It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kangen risky
Malam harinya gw baru aja mau teleponan sama Rizky tapi keburu dipanggil ke ruang keluarga. Di sana sudah ada Papa, Mama, Mbak Aline dan Bang Albert. Gw gak tahu ada apa. Tapi feeling gw mengatakan ini pasti ada hubungan dengan kejadian di tepi lapangan futsal tadi siang.
"Lagi apa, Al?" tanya Papa.
"Nggak ada, Pa."
"Ya udah, duduk."
"Ada apa ya?" tanya gw sambil duduk dan memperhatikan mimik wajah mereka satu persatu.
"Mama mau ngomong," jawab Papa.
"Papa aja," kata Mama.
"Masih tentang hubungan kamu dengan Rizky," Mbak Aline yang angkat bicara. "Kamu masih berhubungan sama dia?"
Gw langsung menatap Bang Albert. Dia balik melototi gw. Sudah jelas siapa yang melapor.
"Ya."
"Aduh, Dek, kenapa kamu jadi keras kepala banget? Kamu benar-benar gak mengindahkan omongan kita, permintaan Mama..."
"Sudahlah. Dinasehatin gak mau, dilembutin ngelunjak. Pakai cara keras aja kalo gitu," potong Mama.
Gw nelan ludah. Cara keras gimana nih???
"Gak boleh keluar rumah kecuali ke kampus. Hari sabtu pulang dijemput. Kalo kamu ketahuan masih berhubungan sama dia, maka Mama yang bakal datang nemuin dia."
Gw menghela nafas.
"Dengar, Al? Kalo kamu masih ngotot, itu keputusan Mama-mu," kata Papa.
"Ya gimana lagi? Ya udahlah..." ujar gw.
"Kamu nggak keberatan?" tanya Papa.
"Kalo keberatan Al mesti gimana? Kalian gak bakal batalin peraturannya kan?"
"Bisa dibatalin kalo kamu berjanji gak bakal berhubungan dengan Rizky lagi," kata Mama.
"Udahlah, Ma. Percuma aja buat janji sama Almer. Udah berapa kali dia ingkar," timpal Bang Albert.
"Cuma mau ngomong itu aja nih? Ada lagi nggak? Al mau ke kamar lagi," kata gw sambil beranjak bangun.
"Mama harap kamu dengerin omongan Mama kali ini, Al," kata Mama.
"Ya, Maaaa..." kata gw sambil lalu.
***
Gw sengaja gak kasih tahu Rizky dulu tentang peraturan terbaru ini. Malam ini malam minggu. Gw cuma pengen senang-senang sama dia. Skype-an sambil ngobrol ringan. Besok dia tanding. Gw sudah cukup merasa bersalah gak bisa ngasih support ke dia besok. Jadi gw gak mau bikin suasana hatinya rusak dengan bilang kalo mulai besok gw gak bisa ketemu sama dia sepulang sekolah. Bahkan mungkin juga gw gak bisa jadi guru les dia lagi.
"Yang besok kalo bisa datang ya lihat aku tanding," kata Rizky.
"Tapi aku gak janji ya."
"Ya, kalo bisa," Rizky senyum.
"Iya. Tapi kalo aku gak datang jangan sedih ya."
"Nggaklah. Kan banyak fans yang dukung aku."
"Cabe-cabean itu?"
"Terong-terongan juga banyak."
"Hehehe..."
"Yang, tadi aku chat sama mantanmu."
"Fredo?"
"He-eh."
"Ngomongin apaan? Kepo niihh..."
"Awalnya sih ngomongin futsal aja. Terus aku nanya gimana hubungan dia sama Victor."
"Mereka udah pacaran?"
"Nggak. Victor Itu straight."
"Straight beneran atau denial?"
"Kayaknya sih straight beneran. Tau ah. Dia juga nanya kabar kamu."
"Bilang aku baik-baik aja."
"Ya. Aku udah bilang kok."
"Bilang aku baik, bahkan sangat baik karena udah dipacarin sama brondong cakep. Hihihi..."
"Emang gak apa-apa ya kalo aku kasih tahu kita pacaran?"
"Terserah kamu sih..."
"Oke, sip, sip."
"Yang, aku mau nanya sama kamu..."
"Nanya apa?"
"Jawab jujur ya. Kado badcover itu, bukan suatu kebetulan kan kamu kasih ke aku?"
"Maksudnya?"
"Kata-kata kamu waktu itu sama persis dengan ucapan aku ke Kak Fredo..."
"Masa sih? Kok bisa?"
"Udah gak usah pura-pura."
"Hehehe...ya, Yang. Fredo pernah curhat sama aku katanya kamu mau kado yang bisa kamu pakai terus dan kado itu bikin kamu ingat sama dia terus."
"Terus kamu bilang bedcover?"
"Nggak. Waktu itu aku bilang gak tahu. Emang aku gak tahu sih. Tapi tiap hari aku selalu mikirin barang apa ya kira-kira. Aku sempat mikir apa celana dalam aja?"
"Sembarangan."
"Hehehe. Atau boneka yang bisa kamu peluk tiap tidur? Tapi kamu kan cowok. Waktu mau tidur, tiba-tiba aja terlintas bedcover.
"Terus kamu kasih tahu gak sama Fredo barangnya itu bedcover?"
"Nggak dong! Dia cari sendiri kadonya apa. Bedcover itu kado aku. Aku juga mau kasih kado sama kamu."
"Ish curaang. Katanya gentle gak mau main curang."
"Aku gak curang. Aku gak ngerugiin siapa-siapa dong?"
"Tapi kamu dapat info itu dari Fredo."
"Dia sendiri yang suka rela ngasih info."
"Tetap aja namanya nikung dari belakang."
"Bodoh amat, hahaha...! Yang jelas kalian putus bukan karena aku, weee..."
"Hmmm. Apa aja yang Kak Fredo share ke kamu?"
"Dia itu apa-apa selalu cerita ke aku. Kalian berantem, kalian habis ngapain, kesibukan dia apa, macam-macamlah. Sampai sekarang juga dia masih suka cerita kalo lagi senang atau lagi galau..."
"Aku gak tahu kalo kalian sedekat itu."
"Dia sih yang ngedeketin. Aku mah biasa aja. Kalo dia chat ya aku balas."
"Kalo ke aku sih dia gak pernah chat atau komunikasi lagi."
"Bagus lah. Ntar kalian CLBK lagi."
"Nggak bakalan. Aku cuma cinta sama Rizky, Rizky dan Rizky."
"Halah, dulu kamu pasti juga bilang gitu sama Fredo."
"Kamu ngajak ribut?!"
"Benerkan?"
"Kalo iya, kenapa?"
"Berarti omongan kamu boong."
"Ya udah, mulai sekarang aku gak bakal bilang cinta-cinta lagi sama kamu."
"Aku gak butuh kata, tapi aksi. Aseekkk!"
"Terserah."
"Ngambek aja kalo mau ngambek."
"Gak ngambek kok. Tapi lihat aja, mulai hari Senin, aku gak bakal nemuin kamu lagi."
"Ya udah."
"Aku serius lho...!"
"Biarin. Aku nemuin orang lain aja."
"Siapa?"
"Cowok lain."
"Guru kamu? Satpam? Tukang kebon?"
"Madu kamu."
"Madu? Kita putus."
"Ish! Gampang bannget bilang putus. Kadar cinta kamu ke aku itu berapa persen sih?"
"Seratus persen lebih."
"Lebih sampai luber kemana-mana. Sisanya tinggal 1% gitu?"
"Ih, kok tahu? Peramal ya?"
Rizky mencebikkan bibirnya.
"Jangan cibir-cibir gitu!"
"Kenapa?" Rizky mencebikkan bibirnya lagi.
"Kamu manis banget kalo gitu."
"Tahu dari mana? Emang pernah ngerasain?"
"Bilang aja situ mau dicium."
"Mau dong. Udah lama kamu gak cium aku."
"Kalo kamu menang besok aku cium."
"Kalo gak menang?"
"Aku tampar."
"Tampar pake bibir ya."
"Gimana caranya?"
"Besok aku ajarin."
"Cih!"
Rizky terkekeh.
"Good luck ya buat besok."
"Makasih Sayang."
"Apapun yang terjadi besok, lusa, besoknya lagi, besok besoknya lagi, Cinta aku gak bakal berubah. Semoga cinta kamu juga."
"Ya, Sayang. I hope so."
***
Sejak semalam gw terus cari ide gimana supaya bisa nonton Almer tanding. Gw bisa aja nyelinap diam-diam keluar rumah, tapi itu beresiko. Gw bisa dibilang sengaja nentang keinginan Mama. Gw gak mau berantem lagi sama beliau. Gw pengen hubungan sama keluarga baik tanpa mengorbankan hubungan gw sama Rizky, begitu juga sebaliknya.
Untung gw ada ide. Gw akhirnya telepon Nandra.
"Ada apa? Lu gak tahu ini malam minggu?" tanya Nandra.
"Ya. Siapa juga yang bilang ini malam Jum'at?"
"Ada apa? Ganggu gw pacaran aja."
"Lagi apa lu bedua?"
"Kepo. Buruan ngomong ada apa, woeeyy!"
"Woles, bro. Gw mau ngajakin lu besok nonton pertandingan futsal. Mau nggak?"
"Ulang tahun SMANDA itu?"
"Iya. Mau?"
"Gw emang bakal nonton sama yang lain. Kan Rizky main."
"Kenapa kalo dia main?" tanya gw penuh selidik.
"Dia kan adik kelas gw. Kita juga member klub futsal yang sama. Bentuk support aja."
"Oohh..."
"Nah lu sendiri ngapain mau nonton?"
"Emang gak boleh? Bosen di rumah. Pengen nonton aja."
"Ya udah. Kita ketemuan di sana ya."
"Jemput gw dong. Gw gak dibolehin pergi masalahnya, bray."
"Kenapa? Kek anak perawan aja pake dipingit."
"Gw kena hukum."
"Penyebabnya?"
"Panjang. Udah pokoknya besok datang ya. Kalo ada teman yang jemput pasti mereka ngizinin."
"Ah, lu ngerepotin aja."
"Sekali-kali bro... Siapa aja yang pergi?"
"Banyak."
"Nah, besok suruh mereka ngumpul di rumah gw ya."
"Iya, iya. Udah ya. Itu aja?"
"Iya. Thanks ya. Met pacaran."
Tut!
Kamvrettt!
Gw tersenyum puas. Besok Nandra dan rombongan bakal jemput gw di rumah. Kalo ada yang jemput besok, papa atau mama nggak bakal ngelarang gw pergi. Apalagi kalo rame-rame. Mereka gak mungkin kepikiran kalo gw mau ketemuan sama Rizky.
***
Keesokan harinya...
Gw udah mandi. Tinggal tunggu Nandra dan rombongan datang, terus ganti baju dan cabut.
Beberapa menit kemudian, terdengar bunyi raungan motor di depan rumah. Gw melongok dari balkon. Itu Nandra dan teman-teman. Yes!
Satu... Dua... Ti---
"Al! Al! Ada teman kamu..." seru Mbak Aline.
Hohoho. Belum sampai hitungan ketiga udah ada yang manggil.
"Kenapa, Mbak?" tanya gw pura-pura gak tahu.
"Ada teman kamu."
"Siapa?" gw masih pura-pura gak tahu.
"Nandra dan siapalah siapalah itu. Banyak."
"Mau ngapain ya? Mau demo?" gerutu gw sambil berjalan menuju depan.
"Gimana? Jadi?" tanya Nandra.
"Ssstt...!" gw naruh telunjuk depan bibir. Gw juga melambaikan tangan ke arah teman-teman yang ada di depan gerbang.
"Buruan ganti baju."
"Oke. Gw pamit terus ganti baju."
"Jangan lama-lama."
"Sip."
Gw langsung menemui Mama dan Papa yang lagi duduk santai di teras belakang.
"Pa, Ma, ada teman Al yang ngajakin nonton futsal nih."
"Siapa?"
"Nandra."
"Bilang aja kamu gak bisa," jawab Mama.
"Dia udah datang sama teman-teman."
"Makanya dari awal bilang gak bisa sebelum mereka ke sini."
"Yeee, Al juga gak tahu mereka ke sini."
"Ya udah, gak apa-apa pergi aja. Tapi beneran nonton. Habis nonton pulang," kata Papa.
"Iya," jawab gw pura-pura gak antusias padahal dalam hati meledak-ledak. Kena deh!
Gw berlari ke kamar, ganti baju dan langsung menemui Nandra lagi.
"Ayo let's go!"
***
Suasana di seputaran gedung SMANDA nampak ramai. Peminat putaran final futsal rupanya lumayan banyak. Pasti salah satu faktornya karena para pemain yang pada kinclong-kinclong, termasuk brondong gw. Dia jadi idola banyak orang. Ahh, gak sabar pengen ngasih surprise ke dia...
"Pertandingannya udah mulai belum?" tanya gw.
"Sebentar lagi."
Rombongan kami berjalan menuju lapangan yang udah dikerumuni banyak orang.
"Gw yakin tim SMANPAT bakal keluar jadi pemenang lagi," kata Nandra.
"Emang tahun kemarin SMANPAT juga yang menang?"
"Semenjak Rizky ada di skuad mereka, hampir setiap pertandingan futsal ataupun sepak bola selalu SMANPAT yang keluar sebagai juara."
"Wah, sebegitu hebatnya kah si Rizky?"
"Iya. Dia jagolah. Seharusnya bakatnya itu didukung penuh. Sekolah di sekolah football gitu."
"Suruh aja dia sekolah bola."
"Di kota kita mana ada."
"Tapi belum terlambatkan buat dia? Dia masih SMA. Tamat SMA dia bisa---"
"Udah lumayan telat sih. Seharusnya dari kecil, dari SD. Lihat non di luar, kecil-kecil udah disekolahin di sekolah bola milik klub terkenal..."
Gw mangut-mangut.
"Tapi kesempatan itu selalu ada," kata Nandra.
"Seharusnya dia ikut ortunya pindah ya. Di sana pasti ada sekolah bola."
"Kok lu tahu ortunya pindah?"
Gw langsung nelan ludah. Keceplosan gw.
"Dia pernah cerita ke gw."
"Ooohhh... Eh, tapi si Rizky itu suka banget nanyain lu. Kenapa ya?"
"Gak tahu. Ngefan kali."
"Atas dasar apa dia ngefan sama lu?"
"Mana gw tahu."
***
Selama pertandingan, gw sengaja gak begitu menampakkan diri. Berdiri di antara kerumunan teman-teman supaya gak bisa dilihat sama Rizky. Sesekali gw lihat pandangannya menyapu semua penonton seakan-akan ada sosok yang dia cari. Gw yakin dia nyariin gw. Berharap gw ada di tepi lapangan. Gw pengen banget melambaikan tangan ke dia. Tapi gw tahan. Sejauh ini performanya masih bagus. Gw yakin dia bisa membawa tim-nya menggenggam kemenangan.
Tebakan Nandra benar. SMANPAT kembali keluar sebagai juara. Seluruh pendukung teriak-teriak kegirangan. Gw ngelihat Rizky diangkat rame-rame sama mereka. Dia dielu-elukan. Gw senyum dari pinggir lapangan.
Setelah prosesi pemberian hadiah dan foto-foto, Rizky dan tim berjalan menuju siswa-siswi SMANPAT yang hadir ngasih support. Mereka ngerayain kemenangan sama-sama. Nandra dan teman-teman juga ikut gabung ngasih selamat. Tapi gw memilih untuk tetap di tepi lapangan nunggu suasana sepi.
"Al...!" teriak Nandra tiba-tiba. Ia melambaikan tangan ngajakin gw gabung.
Mendengar teriakan Nandra, Rizky langsung noleh ke gw. Mimik wajahnya bercampur surprise, kaget dan senang. Dia langsung nyamperin gw.
"Kamu datang rupanya..."
"Iya."
"Baru datang ya? Kok aku gak ngeliat kamu tadi..."
"Sebelum pertandingan dimulai aku udah di sini. Aku datang sama Nandra."
"Kok gak bilang...???"
"Buat apa? Kan surprise."
"Kalo aku tahu kamu datang, aku bakal bobolin gawang lawan tiga kali, Sayang. Tadi cuma sekali."
"Apa hubungannya?"
"Biar kamu tahu skill permainan aku kayak apa."
"Somboongg...."
"Hehehe..."
"Udah, kamu balik lagi ke kerumunan teman-teman kamu gih. Mereka aneh kok kamu tiba-tiba nyamperin gw..."
Rizky bukannya nurutin perkataan gw, malah tiba-tiba narik lengan gw.
"Ikut gw!" katanya dengan langkah cepat.
"Mau kemana...?!"
Rizky bawa gw ke belakang sebuah gedung di mana gak ada orang sama sekali di sana.
"Kamu masih ingat sama janji kamu semalam?" Rizky dorong badan gw ke dinding.
"Janji...?"
"Iya..." Rizky mendekatkan wajahnya ke wajah gw. Sementara jemarinya membelai bibir gw.
"Ohh... Soal ciuman..."
Gw belum selesai ngomong, tapi bibir dia udah membungkam bibir gw dengan penuh tenaga. Gw kaget tapi cepat-cepat menguasai keadaan. Gw ikutin permainan bibir dia. Nafasnya terdengar memburu. Kulitnya yang menempel di kulit gw terasa hangat dan liat karena keringat. Tapi aroma tubuhnya begitu menggairahkan. Gw perlahan memejamkan mata. Membiarkan bibir manisnya terus memagut bibir gw. Kita berduapun terhanyut dalam gelombang asmara yang memabukkan...
***
Sumpahh masih kesel sama albert, rempong jadi cowok.
Ohh iya ada typo nama bang dikit.
"Sejak semalam gw terus cari ide gimana supaya bisa nonton Almer tanding."