BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com
Howdy, Stranger!
It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Quick Links
Categories
- 31.1K All Categories
- 24.4K BoyzLife!
- 5.5K BoyzStyle
- 1.9K BoyzStories
- 5K BoyzLove
- 5.9K BoyzRoom
- 2 *Members Only!
- 1 BoyzAlbum*
- 1 BoyzChat*
- 12.8K BoyzConnect!
- 6K Jabodetabek
- 3.9K Jawa
- 2.5K Nusantara
- 451 International
- 291 BoyzForum Info
- 8 Apa Itu BoyzForum?
Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.
Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.
Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.
CINTA BEDA RASA (Kisahku Dan Lelaki Muntilan season 2) [TAMAT]
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sini mas nenen di dadanya mas yuzz.
Sini mas yuzz, nenen di dadanya mas jonat.
Naah, kalian berdua udah saling nenen-menenen kan sekarang.
Iya. Muuphh..
Gpp, bulirannya ada kandungan berlian. Jadi semakin deras, semakin tinggi karatnya. Hehehe..
Ndeeh. Da Boy ko nampaknyo pangkaranyak susu nak gadih esempe yoo.. Hehehe.
Siaapp..
Tentunya. Dia lagi ngangkat Silvi soalnya.
Kelilipan kali mas dia.. Hehehe..
Ati2 looh, si Babon suka menindih..
Sekarang met sahur mas Wish You All The Best.
Amiin. Thx ya Mas..
Lhaa.. Piye to Mas.. Kok dada saya dilewatin. Kurang sekel opo..?
Iya Mas.. Meman pedih..
Hayulaah.. Mumpung lg full tank ko aa.
*nenennyo nan full tank*
Mass, jangan buka kartu napaa.. Turun niih pasaran saya..
Boleh mas..
*ehh..*
Waah jugaa..
Geregetan jadinya geregetaan. apa yang harus aku lakukaan. Ayo mas nyanyii..
Hahaha.. Kebelet gitu yah Mas.. Apa ga kasian otongnya cenut2 gitu..
@2000ly
@4ndh0
@Éline
@aicasukakonde
@andre_patiatama
@awangaytop
@adam08
@arie_irawan
@anakjakarta
@bayuwardana51
@bintang96
@bi_ngung
@boljugg
@bintang96
@boyskyez
@bdi
@bonyapolo
@bagasamanah98
@calvinmoldova
@egosantoso
@chibipmahu
@Dakon_bek
@DavidLiu
@dota
@dr_gonzo
@dhika_smg
@darkrealm
@dundileo
@dewaa91
@dhit91
@dudung
@denden86
@Different
@dennis_nino
@edwinjoej
@erickhidayat
@el_crush
@Fantasia40
@funky_emelje
@gabriel_valiant
@greenbubles
@gilangrama
@gulali
@hwankyung69
@hades3004
@hakenun
@hikaru
@ian_sunan
@irfan832
@jonatjco
@Kim leonard
@kresna_wijaya
@luhan
@lameless
@MikeAurellio
@masdabudd
@peacock
@pollux
@patric
@pokemon
@rain407
@rezadrians
@rigil
@radit_rad1t
@rezka15
@sadayana
@seno
@sandy.buruan
@sinjai
@sky_borriello
@trace_tri
@Tsu_no_YanYan
@ularuskasurius
@vasto_cielo
@wyatb
@yuzz
@zhedix
@zhar12
750 Origami
========
Uhuuyy..
Udah tujuh untaian origami menghiasi lemariku. Masing-masing seratus origami kecil.
Semalam aku berhasil membuat 50 origami.
New record so far.
Ga kerasa..
Udah sebulan lebih proyek rahasia ini kulakukan.
Tinggal 250 origami lagi.
Hadiah yang awalnya akan kuberikan untuknya.
Sekarang menjadi penghias kamarku aja.
Aku timang-timang untaian-untaian origami itu..
Beraneka warna..
Burung-burung dengan sayap runcing..
Siap terbang menyongsong impian..
Lepas bebas di atas mega-mega.
Bebas menyongsong masa depan terbuka
Karena besok aku sudah melepaskan status sebagai mahasiswa.
Dan siap terjun bersama ratusan ribu pencari kerja lainnya.
Ga kerasa udah 4 tahun kuhabiskan di Bandung ini.
Kenangan-kenangan kuliah, persahabatan, organisasi, adalah yang terindah.
Abadi dalam raga.
Termasuk kenangan bersama dia.
Septian.
Kisah indah.
Wajah murung.
Awalnya aku cuman kasihan aja ngeliat dia.
Pemuda muntilan, yang hampir seumuranku.
Tapi udah kerja, membiayai hidup orang tua juga.
Walau cuman buruh pabrik.
Tampangnya yang selalu murung, membuatku tertantang membuatnya tersenyum dan menikmati hidup.
Hanya dua kali sempat kulihat dia yang benar-benar tertawa lepas.
Mengamati otot-otot wajah mengeras.
Memandang bahu yang terguncang-guncang.
Wajah bahagia yang sangat kurindukan.
Kedekatan Kami, perlahan-lahan mengubah kasihan menjadi sayang.
Sayang yang tulus.
Sayang yang meniadakan ego, mendahulukan kepentingan dia.
Dia yang bahagia, tertawa dan gembira.
Ahh.. Sudahlah..
Tambah diinget, malah bikin tambah sedih.
Sambil berbaring pikiranku menerawang.
Besok berarti harus bangun pagi-pagi.
Soalnya Mama akan dateng membawa seperangkat tetek bengek pakaian yang dikenakan.
Sebenernya Mama, Papa sama adik bungsuku sudah sampai di Bandung dari kemarin. Setelah kujemput, langsung kuantar ke hotel. Mama sih pengennya tidur di kosan aja. Tapi kutolak dengan halus, dengan alasan kan abis perjalanan jauh. Mending istirahat yang nyaman aja di hotel.
Tidur dulu ahh..
Musti bangun pagi-pagi banget soalnya.
======
Besoknya, aku sudah rapi jali dengan pakaian kebesaran Wisuda, dengan Toga di tangan. Mama terlihat sibuk tiap sebentar memperbaiki tampilanku.
“Udah dong Ma.. Uda dah rapi kok”, kataku gelisah.
“Tunggulah sebentar, bagian yang ini tidak sama tinggi Da”, Mama sibuk menarik-narik bagian pakaianku.
“Udah sama Maa..
Udah yaa..
Da mau gabung ama temen-temen dulu”, ujarku berusaha mengelak.
“Eh disini sajalah bareng Mama. Biarin ajalah teman-teman ituu. Kan sering juga Da temuin”, Mama keukeuh ga mau melepaskan.
“Udaah belum Ma..?
Da mau beli Teh Botol dulu niih.
Haus..”, aku mencari akal lain.
“Adekk.. Beliin Uda teh Botol lah nak, kata Mama sambil menyerahkan uang 10 ribu ke adikku yang paling bontot”, Mama udah siap dengan penangkalnya.
“Tapi Adek ga tau tempatnya Mii..”, ujar adekku sambil tetap memain-mainkan HP.
“Adek cari ajalah dekat orang rame-rame tuu”, Mama berujar tanpa mengalihkan pandangan dari dasiku.
“Udahlah Maa. Biar Da temanin Adek nyari”, kataku cepat sambil melepaskan diri dari cengkraman si Mama.
Minum Teh botolnya sengaja aku lama-lamain, biar bisa lebih santai.
Ga lama, kedengeran pengumuman kalau semua peserta Wisuda diharap memasuki Gedung.
“Ayok Dek, kita masuk. Udah dipanggil tuh”, kataku sambil menggandeng tangan adikku.
Pas lagi jalan, HPku berbunyi.
Ga ada nama disana, berarti ‘New Number’ yang belum kukenali.
“Halo..”
“Ya Halo.. Ini Indra bukan?”, terdengar suara wanita di seberang sana.
“Ya saya sendiri. Maaf dengan siapa ya?”
“Daaa iiiiinnnn..!!! Ini Septiii..!”, ujar Septi sedikit berteriak.
“Ehh, Sep.. Hahahaa.. Piye kabare? Tumben nelpon”, aku ga nanya dia dapet nomer dari mana, karena pasti dari Tian.
“Baikk Daa.. Kok ga pernah main kesini lagi..
Udah dua kali pertemuan loh Daa..
Garing nih ga ada Dain. Tukang penghiburnya hilang”, lanjut Septi masih antusias.
“Hahahaa.. Kan masih banyak yang lain Sep”, balasku.
“Enggalaah. Beda Daa.
Yang jago main gitar sambil ngebanyol ya cuman Dainn.
Main dong ntar sore kesini Daa..
Katanya janji ngajarin gitar. Hehehe..”, ajak Septi.
“Waah.. ga bisa gw Sep.
Soalnya gw Wisuda hari ini.
Rangkaian acaranya bisa ampe sore”, tolakku halus.
“Huwaaa..!! Wisudanya sekarang yaaa!!
Selamat ya Daaa..
Udah jadi Tukang Insinyur dong.. Kayak si Doel”, Septi kembali antusias.
“Hahahaa. Gw jadi tukang penghibur aja deh Sep. Lebih cocok”, kelakarku.
“Traktirr Daa.. Hehehee..”
“Mauu? “
“Mauuu!!”, teriak Septi kenceng.
“Dateng aja ntar malem Sep.
Ada syukuran kecil-kecil di Restoran X, daerah.Bandung Utara”, ajakku.
“Yaah.. Aku dateng ama siapa yah..”
Aku sebenernya pengen nyebut nama Tian. Cuman nama itu ga keluar dari mulut.
“Aku ama Tian aja deh Da.
Boleh yaa. Berdua.
Masih cukup kan jatahnya. Hehehee..”, ujar Septi nawar.
Agak kaget juga ketika nama itu diucapkan, walaupun udah aku prediksi sebelumnya.
“Masiih. Tenang ajaa. Loe bakalan makan puas deh ntar malam”, ujarku menyambut tawarannya.
“Asyiik.!!”, lonjak Septi.
Di belakangku terdengar panggilan lagi untuk memasuki Gedung.
“Ok deh Sep, gw masuk gedung dulu yah. Sampai nanti malem”, ucapku hendak mengakhiri pembicaraan.
“Ya Da.. Sampai nanti malem”
Acara Wisuda berjalan khidmat.
Aku memandang barisan orang tua. Berada di sektor kanan, diikuti barisan teman-teman tercinta.
Dadaku bergemuruh tatkala terdengar Mars Kampusku berkumandang.
‘Derapkan langkah maju kedepan..’
Perasaan haru biru bercampur rasa bahagia membuncah keluar dari sukma.
Akhirnya aku berhasil menyelesaikan pendidikan di kampus tercinta ini.
‘Hai putra bangsa insan persada’
‘Tugas mulia menantimu’
Saatnya membuka lembaran baru.
Mengaplikasikan semua idealisme yang kupunya
======
Selepas acara Wisuda, dilanjutkan dengan foto-foto dan protokoler lainnya.
Sedang menunggu jadwal pemotretan, ada telpon masuk.
“SEPTIAN”, tertulis di layar HP.
Hmm.. Aku ragu untuk ngangkat. Tapi cuek ajalah. Kan hari bahagiaku ini.
Ga usah mikir panjang-panjang dulu deh.
“Ya, Yan.. Ada apa?”
“Halo.. Ini Dain?”
“Iya.. Ini Dain”
Aneh, Kami kayak orang baru kenal aja. Pake nanya “ini Dain”. Biasanya juga langsung ngobrol.
“Da.. Selamat ya.. Atas Wisudanya”, ucap Tian.
“Hehehe. Makasih Yan.. Septi cerita yah?”, tanyaku.
“Iya Da.. Nanti katanya ada syukuran yah..?”
“Iya Yan. Dateng yah”
“Gapapa Da..?”, tanya Tian pelan.
“Ya Gapapalaahh.. Emang kenapa?”, tanyaku balik.
“Engga.. Engga kenapa-kenapa Da..”, jawab Tian lambat-lambat.
“Udeehh, ga usah terlalu banyak pertimbangan.
Pokoknya ntar malem kita senang-senang Yan..
Loe puas-puasin deh makan.
Kalau perlu loe puasa dulu dari sekarang”, kataku menyemangati.
“Hehehe.. Iya Dain. Saya pasti dateng ntar..”
“Siipp.. Gitu doongg..”
“Iyaa.. Makasih ya Da..”, ucapnya tenang.
“Makasih kenapa?”, tanyaku.
“Makasih atas undangannya..”
“Nyante aja. Ga mungkinlah loe ga gw undang. Loe kan sohib gw”, jelasku.
“Iya Da.. Sekali lagi makasih ya Da..”
“Udeehh. Ga usah banyak-banyak terima kasih.
Nanti disangka loe lagi pidato lagi. Hahaha..”, aku berusaha ngebanyol.
“Hehehee..”, terdengar tawa kecil di seberang sana.
“Ngg..
Ya udah.. Da.. Klo gitu..”, kata Tian pelan dan agak terpatah-patah. Bermaksud akan mengakhiri pembicaraan.
“Eh Yan!”, kataku agak berteriak.
“Iya Da. Kenapa Da..”, jawab dia cepat.
“Kerjaan gimana..?”, tanyaku.
“Engg..”, dia terlihat seperti memikirkan sesuatu. Tapi ga bisa terucap.
“Eh, ntar aja deh ceritanya.
Ga enak juga di bahas lewat telpon Yan”, aku berusaha menetralisir lagi.
“I.. Iya.. Da..”, ujarnya terbata-bata.
“Ya udah, aku tunggu loe ama Septi ntar malem yah”
“Iya Dain.. Makasih ya..”
“Haiyaa.. Makasih lagi.. Dah yaah. Gw poto dulu neh”, potongku mengakhiri pembicaraan.
“Iya..”, jawabnya pelan.
=====
Abis sesi foto-foto. Kami sekeluarga cari makan.
Seperti biasa, harus makanan Padang.
Bokap ga bisa makan makanan selain Padang. Hahaha.. Lidahnya memang Padang tulen.
Abis dari sana, aku masih lanjut acara di Jurusan. Mama, Papa, sama adekku balik ke hotel, untuk istirahat bentar. Nanti aku dijemput abis magrib.
======
Di restoran tempat acara syukuran.
Temen-temenku udah pada berdatangan.
Papa sengaja ngebooking satu restoran untuk acara ini.
Aku langsung mempersilakan yang datang untuk langsung makan. Karena memang aku paling males acara protokoler-protokoler kata sambutan, sepatah dua patah kata lah. Cuma karena Bokap dari PNS, beliau menganggap itu perlu. Hahaha..
Lagian risih juga acara wisudaan doang, udah kayak pelantikan Gubernur.
Tak lama Silvi dateng, seperti biasa bareng si cungkring Bimo.
“Nyeett..!!”, teriak Silvi spontan.
“Huss.. Ada gorillanya tuuh”, ujar Bimo nunjuk ke arah Bokapku.
“Sialan loe”, kataku mesem.
“Eeeh.. Iya. Sorii.
Indra”, kata Silvi manggil nama asliku. Janggal juga di telinga. Hahaha..
Septi kok belum dateng yah.
Padahal udah lewat setengah jam dari jadwal.
Dadaku kok jadi agak berdebar gini..
Udah sebulan ga ketemu Tian..
Rasanya udah berabad-abad. Hahaha, lebay.
Asli aku kangen banget.
Untung acaranya rame-rame.
Jadi ntar grogi ini ga akan keliatan.
Aku kangen canda-candaan ama dia.
Kangen bertukar cerita.
Kangen perubahan ekspresinya pada mukanya, karena itu jarang banget.
Kangen motoran bareng.
Yah, sedikit kangen dengan pelukannya.
SMS ga yah..
Ah cuek ajalah SMS.
Takutnya ntar kenapa-kenapa, kasihan juga.
“Sep, loe jadi dateng?
Buruan. Disini pada kalap makannya”, SMS ku.
“Dain.. Kami nyasar kayaknya.. Ini ga tau dimana..”, bales Septi.
Walaaahh, pantesan mereka lama. Ternyata nyasar.
Langsung kutelpon.
Setelah berhasil memandu Septi kembali ke peradaban, akhirnya mereka pun sampai.
Dan benar, seperti yang diduga.
Dia tampak cakep dengan kemeja kotak-kotak rapi.
Dan desiran kembali hadir.
Bangsatlah.
“Dain.. Hahaa.. Akhirnya sampe juga..”, ujar Septi antusias.
“Ayo-ayooo. Masuk..”, kataku mempersilakan mereka masuk.
Layaknya tamu, aku menjabat tangan Silvi.
Serta Tian.
Dan Kami pun bersalaman.
Mata ketemu mata.
Tangan berjabatan.
Dia sekilas tersenyum.
Sekilas namun berbekas.
Ga tau dia betapa kuat efeknya
Mendebarkan jantung ini tanpa kompromi.
“Ini perkenalkan orang tua gw.
Ini Mama, ini Papa, ada satu lagi sih adik gw.
Cuman kayaknya dia lagi berkeliaran ngegoda mas-mas kuliahan. Hahaha..”, ujarku mengalihkan perkenalan dengan cepat.
Setelah perkenalan, aku persilahkan mereka untuk menyantap hidangan yang tersedia.
Berikutnya aku berkeliling untuk menyapa-nyapa para tamu undangan.
Sesekali dengan sudut mataku melirik ke arahnya.
Ku amati dia tampak tenang.
Sedang Septi tampak heboh ketemu temen-temennya.
Bukan rahasia lagi, dengan reputasi gonta-ganti cowoknya, Septi punya channel dimana-mana.
Ga nyampe lima menit, Septi udah mengelilingi restoran. Meninggalkan Tian yang tampak canggung duduk di kursi sofa.
Sampai akhirnya seseorang mendekatinya.
“Vivienne !!”, ujar Silvi menyodorkan tangan.
Tian yang tampak kaget hanya bisa membalas menyodorkan tangan.
“Mas Tian kaan. Aku masih inget loh Mas”, ujar Silvi pede.
Tian hanya cengengesan sambil mengangguk.
“Sendirian ya Mass. Sini Vivienne temenin”, kata Silvi sambil mengambil tempat di sebelahnya Tian.
Tian tampak kebingungan nyari-nyari Septi yang udah kesana kemari ngobrol ama temen-temennya.
Aku langsung datang menyelamatkan keadaan.
“Eeett.. Eeett.. Gw bilangin Bimo lohh..”, ujarku.
Sebenernya mereka tidak pacaran. Tapi ga tau kenapa, belakangan ini, klo salah satu dekat ama yang lain, yang satunya pasti pundung. Udah jelas kayak gitu, masih aja ngeles klo ditanya.
“Tatah mas Tiann..”, Silvi berlalu dengan sebel, tak lupa sambil mengelus dagu Tian.
Dia yang ga persiapan terlonjak kanget menerima elusan Vivienne.
Aku cuman ketawa aja ngeliatnya.
“Berangkat jam berapa tadi?”, tanyaku membuka percakapan.
“Apa Daa..?” , tanya Tian mendekatkan badannya ke arahku.
“Berangkat jam berapa tadi?”, ulangku. Kali ini dengan volume yang dikeraskan.
Sebenernya kondisi tempat Kami ngobrol ga kondusif. Orang sibuk lalu lalang ngambil makanan. Trus suasananya agak ribut. Tapi mau gimana lagi. Aku ga berani untuk ngajak ngobrol di tempat khusus.
“Jam 5 dari rumah Mbak Ina.
Tapi jemput Septi dulu ke rumahnya”, jawab Tian.
“Jam lima? Ga kerja Yan?”, tanyaku.
Terlihat perubahan di raut mukanya. Gesturenya pun jadi tampak gelisah.
Aku menyadari hal itu.
“Kalau berat, ya udah ga usah diceritain. Gapapa”, ujarku berusaha memaklumi.
“Engga Da.. Ini..
Akhirnya ga ada yang di PHK Da..”, dengan putus-putus, dia berusaha menyampaikan maksudnya.
“Waahh, bagus dong berarti”, sambutku sambil menyodorkan minuman Lemon Tea.
“Iya, cuman masuknya jadi selang seling.
Seminggu masuk, seminggu tempo.
Soalnya kan pesanan berkurang, sedang pegawainya kebanyakan”, jelas Tian.
“Looh.. Kok.. Trus dibayarnya juga dua kali aja?”, aku bertanya heran.
Sistem pengupahan di pabrik adalah per akhir minggu dibayarkan. Biasanya sebulan ada 4 kali pengupahan. Karena adanya selang seling, jadinya cuman 2 kali pengupahan. Otomatis penghasilan berkurang setengahnya.
“Iya Da..”, jawab Tian pelan.
Gilaa. Ini jahat banget pabriknya. Karena ga mau bayar pesangon pegawai yang di PHK, mereka mengambil langkah licik dengan cara bekerja selang seling. Sehingga pengeluaran untuk upah tetap sebanding dengan pemasukan. Cuman yang kasihan adalah pegawai pabriknya. Mau kerja apa mereka dua minggu yang kosong. Tentunya untuk kerja full di tempat lain, juga tidak mungkin. Akibatnya nasibnya jadi terkatung-katung.
“Sampai kapan akan kayak gitu?”, tanyaku lebih lanjut.
Terus terang informasi ini membuat perasaanku jadi tidak nyaman.
“Belum tau Da.. Isunya sampai bulan depan”, jawabnya tetap pelan.
Waah..
Ini mah sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Udahlah merana dengan penghasilan pabrik yang tak seberapa, sekarang dipangkas lagi setengahnya.
Aku ga sanggup mendengar penjelasan dia lebih lanjut.
Hatiku telanjur terenyuh.
Aku ga mau membuat dia lebih sedih dengan memberikan penjelasan lebih lanjut.
Rasanya aku bisa merasakan derita yang dia alami sekarang.
Dengan apa dia akan mengirim nafkah untuk Bapak dan Ibunya di kampung.
Untuk hidup saja dia berjuang sekarang.
Aku yang pengangguran ini merasa tak berdaya untuk membantu dia.
Andaikata udah kerja, dan punya power, udah kurekomendasikan dia untuk di hire. Karena dia orang yang sangat tekun, berdedikasi tinggi, dan loyal. Hanya karena roda nasib yang sedang di bawah aja, menjadikan dia merana terus-terusan.
“Da.. Saya Ga apa-apa kok..”, kata dia sambil tersenyum.
Sepertinya dia bisa membaca kekhawatiranku.
“Bener Da.. Ga usah khawatir”, ujarnya bangkit dari duduk.
“Da, saya mau ambil makanan lagi boleh kan?
Saya mau coba sate padangnya.
Enakan mana yah sama yang biasa kita makan di Simpang Dago”, tanya Tian hendak mencoba hidangan sate Padang.
“Cobain aja Yan. Loe cobain semuanya yah.
Ga boleh sungkan-sungkan.
Pokoknya loe makan sekenyang-kenyangnya.
Klo perlu loe bungkus deh”, ujarku.
Hanya ini untuk sekarang yang bisa kulakukan untuknya. Pengen marah, ga tau marah ama siapa.
Pabriknya susah juga untuk disalahkan.
Ya memang kondisi perekonomian lagi turun.
Semua kena imbasnya.
Ga berapa lama, para tamu mulai pulang.
“Dain. Makasih yaa. Makanannya enak-enak”, kata Septi siap-siap untuk pulang.
“Siip.
Gimana, loe dah dapetin temen gw belom?”, godaku pada Septi. Dia cuman ketawa aja.
“Enggalah mass. Aku kan cuman pengen banyak temen ajaa.
Terutama temenan ama orang yang pinter-pinter kayak Dain ama temennya.
Ya kalau ga pinter, minimal ntar anaknya pinter lah. Hehehe”, kata Septi berkelakar.
“Ya udah, makasih ya udah dateng jauh-jauh dari Cibiru Sep”, kataku menyalami Septi.
Berikutnya Septi pamitan ama temenku.
“Yan.. Kalau ada apa-apa loe kontak gw yah”, kataku sambil menyalami tangannya.
“Iya Da.., Saya baik-baik aja kok”, ujarnya lagi berusaha untuk meyakinkanku.
“Ga usah sungkan hubungin gw Yan. Gw pasti bantu”, aku mencoba menekankan hal ini.
“Iya Dain.. Makasih Da..”
“Bener yah.. Janji dulu”, ujar gw.
“Ga usah pake janji ga papa ya Da..”
“DEG..!!”
Dadaku langsung tertohok.
Aku tau ucapan itu maksudnya apa.
Karena aku pernah mengingkari janji yang pernah ku ucapkan padanya.
Janji untuk tidak akan menjauh darinya.
“Saya Insya Allah akan hubungi Dain klo ada apa-apa”, lanjut Tian memecah keheningan.
“Iya Yan..”, ujarku lemah.
Sesampainya di kamar kos, aku langsung merebahkan diri.
Seharian beraktivitas badan rasanya capek banget.
Besok semuanya akan berubah.
aku bukan lagi mahasiswa.
Udah harus mandiri dan mencari uang untuk kehidupan sendiri.
Dan gerbang baru kehidupan pun terbuka untuk ku masuki.
Gerbang kemandirian.
Hayoo Dain, kapan scene berdua?
bhas pabrik yg kurang ajar, atau tian yg jga sprtinya kcewa ma dain, atau dain yg trlnjur ingkar jnji, atau mngkin tntang apkah rasa satenya enak??? "̮♡hϱϱ♡hϱϱ♡hϱϱ♡"̮..