It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Dibalik Akhir Tragis Jenderal Ahmad Yani, Anak Emas Presiden Soekarno
Beberapa hari lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melantik Letnan Jenderal Budiman menjadi Kepala Staf TNI AD menggantikan Jenderal Moeldoko yang naik pangkat menjadi Panglima TNI.
Ada cerita menarik seputar pelantikan KASAD. Khususnya saat pemerintahan Presiden Soekarno yang mengangkat Letnan Jenderal Achmad Yani sebagai Kasad pada 28 Juni 1962. Ujung dari peristiwa ini adalah sejarah paling kelam dalam perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu peristiwa G30S/PKI.
Quote:
Saat itu Bung Karno mempromosikan Kasad Jendral AH Nasution menjadi Kasab (Panglima TNI). Sepertinya Nasution mendapat promosi jabatan, tapi sesungguhnya jabatan tersebut sejatinya mengebiri kewenangannya (istilah kerennya ditendang ke atas).
Ini bisa dimaklumi karena hubungan Bung Karno dan Nasution tidak akrab. Mereka selalu bersebrangan. Jadilah posisi Panglima Angkatan Darat (Kasad), kosong.
Maka itu Bung Karno minta Nasution merekomendasikan sejumlah nama untuk diangkat sebagai Panglima AD. Nasution menyanggupi dengan mengajukan sejumlah nama, namun kesemuanya ditolak Bung Karno yang meminta Nasution mengajukan nama-nama lainnya.
Nah, pada daftar rekomendasi yang kedua kali ini, Bung Karno malah memilih Jenderal Yani. padahal Jenderal Yani berada pada urutan paling buncit dalam daftar nama rekomendasi yang kedua tersebut. Maklum, saat itu Jenderal Yani termasuk jenderal paling yunior.
Walau paling yunior, jabatan yang disandangnya kagak main-main. Kepala Staf Gabungan Komando Tertinggi (KOTI) pembebasan Irian Barat dan sekaligus juga menjadi juru bicara tunggal Panglima Tertinggi soal Irian Barat. Jadi udah bisa diketahui kalau Jenderal Yani ini ahli pertempuran. Sudah begitu, Jenderal Yani hampir setiap hari bertemu dalam rapat-rapat dengan Presiden Soekarno di Istana. Bahkan sering juga, Jenderal Yani bersama istrinya diminta Bung Karno ke istana untuk sekadar menemani ngobrol. Itulah yang menyebabkan hubungan mereka dekat. Setelah menjabat Kasad, hubungan Yani dan Bung Karno menjadi semakin akrab.
Sedang hubungan Nasution dan Yani malah tidak akrab, mereka sering berdebat khususnya demi kemajuan Angkatan Darat karena Jendral Yani tegas dan tidak suka basa-basi.
Namun saat itu situsi politik negara lagi panas. PKI menjadi jaya karena merasa mendapat "angin" dari Bung Karno, jadinya nekat melebarkan "sayapnya". Mereka mengusulkan dibentuk angkatan kelima (buruh dan petani yang dipersenjatai). Hal ini dengan tegas ditolak Jenderal Yani. Hal tersebut bikin PKI (khususnya ketua PKI, DN Aidit) gondok berat, gan).
Jadinya PKI menghembuskan isu "Dewan Jenderal" dan dokumen asing yang menyebut kolaborasi sejumlah jenderal AD dengan Barat. Karena berlawanan dengan Soekarno dan PKI yang cenderung ke negara Blok Timur seperti China dan Uni Soviet, maka Yani dan kawan-kawannya disebut-sebut akan melakukan kudeta terhadap Bung Karno.
Isu yang dihembuskan oleh PKI tersebut berhasil membuat hubungan Presiden Soekarno dan Yani retak perlahan-lahan. Puncaknya, Soekarno (berencana) memanggil Yani ke istana pada 1 Oktober 1965. Dia berniat mengganti Yani dengan Jenderal Moersjid. Yani tak pernah tahu mengenai hal ini.
Namun, Yani tak pernah bisa datang ke Istana menemui Bung Karno, karena pagi itu, 1 Oktober 1965 Pukul 04.30 WIB, sepasukan tentara datang menjemput Yani. Mereka mengatakan bahwa Yani diminta menghadap Soekarno segera saat itu juga. Yani sendiri tak curiga karena ia memang sudah ada rencana hendak ke Istana menghadap Bung Karno. Maka dia meminta waktu kepada tentara yang menjemputnya untuk berganti pakaian dengan seragam dinas.
Namun niatnya itu dibantah oleh Tjakrabirawa yang menjemputnya. "Tak usah ganti baju, jenderal!" bentak seorang bintara Tjakrabirawa itu. Hal itu membuat Yani marah (mana boleh seorang bintara berani kurang ajar pada jenderal). Lalu Yani, membalikkan badan dan menempeleng prajurit kurang ajar itu kemudian berjalan ke arah pintu. Dalam sepersekian detik sesudahnya, Jenderal Yani diberondong tembakan senapan otomatis secara membabi buta dari jarak dekat
Horor banget, silahkan bayangin gan.
Ini foto-foto dari TKP akibat ulah Tjakrabirawa
Jenderal Ahmad Yani tewas ditembak di sini setelah menempeleng prajurit kurang ajar di pintu ini. Ia ditembak dari jarak dekat, peluru menembus pintu kaca memberondong tubuhnya yang berada dibalik pintu. (kacanya pecah tuh) Kejadian ini disaksikan oleh Untung dan Eddy, kedua putranya yang masih kecil-kecil.
Lorong di depan pintu kaca. Di sepanjang lorong ini tubuh Jenderal Yani diseret kemudian berbelok ke kanan. Darah berceceran dan menggenang di sepanjang lorong
Ini salah satu dari beberapa foto asli yang diambil beberapa saat setelah peristiwa keji tersebut terjadi di rumah Jenderal Yani di Jalan Lembang, Menteng.
sebagian genangan darah bekas jejak jenazah Jenderal Yani yang diseret dengan keji sebelum dilemparkan begitu saja ke atas truk.
Amelia, putri Jenderal Yani mengatakan, "Banyak yang bilang kalau Bapak (Jenderal Yani, maksudnya) menjadi anak emas Presiden Soekarno".
Benar-benar tragis nasib Jenderal dengan prestasi cemerlang ini. Rasanya bergidik banget melihat foto bukti-bukti kekejaman gerombolan tentara yang membunuh Jenderal Yani di depan kedua anaknya yang masih kecil begitu.
[img][/img]
pki hidup kembali..
merdeka,,,!!!...
...
dari Mobil Mewahmu Kau Lambaikan Kolormu:“Dukunglah Kami, 2014!”
Sun, 14/10/2012 - 07:00 WIB
(DPR MAHA SYAHWAT 5)
dari mobil mewah “porsche”mu
kau lambaikan kolormu yang seharga seribu dolar selembar
lalu kau berteriak “dukunglah kami,
calon legislatif 2014!”
dari gedung besarmu yang mewah bertingkat enam
kau kibarkan bendera kemerdekaan
dan rakyat mengibarkan bendera kematian
dari bawah kolong-kolong jembatan
gubuk-gubuk reot di pinggir sungai yang coklat
karena dikotori otakmu yang abu-abu
o binatang telah menguasai gudang-gudang perbekalan
untuk rakyat yang berangkat di tahun 2014
kekayaan rakyat telah dikapling-kapling
dikuasai mafia-mafia galak dan rakus
dirampok dan dibagi-bagikan
kepada anggota dpr yang maha syahwat!
Jakarta, 03 10 2012
dari Mobil Mewahmu Kau Lambaikan Kolormu:“Dukunglah Kami, 2014!”
Sun, 14/10/2012 - 07:00 WIB
(DPR MAHA SYAHWAT 5)
dari mobil mewah “porsche”mu
kau lambaikan kolormu yang seharga seribu dolar selembar
lalu kau berteriak “dukunglah kami,
calon legislatif 2014!”
dari gedung besarmu yang mewah bertingkat enam
kau kibarkan bendera kemerdekaan
dan rakyat mengibarkan bendera kematian
dari bawah kolong-kolong jembatan
gubuk-gubuk reot di pinggir sungai yang coklat
karena dikotori otakmu yang abu-abu
o binatang telah menguasai gudang-gudang perbekalan
untuk rakyat yang berangkat di tahun 2014
kekayaan rakyat telah dikapling-kapling
dikuasai mafia-mafia galak dan rakus
dirampok dan dibagi-bagikan
kepada anggota dpr yang maha syahwat!
Jakarta, 03 10 2012
Amien Rais Ragukan Nasionalisme Jokowi
#Amien Rais
Besar Kecil Normal
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais, meragukan kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Ia menilai kesuksesan yang disebut-sebut melekat dalam kepimimpinan Jokowi, begitu sang gubernur biasa disapa, hanya pencitraan. "Di Solo itu yang bekerja Rudi (FX Rudi, wakil wali kota). Saya ini orang Solo, kemiskinan dan kumuh masih banyak," katanya kepada Tempo di kediamannya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 12 September 2013.
Menurut Amien, Jokowi belum bisa dianggap sukses memimpin Jakarta. Alasannya, kemacetan dan kumuh masih menjadi persoalan. "Dia berhasil membersihkan Pasar Tanah Abang, tetapi macet Jakarta masih terasa," ujarnya.
Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat 1999-2004 itu juga meragukan Jokowi punya komitmen nasionalisme kuat kendati berasal dari partai nasionalis, PDI Perjuangan. Amien menyebut kebijakan Megawati Sukarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan, saat menjadi presiden, yaitu menjual saham PT Indosat Tbk ke asing, pembebasan utang pengusaha hitam, merupakan kebijakan yang berlawanan dengan semangat nasionalisme. "Mega saja bisa seperti itu," katanya.
Mantan Ketua Umum Muhammadiyah itu menilai kelompok politik Islam belum tentu berkoalisi dengan Jokowi jika maju sebagai calon presiden. "Belum tentu," katanya. Pernyataan itu berbeda dengan pernyataan Amien baru-baru ini di berbagai media yang menggadang-gadang kemungkinan Jokowi berduet dengan Hatta Rajasa, Ketua Umum PAN.
AKBAR TRI KURNIAWAN