DN Aidit: Negara salah urus karena pemimpin punya istri lima
[img][/img]
Bupati Madiun bantah daerahnya pernah jadi basis PKI
Ikuti upacara di Lubang Buaya, puluhan pelajar pingsan
dn aidit. ©kepustakaan-presiden.pnri.go.id
0
Teriakan bubarkan Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI bergemuruh di Istora Senayan Ribuan anggota Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) serempak berteriak semangat.
"Bubarkan HMI! HMI antek nekolim!"
Malam itu, 28 September 1965, CGMI menggelar Kongres II. Seperti diketahui, CGMI adalah organisasi kemahasiswaan underbouw PKI. Sebelum Kongres, hampir setiap hari CGMI berdemo meminta pemerintah membubarkan HMI karena perbedaan pandangan politik.
Wakil Perdana Menteri II Johannes Leimena dan Presiden Soekarno yang berpidato malam itu dengan tegas menolak permintaan CGMI. Pemerintah tak akan membubarkan HMI.
Giliran Ketua Central Comite Partai Komunis Indonesia (CC PKI) Dipa Nusantara Aidit naik ke mimbar. Pidato Aidit menggebrak diiringi teriakan dukungan massa.
"Kalau CGMI tak bisa membubarkan HMI lebih baik kalian memakai kain seperti perempuan!" kata Aidit disambut gemuruh teriakan anggota CGMI. "Bubarkan HMI, Bubarkan HMI."
Aidit tak selesai sampai situ. "Indonesia belum mencapai kemajuan dan kemakmuran. Negara ini memang tidak akan bisa maju kalau diurus oleh pemimpin yang mempunyai empat atau malahan lima orang istri!" teriak Aidit.
Sejumlah hadirin terkesiap. Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel Maulwi Saelan menggeleng-gelengkan kepala mendengar pidato Aidit.
"Kasar sekali, pernyataan Aidit itu kasar sekali," kata Saelan menceritakan kisah itu pada merdeka.com, pekan lalu.
Semua tahu pada siapa sindiran Aidit itu dialamatkan kalau bukan Presiden Soekarno yang memiliki lima istri. Fatmawati, Hartini, Ratna Dewi, Haryati dan Yurike.
Tak ada yang berani melihat wajah Soekarno. Tapi Soekarno dengan tenang meninggalkan acara tersebut tanpa berkata apapun.
Padahal baru beberapa hari sebelumnya Soekarno menganugerahkan penghargaan prestisius Bintang Mahaputera pada Aidit. Soekarno pun hadir pada peringatan HUT PKI ke-45, 23 Mei 1965 di Istora Senayan. Dalam acara itu Soekarno dan Aidit berangkulan mesra.
Saat itu PKI memang menjadi pendukung utama kebijakan Soekarno. Bagi Soekarno, PKI menjadi penyeimbang bagi kekuatan politik Angkatan Darat yang dominan. Soekarno selalu berusaha menjaga keseimbangan antara Angkatan Darat dan PKI.
Bukan kali pertama Aidit melancarkan serangan pada Soekarno. Aidit pernah menyatakan kalau rakyat Indonesia sudah bersatu dan sosialisme sudah terwujud, maka Pancasila tak dibutuhkan lagi.
Seluruh rakyat tahu, Soekarnolah yang merumuskan Pancasila. Kritik Aidit dijawab Soekarno dengan menetapkan 1 Juni sebagai hari kelahiran Pancasila.
Hubungan Aidit dan Soekarno memang turun naik, kadang mesra, kadang renggang. Seperti kata pepatah, tak ada kawan abadi.
Baca juga:
Comments
[img][/img]
87
Di tahun 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) tumbuh menjadi salah satu kekuatan politik raksasa. Pada Pemilu 1955, PKI bisa meraih posisi keempat dengan 6,1 juta pemilih atau 16,4 persen suara. Cukup besar mengingat PNI yang memimpin mendapatkan 23,2 persen suara.
10 Tahun kemudian perkembangan PKI makin pesat. Menurut data saat itu, ada 3 juta anggota PKI. Ditambah 3 juta anggota organisasi sayap di bawah PKI. Selain itu ada 20 juta simpatisan PKI. Angka yang bisa bikin partai politik mana pun keder.
Prestasi PKI saat itu tak bisa dilepaskan dari trio komunis muda, Dipa Nusantara Aidit, Mohamad Hatta Lukman dan Njoto. Aidit kemudian menjadi Ketua Central Comite, MH Lukman dan Njoto masing-masing menjadi wakil ketua I dan II.
Setelah peristiwa Madiun 1948, PKI hancur lebur. Aidit dan Lukman dikabarkan kabur ke luar negeri menuju Indochina. Tapi banyak juga yang menyebut keduanya hanya bersembunyi di dalam negeri.
Tahun 1954, Aidit, Lukman dan Njoto merebut kepemimpinan PKI dari para komunis tua semacam Alimin. Mereka membangun PKI yang sudah berantakan. Membuat terobosan, seperti pengkaderan, pendidikan, hingga menggaji pengurus partai secara profesional.
Hasilnya mengejutkan, PKI tak cuma bangkit. Di Pemilu 1955, mereka mencuri posisi empat besar.
PKI kemudian menjadi partai komunis nomor tiga terbesar setelah Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok. Nama Aidit disejajarkan dengan tokoh komunis besar macam Mao Zedong dan Joseph Stalin. Aidit bahkan punya gelar kehormatan internasional.
"Tahun 1963, Aidit diangkat menjadi Ketua Kehormatan Lembaga Ilmu pengetahuan RRC. Dengan pengangkatan tersebut, menurut protokoler China, Aidit tidak lagi cuma dipanggil kawan Aidit, melainkan harus lengkap dengan kalimat 'Kawan Aidit yang Bijaksana'," demikian ditulis Julius Pour dalam Buku Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan, Petualang terbitan Kompas.
Dengan perkembangan seperti itu, PKI menargetkan tahun 1970, mereka akan menjadi partai nomor satu di Indonesia. Apalagi kebijakan Soekarno yang makin menyeret Indonesia bermesraan dengan Uni Soviet dan RRC.
Tapi bukan berarti langkah Aidit akan mudah. Kekuatan Angkatan Darat berdiri tegak menghadang PKI.
Para perwira senior Angkatan Darat menggelar pertemuan membahas langkah politik mereka tanggal 13 Januari 1965. Salah satu isinya, AD berusaha menjauhkan PKI dari Soekarno. AD juga melihat kekuatan komunis adalah ancaman nyata.
Perkembangan selanjutnya, seperti sudah diketahui, Aidit nekat bergerak sendiri. Tanpa sepengetahuan anggota Politbiro, Aidit membawa PKI memasuki petualangan berujung maut. Aksinya menculik para jenderal Angkatan Darat menyeret PKI pada kehancuran. PKI dinista, dihujat, dan dibantai.
Kenapa Aidit berpikir pendek?
Banyak dugaan. Ada yang menyebut Aidit tak mau Angkatan Darat memukul PKI lebih dulu saat Soekarno sakit. Lalu ada provokasi Biro Chusus PKI pimpinan Sjam Kamaruzaman yang menyatakan militer pendukung PKI siap bergerak. Ada juga yang menyebut justru agen CIA bermain dalam peristiwa ini.
Teka-teki ini mungkin tak pernah terjawab.
Aidit tewas ditembak pasukan Kostrad hanya beberapa hari setelah G30S gagal. Keinginannya menjelaskan detil G30S pada presiden Soekarno tak pernah dikabulkan Jenderal Soeharto.
Berakhirlah nasib pria bernama asli Ahmad Aidit yang bersuara merdu saat melantunkan azan ini.
Kematian Aidit adalah kehilangan besar bagi dunia komunis internasional. Khusus untuk Aidit, Mao Zedong menulis puisi perpisahan untuk Aidit. Isinya penuh keharuan.
Tegap menghadap jendela dingin di ranting jarang
Tersenyum mendahului mekarnya berbagai kembang
Sayang wajah girang tak berwaktu panjang
Malahan gugur menjelang musim semi datang
Yang akan gugur, gugurlah pasti
Gerangan haruskah itu mengesalkan hati?
Pada waktunya bunga mekar dan gugur sendiri
Wanginya tersimpan menanti tahun depan lagi
Bac
AD. ©koleksi foto letjen pur. sarwo edhie
145
Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) melancarkan operasi menghancurkan G30S di Jawa Tengah dan sekitarnya pada akhir bulan Oktober 1965. Pasukan baret merah ini mengejar pasukan militer pendukung G30S yang lari ke lereng Gunung Merapi-Merbabu.
Pendukung G30S di Solo dan sekitarnya masih cukup banyak. Kadang mereka masih berani melakukan teror.
Warga juga menebangi pohon untuk merintangi perjalanan konvoi RPKAD. Tak cuma itu, para wanita yang tergabung dalam Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), organisasi underbouw PKI juga ikut menghadang konvoi RPKAD.
Peristiwa itu digambarkan seorang wartawan asing John Hughes yang dikutip Julius Pour dalam buku Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan & Petualang terbitan Kompas.
"Suatu kali, konvoi yang dipimpin Sarwo Edhie dihadang sejumlah anggota Gerwani. Mereka menari-nari memadati jalan menghina RPKAD dengan menunjukkan bokongnya."
Sarwo Edhie bertindak tegas. Dia perintahkan panser maju ke depan. Sarwo memerintahkan untuk menembak peringatan.
"Tembak mereka," perintahnya.
Setelah tembakan salvo selesai, sejumlah warga memprotes tembakan tersebut. Anak buah di atas panser diam, melirik Sarwo.
Dengan nada datar Sarwo berkata. "Tembak juga mereka."
Sarwo dikenal tegas, tak pernah ragu-ragu bertindak. Hal ini membuat nyali pendukung G30S ciut. Masyarakat yang memiliki senjata kemudian menyerahkannya pada RPKAD. Tak ada lagi yang berani melecehkan pasukan komando tersebut.
Satu demi satu tokoh-tokoh PKI di Jawa Tengah berhasil dihabisi.
Di Jawa Tengah, nama Sarwo harum. Dia jadi idola masyarakat. Mantan Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa mengingat betapa gagahnya Kolonel Sarwo dengan seragam loreng darah mengalir, kaca mata hitam dan tongkat komando.
"Dulu waktu di Malang, usai penumpasan G 30 S/PKI, saya lihat Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo. Gagah sekali, lalu saya pikir apakah saya bisa seperti beliau," kata Suharso di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur.
Sayangnya mertua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini seolah dipinggirkan Soeharto setelah selesai memberantas PKI. Sejumlah pihak menilai Soeharto khawatir dengan kepopuleran Sarwo Edhie.
Meminjam istilah Julius Pour untuk Sarwo Edhie, perannya bagaikan wayang. Disimpan di kotak setelah lakonnya selesai.
Baca
Penggalan film G 30 S/PKI. ©2012 Merdeka.com
6
Bupati Madiun Muhtarom membantah daerahnya jadi basis Partai Komunis Indonesia (PKI). Menurut Muhtarom, Madiun disebut sebagai basis PKI karena kebetulan pimpinan PKI pernah mengadakan rapat di daerahnya pada tahun 1948.
"Madiun bukan daerah komunis," katanya saat memimpin Peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh tanggal 1 Oktober pada tahun 2013 di Madiun, Jawa Timur, seperti dikutip dari Antara, Selasa (1/10).
Upacara yang berlangsung sangat sederhana dan khidmat dengan upacara bendera di Monumen Kresek, Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun itu diikuti seluruh pejabat dan Forpimda di wilayah Kota dan Kabupaten Madiun, Forpimda Koordinator, perwakilan siswa, mahasiswa, guru, serta karyawan BUMN dan BUMD setempat.
Dalam upacara tersebut, Bupati Madiun menyampaikan keinginannya untuk melepas predikat Madiun sebagai daerah atau basis PKI yang dinilai negatif.
"Pada tahun 1948, Muso dan kawan-kawannya pernah mengadakan rapat di sini dan ditumpas oleh pemerintah, sehingga kami ingin mengubah citra yang terlanjur melekat kepada umum bahwa Madiun dikenal sebagai basis atau kota PKI," katanya.
Untuk melepas julukan tersebut, pihak Pemkab maupun Pemkot Madiun terus memaksimalkan pembangunan dan memunculkan potensi bidang lain yang lebih baik dan positif.
"Upacara ini sebagai peringatan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur mempertahankan keutuhan NKRI dan Pancasila dari ideologi komunis," ujarnya.
Menurut dia, melalui peringatan tersebut, pengamalan ideologi Pancasila oleh masing-masing individu warga negara di wilayah Madiun khususnya, dapat lebih baik lagi.
"Semua warga negara harus mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara. Terlebih bagi para generasi muda yang mulai melupakan pedoman Pancasila dan lebih menyukai budaya asing," ungkap dia.
Secara terpisah, Kepala Bagian Humas dan Protokol Kabupaten Madiun, Hery Supramono, menambahkan, untuk lepas dari julukan tersebut, pihak Pemkab Madiun telah mengoptimalkan potensi di bidang industri, perdagangan, pendidikan, dan wisata sejarah.
"Monumen Kresek yang menjadi saksi sejarah, misalnya, akan dimunculkan potensinya sebagai objek wisata sejarah. Saat ini, pemkab terus berbenah," kata Hery.
Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Madiun selalu digelar di Monumen Kresek setiap tahunnya. Panitia pelaksananya bergantian antara jajaran Pemerintah Kabupaten Madiun dengan Kota Madiun.
"Tahun ini, jatah Kabupaten Madiun yang menjadi panitianya, sehingga upacara dipimpin oleh Bupati Madiun Muhtarom," kata Hery.
Dipilihnya Monumen Kresek sebagai tempat upacara karena lokasi tersebut merupakan bekas tempat pembantaian korban pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948. Korban yang dibantai adalah para tokoh masyarakat, ulama, dan pejabat pada waktu itu yang jumlahnya mencapai ratusan orang.
Untuk mengenang jasa mereka dalam mempertahankan ideologi Pancasila, pemerintah akhirnya membangun sebuah monumen di tempat tersebut. Monumen itu akhirnya diberi nama Monumen Kresek karena berada di Desa Kresek dan menjadi salah satu objek wisata sejarah di Kabupaten Madiun.
[hhw
Tjakrabirawa. ©2013 Merdeka.com
340
30 September 1965 malam, tak banyak yang tahu kalau Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Letkol Untung Syamsuri masih mengawal Presiden Soekarno yang berpidato dalam acara Musyawarah Teknisi di Istora Senayan hingga pukul 24.00 WIB. Setelah selesai menjalankan tugasnya, Untung rupanya tak kembali ke mess di Jl Cidurian, Jakarta Pusat.
Perwira menengah Resimen Tjakrabirawa itu menuju Lubang Buaya, Jakarta Timur. Basis konsentrasi pasukan G30S. Untung memeriksa pasukannya. Kekuatannya masih jauh dari harapan. Tak ada batalyon lapis baja yang datang dari Jawa Barat.
Para pemimpin militer G30S, Letkol Untung, Mayor Soejono, Brigjen Soepardjo dan Kolonel Latief, sedikit masygul. Namun Sjam Kamaruzaman dari Biro Chusus Partai Komunis Indonesia (PKI) cepat menggertak.
"Ya Bung. Kalau mau revolusi banyak yang mundur. Tetapi kalau sudah menang banyak yang ikut."
Akhirnya diputuskan operasi penculikan para jenderal tetap berjalan. Jam 'J' adalah pukul 04.00 WIB.
Menurut Petrik Matanasi penulis buku, "Tjakrabirawa" sasaran penculikan adalah Jenderal yang bertugas di Staf Umum Angkatan Darat (SUAD). Pada jabatan ini, para jenderal yang menjabat menentukan arah perkembangan Angkatan Darat. Oleh Untung mereka dianggap tidak loyal kepada Bung Karno.
Dalam penjelasan Petrik, Pada 1 Oktober sekitar pukul 02.00 dini hari 1 Oktober 1965, pasukan Pasopati dari Tjakrabirawa, Brigif I Jaya Sakti dan Batalyon 454/Diponegoro berkumpul di Lubang Buaya. Letnan Satu Dul Arief, memberikan arahan kepada anak buahnya.
Dalam arahan itu, Dul Arif menjelaskan adanya skenario Dewan Jenderal yang didukung CIA, untuk melawan Soekarno . Karenanya sangat penting sekali untuk menangkapi para Jenderal itu untuk menyelamatkan Presiden Soekarno . Semua anggota pasukan cukup percaya dengan wacana ini.
Dengan truk militer dan bus, pasukan penjemput berangkat ke daerah Menteng, Jakarta Pusat. Kawasan elite rumah para jenderal. Sebagian bergerak ke rumah Brigjen Pandjaitan di Kebayoran, Jakarta Selatan.
Dalam penculikan Jenderal Nasution, Ade Irma Suryani, anak Nasution tewas dengan tembakan peluru pasukan penculik yang menjemput paksa Nasution. Sedangkan Nasution berhasil melarikan diri dengan memanjat tembok rumahnya. Pierre Andreas Tendean ajudan Jenderal Nasution dibawa ke Lubang Buaya, karena penculik tidak tahu wajah Nasution.
Sedangkan dalam penculikan Ahmad Yani, beberapa prajurit Tjakrabirawa memasuki rumah. Saat di dalam rumah, pasukan itu bertemu anak Yani yang berumur 7 tahun, Eddy. Oleh pasukan penculik, Eddy disuruh memanggil ayahnya. Ahmad Yani lalu keluar kamar dan menghampiri pasukan penculik.
Salah satu dari penculik mengatakan bahwa Yani dipanggil Presiden di Istana. Yani lalu meminta diri untuk bersiap, namun salah seorang prajurit menolak permintaan itu dan Yani pun menampar prajurit itu. Ketika Yani bermaksud kembali ke kamarnya tujuh peluru menembus pintu dan menewaskan Ahmad Yani. Mayat Yani lalu dimasukan bus dan dibawa oleh pasukan penculik ke Lubang Buaya.
Target penculikan lainnya adalah Mayor Jenderal Suprapto. Suprapto dianggap sebagai kepercayaan Ahmad Yani. Pada malam 30 September itu Suprato tidak bisa tidur karena sakit gigi.
Pasukan penculik saat itu Kopral Dua Suparman, menemui sang Jenderal dan tidak lupa memberi hormat. Suparman berkata bahwa Suprapto dipanggil Presiden. Tanpa diberi kesempatan berganti pakaian, Suprapto diseret dan dibawa ke dalam truk. Nyonya Suprapto pun berkesimpulan bahwa suaminya diculik.
Hal serupa juga dialami Mayor Jenderal Suwondo Parman. Sekitar pukul 04.00 Pagi, muncul 20 orang prajurit berkeliaran di sekitar rumah S Parman. Sang jenderal dan istrinya tidak tidur malam itu. Ketika terjadi kegaduhan di luar rumah, sang Jenderal beserta istrinya tak menggubrisnya.
Tapi akhirnya sang Jenderal keluar menuju halaman. Bukan perampok yang mereka temui, melainkan pasukan Tjakrabirawa. Parman bertanya, apa yang dilakukan oleh pasukan Tjakra itu, prajurit Tjakra menjawab bahwa, Parman dipanggil ke Istana Negara oleh Presiden dini hari itu juga. Tanpa banyak tanya, Parman langsung memakai seragamnya dan selanjutnya ikut pasukan Tjakra yang mengundangnya ke Istana padahal ke Lubang Buaya.
Saat penculikan MT Haryono, prajurit penculik itu masuk ke rumahnya tanpa izin. Mengetahui hal itu Haryono meminta istri dan anak-anaknya pergi ke halaman belakang rumah dan mematikan lampu. Sementara itu, Haryono telah bersiap menunggu pasukan penculik yang akan masuk. Haryono berencana merebut senjata salah satu prajurit yang masuk. Usaha sang Jenderal gagal, karena prajurit yang masuk itu lebih tangkas hingga Haryono sendiri tertembak. Mayat Haryono lalu dimasukkan ke dalam truk militer yang membawanya ke Lubang Buaya.
Penculikan paling mulus terjadi pada Jenderal Soetoyo. Pasukan penculik, berhasil membujuk Soetoyo untuk membuka pintu dan dipanggil Presiden ke Istana. Saat pintu dibuka, Soetoyo langsung diringkus kedua matanya ditutup dan dibawa ke Lubang Buaya.
Target lainnya adalah Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan. Saat pasukan penculik ke rumah Panjaitan. Pasukan penculik membangunkan pembantu yang ketakutan. Karena takut dibunuh, si pembantu memberi tahu di mana Panjaitan berada.
Panjaitan dipaksa turun dari kamarnya di lantai dua dan langsung ditembak. Panjaitan akhirnya tewas dengan seragamnya. Dalam penculikan itu juga dua keponakan Panjaitan juga tertembak, Albert Naiborhu dan Victor Naiborhu yang berusaha melakukan perlawanan.
Semua hasil operasi penculikan malam itu langsung dibawa ke daerah Lubang Buaya, tidak jauh dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Target penculikan yang masih hidup dalam penculikan lalu dibunuh di daerah Lubang Buaya sebelum dimasukan ke dalam sumur tua yang tidak terpakai. Suprapto, S Parman, dan Soetojo ditembak mati di Lubang Buaya.
Film Pengkhianatan G 30 S/PKI karya Sutradara Arifin C Noer mencoba menggambarkan penculikan dan pembantaian itu. Digambarkan suasana dini hari itu sangat mencekam. Para penyiksa membunuh para jenderal dengan kejam sambil menyanyikan lagu gendjer-gendjer. Para wanita PKI dengan tega menyilet wajah para jenderal itu.
Selama Orde Baru, film ini diputar setiap tanggal 30 September. Maka bulu roma setiap rakyat Indonesia pun merinding melihat tayangan horor tersebut. Masyarakat dibuat yakin, betapa kejam PKI menyiksa para putera terbaik bangsa.
Inilah salah satu episode paling kelam dari sejarah Indonesia. Di kemudian hari, pembantaian pada para jenderal ini menimbulkan pembantaian pada lebih dari sejuta anggota atau simpatisan PKI. Nasib Untung, Soepardjo, Aidit dan tokoh PKI lainnya tak lebih baik dari nasib para jenderal angkatan darat tersebut.
Seperti kata pepatah, nyawa dibayar dengan nyawa.
Bac
dn aidit. ©istimewa
275
Dalam dunia politik periode 1965, Ketua Central Comite Partai Komunis Indonesia (CC PKI) Dipa Nusantara Aidit punya musuh abadi. Panglima Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani menjadi musuh bebuyutan yang selalu menjegal langkah politik PKI. Sebaliknya, PKI pun selalu menyerang Angkatan Darat.
Kedua orang itu memang tak pernah cocok. Ditambah lagi perseteruan Angkatan Darat dan PKI yang maik meruncing, Yani dan Aidit ibarat anjing dan kucing.
Ketika Yani dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat 22 Juni 1962, Aidit khusus menulis puisi untuk menyindir Yani. Puisi itu diberi judul Raja Naik Mahkota.
Udara hari ini cerah benar,
Pemuda nyanyi nasakom bersatu,
Gelak ketawa gadis Remaja,
Mendengar si lalim naik tahta,
Tapi konon mahkotanya kecil,
Ayo maju terus kawan,
Halau dia ke jaring dan jerat,
Hadapkan dia kemahkamah rakyat.
Aidit tak menyukai gaya hidup Yani yang borjuis. Mulai dari mini bar, koleksi jam tangan mewah, hingga hobi golf Yani. Yani yang lulusan pendidikan militer Amerika juga dinilai sebagai agen neokolonial dan imperialisme (Nekolim).
Serangan Aidit berlanjut, tahun 1963 saat Operasi Trikora di Irian Barat selesai, PKI menuding Angkatan Darat memboroskan anggaran dan menyebabkan negara bangkrut. Saat itu kondisi perekonomian Indonesia memang morat-marit.
Yani marah, dia membalas serangan Aidit. "Biar ada 10 Aidit pun tak akan bisa memperbaiki ekonomi kita," kata Yani seperti ditulis dalam buku Sejarah TNI Jilid III terbitan Pusjarah.
Keduanya pun kembali terlibat seteru saat Aidit mengusulkan pembentukan angkatan kelima dimana buruh dan tani dipersenjatai. Aidit beralasan buruh dan tani akan dikerahkan untuk Dwikora menghadapi Malaysia dan serangan Nekolim. Yani menolaknya. tentu saja Angkatan Darat tak mau PKI punya kekuatan bersenjata yang sewaktu-waktu bisa digerakkan.
"Kalau Nekolim menyerang, semua rakyat Indonesia akan dipersenjatai. Bukan hanya buruh dan tani," balas Yani.
Saat itulah beredar Dokumen Gilchrist, Duta Besar Inggris untuk Indonesia. Isinya menyebut ada kerjasama antara militer AS dengan sejumlah jenderal Angkatan Darat yang tak loyal dengan Soekarno. Ada isu Dewan jenderal yang siap mengkudeta Soekarno dan mendirikan pemerintahan baru. Nama Yani masuk di dalamnya. Jelas saja Yani menolak isi dokumen tersebut.
Yani tahu PKI akan segera menyerang, tapi dia meremehkan informasi yang beredar. Intelijen Angkatan Darat ternyata gagal mendeteksi gerakan 30S. Ketidakwaspadaan yang harus dibayar dengan harga sangat mahal. Yani tewas diberondong pasukan penculik 1 Oktober 1965 dini hari di rumahnya. Sejumlah jenderal pimpinan Angkatan Darat juga dihabisi. Mayat mereka dimasukkan ke dalam sumur tua di lubang buaya.
Tapi kemenangan juga bukan milik Aidit. Setelah G30S gagal, Aidit lari ke Jawa Tengah. Beberapa hari kemudian Aidit tertangkap. Beberapa versi menyebutkan Pasukan Kostrad mengeksekusi Aidit dengan berondongan peluru AK-47 di sekitar Boyolali. Sama, jenazah Aidit pun dimasukkan dalam sumur tua.
Demikian akhir permusuhan Yani dan Aidit, hampir serupa walau tak sama. Keduanya bukan pemenang, hanya korban revolusi yang masih abu-abu.
B
>>>>>>>>>
Bangkrutnya pemerintah Amerika untungkan Indonesia
Pemerintah AS lumpuh, ekspor Indonesia bisa terganggu
Kuping SBY panas dengar ekonomi dipolitisasi
Amerika. ©2012 Merdeka.com/Shutterstock/Gary Blakeley
32
Ditutupnya kantor-kantor pemerintahan Amerika, telah menyita perhatian dunia, termasuk Indonesia. Fenomena ini dikhawatirkan berdampak buruk pada kondisi ekonomi dunia yang tengah mencoba bangkit dari keterpurukan.
Menteri Keuangan Chatib Basri meminta publik tak terlalu khawatir dengan kondisi pemerintah Amerika Serikat yang mulai hari ini terpaksa menghentikan sebagian layanan tingkat federal akibat polemik di parlemen.
Situasi tersebut dinamai "Government Shutdown", karena anggaran negara tak disetujui DPR, sampai berimbas pada dirumahkannya 800.000 PNS negara terkuat sejagat ini.
Menkeu menilai, Negeri Adi Daya itu sudah sering mengalami persoalan serupa dan pasti akan ada solusi yang menguntungkan bagi mitranya di seluruh dunia.
"Enggak mungkin rasanya Amerika government-nya shut down, pasti ada solusi politik. Biasalah kalau tarik menarik, tunggu aja. Masak AS mau membiarkan negaranya kolaps, pasti dia akan cari solusi," kata Chatib di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (1/10).
Meski begitu, Chatib membenarkan bahwa isu tersebut bisa berdampak baik bagi negara berkembang. Hari ini IHSG sedikit tertolong karena ada laporan deflasi dan surplus neraca perdagangan.
"Pengaruhnya ke emerging market kena gara-gara kebijakan ini, lihat saja kemarin market merah. Tapi hari ini angka kita bagus saya kira lumayan bisa dikompensasi," cetusnya.
Pemerintah Indonesia akan lebih fokus pada isu domestik dibanding yang terjadi pada Amerika. Walau pasar modal dalam negeri masih bisa terganggu jika pemerintah Negeri Paman Sam berhenti bekerja, menkeu lebih suka menjaga agar deflasi berkelanjutan, sehingga tingkat inflasi akhir tahun lebih rendah dari target APBN-P.
"Sekarang perdagangan sudah surplus, inflasi normal, malah deflasi. Ini tinggal dijaga saja, kalau sudah bisa kembali seperti ini bulan depan bisa rendah atau deflasi lagi, saya kira inflasi bisa di bawah 9,2 persen (akhir tahun)," tuturnya.
Sebelumnya, dilansir stasiun televisi Aljazeera, sebagian lembaga pemerintah Amerika Serikat ditutup lantaran Senat (didominasi Partai Demokrat) kemarin gagal mencapai kesepakatan dengan Kongres (didominasi Partai Republik) soal undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Keputusan ini harus diambil lantaran Senat dan Kongres tidak mencapai kesepakatan soal undang-undang dana jaminan kesehatan yang diajukan Presiden Barack Hussein Obama.
Kubu Partai Republik di DPR Amerika mengambil keputusan untuk memperketat dana APBN. Tak cuma dana jaminan kesehatan, taman nasional, pengurusan visa, sampai perpustakaan terpaksa tutup karena politikus rival Obama menaikkan standar utang pemerintah terhadap PDB. Program-program yang dibiayai pemerintah, tapi tidak dianggap prioritas, otomatis langsung berhenti menerima kucuran dana per 1 Oktober waktu setempat.
Cuma tentara nasional, pengawas bandara, dan imigrasi yang akan tetap buka. Selama dua partai berkuasa di AS belum menemukan solusi, lumpuhnya sebagian pemerintah Amerika akan terus berlangsung.
[noe]
Liputan6.com, Jakarta : Hingga saat ini polisi terus berupaya mengungkap pembunuhan Holly Angela yang tewas penuh luka di sekujur tubuhnya. Polisi juga mendalami identitas Mr X atau pria tak dikenal yang jatuh dari kamar Holly di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan, Senin 30 September malam.
BERITA TERKAIT
Setiap Tamu Harus Lapor dan Titip KTP, Bagaimana Mr X Masuk? Setiap Tamu Harus Lapor dan Titip KTP, Bagaimana Mr X Masuk?
Holly Angela Pernah Ngekos dan Sering Pulang Malam Holly Angela Pernah Ngekos dan Sering Pulang Malam
"Kita cari timing di mana dia dianiaya. Kami akan telusurui kapan Mr X datang," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Kombes Pol Rikwanto di kantornya, Jakarta, Selasa (2/10/2013). Berikut rangkaian kejadian yang disusun penyidik Polda Metro Jaya:
Senin 30 September 2013
Pukul 15.00 WIB
- korban sempat main di rumah ibu angkat di Cibubur
- Dijemput di Apartemen Kalibata City
Pukul 21.15 WIB
- Korban pamit pulang dengan menumpang taksi
- Saat tiba di apartemen, belum ada kejadian apa-apa
Pukul 22.38 WIB
- Korban menghubungi ibu angkat
- Korban mengatakan teraniaya dan teriak minta tolong
- Ponsel mati
Pukul 23.15 WIB
- Terdengar suara perselisihan dari kamar Holly yang terdengar saksi Ricci
- Setelah itu polisi pun datang dan menemukan Holly dalam keadaan kritis
Diketahui, 2 Orang ditemukan tewas di Apartemen Kalibata City pada Senin, 30 September 2013. Satu korban bernama Holly Angela ditemukan di dalam unit apartemen dalam kondisi mengenaskan. Lehernya digorok dan sekujur tubuhnya penuh luka. Holly diduga tewas dibunuh.
Sementara satu orang lainnya Mr X belum diketahui identitasnya. Dia tewas setelah diduga terjun dari lantai 9 apartemen, kamar milik Holly. (Rmn/I
sm)
Liputan6.com, Jakarta : Mengapa Gerakan 30 September 1965 gagal, bahkan hanya dalam hitungan hari? Padahal PKI, pihak yang dalam versi resmi dituding sebagai dalang, bukan partai gurem. Anggotanya jutaan. Sejumlah perwira militer juga terlbat.
BERITA TERKAIT
Pancasila Perekat Persatuan Bangsa Pancasila Perekat Persatuan Bangsa
Sejumlah akademisi telah coba menguliknya. Salah satunya adalah John Roosa, sejarawan dari Universitas Columbia, Kanada. Dalam buku Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia (2006), ia mengarisbawahi kehadiran catatan yang dibuat Brigjen Supardjo, salah seorang yang terlibat dalam gerakan tersebut--bahkan tentara dengan pangkat tertinggi.
Catatan itu berjudul 'Beberapa Pendapat jang Mempengaruhi Gagalnja “G-30-S” Dipandang dari Sudut Militer (1966).' Selama puluhan tahun, para analis mengabaikannya meski tersedia di Museum TNI Satria Mandala, Jakarta. Roosa kemudian menyebutnya sebagai 'Dokumen Supardjo.'
Menurut Roosa, Dokumen Supardjo penting karena ditulis sebelum ia tertangkap. "...informasi yang terkandung di dalamnya mempunyai bobot keterandalan dan kejujuran yang khas. Supardjo menulis demi kepentingan kawan-kawannya, bukan bagi para interogator dan penuntut umum yang memusuhinya," tulisnya.
Kesimpulan Supardjo: G 30 S gagal karena gerakan ini dipimpin seorang sipil, Sjam, yang tahu sedikit sekali tentang prosedur-prosedur kemiliteran. "Dengan menempatkan diri sebagai orang yang berwenang atas sebuah aksi militer, Sjam menimbulkan kekacauan tentang garis komando di dalam kelompok inti," tulis Roosa.
Saat tiba di Halim Perdanakusumah, sehari sebelum kejadian, Supardjo mengaku bingung tentang siapa sebenarnya yang memimpin G 30 S. Gerakan ini mengabaikan prinsip-prinsip baku organisasi kemiliteran, tidak memiliki komandan tunggal.
"Kerja sama antara kelompok PKI (Sjam dan Pono) dengan kelompok militer (Untung, Latief, dan Soejono) tersusun sangat longgar, sehingga dua kelompok tersebut terus-menerus berdebat tentang apa yang harus dilakukan, bahkan pada saat-saat kritis ketika keputusan harus segera diambil," tulis Roosa.
Persiapan Tidak Matang
Roosa menyatakan, Supardjo menulis catatan itu sebagai seorang perwira yang dibingungkan oleh semua penyimpangan gerakan dari praktik baku kemiliteran. Supardjo menjadi brigadir jenderal pada umur 44 karena kepiawaiannya sebagai ahli strategi dalam sejumlah pertempuran.
Dalam bagian lain, Supardjo menulis, perencanaan gerakan ini kurang matang. "Rentjana operasinja ternjata tidak djelas. Terlalu dangkal. Titik berat hanja pada pengambilan 7 Djenderal sadja. Bagaimana kemudian bila berhasil, tidak djelas, atau bagaimana kalau gagal djuga tidak djelas," tulis Supardjo.
Supardjo memang lebih berfungsi sebagai penasihat ketimbang sebagai panglima. Lihat, ia baru datang pada 29 September ke Jakarta. Pada hari-hari sebelumnya, ia ada di Kalimantan sebagai komandan militer dalam konfrontasi dengan Malaysia.
Melihat kemampuan dan kebesaran PKI, Supardjo yakin, gerakan itu sebenarnya bisa berhasil jika dipersiapkan dengan matang.
"Saja ibaratkan seorang pemasak jang mempunjai bumbu, sayur2 jang serba tjukup, tetapi kalau tidak pandai menilai temperatur dari panasnja minjak, besarnja api, bilamana bumbu2 itu ditjemplungkan dan mana jang didahulukan dimasak maka masakan itu pun tidak akan enak," tulisnya.
Supardjo belakangan ditangkap. Ia dieksekusi mati pada 13 Maret 1967. (Yus)
BERIT
Keluarga benarkan suami Holly adalah Gatot Supiartono
Lokasi bunuh diri di Aparteman Kalibata City. ©2013 Merdeka.com/Henny Rachma Sari
0
Tweet
Holly Anggela Hayu Winanti, wanita ditemukan bersimbah darah di kamar 9AT Apartemen Kalibata City dan meninggal di RS Triadipa Pancoran diduga dibunuh pria yang terjun dari kamar apartemen tersebut. Diketahui pria itu merupakan selingkuhan Holly.
Menurut informasi yang diperoleh merdeka.com di lokasi, Holly sudah bersuami yang bekerja di Australia dan rencananya pulang ke apartemen itu hari ini.
"Suaminya itu tinggal di Australia dan biasanya mengunjungi Holly sekitar enam bulan sekali di apartemen ini," ujar salah satu penghuni Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan, yang enggan disebutkan namanya, Selasa (1/10).
Menurut penghuni tersebut, Holly terlibat pertengkaran hebat dengan seorang pria yang terjun tersebut karena Holly ketahuan selingkuh juga dengan pria lain. "Pria itu marah karena Holly ketahuan selingkuh sama pria lain. Tapi kalau pria itu tahu kalau Holly sudah punya suami yang tinggal di Australia," ungkapnya.
"Jadi, itu pria yang jatuh itu marah karena Holly ketahuan selingkuh dengan orang lain di luar suaminya yang tinggal di Australia itu," tegas warga tersebut.
[de