It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
berarti ada pembenahan mulai dari page 1 ya?
#berpikir untuk ngulang baca 56page#
*biar usaha ane kagak sia-sia )
ntar deh,,
ditunggu jadiannya Dain sama bang Tian! *ngarep pake banget
:-*
jgn biarkan si tyan yg nembak duluan ya Dain....
Hahaha. Iya Mass. Bikin gemeess mess mess..sum.. Hihihi..
Mungkin pas Tian tidur, Dainnya menyulam inisial di CD nya mass.
Thx mass. hehehe.
Hahhaha. Makasih mass.
Kwkwkwk. Tembak depan apa belakang nih.. Hehehe.
Makasih mass atas apresiasinya.
Hahaha. Bisa jadi mass.
Iyaa. Sama2 ya dek Klanting. Minal aidin walfaidzin juga.
udahh.. Banyak2 ntar repot lagi ngeditnya.
BISA JADI! BISA JADI!
Aww. Aww. Aww. Hehehe.
Siaap Mass. Thx atas apresiasinya.
Terima kasih mas atas apresiasinya.
Siaap mas green.
Hehehe. Bersambung2 gitu yaah.
Iya dek. Cuitt abezzz.
Hahaha. Boleh juga tuh edisi Tian yang malu2in.
Siapp mass. Uhuuy.
Siap Udaa. Makasih ya uda atas apresiasinya.
Hahaha. Biar keren mass. Koyok "Tersanjung" kan ampe season 6. Kesanne lariiss. Hahaha.
Siapp mass. Terima kasih atas apresiasinya. Kwkwkkwkk. Iya niih, suka banget ngegosipp.
Hahaha. Sama uda, awak manunggu lo tu mah.
Hehehe. Penasaran juga. Jangan2 kayak gitu lagi.
“Yaaan..!”, teriakku dari balik helm.
“Ya Daa..!”
“Daripada ke Tangkuban Perahu, gimana kalo kita terus ke atas.
Gw belom pernah ke atas sana nih”, ujarku menunjuk area perbukitan di depan.
“Emang di sana ada apa Da..?”
“Ga tau , makanya kita liat yuk.
Nanti-nanti ajalah kita ke masuk ke Tangkuban Perahunya yah”
“Oo.. Ya udah. Terserah Da in aja”
Selanjutnya, alih-alih berbelok ke kiri, motorku lurus terus. Meninggalkan kawasan Wisata Tangkuban Perahu.
Dan benar seperti yang kuduga. Makin ke atas, makin asri dan indah. Perlahan mulai tampak perkebunan teh di sisi kiri jalan. Sedang di sisi kanan adalah pohon-pohon rindang, yang dilatari dengan perbukitan hijau di belakangnya.
“Eh Yaan..!!”, panggilku lagi.
“Ya Daa..!”
Gw ada ide lagi”, ujarku dengan bersemangat.
“Ya, apa lagi Da..?”
“Gimana kalo loe belajar motornya disini.
Kan sepi Yan
Mau yah?”, usulku.
“Disini Da..?”, Tian melihat kesekelilingnya. Dan mendapati kita sedang berada di sebuah tempat yang asri dengan pepohonan rimbun serta jauh dari pemukiman penduduk. Jalanan tampak sepi.
“Apa ga bahaya Da in.
Takutnya ada mobil lewat”, Tian menoleh ke belakang mencari-cari kalau ada mobil yang lewat.
“Ohh.. Gini.. Gini..
Kita cari jalan kecil deket sini.
Trus kita disana aja belajarnya.
Bener juga loe, klo di jalan raya gini, bahaya”
Seperti biasa, tercetus ide-ide spontan dalam pikiranku.
Aku memacu motor sambil celingukan kiri kanan.
Tak lama, kulihat di sebelah kiri ada jalan kecil yang mengarah ke atas bukit. Jalannya belum diaspal. Tapi tidak terlalu bergelombang.
“Disini aja gimana Yan?”, tanyaku sambil memberhentikan motor.
“Ya udah.. Terserah Da in aja”
“Yaahh.. Kok terserah gw terus sih Yan..”. Sebal juga lama-lama karena dia tidak pernah berani membuat keputusan.
“Iya.. Saya ikut aja Da”
Tian kemudian turun dari motor dan celingukan melihat-lihat daerah mana ini.
“Tapi loe mau kan?”, tanyaku sambil memarkir motor di dekat situ.
“Iya.. Mau Da..”, jawab Tian mendekatiku.
“Oke.. Oke.. Siip”
Selanjutnya persiapan untuk belajar motor pun dimulai.
“Sekarang gini”, aku memulai aba-aba.
“Loe coba duduk di depan”
Aku memegangi stang motor, sementara Tian naik ke motor.
“Iya.. Udah Da in”. Tian udah siap di posisi jok depan.
“Sekarang posisi tangan, yang kiri biasa aja di stang. Yang kanan, itu buat gas sama rem depan”
Kupegang jemarinya, dan meletakkan pada posisi stang di depan.
“Trus kaki itu disini.. Satunya disini”
Aku turun, dan meletakkan posisi kaki Tian pada tempat gigi dan rem di bawah.
“Yang ini buat ganti gigi. Yang ini buat rem belakang”, kataku sambil menepuk kaki kiri dan kanannya memberi penekanan.
“Iya.. Iya Da..”, Tian tampak serius menyimak.
“Coba sekarang tekan gas sama remnya yan”
Tian pun menekan-nekan pedal gas dan rem. Tangannya juga sudah di stang dan sibuk mencoba-coba menekan rem depan.
“Ok, sekarang tekan tombol kuning itu Yan.”
Kuarahkan jempolnya ke starter motor.
“Ini fungsinya buat starter”, lanjutku menjelaskan.
“Naah, sekarang aku duduk di belakang yah”
Berikutnya aku berpindah, dari berdiri di depan motor, sekarang duduk di belakang dia.
“Sekarang coba ganti ke gigi 1..
Iya, bener itu ditekan ke depan”
“Ini diputer kan Da..?”, kata Tian berikutnya, sambil bersiap-siap memutar gas.
“Iya, puter pelan2 ya Yan. Soalnya gigi satu udah masuk”
“Iya Da..”
Tian pun memutar pegangan stang kanan untuk memberi gas pada motor.
BRRRMM!
Tiba-tiba motorya melompat maju.
“Pelaan-pelaan Yaan!!
Itu kekencengaann!!”, ujarku panik, dan spontan menginjak rem belakang.
“Aduuhh.. Sakit Da..!”, teriak Tian.
“Eehh, sori-sori.. Keinjek ya kaki Loe..”
Kupindahkan kaki yang tadi menginjak rem ke tempat semula.
“Iya.. Gapapa Da..,” kata Tian sambil meringis sakit.
“Ok, sekarang kita coba lagi, tapi pelan-pelan ya Yan”
Berikutnya, setelah hampir dua jam berlatih, akhirnya Tian bisa juga. Mungkin karena dia udah punya dasar sepeda, jadi sisanya hanya belajar gas, rem, dan ganti gigi. Walaupun kadang masih suka lupa waktu ganti gigi, ataupun mengerem secara mendadak.
“Yan, motornya udah menggerung. Coba diganti gigi tiga”, kataku memberi instruksi.
“Nah, bener gitu”, lanjutku lagi.
Berikutnya kita muter-muter sekitar situ. Menikmati semilir angin perbukitan yang sejuk.
Setelah merasa keadaan aman. Aku mencoba bersantai sedikit. Dengan iseng aku melingkarkan tangan, memeluk pinggangnya. Layaknya dia memeluk pinggangku kalau jalan malam.
“Aduhhh.. Duuh.. Daa...”, Tian tampak menggelinjang kaget.
Motor yang dikemudikan oleng, sedang posisinya Kami sedang kecepatan agak tinggi.
“Rem Yann.!! Reem..!!”, teriakku ikutan panik.
“Yang mana..?”, Tian tampak bingung menekan-nekan sembarang arah.
Aku berusaha ikut menekan rem kaki dengan menjangkaukan kakiku ke arah depan. Tapi yang terjadi motor tambah hilang keseimbangan.
“Awas depan Yaan.. Jangan sampe goyang setirnyaa”, perintahku sambil berusahan menyeimbangkan badan kembali.
Aku benar-benar panik, karena laju motor lumayan kencang saat itu.
“Buang kiri..!! Buang kirii..!!”, tunjukku ke arah rimbunnya pohon bonsai yang kebetulan ada di pinggir jalan.
Kemudian motor pun menabrak rimbunan bonsai di sana. Untungnya sebelum menabrak, aku masih sempat menekan rem belakang dengan kaki. Sehingga lajunya tidak terlalu kencang lagi. Namun tetap saja kita berdua terjengkang jatuh.
“Kamu gapapa Yan?”, Aku mencoba berdiri setelah berhasil menguasai keadaan.
Berikutnya langsung mendatangi tian yang jatuh ke arah pohon bonsai.
“Aduuh...”, Tian meringis sambil memegangi kakinya.
“Mana yang sakit..?”, tanyaku sembari jongkok di depannya.
“Ini..?” Aku mengusap-usap lututnya. Ada bekas goresan-goresan kena ranting di sana.
“Masih sakit..?”, tanyaku lagi.
“Udah agak mendingan.”, kata Tian masih meringis.
“Bentar..”
Aku menggosok-gosok kedua telapak tangan dengan cepat.
“Fuuuhh.. Fuuhh.. Fuuh..,” dengan pelan ku hembus-hembuskan napasku ke arah bagian yang sakit, sembari tangan mengusap-usap lututnya.
“Ahahaha.. Geli Da..”
“Tahaann.. Ini buat jimatnya. Biar cepet sembuh”
Sekali lagi kugosok-gosok kedua telapak tangan.
“Fuuh... Fuuuuh.. Fuuuh..”, aku terus meniup-niup lebih kencang bagian lutut dan sekitarnya.
“AHAHAHAA..!!” , Tian tambah menggelinjang kegelian.
“Anginnya Da.. Gelii..”, ujar Tian pelan.
“Udahh..!! Jimatnya udah masuk ke dalam.
Sekarang coba loe bediri Yan”
Dengan pelan, Tian berdiri. Aku pun ikut berdiri.
“Ehh.. Bener Da in !! Ga sakit terlalu lagi”, ujar Tian dengan riang.
“Kok bisa ya Da.. Emang napas Uda ada obatnya yah..?”, tanya Tian heran.
“Iya doong.. Tadi pagi gw udah minum Betadine sehabis sarapan”, jawabku berkelakar.
“Masa sih Da..?”
“Hahaha.. !! Enggalaahh.. Matilah gw minum gituan”
“Hehehe.. Kirain Da..”
“Ayookk, kita jalan lagi”, ajakku.
Tian pun berdiri di atas pohon bonsai yang sekarang tampak menyedihkan karena rantingnya patah-patah.
“Bentar Yan..”, aku menahan langkahnya.
“Adep sana dulu”, perintahku.
Aku kemudian menepok-nepok pantatnya yang berpasir lumpur.
“Nah, sekarang udah bersih”
“Yok, jalan.
Nih helmnya”
Aku langsung memakaikan helm ke kepala Tian. Ga tau dorongan apa yang membuatku melakukan tindakan ini. Mungkin ada perasaan bersalah karena tindakan bodohku, motor jadi jatuh. Atau memang kedekatan kami yang menjustifikasi tindakan nekatku ini. Namun kulihat dia tampak tenang saat kupakaikan helm tersebut ke kepalanya.
Selanjutnya Kami masih mendaki terus ke arah perbukitan.
“Da...”, panggil Tian dari belakang.
“Yaa.. Napa?”. Aku memelankan laju motor.
“Saya kebelet..”, ujar Tian pelan.
“Waduh.. Dimana yah mesjid terdekat”
Aku melihat sekeliling kami. Sejauh mata memandang hanyalah hamparan hijau pohon dan perkebunan. Tak tampak pemukiman penduduk.
“Kayaknya jauh Yan. Loe mau nahan?”, tanyaku sambil menghentikan motor.
“Ya udah.. Saya tahan aja Da..”
“Atau loe mau pipis di balik semak-semak situ ga?”, tunjukku ke area rimbun di sebelah kanan.
“Ga usah Da.. Saya tahan aja..”
“Kenapa? Kan sepi disana”
“Gapapa Da in. Isin..”, jawabnya malu-malu.
“Isin apaan? Ga ada orang juga.
Udah sana, gw jagain.
Ntar kalo ada orang, gw teriak”. Aku sedikit mendorong badannya.
“Yah.. Malah tambah isin Da..”, jawab dia denngan ragu-ragu melangkah ke arah semak.
“Ya udah, ntar gw bisik-bisik aja deh”
“Hehehe. Iya.. Iya..
Jagain ya Da..”. Tian pun melangkah ke arah semak-semak rimbun di sana.
Sambil menunggu Tian, aku mencoba mencari tahu daerah mana ini. Tak terlihat tanda jalan, sehingga menyulitkanku mengira-ngira. Tapi sepertinya ini masih masuk dalam kawasan Tangkuban Perahu.
“Jangan lupa dilap pake daun yang disitu Yan...!”, teriakku.
“Iya Daa..!”
“Udah?”, tanyaku.
Tian tampak berjalan mendekat.
“Udah Da..”
“Ya udah, sekarang gantian, loe jaga sini. Gw juga mau pipis”
Aku pun turun dari motor, dan gantian Tian yang memegangi motor di depan.
“Siap Daa”
“Yaan..!”, teriakku dari balik semak-semak.
“Yaaa..”, terdengar balasan pelan.
“Loe ngintip yah..”
“Engga Daa... Saya lagi megang motor aja, pelajari yang tadi”
Tian tampak asyik menekan-nekan rem, terus mengganti gigi.
“Ngintip juga gapapa kok Yan..”, ujarku ngasal.
“Hehehe.. Da in becanda terus..
Ayo cepetan Da..
Saya lapar”
“Daah..
Ayook jalaan..!!”.
Aku keluar dari semak-semak dan bersiap untuk berangkat lagi.
Sekarang kami mulai turun lagi ke arah peradaban.
“Makan di mana kita Yan?”, tanyaku di atas motor.
“Eh, ga usah dijawab, pasti loe bakalan bilang..”
“Terrrseeeraahh Da in ajaaaa..”.Aku berusaha menirukan suara Tian.
“Bener kan?”
“Hehehe.. Iya Da..”
Setelah bermotor sekitar sejam, akhirnya kita sampai juga di peradaban.
“Yan, mau nyunda ama Madang?”
“Maksudnya Da?”
“Mau masakan Sunda apa Padang?”
“Terse..”
“Ett.. Ett.. Ga boleh bilang terserah”, potongku sebelum dia mengucapkan lebih jauh.
“Harus milih”
“Abis dua-duanya enak Da in”, jawab Tian berkilah.
“Tetep aja. Gw udah ngusulin. loe yang milih salah satu”, aku berkeras agar dia yang milih.
“Ya udah. Sunda aja boleh Da..?”
“Siapp Boss!!”, jawabku antusias.
“Tambah Yan..!” Aku menyendokkan nasi tambah ke piring Tian. Saat ini Kami sudah berada di Riung Sunda di pinggir sawah.
“Liat muka loe agak kurusan sekarang”
“Hehehe.. Masa sih Da..”, kata Tian cengengesan.
“Nih, loe mau paroan lagi ganasi tambahnya?”
“Iya, boleh Da. Paroan aja”
“Tempenya dimakan Yan..”
“Ini sayur buat loe juga yah”, aku menyodorkan sayur ke arah Tian.
“Udangnya ga suka?”, tunjukku pada udang goreng di depan.
Tian tampak gelagapan dengan semua makanan yang kutawarkan.
Aku hanya bisa tertawa geli melihatnya.
Selepas makan, kita duduk-duduk sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan.
Tak terasa udah jam 3 sore.
Waktuku di Bandung tinggal 5 jam lagi.
“Abis ini kita ke kos gw dulu, ambil barang.
Trus ke Caheum ya Yan. Naro motornya”, ujarku di motor.
“Iya Da..”
Berikutnya Kami udah di kostan ku lagi.
Aku memasukkan sisa-sisa pakaian ke tas ransel gede.
Nih !”, kataku menyerahkan toples berisi Origami.
“Bawa pake kresek item ini Yan”
“Asyiik. Nanti saya gantung di kamar Da”, Tian tampak senang menerima Origaminya.
“Iya.. Jangan lupa burungnya di rawat yah. Jangan sampai berdebu”, ujarku menasehati.
“Iya Da.. Siaap”, jawabnya bersemangat.
Dan motorku pun melaju menuju Caheum. Ke rumah kakaknya Tian.
Setelah pamit sama Mbak Ina dan suaminya. Aku pun bersiap-siap menuju Travel Cipaganti di Dipati Ukur.
“Da.. Bentar..”
“Ya, kenapa Yan?”, Aku menoleh ke atas, sambil memakai sepatu.
“Tak anter yo sampe travel..”, tawar Tian lambat-lambat.
“Ga usah”, balasku tegas.
“Kenapa?”
“Lha ngapain repot-repot. Sini aja pamitnya”
“Ya kan katanya lom tentu ke Bandung lagi..”, Tian tampak sedih.
“Udah sini aja. Loe ngangkot gitu nganterin.
Ntar aja klo udah bisa bawa motor, baru boleh nganterin”, ujarku sambil menyandang ransel dan bersiap-siap pergi.
“Ya udah Da..”, jawab Tian akhirnya.
“OK, gw cabut dulu Yan”. Ujarku menyalami dia.
“Iya Da.. Ati-ati di jalan ya Da in..”, Tian membalas salamku.
“Wokeh!”, teriakku sambil mengacungi jempol.
**
Dalam lajunya travel Cipaganti menuju Jakarta. Aku tersenyum-senyum sendiri. Teringat kejadian siang tadi.
Aahh.. Tak terasa, besok sudah masuk kerja..
Pake dasi..
Kemeja rapi..
Celana bahan..
Yihaa!!
Ga sabar rasanya merasakan dunia kerja.
@4ndh0
@aicasukakonde
@andre_patiatama
@awangaytop
@adam08
@arie_irawan
@anakjakarta
@ackbar204
@alex92
@arif_jogja
@Anju_V
@adinu
@ackbar204
@aelfie
@ahmad_agus
@mr_anamnesis
@bayuwardana51
@bintang96
@bi_ngung
@boljugg
@bintang96
@boyskyez
@bdi
@bonyapolo
@bagasamanah98
@Bernardbrown
@b_hyun
@calvinmoldova
@egosantoso
@chibipmahu
@createsometrouble
@Dakon_bek
@DavidLiu
@dota
@dr_gonzo
@dhika_smg
@darkrealm
@dundileo
@dewaa91
@dhit91
@dudung
@denden86
@Different
@dennis_nino
@diditwahyudicom1
@DanDjaloe_Sulaksana
@danar23
@DhegaDiggory
@edwinjoej
@erickhidayat
@el_crush
@ElunesTear
@Fantasia40
@funky_emelje
@Fad31
@gabriel_valiant
@greenbubles
@gilangrama
@gulali
@gylandjaya
@hwankyung69
@hades3004
@hakenun
@hikaru
@harrygaypotter
@haha5
@halrien
@ian_sunan
@irfan832
@iansunda
@jonatjco
@joenior68
@just_pj
@Kim leonard
@kresna_wijaya
@Klanting801
@luhan
@lameless
@MikeAurellio
@masdabudd
@mamomento
@naeltop
@orangemonkey
@peacock
@pollux
@patric
@pokemon
@rain407
@rezadrians
@rigil
@radit_rad1t
@rezka15
@rajatega
@romeoborneo
@Rizal_acank
@sadayana
@seno
@sandy.buruan
@sinjai
@sky_borriello
@Syeoull
@sasukechan
@shinshin
@steve_hendra
@trace_tri
@Tsu_no_YanYan
@the_angel_of_hell
@ularuskasurius
@unlucky
@vasto_cielo
@velo
@wyatb
@Uchirama
@yuzz
@zhedix
@zhar12