It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
imbalan cinta..
#plak!
btw d benak gw tu kalo baca bagian tian pasti yg muncul sayuti nya OB... abis gaya ngomong dan lugu nya mirip bang Say...ahahahaaa... merusak imaginasi nih....
@me plzzzzzz
@aloneeyz69
Udah pulkamnya lama yah,, kayaknya acarÀ bersambung ga putus2 smpe skrg..
pulkamnya cuma 2-3 hari kok.
diteror terus aja, biar buru diupdate.
Karena hendak menyambut lebaran haji yang sebentar lagi akan datang, untuk menghormatinya maka Dain akan rehat sementara untuk turut terlibat sebagai panitia kurban.
Jangan lupa bagi yang merayakan hari raya kurban, untuk menunaikan kewajibannya berkurban (jika mampu) dan mendapatkan pahala yang berlipat2 ganda.
Bagi penggemar cerita ini, maaf jika kesannya gue kelihatan sok atau gimana, ini hanya acuan aja kok buat penulisnya.
Ada beberapa hal yang akan gue kritik di cerita ini:
1. Alur cerita yang sangat lambat.
2. Dari alur cerita yang lambat itulah lahir kesan berteleh-teleh.
3. Dan dari hal berteleh-teleh itu, cerita ini membosankan.
Ada juga beberapa opini yang pengen gue sampein di cerita ini:
1. Tian inikan anak terakhir, tetapi kenapa dia yang harus banting tulang sampe sekuat itu, i mean, hey, dia punya delapan saudara yang sudah besar-besar, yang pasti ngasih orang tua mereka juga uang. Iya, kan? Atau saudara-saudaranya Tian ini sebegitu pelitnya dengan orang tua sendiri? Makanya, gue rada aneh aja sama penggambaran Tian yang harus giat bekerja untuk kedua orang tua, alih-alih dia sendiri. Kalaupun untuk orang tua, saudara-saudaranya yang lain pada nggak kerja kah? Di sinilah bagian yang sangat mengganjal.
2. Tetapi bagian mengganjal itu bisa diperbaiki kalau Mas Indra mau memberikan beberapa penjelasan di chapter-chapternya, bukan malah ngisi narasi yang--maaf--nggak penting. Membuat bosan.
3. Emosi pembaca keluar bukan karena beberapa karakter yang ada di cerita ini, tetapi alurnya. Coba perhatikan komen-komen yang lain, mereka ingin Tian-Indra ini ada bagian klimaks perasaan mereka, bukan malah selalu menghindar. Awal mungkin akan terlihat sangat indah, tetapi makin ke sini kesannya malah sangat membuat pembaca lelah. Mereka akan mikir, kapan sih Indra dan Tian ini bergerak, selalu melakukan hal yang... apa ya? Membuat pembaca merasa... oh, gitu ya. Mesra-mesraan aja. That's it. Nggak ada klimaksnya lagi. Selalu diulur ke hal--maaf lagi--nggak penting.
4. Konflik berartinya nggak ada, sama sekali nggak ada padahal sudah ada di page 62. Dan kita akan dikembalikan pada emosi pembaca lagi. Mana sih nih konflik berartinya? Perasaan Indra yang mendebat tidak ingin jujur ke Tian itukah? Gue pikir enggak, itu hanya konflik pembangun. Lalu mana konflik berartinya? Kalo memang ada, Mas Indra bisa tunjukkin ke gue. Siapa tau gue nya yang nggak jeli.
5. Last but not least, coba untuk ke depannya, buat sesuatu yang baru. Jangan hanya gini-gini aja. Gue merasa--ini opini gue ya--cerita ini hanya begitu-begitu saja. Datar banget, pengembangan emosi Tian yang seharusnya bisa dieksplor lebih jauh malah selalu timbul-tenggelam. Dan sekarang... Indra is gone, lalu... 62 lembar yang telah terlalui ini, memberikan kesan apa ya? Itu aja deh.
Tapi bukan berarti cerita ini jelek ya.
Pujian untuk cerita ini:
1. Gaya bahasa Mas Indra yang bagus, anak muda. Jadi gue memang ngerasa kayak lagi ngebaca tulisan seorang mahasiswa.
2. Suka saat Mas Indra membawa juga beberapa budaya, seperti Minang, Sunda dan seperti judulnya, Muntilan. Bau Bandung sangat terasa di sini. Membuat gue seakan-akan berjalan di tempat itu sekarang.
3. Karakter Bimo dan Silvi yang membuat gue nggak menutup cerita ini. Mereka berdua seakan hidup di kisah ini. Membuat suasana bosan menjadi sangat berwarna. Seperti hari hujan, lalu muncul pelangi. Seperti inilah kehadiran duo sahabatnya tersebut.
Oke, itu aja deh komen gue. Maaf sekali buat penggemar cerita ini kalo gue terdengar sangat sok dan belagu. Nggak maksud sama sekali. Cuma ingin mengutarakan apa yang ada di pikiran gue aja.
Tarik duo si pecinta cerita dulu ah, dua orang yang mungkin bisa ngasih pendapat yang berbeda.
@mamomento ... yang sebenarnya sudah duluan ke lapak Mas Indra.
Dan
@Irfandi_rahman ... yang bisa kasih masukkan dengan jujur.
Thanks O:-) dan Maaf [-O<