It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Apa yg salah?
1. Kalimat perintah dan larangan sdh seharusnya diakhiri tanda seru
2. Penggunaan tanda koma memberikan sugesti kpd pembaca utk tidak berjeda dlm membaca. Dan itu sangat melelahkan pembaca, seolah kurang ruang utk bernafas.
Aku berada disisi Gersang, senja kini menyapa, sayang tak ada hujan hari ini.
---
“Gersang, itu Figi-kan yang sedang berada di atas rakit?“ tanyaku kepada Gersang.
“Iya, benar Embun kenapa?” jawab Gersang bodoh.
“Dia sudah pulang dari rumah Figi?” tanyaku heran. Gersang hanya menjawab. Iya dengan isyaratnya.
Aku susah sekali membuat Gersang menyamai imajinasiku, menyebalkan.
Aku hembuskan kesejukan sebisaku kearah Levi. Berhasil. Levi memutar pandangannya.
Matanya memicing seketika, sudut bibirnya tertarik berubah menjadi seulas senyum. Levi berbalik turun ke arah danau.
Rendi masih asyik dengan kegiatannya menjala ikan, setiap penduduk disini behkah menjala ikan walau dibatasi hanya untuk keperluan pribadi.
Levi berdiri di dekat danau, disebelah pohon dukuh nan rindang, tubuhnya disenderkan di pohon tersebut sambil menatap ringan Rendi ditengah danau.
Rendi menegang, memegang jalanya dengan amat gemetar, menatap seorang pemuda yang di cintainya tersenyum kearahnya.
Levi masih saja memberikan senyum tipisnya, tidak bergerak, berkedip atau berisyaratkan apapun kepada Rendi.
Angin bertiup menerpa Rendi dan Levi, rambut mereka yang indah terkoyak begitu saja, angin sejuk disenja ini.
Aku lihat Gersang tersenyum atas ulahku. Tidak apa-apa, sekali-kali bertindak sedikit ikut campur demi kebaikan orang nantinya diperbolehkan. Walau hanya aku yang bilang begitu.
Rendi menepi beberapa meter dari Levi berdiri. “Permisi kak” ucap Rendi sambil menunduk membawa hasil jeratnya.
“Eh Ren tunggu” Levi mengejarnya kecil, Rendi berhenti seketika.
“Kenapa kak?”
“Nanti malem kamu mau kemana?”
“Kelapangan bola lihat anak-anak pada main bola”
“Gue nggak main dilapangan loh nanti malem”
Rendi mengarahkan wajahnya yang dari tadi menunduk menjadi menatap Levi.
“Masih ada yang lain tapi kan?” tanya Rendi dengan raut wajah tidak bisa aku tebak.
“Eh, ada sih, maksud gue, elo mau nggak ikut gue futsal, nonton gue”. Bola mata Rendi bereaksi mendengar perkataan Levi barusan, wajahnya memerah bak udang rebus.
“Gimana Ren?” pertanyan dari Levi kali ini menyadarkan Rendi dari lamunannya.
“Eh, iya kak, aku suka kok nonton bola”
“Nonton gue kali” goda Levi. Levi hanya bercanda tapi wajah Rendi memerah seketika, aku suka moment ini walau sederhana tapi sedikit memacu imajinasiku.
“Yaudeh gue jemput nanti yak, jam setengah tujuh Ren, oke” Levi berjalan meninggalkan Rendi yang mamatung di tempat, saat Rendi sadar jala yang dipegang erat tadi sudah tergelekat di tanah, buru-buru dia berjalan dengan langkah panjang kerumahnya.
Senja telah tiba, bukan tiba lagi tapi hampir berakhir, Gersang berada dibelakangku kini, aku rindu Gersang jika saat baru berpisaah seperti saat ini, entah kenapa, padahal Gersang selalu ada dibelakangku.
Levi mengentikan motor Vixion putih milik Agus di depan rumah Rendi.
“Des, ada Rendinya?” Sapa Levi cepat.
Levi sudah memakai seragam futsalnya, hanya tidak memakai sepatu dan tubuhnya dibalut sweeter lagi.
Rendi keluar dari balik pintu sebelum Desi bereaksi menjawab satu patahpun pertanyaan Levi.
Rendi memakai sweeter abu-abu lusuhnya dengan celana jeans yang dibuat pendek karena dengkulnya robek.
“Ayo Ren, yang lain udah pada jalan, Des kita pergi dulu yak” Desi hanya mengangguk. Mereka pergi ketempat pertandingan futsal.
Mereka berhenti di GOR futsal tak jauh dari perumahan Figi, GOR dilengkapi toko sport, restoran, kolam renang ukuran medium, Gym, lapangan bulu tangkis dan Futsal.
“Lev, lama lo aah” Agus berteriak dari dalam lapangan yang dibatasi jaring-jaring. Levi lekas melepas sweeternya lalu memakai sepatu futsal dari dalam tasnya. Lawan sparing futsal mereka sudah mencibir keterlambatan Levi.
Rendi malah tertawa konyol melihat pemuda yang dicintainya kualahan diperotes orang banyak. Rendi berjalan kearah kanan dan duduk disamping seseorang yang sedang menengguk air mineral dalam botol.
Rendi terus memperhatikan Levi yang sekarang berada di dalam lapangan futsal berumput plastik itu.
“Kakak tau siapa yang kamu suka sekarang Ren” kata seseorang disamping Rendi.
“Ah? Kak Figi?” Rendi sedikit tersentak.
Figi tertawa renyah melihat ekspresi Rendi.
“Sebentar lagi naik kelas dua ya? Hebat” seru Figi menatap Rendi.
“Kakak juga sebentar lagi lulus, hebat banget!” seru Rendi kekanak-kanakan.
“Sejauh mana hubungan kamu sama kak Levi?” tanya Figi.
“Ang, nggak kita cuman temen”
“Tapinya kamu demen kan?” ledek Figi, wajah Rendi memerah, entah kenapa aku jadi diam membisu tidak mengomentari apa yang kulihat saat ini, jarang sekali loh.
“Jangan bohong, telat kalo mau bohongnya sekarang” tegas Figi lagi.
Rendi menundukan kepalanya, “Masih tahap pengagum rahasia kak” jawab Rendi pelan.
“Kata Agus, Levi punya bakat suka sama kamu tauk” aku terkejut mendengar informasi dari Figi, tidak terkejut sih, aku memang optimis Levi pasti menyukai Rendi walau aku tidak bisa menjamin kapannya. Aku lebih condong kearah, bertambah semangat.
Rendi menatap wajah Figi dengan seribu ekspresi, Figi memainkan kedua alisnya untuk meyakinkan Rendi.
“Nggak mungkin, Wong kak Levi suka ngomongin kak Mei mulu kalo disetiap kesempatan”
“Itu tantangannya Ren, mereka beloman jadian ini, rebut hati kak Levi, apa aku nanti yang pacarin dia? Kamu sama si Agus?” kekeh Figi bernada seperti serius. Figi menyebalkan, keganjenan ih.
Rendi tertawa kecil, “Enak yah jadi kakak di rebutin setiap cowok ganteng terus berwajah dan bertubuh menggiurkan semua, kayak, si Dimas, kak Agus, kak Doni, sama satu lagi yang pas kakak nitip kunci mobil kakak ke aku itu siapa kak? Yang mirip Ariel senyumnya loh, wah kakak beruntung banget tuh, untung kak Rama straight kalo sama kayak kita pasti udah jadi perang dunia era baru” kekeh Rendi atas perkataannya yang panjang lebar.
Figi membisu, bukan hanya itu, botol air mineralnya diremas keras. Hingga wajah Rendi memucat seketika. Aku masih belum mengerti dengan dua cowok penyuka lelaki ini, mereka misterius.
“Kak, ya Allah, maapin Rendi kak, Rendi nggak maksud ngingetin kakak sama kak Doni” ekspresi wajah Rendi bercampur antara takut dan malu.
Aku mengerti kini. Iya. Sedih sekali nasib Figi, nasib percintaanya. Melihat lelaki yang dicintainya terenggut oleh Mikail di depan matanya, bahkan aku tak mau lagi menginggat saat nelangsa seperti itu.
“Eng....,ggaak apa-apa kok Ren, santai aja kok” Figi menepuk-nepuk pundak Rendi, wajah Rendi mendongak menatap wajah Figi yang sok tegar sekarang ini.
Figi tersenyum simpul meyakinkan bahwa dia baik-baik saja. “Lusa kamu dateng kerumah Almarhumkan? Seratus harinya loh” kata Figi sambil memberikan minuman isotonik dari tas Agus.
“Aku pasti dateng kok” Rendi meraih minuman yang di berikan Figi.
“Aku juga” Levi meniru suara Rendi.
“Kak Levi aah joroook” Rendi meronta-ronta saat Levi duduk disebelah kirinya dan memeperkan keringat Levi yang bercucuran diwajah Levi dengan tangan kanannya ke wajah Rendi. Tapi rangkulan Levi memaksa Rendi tetap berada ditempatnya duduk.
Aku tak lagi memperhatikan Agus yang sudah ada disamping Figi, terserah mereka mau berbuat apa. Aku suka drama Levi dan Rendi. Dimana mereka terlihat akrab, aku tak tahu kenapa secepat ini, tapi benar kata Desi kakak Rendi, tidak Ada yang tahu apa yang terjadi beberapa menit kemudian. Aku tak sabar melihat Levi atau Rendi menyatakan cinta mereka.
“Doain aku yah, nanti kalo aku menang aku teraktir makan deh” Levi berjalan meninggalkan Rendi kembali kelapangan. Istirahat babak pertama usai.
Apa yang aku dengar? Aku-kamu? Biasanya Levi berbicara gue-elo terhadap Rendi.
“Bodo” sahut Rendi sambil bersungut-sungut menyeka keringat Levi diwajahnya. Levi dan Agus tertawa cekikikan lalu masuk ke dalam lapangan futsal.
“Lampu hijau Ren, sebelom digebet cowok laen loh” Figi mengompori Rendi, aku suka Figi sekarang.
Pertandingan selesai, lagi-lagi dimenangkan oleh kubu Levi dan Agus.
Kini Rendi mengekor dibelakang Levi, disebelah Levi ada Figi dan Agus. “Ada yang punya janji teraktir nih kalo menang taruhan” cuts Figi konyol.
“Oh iya, yaudah makan yuk”ajak Levi ke Rendi yang diam saja dibelakang.
"Ketemuan di bambu haur Sentul aja yaak? Okeh” Figi menentukan tempat. Levi hanya mengangguk, Agus masuk kedalam mobil Figi tak lama mobil itu menghilang dari GOR kecil ini.
“Pegangan nanti jatoh Ren” kata Levi setengah nada menggoda.
Rendi memukul pelan pundak Levi yang kokoh, Levi hanya tertawa kecil lalu menjalankan motornya keluar dari GOR ini.
Aku tersenyum kini, melihat dua obyek imajinasiku yang akan segera nyata.
---
”Gersang, lihat, Rendi memeluk Levi hangat, aku sangat bahagia melihatnya” aku berkata kepada Gersang dibelakangku.
”Embun, aku lelah besok saja ya membahasnya” jawab Gersang membuat semua yang kulihat tidaklah sempurna, aku ingin menikamati ini beruda denganya, tapi responnya malah mengecewakan. Dasar laki-laki.
---
“Kak, kok di seafood? Kan janjinya di Sentul, nanti kak Figi sama Agus nyariin kita loh?” tanya Rendi bingung.
“Udah turun aja dulu, sama lepasin tuh pelukan, udah sampe tauk”
Rendi reflek melepaskan pelukannya yang tanpa sadar masih saja melilit keperut Levi yang sixpack karena sering berolah raga.
“Tapi nggak gitu juga sih ngelepasinnya, udah kayak orang dilemparin kecoa aja” timpal Levi.
“Salah mulu” gerutu Rendi dengan wajah di tekuk membuat wajahnya semakin terlihat lucu.
“Pesek”
“Jelek” balas Rendi sedikit cepat.
“Baru kamu doang loh yang bilang aku jelek” Levi memasang wajah se cool mungkin.
Rendi hanya memajukan kedua bibirnya, Levi tertawa sambil menggeleng-gelengkan wajahnya lalu menarik tangan Rendi, mereka masuk ke tenda warung seafood.
“Udah kenyang belom?” tanya Levi setelah dia menaiki motor Vixion putih milik Agus yang dia pinjam. Rendi hanya mengangguk.
“Kak, harusnya kak Agus sama kak Figi dikabarin kalo kita nggak jadi nyusul mereka”
“Pesek bawel, udeh hayo naek, tinggal nih” goda Levi lagi.
Rendi kini memasang wajah sedatar mungkin, Levi tak kuasa lagi menahan tawanya, dia mengacak-acak rambut Rendi hingga tak beraturan seperti sedia kala.
“Naik sayang” (inget doni: penulis gila). Aku tersenyum selebar mungkin, entah kenapa aku masih menahan Embunku untuk melembabkan bumi, aku tahu sebentar lagi aku akan melakukannya.
Rendi naik ke motor besar itu dengan raut wajah sebahagia mungkin, sama bahagianya denganku, aku yakin. Dan mereka melaju mengikuti tujuan Levi selanjutnya.
Mereka berhenti di atas sebuah tebing, masih tidak terlalu jauh dari tempat makan mereka, dibawah mereka perumahan didepan mereka terlihat kelap-kelip lampu jalan, empat ratus meter dari sini terlihat plang McDonald's, dengan udara dingin yang telah aku buat, aku tahu sekarang waktunya aku melakukan tugasku, menurunkan embun yang dinanti tiap orang.
Semua bagai aset alam yang mendukung di malam hari ini, hanya mereka berdua disini. Tidak. Aku ada disini, aku kan menceritakan semua yang akan terjadi di sini. NANTI.
Nantiii yaaaaaa.... Kapan taaauk
Ego membuli kondom seharfa (membeli-seharga) gituuu waaah selamat anda komentator pertamaax
@mamomento mbak penulisnya galau sumpah tadi malem mbak inget dono pas adegan makan seafood terus disuruh naik motor, sebelumnya diacak-acak dulu rambutnya, *anjiiiiirrrrrr abis itu liat bulan* hahahahha itu scene nyataa woooiii waakakakakak
--aku nggak bahagia kok ngebully kamu itukan bukan buat kamu mbaak, eh tersinggung aciiiiiiiiieeeeeeh ngerasa nih yeeeeh......
@galau_er so sorry haji madit hahahah itu tokoh fiksi! Tapi Fadli nyata . Jari tengah buat Fadli sama kesomongannya hahahaha
@danar23 hahaha iyaa nanti di perbanyaaak wakakakaka... Emang disini kan yang cerita si Embun sama si Gersang, yang komentarin manusia ribet banget percintaannya padahal dia sama gersang juga saling cinta tapi di Bikin ribet *tepok mulut*
@mamomento mbak penulisnya galau sumpah tadi malem mbak inget dono pas adegan makan seafood terus disuruh naik motor, sebelumnya diacak-acak dulu rambutnya, *anjiiiiirrrrrr abis itu liat bulan* hahahahha itu scene nyataa woooiii waakakakakak
--aku nggak bahagia kok ngebully kamu itukan bukan buat kamu mbaak, eh tersinggung aciiiiiiiiieeeeeeh ngerasa nih yeeeeh......
@galau_er so sorry haji madit hahahah itu tokoh fiksi! Tapi Fadli nyata . Jari tengah buat Fadli sama kesomongannya hahahaha
@danar23 hahaha iyaa nanti di perbanyaaak wakakakaka... Emang disini kan yang cerita si Embun sama si Gersang, yang komentarin manusia ribet banget percintaannya padahal dia sama gersang juga saling cinta tapi di Bikin ribet *tepok mulut*
@klanting801 hahahaha jangan nangis mbak kayaknya beloman ada part galau banget deh
Agak membosankan
Agak lho ya
Membosankan di sudut mananya yak, biar saya bisa perbaiki heheeheeee
bagus, lanjut deh
Hahaha.... Parah masa di gibeng se RW hahahaa
@jony94 selain wow apalagi bang wakakaka
@alfa_centaury okeh lanjutttttttt