkwkwk", candaku.
"Iya Dain. Nanti saya beli agak banyak dehh"
Esoknya, jam setengah 6 aku udah nongkrong di stasiun Kircon.
Bandung di pagi hari dingin bangett. Mana sekarang musim penghujan pula.
Brr.. aku merapatkan jaketku.
Gak lama kemudian, kereta datang..
"Waahh, banyak juga loe bawa tentengan dari kampung bro!", kataku sambil menyongsong Tian.
"Iya Dain, banyak titipan untuk kakak saya yang di Caheum sama yang di Cileunyi. Trus juga oleh-oleh buat teman-teman di pabrik. Sama yang kotak kardus ini khusus buat Dain", kata dia sambil menunjukkan sekotak kardus oleh-oleh.
"Banyak amatt buat gw Yan. Gw becanda doang kalii bilang bawa yang banyakk. Eehh, malah loe beli banyak beneraan.
Kalau ini mah, untuk persediaan sebulan gw", candaku.
"Hehehe. Dain bisa aja. Paling seminggu juga udah abis sama Dain", balasnya sambil ketawa
"Eeehh, udah bisa bales omongan gw sekarang lo Yan.. Peningkatan neeeh..
Biasanya loe kan nrimo ajaaa.. Gawat neeh, gw harus pake jurus baru", kelakarku.
"Ah.. Dain bisa aja, kalau ngeles mah Dain tetap juaranya, hehehee", balas dia cepat.
"Kenaa lagii gw.. Benerann, ngapain aja lo disana? Pasti loe belajar ilmu Muntilan yaah. Bisa kalah silat harimau gw", kataku sambil berjalan ke parkiran membawa tentengan di kiri dan kanan.
Sesampainya di parkiran.
"Eh.. trus ini gimana bawanya ya Da", kata Tian sambil melihat jumlah bawaan Kami yang tergolong banyak.
Ada tas ransel, kotak kardus tiga. Tentengan dari plastik tiga. Total ada 7 bawaan.
"Gini.. Tu kotak kardus yang dua, ditumpuk di depan. Dekat kaki gw"
"Kardus yang kecil loe pangku aja. Sama tentengan plastik, dua loe tumpuk di atas kardus kecil, yang satu sini taro di gantungan motor.
"Nah, ransel loe sandang. Beres kaan.."
"Okeeh, aman broo?"
"Aman Dain..!", seru Tian.
BRRMM..!!
Melajulah motor supra fit kesayanganku meninggalkan Kircon, dengan sedikit goyang-goyang karena over capacity.
Kalau dilihat dari belakang, Kami persis seperti rombongan mudik lebaran. Dengan barang bawaan penuh semotor.
Oya, klo mau minta mention kabarin aja yah.
Biar gw ga lancang main mensyen2 sembarangan. hehehe..
Motor berhenti di warung bubur ayam Mang Ono, di bilangan Jalan Pahlawan.
"Bubur dua bang ! Pake semua, kecuali lama!", teriakku ke abangnya, yang notabene kami memang sudah akrab.
Memang aku kalau sarapan suka disini, karena selain buburnya enak, bisa ngeceng mahasiswa dan mahasiswi Itenas yang bening-bening mau berangkat kuliah. Hehehee..
Sambil menyantap bubur, aku membuka pembicaraan.
"Jadi loe ngapain aja Yan selama di kampung?", tanyaku sambil menyendok bubur.
Dia tampak berubah ekspresinya, dari biasa menjadi murung.
Hmm.. Aku menangkap ada sesuatu yang terjadi nih selama di kampung.. Mudah-mudahan ga terkait kondisi kesehatan bokapnya.
"Ga ada sih Da.. Selain nengok Bapak sama Ibuk, paling silaturahmi ke keluarga-keluarga besar", jawabnya sambil memutar-mutar sendok di mangkok bubur.
"Trus.. Ngapain lagi..?", Aku masih mencoba mendengarkan aja dulu.
"Udah paling itu aja. Sama beli oleh-oleh", jawab dia pelan.
Ini udah kebiasaan dia banget. Kalau bicara pelan, pasti ada yang ga beres. Entah itu dia takut ngomongnya, atau memang ada kabar buruk.
Perasaanku jadi ga enak..
"Udeehh.. Cerita ajaa.. Ngapain masalah dipendam-pendam sendiri broo.. Siniii kasih gw.. Nanti bakalan gw buang tu masalah ke Samudra", kataku.
Aku memang senang dengan Samudra. Selain karena itu nama belakangku, Samudra adalah tempat luas yang misterius.
Gelombangnya yang ganas, mampu menghancurkan kapal-kapal disaat badai.
Hewan-hewan laut berbahaya banyak terdapat dalam Samudra. Pusaran air yang mematikan juga ada di Samudra.
Namun orang tetap butuh Samudra. Karena dialah yang menghubungkan hal-hal besar. Samudra merupakan penghubung antar benua.
Kekacauan apapun yang terdapat di daratan, yang namanya Samudra akan tetap disana dengan sifatnya yang misterius dan mematikan.
Semua orang menyeganinya.
"Saya ga enak ngomonginnya..", akhirnya dia ngomong juga.
"Ga enak kenapa? menyangkut kesehatan Bapakmu yah?", tebakku.
"Bukan Da.. Bapak ternyata baik-baik saja.."
"Teruss..", sungguh kali ini aku benar-benar dibuat penasaran.
"Yaa. Gitulah.."
"Gitulah gimana.."
"Haduh.. Saya ga enak bilanginnya"
"Loe mau cerita apa engga sih? Klo cerita ayoo, klo engga. Ya udah!!", bentakku. Akhirnya kesabaranku habis juga.
"Iya... Saya mau cerita..", suara dia pelan.
"Ya udah gimana..", kataku sedikit menurunkan volume suara.
"Sebelumnya saya minta maaf Dain.. Ada hal yang tidak saya ceritakan sama Dain selama ini.."
"….."
"Jadi sebenarnya, tujuan saya pulang ke kampung adalah untuk bicara lebih serius tentang rencana pernikahan saya sama Septi.."
"Septi.?? Septi siapa?? Trus maksudnya pernikahan gimana?", suaraku mulai agak meninggi lagi.
"Septi yang kemaren dateng juga di Silaturrahmi warga Muntilan di rumah kakak", jelasnya.
"Septi yang bodor itu??", Tanyaku tak percaya.
"Iya Da.."
Tentu saja aku mengenalnya. Walaupun baru ketemu sekali, aku dan Septi langsung nyambung.
Karena kami sama-sama jahil. Siapa lagi sasarannya kalau bukan Tian.
"Truss.. ", aku masih belum bisa mencerna semua ini.
"Ya gitu.."
"Kemaren itu disampaikan sama keluarganya Septi, kalau umur dia udah 23 tahun. Sudah sepantasnya berumahtangga.
Anak-anak sepantaran dia sudah punya anak semua. Apa mau jadi perawan tua.
Nanti tambah susah dapat jodohnya..
Sebenernya keluarganya Septi tidak masalah Septi dapat suami siapa, asal dari keluarga yang jelas"
"……"
"Namun Bapak Da.. Bapak yang berkeras harus keluarga Kami yang berbesan dengan keluarga mereka.."
"Jadi Bapak itu memang yatim piatu dari kecil Da..
Sudah gitu fisik Bapak juga lemah.. Jadi sering sakit-sakitan"
"Kakeknya Septi ini kan Mantri desa. Dia yang ngobatin Bapak.
Trus ngasih makan juga.
Belakangan Kakeknya juga sampe nyariin Bapak kerjaan.
Sejak itu Bapak jadi punya hutang budi pada keluarganya Septi"
"Trus..", aku masih berusaha memahami semua ini.
"Selain itu, waktu saya kecil, keluarga Septi sama saya itu sudah bermaksud mengikatkan Kami berdua.
Jadi seperti tunangan gitu Dain.."
"Tunangan gimana?? Emang umur kamu berapa waktu itu?", tanyaku heran.
"Seingat saya syukuran tunangannya itu ga lama setelah saya masuk SD. Jadi umur 6 tahun"
"Apa-apaan itu anak umur 6 tahun udah dijodoh-jodohkan. Ngerti juga belum. Adat yang aneh", kataku keras.
"Mbohlah Da..", dia terlihat menghela napas panjang..
"Yang jelas kemaren itu bertemu untuk menentukan tanggal pernikahan"
"Ok.. Trus..?"
"Iyaa. Dain.. Setelah dihitung-hitung pake Weton lahir saya sama Septi, nikahnya itu bagus di bulan April. Karena sekarang Mei, dan belum persiapan apa-apa.
Jadinya diundur April tahun depan.. Bapak maunya kalau bisa masih dalam tahun ini.. Tapi dari Wetonnya, katanya ga bagus. Jadinya tetap direncanakan April tahun depan.
Nanti akhir tahun ini, untuk tunangannya dulu saja"
"……."
"Jadi begitu ceritanya Da.. Saya ga mau Dain jadi menjauh gara-gara cerita saya..", kata dia pelan.."
Kepalaku masih berputar-putar mendengar semua penjelasan ini.
Berbagai pikiran bermain dan berkecamuk di kepala.
Jadi selama ini dia sengaja memendam karena ga mau aku tersinggung.. Takut aku akan menjauh..
Begitu besar belas kasihannya padaku.
Terus terang, aku benar-benar terhina diperlakukan belas kasihan seperti ini.
Ingatanku langsung flash back pada seseorang..
Dua tahun yang lalu..
Bagaimana dengan susah payah menghapus kenangan dengannya.
Yang akhirnya kusakiti, karena begitu tingginya harga diriku.
Hanya karena aku ga mau dia melihat diri ini dengan pandangan belas kasihan.
Aku ga butuh perlakuan seperti itu.
Karena aku seorang Indra Samudra.
Yang akan selalu ada dan mandiri, walau apapun yang terjadi.
Pantang bagi lelaki Minang terinjak harga dirinya.
Setelah berhasil menguasai diri..
"Ya udah. Yukk cabut Tian", ajakku.
"Da-in beneran ga papa.."Saya ga mau Da-in tersakiti karena omongan saya tadi..", kata dia pelan.
"Da-in udah baik sekali sama saya.. Sampai saya jadi malu sendiri"
Aaahh, aku paling ga seneng berada dalam kondisi kayak gini. Kamprettt!! Batinku .
"Tersakiti gimana?? Yang ada gw seneng dong loe bentar lagi merit. Apalagi sama Septi yang anaknya baik", ujarku.
"Udeeh, loe jangan berpikiran macam-macam. Ntar tambah murung aja tuh muka", kataku berusaha mencairkan suasana.
"I.. Iya.. Da..", katanya sambil mengangguk.
"Yookk meluncur kitaa..", kataku sambil menyerahkan helm padanya.
Sepanjang perjalanan..
Tak ada lagi teriakan-teriakan.
Candaan..
Suasana hening..
Aku sibuk dengan pikiranku sendiri..
Dia sepertinya juga terlalu takut untuk mengusikku..
Dan bagaimana harus bersikap selanjutnya..
Ahh.. Entahlah..
Semua ini terasa masih mengawang-awang..