It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
doh! kecian otopetnya )
emang punya dada?? :P
PS. Somehow I tot that Chris is just like me, childish person despite of our age, LOL
childish person despite ur age? haha itu daya tarik nya kan.. ^^
yeah I found that Chris is one of the interesting part in this story
ga sad ending kan ya?
@_newbie huhu #nangis dipojokan
Oh no!!! Jangan ambil Chrisku ya Drew *jitak*
have nlm minggu ini. who ever u with ^^
as usual cerita gw maaf masih membosankan karena menulis laporan keuangan lebih mudah #alasanPermanen
And always I said it, berikan apresiasi yang luar biasa ke semua penulis yang ada di boystory dengan karyanya yang ruar biasa. Salut.
@severiandra @YANS FILAN @farizpratama7 @angelofgay @jokerz @caetsith @masdabudd @karena @obay @alexislexis @erickhidayat @arifinselalusial @adilope @greenbubles @yongjin1106 @difer @sicnus @jokerz @adzhar @kimo_chie @irfandi_rahman @trace_trie @boyzfath @taylorheaven @arifinselalusial @ardi_cukup @zeamays @rizky_27 @dekisugi @dhika_smg @farnuta @cassieput @_newbie @zeamays @kim leonard @nakashima @kim_kei @putra_ajah @deneb @leehan_kim @wpeee @wooyoung @danielsastrawidjaya @amira_fujoshi @r2846 @jude_maverick @kylskolwal @dheeotherside @adam08 @lu_lingqi @half_blood
____________________________________________________
"Kii" aku memanggil rifki dari basement
"Tungguin ki"
"Hey ki"
Rifki tidak mengubris panggilanku, sejak semalam aku aku menghubungi rifki, tidak ada respon dari nya, pesanku pun tidak di balas olehnya.
"Ki, kok ninggalin aku di bawah?"
"Ohh"
Yang aku lihat, rifki sedikit canggung dan tidak melihat ke mataku saat aku berbicara kepadanya. Apa karena peristiwa semalam.
"Ki, aku gak akan ngerubah sikap aku sama kamu, aku sayang sama kamu ki sebagai seorang teman" "Teman? Jadi aku tidak punya kesempatan?"
"Ki"
"Chris kan? Aku ngerti drew"
"Ki"
Rifki menarik panjang nafasnya, dan menatap ke arahku.
"Yoss, Back to my old self drew, lunch bareng kita ntar?" Rifki tersenyum
"Iyah"
Back his old self, yah itu yang kusuka dari rifki, selalu ceria, dan kadang memeperlakukanku seperti anak kecil. Walaupun pada akhirnya aku tetap tidak memeberikan jawaban apapun kepadanya, pengertian, yah aku mendapat banyak pengertian darinya.
Tubuhku, semangatku sekarang memang tengah bekerja di kantor, tapi, kekhawatiranku berada di kost untuk chris, apa dia sudah makan? Apa dia sudah minum obat? Setiap waktu aku selalu mengirimkan pesan hari ini, balasan yang aku dapat hanya "aku baik-baik saja". Jawaban seperti itu malah semakin membuatku merasa chris tidak dalam keadaan baik.
Aku sadar, sekarang aku benar-benar terikat oleh keberadaanya, padahal aku sendiri tidak yakin sepenuhnya dengan perasaanku sendiri, dan aku juga tidak yakin dia memiliki perasaanya yang sama seperti apa yang kurasakan sekarang. Untuk mengatakan aku suka padanya itu jadi hal yang mustahil untukku, walaupun sudah lebih dari sekali dia menciumku, dia sendiri mengatakan itu bukan ciuman, dan itu menunjukan kalau dia tidak menyukaiku dalam artian lain.
***
"Aku pulang chris"
"Chris" Aku membuka pintu kost, dan merapikan susunan sepatu yang seharusnya berjejer di samping pintu. Dengan menenteng satu buah kantong plastik besar berisi buah-buahan segar. Aku menyempatkan sebelum kembali ke kost untuk membeli bermacam buah, aku masih belum tahu buah apa kesukaan chris, jadi aku membeli apel, jeruk, jambu, dan kiwi, dan ini menghabiskan sedikit banyak uang bulananku. "chris perlu makanan sehat" aku tersenyum memikirkan hal kecil ini.
"Chris" aku melihat chris terbaring tidak bergerak, aku melemparkan buah itu dan mendekati chris.
"Chris, chris" chris masih tidak bergerak, aku panik, melihatnya seperti ini, entah apa yang kulakukan, aku kalap. Aku berlari kesana-kemari mencari ponsel ku, aku harus menelpon ambulance secepatnya.
"Emmmmm, ribut sekali drew" chris bangkit dari tempat tidurnya dan mengucek matanya.
"Kau tidak apa chris, kenapa tadi pingsan? Apa kamu belum makan?" Aku mendekatkan diri ke chris duduk tepat disampingnya, dengan perasaan khawatir.
"Aku ngantuk drew"
"Huh"
"Bisa ambilkan buku itu drew"
Aku menyerahkan nuku saku yang terletak di atas tv kepada chris, aku sedikit penasaran dengan buku itu, sepertinya buku itu tidak berisi tulisan apa-apa, tapi chris selalu membawanya.
"Jadi tadi kamu tidur chris?"
"Hhhuuuuft" aku tersandar di dinding.
"Kamu tidurnya kaya --- sudahlah"
"Chris kamu gak apa?"
"Hanya sedikit pusing drew?"
"Kamu udah makan tadi, aku nitip buatin bubur ke bunda"
"Itu?"
Aku melihat ke arah chris, setelah melihat isi mangkuk bubur yang masih tersisa banyak. Chris hanya membalas tatapan ku dengan senyuman.
"Mau makan apa chris?"
"Apa aja, asal gak bubur, bubur makanan orang sakit sih?"
"Orang sakit? Kamu?, tunggu disini, aku beliin makanan, janji di habisin yah"
Sekarang baru jam 7 malam, banyak sekali pilihan makanan yang bisa di dapatkan, tapi, chris sedang dalam kondisi tidak fit, makanan yang hangat dan berkuah akan jadi pilihan pas untuk chris. Aku memutuskan untuk membeli "tom yam" spicy food dan pasti akan terasa segar saat di makan oleh chris.
Aku menyiapkan semuanya untuk chris, aku melakukanya dengan hati-hati, meletakan meja kecil di hadapanya, membuatkan susu hangat, bahkan aku tidak pernah melakukan ini untuk diriku sendiri, tapi demi chris -- aku ingin melihatnya tetap terlihat sehat.
"Aku suapin chris"
Chris mengangguk menyatakan iya.
Ini pertama bagiku menyuapkan seseorang, ada perasaan senang, sekaligus khawatir, aku senang bisa melakukan banyak hal untuk chris, tapi aku juga khawatir aku benar-benar suka sekarang, perasaan ku ini tidak akan berbalas.
"Kamu masih pucat chris, aku telpon dokter kemarin yah"
"Gak usah, besok juga enakan kok"
"Gini deh Chris aku janji, jika kamu benar-benar sembuh, kita akan libur gimana?"
"Janji?"
"Janji"
Melihat chris tenang dalam tidurnya, membuatku terpaku beberapa saat, chris sangat menarik, kulitnya begitu putih, wajahnya juga bersih terawat hampir tidak terlihat noda bekas jerawat padahal dia tidak menggunakan produk apapun, alis matanya yang sedikit tebal, hidungnya yang mancung, dan-- bibirnya,kenapa aku bisa mual melihat bibir yang begitu indah, lekukan bibirnya, warnanya yang merah merona, apa lagi ketika bibir itu menyunggikan senyum, aku sedikit tertawa kecil melihat matanya, untuk ukuran seorang laki-laki bulu matanya lumayan panjang dan tebal, kurasa saat dia mengenakan pakaian wanita, chris akan terlihat sempurna.
"Mmmmmm" aku sedikit menjaga jarak, ketika chris mengeluarkan suara, apa dia mengigau? Apa aku akan membangunkanya jika terlalu dekat seperti ini. Aku mencoba menyentuh tangan chris, tanganya sedikit dingin, dan wajahnya juga masih terlihat pucat, semoga dia baik-baik saja.
"Tidur di sebelahku drew"
"Maaf, apa aku membangunkanmu" Sepertinya chris mengigau, aku mencoba kembali ke kasurku, tapi tangan chris menggenggam tanganku. "Kumohon, tetap disini drew"
Aku merebahkan tubuhku tepat di sebelahnya, wajah kami berhadapan, aku bisa merasakan nafasnya yang terasa panas dan tidak beraturan. Aku menaikan selimut menutupi tubuhnya, kasur yang hanya muat untuk satu orang, kami tempati berdua, tubuh kami semakin mendekat. Aku menatap dalam wajahnya, mengelus rambut chris, menggenggam tanganya.
Tuhan, aku benar-benar sudah jatuh cinta denganya.
******
"Nungguin kabar dari siapa Drew"
"Chris?"
"Iya Ki"
Ini hari ke 3 Chris tidak masuk kerja, ada yang aneh denganya, walaupun sepertinya dia sehat, tapi terkadang dia sering merasa pusing mendadak, aku memaskanya menemui dokter, dan paksaan ku tidak berbuah apa-apa selain penolakan Chris. Aku cukup khawatir di buatnya, apa yang ia kerjakan di kost sendirian, setidaknya aku harus mendapatkan pesan darinya tiap jam, agar aku tenang disini.
"Masih nungguin kabar Chris Drew?"
"Sepertinya"
"Dia baik aja kok, kamu makan siang aja dulu, kalo kamu gak makan, nanti kamu yang sakit, nah kalo kamu sakit, aku akan memaksa tinggal di kost kamu buat jagain kamu"
Rifki berhasil menenangkanku, yang dia katakan benar, aku juga harus memperhatikan kesehatanku sekarang.
Ini masuk bulan kedua aku magang di perusahaan ini, aku semakin lebih mengerti bagaimana kehidupan orang dewasa, aku juga lebih menghargai waktu dan merasakan sulitnya bekerja, tapi terkadang jika bekerja seperti ini aku merasa seperti meninggalkan duniaku. Aku jadi jarang bertemu dengan teman kampus, apalagi Diandra, posisi Diandra tidak jauh berbeda denganku, walaupun hanya bisa berkomunikasi melalui ponsel, Diandra merasa waktu seharinya di kuras dengan pekerjaan, dan malam yang tersisa hanya rasa letih. Kadang aku juga merindukan suasana kampus, duduk di taman sambil membaca buku, atau ngobrol seharian di kantin kampus. Tapi, pengalaman magang ini jadi pengalaman berharga yang sayang di lewatkan.
Seiring waktu berjalan, aku merasa jadi orang dewasa adalah pilihan mutlak yang terkadang sulit di jalani, kita di berikan banyak sekali pilihan hidup, tapi terkadang dari sekian banyak pilihan itu, pilihan yang di ambil belum sepenuhnya tepat untuk di jalani. Di usiaku yang beranjak 20 tahun, aku sendiri belum bisa mengambil pilihan tepat, dan mungkin pilihan yang aku ambil tidak sepenuhnya bisa aku pertanggung jawabkan.
Aku merasa diriku tidak bisa berdiri tegap di atas keputusan yang aku ambil, apa yang aku ucapkan terkadang tidak sesuai dengan hatiku. Dengan membiarkan Chris tinggal denganku dan sekarang aku menyukainya aku merasa aku mengambil pilihan yang tidak bisa aku pertanggung jawabkan, membiarkan diriku terus terlarut dengan kehadiran Chris dan semakin memupuk rasa sayang yang tidak bisa aku utarakan, disisi lain, kejujuran Rifki aku biarkan begitu saja, aku masih belum yakin dengan diriku sendiri, apa aku menyukai laki-laki, apa aku juga menyukai Rifki, karena aku tidak bisa memberikan jawaban pasti, aku menolak atau aku menerima atau aku dengan ketidakstabilan perasaan ku menerima setiap perhatian dari Rifki.
Aku tidak merasakan memiliki lust atau apapun namanya, tapi aku selalu ingin memberikan perhatian yang lebih untuknya, dan terkadang aku sendiri merasa gugup bahkan jantungku berdetak kencang saat aku berada dekat denganya.
Hidup terkadang tidak adil, aku merasa diriku seorang hetero sekarang malah menyanyangi Chris dan membiarkan Rifki berharap banyak dariku. Entahlah, perasaan seperti ini, apa membuatku menjadi sosok yang lebih dewasa atau aku memang tidak dewasa karena tidak ada keputusan atau pilihan yang aku ambil dan aku yakini itu terbaik untukku sekarang ini.
"Jangan berfikir terlalu keras Drew" Rifki menepuk punggungku.
Yah, jam makan siang sudah lewat, aku hanya kembali ke meja kerja tepat di samping Rifki. Duduk, tertunduk dan berfikir banyak.
"Don't overdo it Drew?"
"Emang aku keliatan kayak lagi mikir berat yah Ki" "Itu keliatan wajah kamu jadi mendadak tua, kantung mata membesar, mata merah, kamu juga ngences"
"Masa?" Aku mengambil ponsel dari balik saku celana dan bercermin dengan pantulan banyangan dari layar ponsel
Aku memandang Rifki yang tertawa, yah, dia mengerjaiku.
***
5.20 p.m
"Chris kemana sih" aku masih belum di hubungi oleh chris, pesan terakhir masuk siang tadi, dia bilang sedang makan siang di tempat bunda, dan aku masih belum puas dengan kabar seperti itu.
Melajukan motor dengan kecepatan sedang, melalui jalanan yang sama, dan menyempatkan diri mencari makan malam.
"Kriik"
"terkunci, pintu kost kenapa terkunci?"
"Chris" "Chris"
Aku berusaha memanggil Chris dari luar kost, mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban dari dalam, handphone nya pun tidak aktif, apa chris keluar? Tapi dia masih dalam kondisi tidak fit, mobilnya pun masih terparkir rapi di depan.
"Drew"
"Chris" entah karena aku khawatir denganya, entah dalam keadaan sadar atau tidak, aku berjalan ke arahnya dan memeluk chris.
"Kau membuatku khawatir"
"Hey"
"Di-diandra" aku melepaskan pelukanku, dan sekarang aku benar-benar malu terlihat oleh diandra, wajah memerah, dan salah tingkah.
"Gue ajak chris makan tadi, katanya suntuk di rumah, tapi pusing lagi dia"
"Kamu gak apa chris, masih pucat"
"Gak drew" jawab chris singkat
"Drew sini dulu"
"Ya Di"
"Lu suka chris ya" Diandra berbisik
"Maksud lu, dia roommates gue di, wajar lah gue khawatir"
Diandra tersenyum jahil, apa begitu terlihat aku menyukai chris.
"Gue balik dulu yah, besok ada kerjaan pagi" "Hati-hati lo"
"Gue balik chris, jaga kesehatan lu yah" Diandra melambaikan tanganya ke arah kami
"Chris tungguin" Chris menolak bantuanku untuk membopohnya masuk ke dalam kost, walaupun saat ini di berjalan sempoyongan, aku tidak tega melihat kondisinya.
"Lepas drew"
"Chris, kenapa kok sikap kamu gini"
"Besok aku mau pindah"
"Chris" aku menahan tubuhnya yang hampir terjatuh, sedari tadi beberapa kali ia memegangi kepalanya, dia seperti menahan sakit yang luar biasa.
"Chris, kamu bercanda kan, ka-kamu, maksudku, kondisimu"
"Lepas drew"
"CHRIS, ada apa denganmu? Kenapa kamu berubah seperti ini?"
"Chris"
Aku melihat chris tertunduk, nafasnya tidak beraturan, matanya terpejam menahan sakit di kepalanya.
"Kita kerumah sakit chris"
"Tidak"
"Chris apa kamu tidak sadar, aku tidak tahan melihatmu kesakitan seperti ini"
"Kenapa?"
"Apa butuh alasan, semua orang pasti tidak tahan melihat orang lain kesakitan"
"Aku tidak butuh belas kasihanmu"
Chris, memaksakan untuk berjalan, ke arah lemari, dia mengambil beberapa pakaianya dan berusaha memasukanya ke dalam koper yang berada di sampingnya.
"Chris, kau butuh istirahat"
Chris tidak menggubris perkataanku, malah menapik tanganku ketika aku hendak menyentuhnya.
"Chris"
"Kenapa drew, kenapa kamu jadi perhatian seperti ini?"
"Aku, emm kamu"
"Teman" chris memotong.
"Tidak, aku, aku" aku menarik nafas panjang.
"Aku sayang sama kamu chris"
"Sayang? Syukurlah"
Chris tidak sadarkan diri, aku kembali panik di buatnya, tanganya terasa dingin, dan tubunya mengeluarkan keringat, satu-satunya yang bisa kulakukan hanya menelpon dokter dan secepatnya membawa chris kerumah sakit, aku tidak tahan melihatnya seperti ini, aku diliputi rasa takut dan khawatir jika terjadi sesuatu kepada chris.