It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
***
Keesokan harinya gw ketemuan sama Rizky sehabis dia pulang sekolah. Kita makan siang berdua di cafe yang letaknya dekat dengan kampus. Gw senyam-senyum gemes ngeliat tampangnya yang sengaja dimanyunin sejak tadi.
"Kamu masih ngambek?" tanya gw.
Rizky diam aja sambil terus natap layar HP-nya.
"Ngambeknya awet ya..." kata gw.
Rizky gak jawab.
"Mapel hari ini apa aja?" tanya gw.
Rizky gak jawab tapi dia buka tas. Ternyata dia ngasih jadwal pelajarannya ke gw.
Hmmm... Aksi puasa ngomong kayaknya nih...!
"Ada kesulitan tadi sama materinya?"
Rizky geleng kepala tapi kemudian mangguk.
"Ada apa nggak?"
Dia mengangguk.
"Lagi sakit gigi ya?"
Rizky bungkam.
"Soal aksi mogok ngomong, aku paling jago lho. Mau tanding...?" tanya gw.
Rizky langsung naruh HP-nya ke atas meja.
"Apa?!" gw melotot.
"Siapa yang ngambek. Weeek..."
"Aku sanggup lho gak ngomong sama kamu. Sama Mama aja aku gak ngomong hampir setahun."
"Kenapa emangnya?"
"Gak usah kepo!"
"Kan aku mau tahu."
"Udah deh, gak usah ngomong-ngomong lagi," pungkas gw. Kebetulan juga pesanan kami datang.
"Kok kamu yang balik ngambek?"
Gw gak respon.
"Aku becanda doang."
Gw acuh.
"Sayang..."
Gw diam aja dan mulai nyantap menu makan siang. Tapi ngelihat gw yang bungkam dari tadi Rizky cuma mandangin gw dan gak menyentuh makanannya sama sekali.
"Buruan makan," tegur gw.
"Udah kenyang."
"Kenapa mesan kalo kenyang."
"Tadi sih lapar..."
"Ya udah."
Rizky cemberut sambil ngambil lagi HP-nya di atas meja.
"Buruan makan. Terus kita pulang," kata gw.
Rizky diam aja.
"Gak enak kan didiemin? Makanya jangan pake acara ngambek-ngambek..."
"Aku kan becanda. Supaya kamu emong gitu..." kata Rizky.
"Kalo minta diemong jangan di sini dong. Di rumah..." gw ngedipin mata.
"Ah, kamu mah omdo. Di rumah kamu malahan tambah galak," cibir Rizky sambil narik piring makanannya mendekat.
"Kamunya nggak minta."
"Beneran ya? Ntar aku tagih."
"Tapi hari ini aku harus langsung pulang."
"Tuh kan...!"
Gw nyengir.
"Gitu aja terus."
Gw mencondongkan wajah ke arahnya. "Kamu cute banget kalo lagi kesal, Beb. Pengen aku lumat rasanya," bisik gw.
"Coba aja. Palingan kamu yang aku lumat duluan. Cute-cute gini aku perkasa lho."
"Masa...?"
"Mau bukti?"
Gw menatap wajah Rizky lekat. Mata jernihnya melotot garang ke gw.
"Percaya aja deh."
"Gampang banget percaya. Coba aja belum..."
"Takutnya kalo udah nyobain jadi ketagihan."
"Bilang aja kalo kamu gak berani," cibir Rizky.
"Ya deh yang pemberani."
"Kita kawin yuk, Yang? Biar kita bisa---"
"Tamatin dulu SMA-nya. Baru mikirin kawin," potong gw.
"Kamu masih sanggupkan nunggu aku tamatkan?"
"Jangankan tamat SMA, aku masih sanggup nunggu sampai kamu mapan."
"Hehehe..."
"Tapi gpl ya. Kalo lama mendingan aku sama yang jelas-jelas aja."
"Rivo kan? Damn!"
Gw terkekeh.
"Kamu gak akan pernah jadian sama Rivo dalam kondisi apapun. Aku pastiin itu," kata Rizky dengan nada mantap.
"Aku juga berusaha gak akan berpaling dari kamu dalam kondisi apapun. Aku pastiin itu."
Rizky tersenyum manis.
Aku balas dengan senyum gak kalah manis.
***
Habis makan kita langsung menuju rumah Rizky.
"Kamu beneran mau les privat?" tanya gw.
"Beneran dong."
"Aku gak mau kalo cuma main-main atau angin-anginan. Kadang mau kadang nggak."
"Beneran mau."
"Janji?"
"Iya."
"Oke. Mulai besok kita bakal les setiap pulang sekolah. Ntar aku bakal buat jadwal les-nya. Kita mulai dari materi pertama semester 1."
Rizky mangguk-mangguk.
"Ya udah. Aku gak bisa lama-lama sayang. Keluarga aku ntar curiga kalo aku pulang kesorean."
Rizky mangguk.
"Kamu habis ini mau ngapain?"
"Tidur."
"Ooh..."
"Kamu juga ya pulang ntar istirahat."
"Iya."
Rizky tersenyum.
"Aku pulang ya."
"Oke, yuk..." Rizky ngaterin gw sampai ke depan.
"Tidurnya jangan kebablasan ya, Yang," pesan gw.
"Iya, hehehe..."
"Bye, my brondong..."
"Bye, sayangku."
Gw pun melaju dengan motor menuju rumah.
***
Chapter Kesekian
Sudah seminggu Gw jadi guru privat pacar gw sendiri. Rizky benar-benar berusaha menepati perkataannya. Dia mau serius belajar meskipun kadang-kadang harus dipaksa dulu dan kadang manja juga. Jadwal les gak tiap hari. Soalnya hari kamis Rizky ada jadwal esktrakulikuler sepak bola dan hari Jum'at ekskul Tapak Suci Karate. Rencananya jadwal hari kamis dan jumat dipindahkan malam harinya. Tapi karena gw dilarang keluar malam, terpaksa hari sabtu jadwal les-nya ditambah. Kita berdua juga sepakat hari sabtu itu hari kencan kita. Soalnya gw gak diizinkan buat keluar di hari Minggunya sama ortu. Alasannya udah jelas banget mereka takut gw pacaran sama Rizky.
Di hari sabtu sebagai hari kencan itu, gw sama Rizky bakal ngelakuin berbagai hal. Entah itu nonton, makan, mancing, jalan-jalan atau sekedar santai aja berdua sambil melempar gombalan. Hehehe.
Sayangnya, semua rencana yang sudah kami berdua susun rapi itu jadi berantakan. Penyebabnya adalah kecurigaan keluarga sama gw yang tiap hari hampir pulang sore. Mereka kayaknya curiga kalo gw diam-diam masih pacaran sama Rizky dan tiap hari ketemuan sepulang kuliah.
Akibatnya, Papa minta jadwal kuliah gw. Dari sana beliau tahu kapan jam perkuliahan terakhir. Gw diultimatum untuk segera pulang setelah perkuliahan terakhir. Harus nyampe rumah paling lambat 15 menit setelah perkuliahan usai. Kalo pun ada urusan mendadak atau kepentingan lain, wajib melapor dulu ke rumah.
Kepala gw keliyengan dengan kegilaan mereka yang semakin menjadi. Sebegitu parnonya sih mereka sama hubungan gw dan Rizky?! Tapi gw gak bisa (untuk saat ini) berkutik atau membantah. Gw cuma bisa pasrah. Dengan peraturan baru ini otomatis gw semakin susah ketemu Rizky. Rizky sudah masuk sekolah pukul 06.45 WIB. Sementara gw kuliah paling cepat pukul 07.30 WIB. Sedangkan Rizky pulangnya pukul 13.45 WIB. Dan gw kelar kuliah terkadang sebelum azan Dzhuhur atau sekitar pukul dua siang. Kalo dilihat dari jadwal itu, gak ada waktu gw dan Al yang sama. Semuanya bentrok. Satu-satunya hari yang kita punya adalah hari sabtu dimana di akhir pekan itu Rizky gak sekolah dan gw ada kuliah. Jadi kita berdua bisa curi-curi waktu ketemu numpahin rasa rindu.
Awalnya gw uring-uringan banget sama kondisi ini. Gw kesal sama seluruh anggota keluarga gw kecuali bik Tatik sang jelmaan Kucing Mesir. Tapi apalah daya, beliau gak bisa berbuat banyak buat gw dalam hal ini. Rasanya gw pengen berontak dengan cara malas-malasan, absen kuliah atau kabur dari rumah. Tapi karena otak gw masih cukup waras untuk menyaring mana pemberontakan berkelas mana yang nggak, jadi gw tahan segala emosi gw.
Satu-satunya pemberontakan berkelas bagi gw saat ini adalah dengan cara gw gak boleh nyerah sama kondisi dan aturan apapun yang ortu terapkan. Tetap kelihatan enjoy di depan mereka meskipun di hati galau merana. Toh Rizky juga selalu support gw. Dia gak perduli sama larangan apapun yang ortu berikan buat kami berdua. Selagi gw masih cinta sama dia, dia akan tetap bertahan dan kita akan terus bergandengan tangan.
"Kita gak usah jadiin ini masalah. Enjoy aja. Kita masih banyak cara buat pacaran," gitu komentar Rizky saat gw ceritain tentang aturan baru Papa di telepon.
"Ya sih. Tapi aku pusing."
"Pusing kenapa? Gak usah dipusingkan."
"Pusing kalo gak bisa lihat wajah brondong paling cakep sejagat."
"Aiihhh... Aku horny sayang."
"Cuma digombalin doang pun!"
"Habis gombalannya hiperbola banget."
"Mendingan hiperbola dari pada hiperseks."
"Aku lebih pilih kamu jadi hiperseks, Sayang..."
"Sembarangan...!"
Rizky terkekeh.
Jujur, sikap dan pembawaan Rizky yang enteng dan take an easy, berdampak positif sama suasana hati gw. Dia mampu menjaga mood gw supaya tetap baik.
Tanpa maksud membanding-bandingkan, seandainya kondisi ini gw hadapi saat lagi pacaran sama Kak Fredo, gw gak yakin dia bisa bersikap kayak Rizky. Ahhh, brondong gw emang mateng dah.
Imbas dari gak bolehnya gw lama-lama di luar rumah, bukan hanya intensitas ketemuan gw sama Rizky yang kecil, tapi berdampak juga sama kegiatan nge-les gw ke brondong mateng gw itu. Gw gak bisa nge-les dia lagi tiap pulang kuliah. Terpaksa akhirnya gw bikin semacam modul buat dia. Gw minta dia pelajarin apa yang gw kasih. Kalo ada yang gak paham baru gw jelasin. Itu pun lewat telepon atau video call. Ribet sebenarnya. Tapi cuma itu satu-satunya cara yang bisa kami berdua lakukan.
***
Suatu waktu di hari sabtu, ada tanding futsal yang diadakan SMA lain dalam rangka hari jadi sekolah itu. Tim Rizky juga ikut tanding. Seusai kuliah gw udah janji sama Rizky buat nonton dia main. Sesampainya gw di sana, ternyata pertandingannya udah mulai. Bahkan tim SMANPAT-nya Rizky udah mengantongi satu gol. Gw berusaha mencapai tepi lapangan supaya Rizky bisa lihat gw ada di sana. Kalo nggak, dia bakal ngambek katanya. Setelah sekian lama gw berdiri di sana, Rizky akhirnya lihat gw juga. Dia ngedipin mata ke gw. Gw senyum. Sumpah, dia seksi banget dengan keringat dan seragam bolanya. Cewek-cewek pada jejeritan sampai kejer-kejer teriakin nama Rizky. Gw yang dengar senyum-senyum geli. Kesian banget mereka neriakin nama Rizky, bahkan mungkin berharap Rizky ngelirik mereka dan bisa jadi pacar mereka, padahal yang diharapkan pacaran sama cowok. LOL
"Rizkyyy...!!!
"Ikiiyyy....!!!"
"Ayo, Ky! Ayo, Ky!"
"Rizky go go! Rizky go go!!"
Gw ngelirik satu persatu tampang cewek-cewek yang teriak dengan semangat '45 itu. Penampakan mereka beragam. Banyak yang cantik kayak bintang sinetro remaja yang lagi digandrungi, tapi banyak juga yang kayak cabe-cabean dengan dempul sekilo, leher item, bibir merah, mata bersoflens dan rambut pirang Belanda.
Pengen banget rasanya gw teriakan mereka pake toa: "Eh, Jeung! Gak usah buang-buang energi kalian buat teriak-teriak. Yang jeung-jeung pada teriakin demennya sosis bukan kue apem!!!"
Setelah 2 x 45 menit berlalu, pertandingan usai dan tim Rizky masuk ke final. Finalnya akan diadakan esok harinya. Satu persatu penonton bubar. Rizky berjalan menghampiri gw.
"Selamat ya..." kata gw.
"Iya. Tapi bukan aku yang nge-gol."
"Gak apa-apa. Kamu udah nge-golin hati aku," kata gw sambil nyodorin botol air mineral ke dia.
"Hahaha..." Rizky ketawa sebelum menenggak air yang gw kasih.
"Besok lawan SMA mana?"
"SMA HKTI. Btw, tim adiknya temen Abang lu yang curang udah kita bikin keok di semi final, Yang..."
"Bagus dong."
"Pastilah."
Lagi asyik-asyiknya ngobrol, tiba-tiba ada nimbrung dari belakang.
"Wiih, wiihh, yang datang ngasih support pacarnya tanding..."
Kami berdua serentak noleh ke arah sumber suara.
Bang Albert?! Kok dia bisa ada di sini...?!
"Kenapa? Kok kaget gitu ngeliat abang?" cibir Bang Albert ke gw. Kemudian dia berpaling ke Rizky dan bilang, "Halo calon adik ipar..."
"Hai, Bang. Apa kabar?" balas Rizky.
"Baik. Lumayan juga skill lu, bro..."
"Thanks, Bang."
"Sayang homo..." kata Bang Albert dingin.
Rahang gw langsung mengeras.
"Teman-teman lu dan fans ababil lu itu udah tahu kalo lu homo belum sih?" tanya Bang Albert sambil melayangkan pandangan ke segerombolan cewek-cewek yang sedari tadi senyam-senyum minta ditabok ke arah kita bertiga. Mungkin mereka sekarang ngerasa lagi di surga kali ya saat ngeliat ada tiga cowok keren sekaligus di depan mereka.
"Pastinya nggak lah, Bang... Jangan sampai tahu lah," jawab Rizky.
"Kira-kira kalo mereka tahu gimana ya?"
Rizky geleng kepala. "Gak mau mikirin deh."
"Gimana kalo gw kasih tahu ke mereka?"
"Hah..?" Rizky melongo.
Gw langsung mencengkram lengan Bang Albert tapi dia langsung mengucilkan tangan gw dengan kasar.
"Udah deh. Gak usah cari perkara," desis gw ke dia.
"Kenapa? Lu harus tahu apakah mereka masih royal dan mau terus dukung lu pada saat mereka tahu keadaan lu berdua yang sebenarnya? Gw cuma mau kasih tahu dimana kalian berdua itu hidup sebenarnya."
"Lu gak perlu susah payah melakukan pembuktian apapun. Kita berdua tahu dengan jelas. Jadi gw gak perlu bantuan lu untuk hal semacam itu."
"Lu itu benar-benar gak tahu terima kasih tahu nggak. Makin ngelunjak. Udah dimaafin sama Mama masih aja bikin ulah. Mau lu apa sih?!"
"Lu, Mbak dan Papa-Mama udah tahu mau gw apa. Kalian aja yang pura-pura bego sama keinginan gw. Padahal keinginan gw gak neko-neko."
"Gak neko-neko pala lu peyang! Keinganan lu itu absurd. Minta ortu ngerestuin hubungan lu sama cowok? Situ sehat?"
"Sehat dong. Kalo gak sehat gak mungkin gw bisa dapat brondong keren jago sepak bola," gw sengaja bikin Bang Albert kesal.
"Gak malu lu ngomong gitu barusan? Situ cowok woey!"
"Situ siapa? Cewek? Kok nyinyir dan rempong banget, bro?"
"Kalo bukan adek, udah gw hajar lu..." desis Bang Albert sambil mengepalkan tinjunya.
"Al, udah. Kamu kan adek," lerai Rizky yang sedari tadi diam aja.
"Jangan ganggu Rizky. Kalo sampai lu ganggu dia, gw gak akan anggap lu sebagai abang gw lagi...!" ancam gw ke Bang Albert sambil narik Rizky menjauh.
Kita berdua duduk di salah satu bangku di koridor bangunan kelas.
"Udah, gak usah emosi..." kata Rizky.
"Dia selalu cari gara-gara sama gw."
"Dia cuma mau yang terbaik buat kamu."
"Bukan. Dia sengaja mau bikin gw sengsara."
"Kok pake gw-gw-an ngomongnya?"
"Kan untuk tuh orang, Sayang. Bukan untuk kamu..."
"Hehehe..."
"Eh, kita cari makan yuk?"
"Oke."
"Karena hari ini kamu habis tanding dan menang, jadi hari ini kamu nggak usah les. Istirahat aja buat besok. Satu lagi, makannya aku yang bayar."
"Asiikk! Makasih sayang."
"Huum."
Kita berdua pun pergi menuju parkiran dan mencari tempat makan terdekat untuk mengisi perut yang udah mulai keroncongan.
***
Jailnya kumat... Pengen dicipok deh biar gak kumat. hehe
Boleh deh
Pm id Line mu ya