It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
#ngarep senggol @Locky
@cevans thanks atas koreksinya
@qudhelmars : selama lu msh cowok, pasti bakal ngegantung bro. #apasih
@digo_heartfire : udah selese
@yandichan : sabaarrr
@banaaaaanaaaa : ya berakhir sblm syawal
@sky_fall : season satu aja nunggu empat tahun baru kelar. Season 2 bisa delapan tahun. Lol
@lostfaro : ciee jomblo ngajak2!
@yuliantoku : xixixixi
@city_hunt3r : apa yg nyesek? Celananya?
@lulu_75 : gak ada season 2. Mau fokus ke cerita baru. Xixixix
@steveanggara : terus endingnya hrs gmn?
@b_hyun : mungkin aja bro
@acill : not. I'm not kidding
@mumura : jangan kesal2 kak uma
@okki : apa yg jgn lama2?
@rizal_91leonardus : kamu ajah jd gebetannya gimana?
@wak_riah : gak redhoo kenapa waaakkk?
@ridhoilham : uhhmmm
@adi_suseno10 : tenkyu
@rain90 : hehehe
@haha_hihi12 : kasih pelajaran apa? MM? BI? Atau tata boga?
@idans_true : ya dooongg
@riyand : oke.
@viji3_be5t : penasaran apa?
@rivaille : awww masokis!
Algibran26 kan udah tamat dede tamvan...
***
Azam : udah, dibawa santai aja.
Hanta : iya, Al. Berarti dia gak pantas buat lu
Gw tersenyum kecil menbaca support mereka. Kedua teman sahabat maya gw ini emang luar biasa. Selalu ada saat gw senang atau sedih, meskipun kita berbeda jarak dan waktu.
Azam : kisah cinta lu blm seberapa tragis dibandingin si Hanta. Mantannya diembat teman baeknya, lol
Hanta : kayak ksh cinta lu gak menyedihkan aja. Gebetan lu malah ngeseks sama bos lu!
Gw ngakak.
Gw : berarti kalian sama-sama menyedihkan!
Azzam : kayak lu gak aja.
Hanta : heeh. Pacar lu punya pacar baru, weee.
Gw : blm pasti. Siapa tahu mereka cm temenan.
Hanta : temenan? Tadi katanya Rizky panggil dia sayang ditelepon
Azzam : wkwkwk
Gw : sialan lu bedua ya! Kalo ketemu habis lu bedua!
Azzam : makanya ketemuan dulu baru bisa habisin kita
Hanta : iya, Al. Ayo meet up.
Gw : oke, oke. Liburan semester gimana?
Azzam : beneran?
Hanta : serius?
Gw : iya. Tp jgn terpesona ya sama ketampanan gw ntar.
Azzam : weekk
Hanta : kresek mana kresek...
***
Gw ngerasa lemah, letih, lesu dan lunglai pagi ini. Bukan karena kurang makan tapi karena hati gw yang lagi sakit. Apa yang gw saksikan dan gw dengar di rumah Rizky tadi pagi mengoyak-koyak hati dan perasaan gw.
Gw masih gak percaya Rizky benar-benar mendua. Gw pikir dia beda dari yang lain. Dia bakal benar-benar mencintai gw, dia bakal gigih mempertahankan hubungan kami, segigih ketika dia berusaha mendapatkan gw.
Tapi ternyata gw salah. Dia gampang buat jatuh cinta. Hhh, seharusnya gw gak terlalu percaya pada omongan seorang anak SMA. Dia masih ABG yang perasaannya masih menggebu-gebu. Naifnya gw.
"Woey! Lu kenapa, Bro?" tanya Nandra tiba-tiba. Saat gw lagi ngelamun.
"Nggak..."
"Pendiam banget hari ini? Tumben congor lu bisa direm?"
"Apaan sih... Emang gak boleh kalo gw jadi cool?"
"Cool pala lu peyang!" Nandra noyor pala gw pake jarinya.
"Gw ke kamar mandi dulu ya. Next dosennya gak ada kan?"
"Kata anak-anak sih nggak ada."
Gw melirik jam di HP. Pukul sepuluh lewat. Masih lama perkuliahan ini kelar, batin gw sambil berjalan keluar ruangan.
Kelar buang air kecil, gw mencuci muka. Tiba-tiba gw teringat kata 'mandi' saat lihat air. Ah, tadi pagi Rizky nyebut kata 'mandi' sewaktu teleponan sama cowok barunya. Mereka sudah pernah mandi bareng belum ya?
Gw memejamkan mata. Berusaha menghalau semua ingatan tentang Rizky. Gw gak boleh mikirin dia. Semua udah berakhir. Dia udah milih orang lain, hati kecil gw memperingatkan.
Tok... Tok...
Gw menoleh ke arah pintu. Seseorang terdengar mengetuk pintu toilet yang lagi gw pakai.
"Apaan sih... kenapa mesti ngetuk yang ini? Pake yang lain..." gerutu gw dalam hati.
Tok... Tok...
"Emang yang lain dipake semua ya...?!" teriak gw kesal. Kenapa mesti yang gw? Kenapa gak ngetuk toilet pertama? Gw kan pake toilet ketiga!
Tok... Tok...
"Anjrit!" umpat gw kesal sambil menarik kunci pintu dan---
Brukk!
Daun pintu hampir aja menghantam bahu kiri gw saat seseorang menerobos masuk toilet yang gw gunakan.
"What the---"
Brukk!
Pintu ditutup dengan cepat.
Gw mengerutkan kening, kaget dengan kekacauan yang tiba-tiba ini.
"Hai...!" Si pengacau tersenyum manis sama gw yang hanya berjarak satu langkah dari tempatnya berdiri.
Rizky!
"Lu?! Apaan sih---"
"Lu?!" Rizky melotot sambil mendekati gw yang justru mundur ke sudut toilet.
"Ada apa nih...?" tanya gw dengan kewaspadaan tingkat dewa. Dia gak bakal menganiaya gw kan dengan jurus bela dirinya? Gw takut dihabisi sama dia di toilet ini.
"APA...?!" Rizky menaikkan nada suaranya dan---anjrit! Dia meremas kemaluan gw.
"Kenapa buka pintunya lama banget? Kamu lagi coli, eh?" Rizky menempelkan tubuhnya ke tubuh gw yang sekarang bersandar di sudut kamar mandi. Kaki gw menginjak toilet yang sedikit basah.
Gw mendorong tubuhnya menjauh.
"Aaaalll..." suara Rizky terdengar manja.
"Ada apa? Buruan," tanya gw.
"Kangen."
Gw setengah senang setengah jijik dengar ucapannya barusan.
"Gw masih ada kuliah," kata gw sambil melewatinya dan meraih gagang pintu.
"Eits! Mau kemana?" Rizky melompat dengan gesit menghadang pintu supaya gak bisa gw buka.
"Udah deh, Ky. Ini nggak lucu sama sekali."
"Yang bilang lucu siapa? Aku bilangnya kangen!"
"Shut up! Udah ya. Kesiapa aja lu bilang kangen? Kesemua orang? Jadi cara lu selama ini kayak gini? Ngejual gombalan dan tingkah jenaka lu ke orang-orang?"
"Al, bisa nggak kita nggak usah berantem?"
"Siapa yang ngajak berantem? Gw cuma ngutarain uneg-uneg tentang lu. Tiba-tiba aja gitu terbersit di otak gw sekarang. Apa aja sih sebenarnya yang udah lu lakuin di belakang gw? Mungkinkah lu pernah punya orang lain sewaktu sama gw?"
"Bisa nggak jangan pake 'gw-lu' ? Kita masih pacarankan?"
"Gw rasa nggak. Lu udah punya pacar baru. Otomatis tanpa harus ngucapin kata putus, bagi gw kita udah putus."
"Wait---pacar aku itu kamu."
"Apa? Terus yang tadi pagi siapa?!"
Rizky justru senyum. Ia lalu meraih tangan gw.
"Aku tahu ini bakal berhasil," katanya.
Gw mendengus.
"Kapan sih kamu mau nurunin sedikit keangkuhan kamu? Aku tahu kamu itu masih sayang sama aku."
Gw melepas tangan gw dari genggamannya.
"Kamu kangen juga kan sama aku?"
"Nggak."
"Tuh, tuh, masih aja ngedepanin gengsi. Bilang aja iya. Udah. Kelar urusan dan kita udah hook up sekarang."
"Cih... Otak ditaruh di selangkangan..." desis gw.
"Kamu masih sayangkan sama aku? Masih cinta kan?"
"Itu nggak penting buat ak--gw sekarang."
"Aku nggak punya pacar lain selain kamu. Aku juga nggak pernah gombalin orang lain, termasuk kamu. Kalo aku muji kamu, itu benar-benar kamu layak untuk dipuji dan disanjung."
"Terus yang tadi pagi siapa? Yang kamu panggil sayang di telepon siapaa???"
"Kamu cemburu?"
"Cemburu? Uhm, sedikit. Tapi kalo aku pikir-pikir, aku nggak perlu repot-repot buat itu. Mungkin kamu nggak layak buat aku."
"Ngeles. Uhhh, kenapa sih seorang Almer selalu sibuk ngurusin gengsinya? Kalo kamu sayang, bilang sayang. Kalo kamu cemburu, bilang cemburu. Terkadang pacar kamu itu butuh dicemburui biar dia ngerasa kamu benar-benar mencintai dia..."
"Nggak usah ngajarin gw."
"Jadi gimana? Masih nggak mau ngaku kalo kamu cemburu?"
"Kan udah Gw bilang---"
"Cukup bilang: iya, aku cemburu. Nggak usah ada ekor 'tapi'."
"Kalo aku bilang iya terus kenapa? Lu mau putusin cowok itu? Sorry ya, gw nggak mau balikan lagi. Ngerebut pacar orang atau ngemis cinta mantan bukan gaya gw."
"Kalo aku bilang dia bukan pacar aku gimana?"
"Buktikan ke gw. Kata 'Aku' yang dia pake atau sebutan 'yang' lu di telepon tadi udah cukup buat gw..."
"Almer!"
Gw tersentak. Gw kaget dengar bentakan Rizky barusan.
"Dia bukan pacar aku. Dia teman aku. Teman sekamar sewaktu lomba. Namanya Rizky juga. Dia datang ke rumah buat nemenin aku yang sakit. Nih! (Rizky naruh telapak tangan gw ke jidatnya) masih panaskan? Aku sakit karena kamu. Kamu tahu nggak? Dua hari aku demam nggak ada yang peduli. Kebetulan Rizky main ke rumah buat ngasih piagam penghargaan hasil lomba itu. Makanya dia tahu aku sakit. Dia yang nemenin aku, meskipun aku nggak mau. Dia juga bukan gay. Dia udah punya pacar. Pacarnya suka lihat cowok bromance kayak di drama-drama korea. Jadi kita berdua dijadiin objek sama dia. Disuruh foto-foto gitu..." terang Rizky panjang lebar.
"Kamu nggak cerita dari awal..."
"Aku emang sengaja gak cerita. Biar kamu cemburu. Tapi ternyata kamu nggak kasih respon---"
"Aku cemburu. Sangat!" potong gw.
Senyum Rizky merekah.
"Tapi yang tadi pagi itu? Yang sebutan sayang...?"
"Oohh, aku boong. Aku nggak telepon siapa-siapa. Cuma buat manasin kamu aja. Aku lihat dari jendela kamu tendang-tendang pagar, tendang motor, guling-guling di aspal---"
"Lebay. Mana ada..."
"Hehehe.... Aku cuma mau kamu cemburu. Dan ternyata kamu cemburu..."
Gw tersipu malu. Gw lantas menempelkan tubuh gw ke Rizky. Menghirup aroma wangi tubuhnya dengan lahap.
"Mau ngapain?" tanya Rizky.
Gw melingkarkan lengan di lehernya. Lalu gw mendorong kepalanya ke arah gw dan mulai memagut bibirnya. Rizky membalas pagutan bibir gw. Gw hampir lupa rasa manis dari bibir Rizky. Dada gw rasanya pengen meledak karena bahagia. Gw melahap tangkup bibir kenyal dan lembutnya dengan semangat, takut kehilangan waktu. Mencumbunya memacu adrenaline dan menggetarkan seluruh urat syaraf gw yang beberapa hari ini menegang. Darah gw menggelegak oleh gairah, terlebih saat jari jemari gw meraba tubuh indahnya.
Tiba-tiba Rizky melerai ciuman. Gw melayangkan pandangan protes.
"Sebentar lagi jam istirahat selesai, Sayang. Kita lanjutin di rumah, oke?" Rizky mengedipkan matanya seraya merapikan baju seragamnya yang sedikit berantakan.
"Sorry..." gw buru-buru membantunya memasukkan baju seragamnya ke dalam celana biru panjangnya.
"Ntar di rumah harus lebih ganas dari ini kamu ya..."
"Apaan sih...! "
"Hehehe..." Rizky mencondongkan wajahnya ke depan dan mengecup bibir gw secara kilat. Setelah itu kami berdua keluar toilet dengan segera. Kalo ada yang mergokin bisa berabe, hihihi...
***
Pukul dua siang, saat matahari masih berada di atas kepala, tapi dua insan manusia justru berkurung di dalam kamar.
Dua insan itu adalah gw dan Rizky. Kita berdua tengah dibalut gejolak asmara. Membara. Letupan birahi seakan ingin meledak di dada.
Satu persatu Rizky membuka pakaian gw dengan sigap dan melemparnya ke lantai. Kali ini gw benar-benar menikmati tangan lincahnya menelanjangi gw. Gw gak pernah sepasrah ini sebelumnya. Tatapan gw bergantian mengamati mimik wajah penuh nafsunya Rizky dan gerakan tangannya yang tak sabaran ingin melolosi pakaian yang membungkus tubuh gw.
Kemeja gw baru saja terlepas sampai di bahu, tapi Rizky sudah mendaratkan lidahnya di dada gw. Lidah basahnya terasa hangat membelai dada gw. Membangunkan seluruh syarat gw. Gw menengadah seraya memejamkan mata. Oh, kenapa ini terasa begitu nikmat? Desis gw sambil membenamkan kedua tangan gw ke rambut Rizky yang lebat.
Akh! Kenikmatan yang gw rasakan berlipat ganda sekarang, tepat ketika jemari lembut Rizky memainkan nipple sebelah kanan gw. Tidak! Gw ingin meledak. Gw mendesah semakin hebat. Pun ketika Rizky membawa bibirnya bergerak ke atas, menyentuh pangkal leher gw dan---ah, kali ini jauh lebih nikmat. Ia menjilati jakun gw. Beralih ke cerukan leher. Mencapai daun telinga dan arrghhh, sensasi dingin telinga gw yang dikulumnya begitu luar biasa.
Gw gak sanggup bertahan. Sekali lagi ia menyuguhkan kenikmatan ke gw, rasanya gw bakan tumbang. Dan gw gak mau ini berakhir secepat itu. Gw harus menghentikan 'kejahatan' brondong nakal gw ini.
Gw mendorong Rizky hingga ia terlentang di ranjang. Ia menatap gw, menunggu apa yang akan gw lakukan. Dan gw benci melihat tatapan sok polosnya itu.
Gw merangkak naik ke atas perut roti sobeknya yang terlihat kembang kempis menahan gejolak nafsu. Uhm, gw tahu harus mulai dari mana. Tentu perut itu tidak bisa dilewatkan begitu saja. Gw mendaratkan ciuman tepat di atas pusarnya. Mengecup kulit liatnya. Naik sedikit demi sedikit menyusuri garis six-pack-nya. Akh! Gw hampir lupa bagaimana wanginya tubuh ini. Rizky melengkungkan perutnya. Dari ekor mata gw bisa menangkap ekspresi keenakan terlukis di wajahnya.
Gw merubah posisi gw yang tadi setengah bersujud di atas perutnya, sekarang beralih menduduki perutnya. Gw merunduk dan menghisap nipple cokelat kemerahannya. Gw tahu betul ini salah satu titik sensitif Rizky. Saat gw baru saja mendaratkan bibir di permukaan nipple-nya, Rizky sudah mendesah.
"Ini belum seberapa sayang. Aku bakal bikin desahan kamu makin hebat," kataku.
"Show me, beibeh..."
"Prepare your soul for my temptation..." kataku sambil meluncur turun menuju senjata Rizky yang tegak sejajar dengan perutnya.
"I take it with a pleasure."
***
"Aku ngantuk, Yang..." kata Rizky sambil memejamkan matanya.
"Kebiasaan habis main langsung tidur..."
"Capek..."
"Katanya perkasa..." goda gw.
"Kamu masih bisa ngerasainkan punya aku belum lemas sepenuhnya kan?"
Gw tersenyum. Rizky junior yang menempel di perut gw memang masih setengah terbangun di bawah sana. Perlu sekali belalaian saja, perkakas Rizky itu pasti siap tempur lagi.
"Udah ah..." kata gw.
"Tuh, kamu yang lemah syahwat..."
"Enak aja!"
Rizky menyunggingkan seyum culasnya.
"Ngomong-ngomong kamu tahu aku ada di toilet kampus tadi dari mana?" tanya gw.
"Aku ke ruangan kamu. Kata Nandra kamu lagi ke toilet..." jawab Rizky dengan mata terpejam.
"Ooo..."
"Kirain kamu nguntit aku."
"Emang aku kurang kerjaan apa?"
"Hehehe..."
"Kamu bilang tadi pagi kalo yang ngirim preman tempo itu Abang kamu---"
"Iya! Aku dengar sendiri dia bilang ke Fredo."
"Untuk apa?"
"Ganggu kamu aja. Untung brondong matengku ini jago bela diri..."
"Ya dong. Jago bela diri dan jago di ranjang. Jadi kamu kalo sama aku, selain terlindungi juga bakal terpuaskan setiap hari."
"Mulai deh narsis..."
"Emang beneeerrr..."
"Attuuurrrr..."
"Terus maksud kamu ke rumah aku tadi pagi mau ngapaian? Rindu sama aku?"
"Ngasih tahu itu, soal Bang Albert..."
"Itu mah alasan kamu aja!" bantah Rizky.
"Emang benar kok."
"Masih aja gak mau jujur..."
"Kalo kamu tahu, emang apa, hah?!"
"Kangen dibelai sama aku?"
"Cih!"
"Aku bisa lihat dari tatapan kamu tadi, Sayang. Tatapan kerinduan kamu itu kentaraaa banget. Saat lihat aku sama Rizky, kamu kelihatan terlukaaa banget."
"Sok tahu."
"Iya apa iya?"
"Nggak!"
"Aish, aku apain ya nih orang biar mau ngaku...!" Rizky geram.
Aku terkekeh. "Iyaaaa. Aku kangen sama kamuuu. Kangen banget. Sampai semalaman hampir gak bisa tidur mikirin kamu."
"Cuma malam tadi doang?"
"Sejak kita berantem. Nggak, sejak kamu pergi."
"Masa? Bukannya kamu happy-happy sama Fred---"
"Ssssttt!" gw langsung menutup mulut Rizky. "Gak usah sebut-sebut nama itu. Pamali."
"Pamali? Emang dia siapa?"
"Pertemanan aku sama dia udah putus."
"Putus? Berarti udah dua kali putus nih?"
"Apaan sih..."
"Iya. Putus pacaran, putus pertemanan."
"Habis dia gak layak banget buat ada di kehidupan aku. Why? Dia udah sekongkol sama Bang Albert buat misahin kita."
"Sekon...tol...?"
"Sekongkol, Rizky! Sekongkol! Kalo kontol mah ini!" gw meremas Mr. Happy-nya yang sudah tertidur di atas pahanya.
"Awww...!"
"Masih mau dengar ceritanya nggak?!"
"Iya, iya..." jawab Rizky sambil mengelus-elus kemaluannya.
Ugh! darah gw kembali berdesir. Gw tergoda untuk bermain-main dengan 'benda memabukkan' itu lagi.
"Ayo cerita. Mereka sekongkol dalam hal apa?" tanya Rizky.
Gw gak segera menjawab, melainkan celingak-celinguk mencari selimut yang sudah hilang entah kemana.
"Cari apa sih?" Rizky ikut-ikutan celingak-celinguk.
"Selimut." Nah, dapet. Rupanya berada di bawah bantal yang lagi gw sandarin.
"Buat apa selimut?"
"Dingin..." jawab gw sembari membentangkannya ke atas tubuh kami berdua.
"Mau aku angetin?" goda Rizky.
Gw pura-pura gak dengar.
"Oke, gw lanjutin ceritanya," jawab gw sembari kembali ke posisi semula. Begitu juga Rizky yang kembali rebahan di lengan gw.
"Nah, mereka itu sekongkol buat misahin kita, Sayang. Awalnya Bang Albert pura-pura baik sama gw dan mau nerima orientasi seksual gw. Kamu udah tahukan masalah itu? Yang dia nyomblangin gw sama Fredo. Itu semua rencana mereka. Kita pikir itu murni keinginan Bang Albertkan? Ternyata Fredo tahu semuanya. Ketika kamu gak ada, dia dapat kesempatan buat ngajak gw jalan. Terus foto-fotonya sengaja dia posting ke IG. Tujuannya supaya kamu cemburu. Sementara di depan gw dia bilang gak ada maksud apa-apa. Dia ngerasa bersalah, bersedia ngejelasin ke kamu and bla bla. Dia sengaja nyanyiin lagu buat gw terus diposting sama Bang Bet. Pokoknya mereka jahatlah intinya. Dan celakanya kamu termakan sama rencana mereka..." gw mencubit nipple Rizky.
"Kamu sih... Tapi nggak sepenuhnya benar. Foto-foto itu bukan pure mau manas-manasin kamu, tapi untuk memuaskan hasrat fujoshinya Elza pacarnya Rizky."
"Aku juga begitu. Jalan sama Fredo gak ada maksud atau perasaan apa-apa..."
Rizky mencium dagu gw.
"Gw udah ultimatum Fredo biar gak usah ngeganggu kita lagi. Kalo masih aja, gw bakal kasih tahu ke Bang Albert bahwa dia gay. Bang Albert juga gw takut-takuti bakal nyuruh gay buat culik dan nyodomi dia kalo masih ngerecoki hubungan kita."
Rizky terkekeh.
"Semoga aja mereka gak ganggu lagi."
"Iya."
"Ngomong-ngomong kamu udah enakan? Udah nggak sakit lagi kan?" gw menyentuh kening Rizky.
"Nggak sayang. Akukan meriang---merindukan kasih sayang. Sekarang udah ada kamu, meriangnya ilang."
Aku tersenyum.
"Kamu baik-baik aja selagi kita diem-dieman?"
Aku geleng kepala.
"Cerita dong..."
"Cerita apa?"
"Kamu ngapain aja?"
"Mikirin kamu. Takut kehilangan kamu. Kesal kamu mesra sama orang lain. Eh, tapi kamu gak ada hubungan apa-apakan sama si Rizky itu? Tidurnya seranjang ya? Mandi bareng? Dia grepe-grepe kamu nggak? Atau kamu grepe-grepe dia?"
"Uhm, sayang, aku horny dengar kamu cemburu..." Rizky tiba-tiba bangkit dan menaiki tubuh gw. Juniornya terasa keras di atas perut gw.
"Ky! Apaan sih...!"
"Aku senang kamu cemburu. Aku ngerasa seksi banget..." wajah Rizky tepat berada di atas wajah gw. Jarak bibir kami hanya beberapa centi saja.
"Dasar aneh. Dicemburui kok senang..."
"Habis terkadang kamu kelewat cuek..."
"Maaf ya, sayang. Next aku bakal lebih perhatian sama kamu," kata gw sambil menurunkan Rizky dari tubuh gw. Setelah itu gw beranjak bangun.
"Mau kemana?"
"Aku mau pulang. Sekarang udah sore banget. Mama ntar khawatir."
"Telepon aja bilang kamu di sini."
"Nggak ah. Aku mau pulang."
"Kenapa sih? Kita baru aja baikan..."
"Takut semalaman gak bisa tidur."
"Kenapa?"
"Dipaksa melayani kamu..."
"Hahahaha. Tapi iya sih... Rencananya malam ini aku bakal nunggangin kamu terus-terusan."
"Emang aku kuda apa..." gerutu gw seraya beranjak ke kamar mandi.
***
Kamu baru aja keluar mandi dengan rambut basah, saat terdengar deringan bel.
"Yaaaanggg...!!! Ada tamuuu...!!!" teriak gw.
"Iya..." jawab Rizky.
Kita berdua berpapasan di depan pintu kamar.
"Pake baju dulu, Ky," protes gw saat ngelihat dia keluar cuma pake celana pendek dan bertelanjang dada.
"Posesif amat sih? Cuma topless doang."
"Aku gak suka ada orang lain yang menikmati tubuh pacar aku," kataku sambil berlalu masuk ke kamar.
"Junior aku tegang lagi, beib..." serunya.
Gw tersenyum geli. Dasar otak mesum!
Gw belum selesai ganti baju saat gw samar-samar mendengar suara perempuan di luar. Suara itu semakin lama semakin jelas terdengar. Sepertinya tamu itu menuju ke kamar. Siapa ya? Kok Rizky mengizinkan orang itu masuk?
"Pantesan gak balik. Lagi berasyik masyuk rupanya..."
Gw mengernyitkan kening. Kayaknya suara itu gak asing...
"Hehehe. Mbak bisa aja..."
Mbak?
Gw baru aja selesai menyisir rambut ketika beberapa orang masuk ke kamar.
"Hoooiii! Lagi ngapain di sini???"
Gw menoleh.
Di depan pintu berdiri Rizky, Mama, Papa dan Mbak Aline.
"Anak dara Mama yang satu ini makin liar aja tuh! Udah berani bertandang ke rumah pacarnya..." goda Mbak Aline lagi.
"Apaan sih..." muka gw bersemu merah. Gw jadi salah tingkah.
"Kenapa nggak pulang?" tanya Mama.
"Ini bentar lagi mau pulang..." jawab gw sambil mengambil tas di atas kursi.
"Jadi udah baikan nih ceritanya?" tanya Mbak Aline.
"Kalo gw di sini menurut Mbak gimana?" gw balas nanya sambil berjalan ke arah mereka. Well, sebenarnya bukan mau menghampiri mereka, tapi mau berjalan keluar kamar. Gak kuat gw menanggung malu kepergok lagi ngurung diri di rumah pacar. Gw ngerasa gw uhm, cowok nakal? LOL.
"Mau kemana?" tanya Papa.
"Pulang..."
"Emang kangen-kangenannya udah kelar?" tanya Papa.
"Apaan sih...!"
"Kalo belum mau pulang juga gak apa-apa. Mama udah bawain baju ganti kamu tuh," kata Mbak Aline sambil menunjuk tas yang ada di tangan Mama.
"Mama ngusir Al???"
"Sok marah padahal girang..." kata Mbak Aline.
Gw nyengir.
"Makanannya udah Mama taruh di meja makan. Pakaian yang kamu pake dilepas, ganti sama yang Mama bawa. Biar yang itu bisa dicuci," kata Mama.
Gw mangut-mangut. Bukan gw gak suka, tapi g terharu sama kebaikan Orang tua dan Mbak gw. Gw gak bisa berkata-kata lagi.
"Buruan... Nunggu apa lagi? Kami mau pulang," tegur Mbak Aline.
"Thanks Ma, Pa, Mbak..." kata gw pelan hampir gak terdengar.
"Iya..."
Mama, Papa dan Mbak Aline akhirnya keluar kamar bersama Rizky, meninggalkan gw yang hendak berganti pakaian lagi. Setelah itu gw menyusul mereka ke ruang tamu.
"Ini, Ma..." kata gw sambil menyerahkan pakaian kotor.
"Sini."
Setelah berbincang sebentar, mereka bertiga pamit pulang. Sebelum pulang papa berbisik ke gw dan Rizky, "Papa tahu kalian berdua ngapain. Mainnya jangan dirapel, masih banyak waktu. Ntar malam, tidur. Jangan 'bertarung' terus-terusan..."
"Papa...!" seru gw malu.
Rizky nyengir.
"Tenang aja, gak bakal papa bilang sama siapa-siapa. Rahasia kita bertiga," papa mengedipkan sebelah matanya.
"Ngomongin apaan sih? Ayo pulang..." kata Mama.
"Papa nih, Ma, ngajerin yang gak benar," kata gw.
"Emang apa?"
"Sssttt...!" papa menempelkan telunjuk di atas bibirnya. "Ayo, ayo kita pulang!"
Gw dan Rizky terkikik.
Setelah Orang tua gw dan Mbak Aline pulang, kami berdua kembali masuk ke rumah.
"Papa kamu keren ya."
"Keren apanya? Karena dia mesum kayak kamu?"
"Beliau ngertiin banget gejolak anak muda kayak kita."
"Papa mah gak usah didengerin. Suka ngaco."
"Nggak. Apa yang Om omongin bener semua kok..."
Gw memelototi Rizky.
"Uhm, kita mandi yuk?" ajak Rizky tiba-tiba.
"Aku udah mandi. Kamu tuh yang belum."
"Mandi lagi yuk?"
"Ngapain? Ogah."
"Kita harus tempur lagi. Papa kamu bilang kita malamnya harus tidur. Jadi sekarang kita manfaatin waktu buat---"
"Shut up!" gw menutup Rizky. "Hayo!"
"Eh?" Rizky melongo.
"Kenapa?"
"Aku pikir kamu gak mau..."
"Aku mau sekarang," kata gw sambil menempelkan tubuh ke tubuh Rizky. Tidak hanya sampai di situ, gw menyusupkan tangan ke dalam celana Rizky.
"Shit! Kenapa Almer gw jadi binal gini sih...?"
"Kamu gak suka?"
"Suka. Tapi kamu cuma boleh binal sama aku," Rizky menundukkan kepalanya.
"Kamu juga cuma boleh mesum sama aku," gw mendongak sehingga puncak hidung kami berdua beradu.
"Siap. Asal kamu selalu stand by tiap kali aku pengen..."
"Ish, dasar! Makin diladenin makin menjadi..."
"Gimana nggak makin menjadi kalo remasan tangan kamu di junior aku makin erat..." desis Rizky.
Ups! Gw buru-buru menarik tangan gw dari dalam celana Rizky.
"Hehehe. Kita langsung ke kamar mandi yuk?" ajak Rizky.
"Ayo!"
***