It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
____
gak ada yg spesial semua seperti biasa, kemaren gue kena semprot gara-gara salah nyatet stok barang, pacarku libur dua hari hari krjaku terasa hampa.. Duduk bengong di kursi kasir ,
"mz besok karoke , gimana ?" tawaran tiba-tiba mengagetkanku dari NK.
"heh! Kamu ! Kan kemaren tak suruh masuk malem, kok hari ini berangkat sore , piye toh ! " tegas tapi lunak.
Paling gak bisa marah ama nih anak .
"ya Allah , males banget masuk malem mz," seperti biasa NK dengan tingkah kaya bocah cilik.
Hmmm
Langit Eropa" Buku ini adalah catatan
perjalanan atas sebuah
pencarian. Pencarian cahaya
Islam di Eropa yang kini
sedang tertutup awan saling
curiga dan kesalahpahaman. Untuk pertama kalinya dalam
26 tahun, aku merasakan
hidup di suatu negara dimana
Islam menjadi minoritas.
Pengalaman yang makin
memperkaya spiritualku untuk lebih mengenal Islam dengan
cara yang berbeda. Tinggal di Eropa selama 3
tahun adalah arena
menjelajah Eropa dan segala
isinya. Hingga akhirnya aku
menemukan banyak hal lain
yang jauh lebih menarik dari sekedar Menara Eiffel, Tembok
Berlin, Konser Mozart, Stadion
Sepakbola San Siro, Colloseum
Roma, atau gondola gondola di
Venezia. Pencarianku telah
mengantarkanku pada daftar tempat-tempat ziarah baru di
Eropa. Aku tak menyangka
Eropa sesungguhnya juga
menyimpan sejuta misteri
tentang Islam. Eropa dan Islam. Mereka
pernah menjadi pasangan
serasi. Kini hubungan
keduanya penuh pasang surut
prasangka dengan berbagai
dinamikanya. Aku merasakan ada manusia-manusia dari
kedua pihak yang terus
bekerja untuk memperburuk
hubungan keduanya. Pertemuanku dengan
perempuan muslim di Austria,
Fatma Pasha telah
mengajarkanku untuk menjadi
bulir-bulir yang bekerja
sebaliknya. Menunjukkan pada Eropa bulir cinta dan luasnya
kedamaian Islam. Sebagai Turki
di Austria, Ia mencoba
menebus kesalahan kakek
moyangnya yang gagal
meluluhkan Eropa dengan menghunus pedang dan
meriam. Kini ini ia mencoba lagi
dengan cara yang lebih
elegan, yaitu dengan lebarnya
senyum dan dalamnya
samudra kerendahan hati. Aku dan Fatma mengatur
rencana. Kami akan
mengarungi jejak-jejak Islam
dari barat hingga ke timur
Eropa. Dari Andalusia Spanyol
hingga ke Istanbul Turki. Dan entah mengapa perjalanan
pertamaku justru
mengantarkanku ke Kota
Paris, pusat ibukota
peradaban Eropa. Di Paris aku bertemu dengan
seorang mualaf, Marion
Latimer yang bekerja sebagai
ilmuwan di Arab World
Institute Paris. Marion
menunjukkan kepadaku bahwa Eropa juga adalah pantulan
cahaya kebesaran Islam. Eropa
menyimpan harta karun
sejarah Islam yang luar biasa
berharganya. Marion
membukakan mata hatiku. Membuatku jatuh cinta lagi
dengan agamaku, Islam. Islam
sebagai sumber pengetahuan
yang penuh damai dan kasih. Museum Louvre, Pantheon,
Gereja Notre Dame hingga Les
Invalides semakin membuatku
yakin dengan agamaku. Islam
dulu pernah menjadi sumber
cahaya terang benderang ketika Eropa diliputi abad
kegelapan. Islam pernah
bersinar sebagai peradaban
paling maju di dunia, ketika
dakwah bisa bersatu dengan
pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror atau
kekerasan Perjalananku menjelajah Eropa
adalah sebuah pencarian 99
cahaya kesempurnaan yang
pernah dipancarkan oleh Islam
di benua ini. Cordoba,
Granada, Toledo, Sicilia dan Istanbul masuk dalam manifest
perjalanan spiritualku
selanjutnya. Saat memandang matahari
tenggelam di Katedral
Mezquita Cordoba, Istana Al
Hambra Granada, atau Hagia
Sophia Istanbul, aku
bersimpuh. Matahari tenggelam yang aku lihat
adalah jelas matahari yang
sama, yang juga dilihat oleh
orang-orang di benua ini 1000
tahun lalu. Matahari itu
menjadi saksi bisu bahwa Islam pernah menjamah Eropa,
menyuburkannya dengan
menyebar benih-benih ilmu
pengetahuan, dan
menyianginya dengan kasih
sayang dan toleransi antar umat beragama. Akhir dari perjalananku selama
3 tahun di Eropa justru
mengantarkanku pada titik
awal pencarian makna dan
tujuan hidup. Makin
mendekatkanku pada sumber kebenaran abadi yang Maha
Sempurna. Aku teringat kata sahabat Ali RA: Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudra di mana banyak ciptaan ciptaan Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu; dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan.(Ali bin Abi Thalib RA)
laki-laki yang bersifat pemarah.
Untuk mengurangi kebiasaan
marah sang anak, dengan
hikmah ayahnya memberikan
sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan
sebuah paku di pagar belakang
setiap kali dia marah. Hari pertama anak itu telah
melakukan 32 paku ke pagar
setiap kali dia marah. Lalu secara
bertahap jumlah itu berkurang.
Dia mendapati bahwa ternyata
lebih mudah menahan amarahnya daripada memaku paku ke pagar. Akhirnya tibalah hari dimana
anak tersebut merasa sama
sekali bisa mengendalikan
amarahnya dan tidak cepat
kehilangan kesabarannya. Dia
memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian
mengusulkan agar dia mencabut
satu paku untuk setiap hari
dimana dia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak laki-
laki itu akhirnya memberitahukan
ayahnya bahwa semua paku
telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun
anaknya ke pagar. “Hmm, kamu telah berhasil
dengan baik anakku, tapi lihatlah
lubang-lubang di pagar ini. Pagar
ini tidak akan pernah bisa sama
seperti sebelumnya” “Ketika kamu mengatakan
sesuatu dalam kemarahan. Kata-
katamu dan perbuatanmu
meninggalkan bekas seperti
lubang ini di hati orang lain” Sahabat Hikmah... AMARAH adalah suatu FITRAH
yang ada dalam diri manusia Tetapi bila kita TIDAK
meLUAPkannya... Maka itu adalah lebih UTAMA... Karena luapan kemarahan hanya
akan MENYAKITI orang lain yang
akan 'terus MEMBEKAS' Dan menjadi 'PENYESALAN' diri
kita... ”Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surgayang luasnya seluas
langit dan bumi yang disediakan
untuk orang-orang
yangbertakwa, (yaitu) orang- orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya
danmema`afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang- orang yang berbuat
kebajikan.” (QS Ali Imran :
133-134) Seorang lelaki datang menemui
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa
sallam, “Wahai Rosululloh, ajarkanlah
kepada saya sebuah ilmu yang
bisa mendekatkan saya ke surga
dan menjauhkan dari neraka”.
Maka beliau shollallohu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Jangan tumpahkan kemarahanmu.
Niscaya surga akan kau
dapatkan” (HR. Thobrani, Shohih) Sahabat... Jagalah MULUTmu... Seperti menjaga KEMALUANmu ! Karena keBANYAKan penduduk
NERAKA... Bukan hanya orang yang tidak
bisa menjaga KEMALUANnya... Tetapi juga orang yang tidak
bisa menjaga MULUTnya *. "Perkara yang paling BANYAK
mengANTARkan orang masuk ke
NERAKA adalah MULUT dan
KEMALUAN." (HR. Tirmidzi) "Barang siapa berIMAN kepada
ALLAH dan HARI AKHIR... Maka berKATAlah yang BAIK atau
DIAM." (HR. Bukhori-Muslim) (menjaga mulut bukan hanya
dari ucapan yang tidak baik
seperti ucapan yang
menyakitkan, ghibah (gosip),
fitnah, namimah (mengadu
domba), panggilan yang buruk dll, tetapi juga menjaga dari
makanan yang syubhat dan
haram)
Meninggal? Ia masih bocah, masih duduk di
bangku kelas 3 SD. Pada suatu
hari ustadz di kelasnya
memotivasi para siswa untuk
menjaga shalat jamaah shubuh.
Bagi si anak, Shubuh merupakan sesuatu yang sulit bagi sang
bocah, Namun sang bocah telah
bertekad untuk menjalankan
shalat shubuh di masjid. Lalu dengan cara bagaimana
anak ini memulainya? Dibangunkan ayah? ibu? dengan
alarm??… Bukan !! Sang anak nekat tak tidur
semalaman lantaran takut
bangun kesiangan. Semalaman
anak begadang, hingga tatkala
adzan berkumadang, iapun ingin
segera keluar menuju masjid. Tapi… Tatkala ia membuka pintu
rumahnya suasana sangat gelap,
pekat, sunyi, senyap…
Membuat nyalinya menjadi ciut. Tahukah Anda, apa yang ia
lakukan kemudian? Tatkala itu, sang bocah
mendengar langkah kaki kecil
dan pelan, dengan diiringi suara
tongkat memukul tanah… Ya…
Ada kakek-kakek berjalan
dengan tongkatnya. Sang bocah
yakin, kakek itu sedang berjalan
menuju masjid, maka ia mengikuti
di belakangnya, tanpa sepengetahuan sang kakek.
Begitupula cara ia pulang dari
masjid. Bocah itu menjadikan
perbuatannya itu sebagai
kebiasaan begadang malam,
shalat shubuh mengikuti kakek-
kakek. Dan ia tidur setelah
shubuh hingga menjelang sekolah. Tak ada org tuanya yang tahu,
selain hanya melihat sang bocah
lebih banyak tidur di siang hari
daripada bermain. Semuanya dilakukan sang bocah
agar ia bisa begadang malam. Hingga suatu kali…
Terdengar kabar olehnya, kakek
itu meninggal. Sontak, si bocah
menangis sesenggukan….
Sang ayah heran… ” Mengapa kamu menangis, nak?
Ia bukan kakekmu…bukan siapa-
siapa kamu!”
Saat si ayah mengorek
sebabnya, sang bocah justru
berkata, “kenapa bukan ayah saja yang
meninggal?” “A’udzu billah…, kenapa kamu
berbicara seperti itu??” kata
sang ayah heran. Si bocah berkata,
“Mendingan ayah saja yang
meninggal, karena ayah tidak
pernah membangunkan aku
shalat Shubuh, dan mengajakkku
ke masjid. .. Sementara kakek itu….
setiap pagi saya bisa berjalan di
belakangnya untuk shalat
jamaah Shubuh.” ALLAHU AKBAR! Menjadi kelu lidah sang ayah,
hingga tak kuat menahan
tangisnya.
Kata-kata anak tersebut mampu
merubah sikap dan pandangan
sang ayah, hingga membuat sang ayah sadar sebagai pendidik dari
anaknya, dan lebih dari itu
sebagai hamba dari Pencipta-Nya
yang semestinya taat
menjalankan perintah-Nya. Akhirnya sang ayah rajin shalat
berjamaah karena dakwah dari
anaknya… “Rabbanaa hablanaa min
azwaajinaa wadzurriyyaatin aa qurrata a’yuniw-waj’aln aa lil- muttaqiina imaamaa..”