It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
yang rajin ya update nya \O/
yah mas kris nya kok kaya gt...
penasaran sm cerita ini...mention ya...
Sudah hampir satu minggu ini e-mail dari Dhias semakin berkurang menghampiri inbox Krisnanda. Biasanya Dhias akan mengiriminya e-mail minimal 3x sehari. Pagi saat Kris bangun, dia akan menemukan e-mail ucapan selamat pagi, siang nya dia akan diingatkan untuk makan siang, dan sore nya, Dhias akan iseng mengingatkannya untuk mandi. Sedangkan malam, tentu saja sudah menjadi jadwal mereka untuk saling menyapa walaupun hanya beberapa menit melalui messenger atau akun media sosial. Tapi semua kebiasaan itu sudah agak memudar seiring dengan berjalannya waktu, seiring dengan kesibukan Dhias yang makin menjadi – juga seiring dengan tumbuhnya keacuhan Kris.
Kris bukan sudah menyerah tentang Dhias, tapi sepertinya cowok ganteng itu sedang berada dalam tahap jenuh menjalani hubungan jarak jauhnya. Ditambah sekarang dia menemukan seseorang di dekatnya yang bisa membuat pikirannya teralihkan hingga tidak begitu fokus pada Dhias. Rasa rindu yang selalu mengganggunya, perlahan memang bisa dia simpan begitu saja. Kris nyaris tak peduli apa dia sedang berada dalam posisi yang berbahaya atau tidak. Dia tetap yakin kalau dia tak akan pernah meninggalkan Dhias, dia hanya ingin membagi sedikit perhatiannya pada hal lain agar dia bisa tetap bertahan di tempatnya untuk menunggu Dhias kembali ke sisinya. Sebenarnya Kris sadar itu mulai mendekati perselingkuhan, tapi dia meyakinkan dirinya kalau hanya untuk sementara – atau malah mungkin dia memang tak akan pernah menuju kesana. Dia hanya membutuhkan sedikit refreshing, yah sebut saja seperti itu. Kris sama sekali tidak memiliki keyakinan apapun tentang perasaannya pada Virgo. Dia mungkin hanya menyukai cowok itu karena Virgo bisa membuatnya tertawa, bisa dia kerjai, membuatnya merasa memiliki sebuah mainan baru di kampus – hanya sebatas itu, walau kemudian dia memang jadi agak ketergantungan pada kehadiran Virgo.
Kris tak mau banyak berpikir. Let it be. Just let it be.
“Mas, lu bikin kelas gue gak konsen tau” kata Virgo ketika dia sudah selesai kuliah dan menemukan Kris sedang berdiri di dekat kelasnya sambil mengamati kameranya. Sepanjang mata kuliahnya tadi, Virgo menyadari kehadiran Krisnanda diluar kelasnya, mengambili gambarnya dari jendela. Karena kesuksesan foto yang pertama beberapa hari lalu, membuat Kris jadi rajin menyambangi Virgo di kelasnya, mengambil gambar saat dia sedang belajar. Kris beralasan kalau dia membutuhkan gambar yang lain daripada biasanya. Lagipula pose dan ekspresi Virgo jadi lebih natural saat sedang serius di kelas. Hanya masalahnya, beberapa teman Virgo – terutama yang perempuan, malah jadi hilang konsentrasi dan mencuri-curi pandang pada Kris. Beruntung dosen mereka memilih tidak peduli.
“Sori” ujar Kris sambil tersenyum cuek.
Virgo hanya menggelengkan kepala, lalu membalikkan badannya untuk berlalu dari sana. Mata kuliahnya untuk hari itu sudah selesai, dan dia harus pulang cepat karena ibu nya akan pulang terlambat hari ini. Seperti biasa, Virgo harus mengurus rumah karena kakak perempuannya juga bekerja sedangkan adik perempuannya walaupun sudah SMA, tapi masih sangat manja dan belum bisa diberi kepercayaan untuk mengurus rumah. Selain itu juga karena dia ketergantungan pada Virgo. Sebenarnya kalau diamati lebih dekat, Virgo memang seperti anak laki-laki satu-satunya yang tertindas di keluarganya.
“Eh, mau kemana lu?” Kris menarik tas punggung Virgo sebelum cowok itu sempat pergi.
“Hah? Ya pulang mas”
“Siapa yang nyuruh pulang?”
“Gak ada. Kuliah gue kan udah selesai, terus hari ini gak ada kegiatan di club juga jadi gue mau pulang cepet” jelas Virgo apa adanya.
Kris mengernyitkan keningnya.
“Lu kok gak asik. Gak jalan dulu gitu sama temen-temen lu? Sama cewek inceran lu?”
Virgo menggelengkan kepala.
“Gak. Gue harus pulang cepet. Yuk ah mas!”
“Eh bentar! Bentar!” sekali lagi Kris menghalangi Virgo untuk pergi.
Virgo berbalik lagi dengan malas. Dia bukannya tak mau meladeni Kris, tapi hari ini dia memang sedang tak ada banyak waktu untuk bercanda dan melakukan hal konyol dengan seniornya yang belakangan ini jadi lebih akrab dengannya itu.
“Naik apa lu?”
“Motor”
“Oh lu bawa motor?”
Virgo mengangguk. Entah kenapa Kris harus meyakinkan lagi hal yang sudah jelas begitu.
“Gua bawa mobil”
“Terus?”
“Gua anter pake mobil gua”
Sesuatu yang belakangan ini tak pernah terpikir oleh Virgo, mendadak terbersit di benaknya. Seniornya ini memang jadi seolah ketergantungan padanya. Sering menggodanya di twitter, di SMS bahkan beberapa kali mengganggunya lewat telepon. Virgo berpikir mungkin karena mereka begitu konek saat mengobrol dan bercanda, jadi tidak ada salahnya kalau akhirnya mereka jadi sangat akrab. Tapi, sekarang Virgo baru merasakan ada yang lain... apa mungkin sebenarnya Kris sedang pedekate? Tidak mungkin, Virgo menepis sendiri pikirannya, tak mau terlalu percaya diri. Bagaimana mungkin Krisnanda Fathmara yang ganteng, menyenangkan dan populer ini melakukan pendekatan pada dirinya yang sudah jelas-jelas sesama cowok?! Itu mungkin kalau terjadi di komik-komik yaoi yang biasa dibaca adiknya, tapi kalau di dunia nyata... rasanya terlalu...
“Lu mikir apa sih? Lama!”
Sentilan jari Kris yang mendarat di kening Virgo, membuat cowok itu mengerjapkan matanya dan menghentikan pikiran kerasnya.
“Mau gak? Mau aja lah!”
Virgo sama sekali tak sempat menyahut karena Kris sudah lebih dulu menarik tas punggungnya, dan membawanya pergi dari sana menuju parkiran mobil.
* * *
“Sumpah ini nonsense banget, Mas. Motor gue ditinggal di kampus, apa-apaan coba?! Udah gue turun aja, mau naek motor!” Virgo tak berhenti memprotes setelah dia berada di dalam mobil Kris dan Kris sudah melajukan Jeep-nya keluar dari pelataran parkir kampus.
Tadi Virgo memang tak bisa banyak melawan begitu Kris memaksanya masuk ke dalam mobil. Bagaimanapun badan kecilnya masih kalah dari badan Kris yang tinggi.
“Udah diem, berisik! Nanti gua anterin motor lu, sekarang tunjukin aja jalan lu pulang”
Untuk ketiga kalinya Virgo tak bisa membantah lagi. Karena mereka sudah terlanjur jauh dari kampus, dia pun menyebutkan alamat rumahnya. Mungkin nanti malam saja dia akan kembali ke kampus untuk mengambil motornya. Sekarang dia terlalu malas untuk membuat masalah dengan seniornya yang keras kepala ini, yang penting dia bisa segera sampai di rumah.
“Thanks ya” Virgo berkata sambil turun dari Jeep Krisnanda. Tanpa menunggu Kris menyahutnya, cowok itu langsung berjalan menuju pagar rumahnya.
Kris segera menyusul turun.
“Eh bentar!” panggilnya.
Virgo menghela nafas diam-diam.
“Apa lagi Mas? Maaf nih, gue gak bisa ajak masuk dulu. Gue bakalan sibuk sampe sore, jadi—“
“Kunci motor lu!” potong Kris, tak mempedulikan kalimat penuh alasan yang sedang Virgo jabarkan. Dia menyodorkan telapak tangannya, meminta kunci motor.
Virgo melihat pada telapak tangan itu, kemudian melihat pada wajah ganteng Kris yang tampak datar saja.
“Buat apa?”
“Pinjem”
“Loh, Mas kan bawa mobil—“
“Lu bawel ah, udah cepet kasih aja!”
Virgo terdiam beberapa detik, berpikir untuk menolak lagi, tapi melihat Kris yang sama sekali tidak bergeming dengan telapak tangan yang masih tersodor ke arahnya – membuat dia kembali malas untuk berkata-kata. Dengan agak berat hati, cowok itu pun mengambil kunci motor dari dalam saku kecil di tas punggungnya. Kris tak banyak bicara setelah kunci motor itu tersimpan di tangannya. Dia segera berlalu, kembali masuk ke dalam mobilnya. Sekali lagi, Virgo hanya terpana hingga Jeep milik Kris menghilang dari pandangannya. Ia tahu, Krisnanda pasti akan membawakan motornya. Ini... berlebihan. Apa sebenarnya poin dari semua ini?
“Kak Igo? Kakak!”
Virgo tersentak dari pikiran memusingkannya, lalu menoleh ke dalam rumah, melihat adik perempuannya satu-satunya – Mischa, berada disana.
“Kakak lagi apa? Cepet ih bikinin nasi goreng, Icha laper! Icha baru pulang sekolah nih, capek!” Mischa berkata lagi dengan gaya manjanya seperti biasa.
Virgo tak menyahut dan hanya bisa menurut dengan masuk ke dalam rumahnya. Dia akan mencoba tidak peduli dengan sikap antik dan aneh dari Kris. Dia harus melaksanakan urusannya dulu.
“Mana motor Kakak?” tanya Mischa tiba-tiba begitu cewek cantik berusia 16 tahun itu sadar, motor milik kakaknya, tak terlihat di garasi rumah mereka. “Tadi Kakak ke kampus naik motor kan?”
Virgo mengangguk pelan.
“Terus? Mogok?” Mischa tampak penasaran sekali.
Virgo tak menjawab, dia memilih untuk pura-pura tak mendengar pertanyaan adiknya.
“Tadi Kakak kesini naik apa? Angkot?” adiknya sama sekali belum menyerah dan malah terdengar semakin ingin tahu. Tapi lagi-lagi Virgo hanya menghindar, dia menyimpan tasnya di ruang tv, melepas jaket jeansnya dan langsung menuju dapur.
Mischa yang terus memberondongnya dengan pertanyaan, tidak dia gubris sedikitpun. Dia terus serius memotong-motong bahan masakan untuk membuat nasi goreng kesukaan adiknya itu. Namun pikirannya tentu saja tidak setenang sikapnya. Dia masih menerka-nerka segala bentuk perhatian dari Krisnanda yang semakin lama memang terasa semakin ganjil.
. . .
Jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam. Virgo melirik handphone-nya yang sejak tadi siang, tidak dihubungi Krisnanda. Sudah hampir 7 jam, dan motornya sama sekali belum terlihat di depan rumahnya. Virgo tidak khawatir kunci motornya dipegang Kris, dia masih bisa mengambilnya besok di kampus. Dia malah khawatir kalau Kris tidak menemukan motornya, karena dia yakin kalau Kris sama sekali tidak mengetahui yang mana motonya. Dia juga sengaja tidak memberitahu dan menghubungi lebih dulu, karena kalau memang Kris berniat mengambilkan motornya seperti yang dia duga – Kris pasti akan menghubunginya untuk menanyakan ciri-ciri motornya. Kalau sudah hampir malam seperti ini, Virgo yakin Kris juga paling sudah pulang ke rumahnya.
Virgo menghela nafas, lalu menggelengkan kepalanya. Dia sungguh tak habis pikir dengan keanehan tingkah seniornya itu. Kurang lebihnya, ini pasti hanya akan merepotkannya saja.
“Go, gue mau mandi, tolong nyalain air anget ya! Terus nanti kasih tau gue kalau udah penuh bak nya” teriak Chika, kakak perempuan Virgo, yang baru pulang dari kantor.
Virgo berhenti melamun memandangi handphone-nya, lalu beranjak dari ruang depan untuk menuju kamar mandi, melakukan apa yang diminta oleh kakaknya.
“Kak Igo!”
Virgo yang lagi-lagi sedang serius melakukan pekerjaannya, tak menyadari panggilan Mischa. Tangan Virgo masih asik merasakan air hangat di bak, untuk memastikan temperaturnya tidak akan terlalu panas. Dan seperti biasa, pikirannya malah menjalar kemana-mana, terutama pada sosok cowok yang terus memenuhi ruang di benaknya sejak hari ini.
“Kakak!!!”
“Hah?”
“Ini handphone-nya bunyi terus!”
“Oh...”
Virgo mengembalikan pikirannya ke dunia nyata. Dia mengelap tangannya yang basah, lalu keluar dari kamar mandi sambil menerima handphone-nya di tangan Mischa.
“Kasih tau Kak Chika, bak nya udah mau penuh” pinta Virgo pada Mischa. Cewek abege itu hanya mengangguk malas-malasan.
Virgo berjalan keluar halaman belakang yang hanya beberapa meter dari kamar mandi. Dia melihat pada handphone-nya sebelum kemudian menjawab. Ada debaran lega sekaligus aneh di dadanya ketika dia melihat nama Krisnanda disana. Akhirnya, orang yang dia tunggu, menghubungi juga.
“Ya Mas?”
Beberapa detik, Virgo agak mendengar suara nafas.
“Sori, gua gak bisa nemu motor lu” kata Kris kemudian.
Virgo tersenyum kecut.
“Udah gue duga. Mas sih gak nanya dulu, udah langsung maen pergi aja. Ya udah gak apa-apa Mas, biar besok gue ambil. Mas simpen dulu kuncinya, jangan sampe ilang! Besok gue naek angkot aja dulu ke kampus”
Lagi, beberapa detik, Virgo tak langsung mendengarkan sahutan dari Kris.
“Mas?”
“Gua udah di depan rumah lu, bukain pagarnya!”
Virgo terpana beberapa saat, sebelum kemudian akhirnya dia tersadar dan segera berlari ke ruang depan.
“Ada temen elu tuh, Go” ujar Chika yang sudah menenteng handuk dan sedang menuju ke kamar mandi. Kakaknya itu, tadi memang sempat mengintip dari jendela.
Virgo tidak menyahut, dan langsung membuka pintu. Di depan pagar, Krisnanda tengah berdiri di samping motornya, dengan handphone yang masih tersimpan di telinganya. Mata mereka bertemu beberapa detik, menyiratkan sesuatu yang tak bisa mereka katakan secara lisan.
“Katanya gak bisa nemu motor gue” kata Virgo akhirnya, memecahkan suasana yang mendadak canggung diantara mereka.
“Iya, makanya lama. Gua sampe minta tolong satpam, tapi akhirnya gua tungguin aja sampe cuma ada satu motor yang kesisa di parkiran” jelas Kris apa adanya.
Virgo menggelengkan kepalanya, hampir tak percaya.
“Parah lu, Mas” gumamnya. Dia antara ingin tertawa dan... terpana. Krisnanda mau melakukan hal konyol seperti itu, untuknya?
Kris hanya tersenyum tipis sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
“Ya udah, gua pulang dulu ya. Disini.. suka ada taxi lewat gak?”
“M- mobil lu dimana?”
Sekali lagi Kris tersenyum, kali ini terlihat malu.
“Di kampus”
Virgo terhenyak untuk kesekian kali di dalam hatinya. Sungguh hari ini, sebenarnya siapa yang sudah berbuat bodoh?!
“Gue anter Mas, yuk!” Virgo tak jadi memasukkan motornya dan langsung menaikinya, meminta Kris untuk naik.
“Hah? Terus nanti lu pulang sendiri pake motor?”
“Ya iyalah!”
“Terus ngapain dong gua ribet-ribet bawain motor lu?!”
Virgo memutarkan bola matanya. Dia mendecak pelan sebelum menstarter motornya. Kris sudah naik di jok belakang.
“Ini salah lu Mas, salah lu sendiri” ujarnya sambil menahan tawa diam-diam.
. . .
Krisnanda menyimpan sebelah telapak tangan di wajahnya, menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan kekonyolannya sendiri hari ini. Virgo enak tertawa di hadapannya.
“Meaningless banget kan? Lu apa-apaan hari ini!? Udah gue bilang, biar gue naek motor gue aja, Mas maksa , sekarang ujung-ujungnya gue harus nganter lu lagi kesini dan gue tetep pulang sendiri, Mas juga pulang sendiri...” kata Virgo yang dengan sengaja masih asik menjelaskan betapa konyolnya yang sudah terjadi.
“Iya.. iya gua bego” gumam Kris akhirnya dengan sedikit tawa di suaranya. “Tapi gak apa-apa” Kris melepaskan telapak tangan dari wajahnya, terus memandang Virgo dengan tatapan yang cowok itu tak bisa artikan. “Gua seneng bisa tau rumah lu... terus bisa ngerasain suasana malem kampus bareng lu”
Virgo agak membatu mendengarkan kalimat yang terakhir. Sekali lagi mata mereka saling memandang dan menyiratkan banyak hal yang semakin berkelebatan. Perasaan yang sudah diterka-terka Virgo sejak tadi, sepertinya sekarang terjawab sudah menjadi sesuatu yang positif.
“Mas, lu—“
“Udah pulang sana, udah malem! Gua duluan ya. Lu hati-hati” Krisnanda memotong ucapan Virgo begitu saja.
Virgo pun hanya bisa mengangguk dan membiarkan seniornya itu menaiki mobilnya lalu keluar dari pelataran parkir kampus. Tinggallah Virgo sendiri disana masih terdiam memandang Jeep milik Kris hingga menghilang di belokan. Cowok manis itu menghela nafas, dengan sikap Kris barusan yang tampak ingin menghindar, semuanya terasa semakin jelas seperti dugaannya. Dia menggelengkan kepalanya dan tak bisa menahan diri untuk mengulas senyuman lagi. Sungguh, dia tak pernah membayangkan sebelumnya hal konyol semacam ini akan terjadi di hidupnya. Dan apa semuanya akan berlanjut? Virgo belum tahu. Dia hanya akan membiarkan semuanya mengalir seperti air.
* * *
Krisnanda menulis status di akun twitter-nya. Sejak cowok ganteng itu tiba di kamarnya, dia malah langsung menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur dan memikirkan kembali kejadian bodoh yang terjadi hari ini. Weird. Semuanya memang terasa aneh untuknya, terutama di hati dan pikirannya.
Kris mungkin sudah menyadari ada yang tidak biasa begitu dirinya lebih mengenal Virgo dan akrab dengan cowok itu. Tapi, dengan kejadian hari ini, semuanya jadi semakin rumit untuknya. Dia sendiri tak habis pikir, kenapa bisa-bisanya dia berbuat tanpa pemikiran yang jelas. Dia seolah hanya mengerjakan apa yang diinginkannya. Dia ingin mengantarkan Virgo sampai rumahnya, hingga dia bisa tahu rumah juniornya itu – tapi dia tak begitu memikirkan kalau itu hanya menjadi sebuah ‘meaningless move’ seperti yang Virgo bilang. Singaktnya, dia sudah melakukan suatu hal yang kesannya sia-sia hanya demi seseorang seperti Virgo. Apa lagi tujuannya kalau bukan untuk menarik perhatian cowok manis itu?! Kris belum mau mengakuinya secara terang-terangan.
Pradhiasta M. @ dhias1120
@kerisnand how weird is it?
Kris tertegun sesaat begitu matanya menemukan mention dari Dhias. Dia segera bangun dan mengambil laptopnya dari atas meja. Dia langsung mengaktifkan akun messenger-nya dan seperti yang sudah dia duga, akun Dhias juga sedang ON disana. Rasanya memang sudah lama sekali mereka tidak saling menyapa melalui internet lagi. Karena mereka pun sudah jarang bertukar e-mail, lalu Kris lebih sering tidur cepat sejak beberapa hari ini, semuanya memang seolah-olah sedang menghilang diantara mereka. Dan seharusnya saat ini akan menjadi pembicaraan mereka yang penuh rindu.
Kris: too weird
Dhi: why?
Kris: becoz i never got any mail again from you
Dhi: nyalahin gue?
Kris: bukan... gua kangen dhi!
Dhi: oh kirain udah lupa
Kris terdiam, mendadak tak tahu harus menjawab apa.
Dhi: kamu masih nunggu gue gak sih, Kris?
Pertanyaan Dhias berikutnya membuat Kris semakin tak tahu apa yang harus diketiknya. Beruntung sekali karena Dhias tak bertanya seperti itu di telepon atau di web-cam. Karena Kris yang terdiam dan gugup mungkin akan membuat Dhias menjadi curiga.
Kris: selalu dhi... makanya cepetan balik!
‘sebelum gua jatuh cinta beneran sama orang lain’ Kris melanjutkan sendiri kalimatnya di dalam hati. Dia memang mulai merasa tidak aman dengan perasaannya sendiri.
Dhi: hehehe sori. Ending taun ini mudah2an gue bisa pulang. Tapi, gue mungkin bakal pergi lagi kesini
Kris mendecakkan lidahnya. Itu dia yang membuatnya nyaris tak bisa terima.
Kris: gpp, yg penting lu pulang dulu dan gua bisa liat lu
Kalimat yang tidak sepenuhnya tulus pun jadi dia ketikkan disana.
Dhi: hm? Liat doang?
Kris: bisa meluk elu
Dhi: meluk doang?
Kris: maunya apa lagi emang?
Dhi: cium lah!
Kris tersenyum membaca balasan Dhias. Memang rasanya benar-benar sudah lama mereka tidak ‘bermesraan’ disini lagi. Dalam hati, Kris merasa lega karena ternyata menghilangnya mereka beberapa hari ini tidak membuat mereka menjadi canggung. Entah, mungkin karena dia bisa tetap mengendalikan dirinya dan berusaha tidak mengingat bahwa perasaannya sedang terombang-ambing. Entah juga kalau dia sedang berpura-pura? Semoga tidak.
Kris: iya nanti gua cium sampe lu abis napas dan bibir lu bengkak
Dhi: hahaha serem amat
Kris: gak mau?
Dhi: jangan sampe abis napas
Kris: kalo bengkak?
Dhi: biasanya juga gitu...
Kris: bener ya? Terus nanti gua cium yang lain2
Dhi: contohnya?
Kris: tangan lu
Dhi: hahahahahahaha so sweet kamu
Kris: terus apa dong? mau dicium lehernya?
Beberapa detik Kris tidak mendapatkan balasan dari Dhias.
Kris: hey!
Dhi: ah mulai kan kamu...
Kris: mulai apa?
Dhi: -_- gue males kalo udah gini, rasanya pengen pesen tiket pesawat pertama buat pulang
Kris: pesen aja. Gua jemput jam berapa juga
Dhi: -_-
Kris tersenyum tipis dan agak kecut. Lagi, dia memang selalu menyulitkan posisi Dhias.
Kris: ya udah, skrg kita harus puas ciuman lewat sini dulu
Dhi: mana bisa -_-
Kris: bisa aja, nih *emot cium*
Dhi: hahahahahaha
Dhi: maapin gue ya kris
Kris: gak usah minta maap. Lu gak salah, gak ada yang salah.
Dhi: gue telpon ya, pengen denger suara kamu..
Kris: hm ok
Dan malam itu, untuk pertama kali setelah hampir 1 tahun lebih mereka menjalani hubungan jarak jauh, Dhias mengajak Krisnanda untuk bermesraan melalui telepon. Memang agak terasa aneh, tapi ketika mereka melakukannya, Kris bisa membayangkan Dhias berada di dekatnya, walau itu hanya suaranya. Hanya saja beberapa saat setelah mereka selesai dengan pembicaraan mereka yang penuh dengan bahasa, kata-kata juga suara yang menjurus – bayangan wajah manis Virgo malah menganggu di benak Kris. Cowok ganteng itu menerawangkan tatapannya ke langit-langit kamarnya, menyadari kalau bermesraan seperti ini tidak membuatnya puas secara penuh. Tapi kenapa harus Virgo yang muncul di benaknya?
“Kris?” suara Dhias yang mendadak agak parau, mengusik keterdiaman mereka.
“Hm?”
“Untuk sementara gak apa-apa ya kayak gini dulu? Gue harap kamu bener-bener bisa bayangin gue ada disitu... gue sayang banget sama kamu...”
“Gua juga sayang lu, Dhi”
Kris menyahut agak datar. Dan bayangan wajah Virgo masih ada di benaknya, bersamaan dengan wajah tampan Dhias. Kris tersenyum kecut pada dirinya sendiri. Ini mungkin sudah positif, dia sudah membagi perasaannya. Dia... menginginkan mereka berdua.
To Be Continued
A/N: maap ya rada telat2 update-nya. im a bit busy anyway hehe. makasih banyak buat yang udah mampir2 ^^
Semangat trs ya update nya,,,,
seiring dengan tumbuhnya keacuhan Kris.
Btw acuh itu artinya peduli, acuh tak acuh: cuek...
tapi seru ceritanya .. apalagi tau ade nua si Virgo doyan komik yaoi. :-D
Jangan mudah kau giurkan(?) hatimu huhuhuu
Pengen deh Kris & Dhias lebih mesra lagi, sekedar saling memanggil dgn sebutan "sayang" itu pasti bikin hati meletup-letup. >_<
Btw thanks buat @rieyo626 uda ngelanjutin ceritanya, very nice as usual
Tema selingkuh, euh, sorry to say, but that's so clichè.
Mereka LDR, terus yg satu akan selingkuh, nanti akan ada konflik batin, mulai klimaks, penyelesaian, ending. Udah, gitu aja. Kesan nya apa hayooo?
Kesan kalo org selingkuh, berarti dia memang gak bener-bener cinta sama org yg pertama. Ugh! That's gross!