It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
KATAKAN SAJA APA SALAHKU."
"Bisa diam ga?" sahut Didit makin kesal.
"Ga, sebelum kamu berhenti nyuekin aku." jawabku.
"Ogaah."
"Yah udah aku bakalan bernyanyi terus."
"SUNGGUH AKU TAK MENGERTI
APA YANG TELAH TERJADI
DAN KU TAK INGIN KAU
PERGI JAUH DARI HIDUPKU."
"Berisiiik." jeritnya sambil menutupi kedua telinganya dengan kedua telapak tangannya.
"Ga bakalan." jawabku sambil menjulurkan lidah.
"Suaramu jelek banget tau."
"Tapi kamu suka kan?"
"Suka dari Hongkong. Suaramu itu sama jeleknya kayak suaranya Giant temannya Nobita."
"Giant itu dari Jepang bukan dari Hongkong, dodol."
"Sama aja bego, sama-sama punya mata sipit. Lagian mereka kan juga tetanggaan, jadi ga papa kan?"
"yah jelas bedalah. satu Jepang, satu Hongkong. Eh.. Bedewey, kamu beneran suka ama suaraku kan?"
"Ih ngarep banget. Suara jelek kayak bebek gitu mana ada yang suka?"
"Kalo memang ga suka, kok rekaman suaraku masih kamu simpan?" ujarku. Hahaha kena kamu, emang kamu kira aku ga tahu soal rekaman itu. Gumamku dalam hati. Entah darimana datangnya, tiba-tiba saja aku teringat sama rekaman suara yang ada di ponsel Didit.
Sekitar empat bulan yang lalu, Didit mengajakku secara paksa untuk ikutan uji nyali bareng ama Rengga dan Puding. Malam itu kami berkemah kesebuah perkampungan yang lumayan sepi penduduknya. Awalnya Didit mau uji nyalinya di sebuah rumah kosong yang menurut penduduk setempat, rumah itu ditinggal mati semua penghuninya. Tapi aku menolak mentah-mentah ide dari Didit. Akhirnya Rengga dan Puding memutuskan untuk memasang tenda disekitaran tanah lapang tak jauh dari rumah kosong tersebut. Dengan hanya dibantu sebuah lampu kecil sebagai penerang kami memulai acara uji nyalinya. Belum juga ada dua puluh menit berjalan, Didit sudah sangat ketakutan sambil terus saja memelukku dengan sangat erat. Untuk menggurangi rasa takut diantara kami, Rengga memutuskan untuk bernyanyi sambil memainkan gitar yang sengaja dibawah oleh Didit dari rumahnya. Kami bernyanyi secara bergantian dan ketika tiba giliranku bernyanyi, tanpa sepengetahuanku Didit merekam suaraku.
"Itu... Eeh... Anu..." jawabnya gelagapan.
"Anu apa, hm? Ngaku aja deh kalo kamu itu diam-diam suka dengerin suaraku kan?"
"Idih enak aja, jangan mimpi. Aku itu sengaja simpan rekaman kamu buat ngusir nyamuk tau. Nyamuk itu bakalan mati kalo dengerin suara kamu. Hahahaha..." jawabnya terbahak-bahak.
Aaaarrgghh... Menyebalkan banget sih manusia satu ini. Kalo aja dia bukan sahabatku, udah aku smackdown daritadi. Huufftt..
"Alhamdulillah." ujarku mencoba mengontrol diri.
"Ih, dasar aneh. Suara jelek kok di syukurin?"
"Aku bersyukur bukan karena itu?"
"Trus karena apa?" tanyanya penasaran.
"Aku bersyukur karena kamu udah ga nyuekin aku lagi. Itu artinya kamu udah ga marah lagi kan?"
Tiba-tiba ia bertingkah seolah-olah baru tersadar kalo daritadi dia terus-terusan membalas ucapanku.
"Ka.. Kata siapa?" ujarnya gelagapan antara malu dan gengsi.
"Lha, barusan kita ngobrol kan?" jawabku tersenyum manis kepadanya. (moga-moga aja ga ada semut yang lewat, Hehe).
Didit tak berkata apapun, ia hanya membanting tubuhnya ke kasur empuknya, menarik selimut lalu membelakangiku. Aku meraih kursi belajar yang terdapat di sebelah kanan tempat tidur Didit. Aku duduk menghadap kearahnya sambil terus memandangi punggungnya yang tegap besar.
5 menit kemudian
"Kayak anak kecil aja pake ngambek segala."
"Bodoh amat."
"Si Amat kan ga bodoh Dit?" kami punya teman bernama Amat yang lumayan pintar di kelas. Aku juga biasanya ikutan nyontek PR dia kalo aku lagi malas ngerjain tugas rumah. Hehehe..
"Ga lucu." jawabnya terus membelakangiku.
"Tapi kamu tertawa kan?"
"..."
"Dit."
"..."
"Didit."
"..."
7 menit kemudian.
aku menghela nafas panjang.
"Yah udah deh, aku minta maaf sama kamu." ujarku memecah kesunyian.
Didit bangkit lalu berbalik kearahku. Kini posisi kami saling berhadapan. Mata kami saling beradu satu sama lagi.
"Aku tidak akan memaafkanmu." jawabnya dengan sangat serius.
"Karena hatiku telah tersakiti olehmu."
"Tersakiti gimana?"
"Tersakiti oleh pengkhianatan cintamu." ujarnya sok mendramatisir.
"Halaah, kumat deh penyakitnya. Hahahaha"
"Apanya yang lucu?" tanyanya jutek.
"Yah, kata-kata kamu itu. Sok puitis banget. Hehe.. Bahasamu terlalu berat buat aku Dit."
"Aku serius tau."
"Aku juga serius."
"Akh.. Capek ngomong ama orang yang ga punya perasaan kayak kamu." ujarnya ngambek
"Kamu itu ga pernah ngerti ama perasaanku Land." sambungnya lagi.
"Perasaan gimana?"
"Aku itu sayang ama kamu."
"Aku tau kok Dit kalo kamu itu sayang ama aku. Kamu juga tau kan kalo aku juga sayang banget ama kamu."
"Bukan seperti itu maksudku."
"Udah ah Dit, kok jadi ngomongin sayang-sayangan?" ujarku sambil bangkit dari tempat dudukku berjalan mendekati jendela kamar Didit. Jalanan udah mulai sepi walau beberapa kendaraan masih suka lalu lalang. Ku lirik jam di dinding kamar Didit, ternyata sudah jam sepuluh lewat delapan menit.
"Intinya kamu mau maafin aku kan?"
Didit terdiam. Sementara itu aku selalu memandang keluar jendela kamar. Nampak jelas lemparan hitam yang terbentang luas di angkasa tanpa di hiasi indahnya cahaya sang bintang. Tiba-tiba aku terbayang sosok Puding? Sedang apakah dia saat ini? Adakah dia juga sedang memikirkanku disana? Astagaa... Kenapa aku malah memikirkannya? Aku segera menepis bayangan wajahnya dari pelupuk mataku.
"Baiklah, aku akan memaafkanmu tapi dengan satu syarat?" ujarnya.
"Kok pake syarat segala? Berarti ga ikhlas dong?" jawabku protes.
"Terserah kamu mau mengartikannya gimana. Tapi yang jelasnya kamu harus memenuhi syaratku ini kalo kamu beneran mau berbaikan lagi denganku?" balasnya bersikap sok cool.
"Hhhmmmm... Yah sudah apa syaratnya?"
Didit terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu, tapi tatapannya sangat tajam menatapku. Sungguh tatapan ini yang selalu membuatku takut sehingga aku tak berani membalasnya. Entah kenapa, aku mempunyai firasat buruk akan hal ini. Semoga aja Didit tak berpikiran yang macam-macam. Jujur aja, traumaku yang dulu terhadapnya belum hilang seratus persen. Kepanikanku semakin menjadi saat ku dengar dari arah luar jendela, suara gerimis hujan mulai bersenandung riang.
"Buruan apa syaratnya?" tanyaku tak sabar.
"Ga sabaran banget jadi orang." jawab Didit agak jutek.
"Jawab aja apa syaratnya?"
"Syaratnyaa.. Malam ini kamu harus nginap disini." ujarnya sambil tersenyum mesum.
"What? Tidur disini? Ama kamu?" tanyaku memastikan. Didit mengangguk mengiyakan.
"Nehi. Enak aja, ga mau." jawabku jelas aja menolak. Emang eike laki-laki apaan?
"Kalo begitu aku ga akan maafin kamu."
"Terserah. Mau di maafin kek, ga kek, ga peduli." aku segera berjalan hendak meninggalkan kamar Didit. Tapi seolah cuaca tengah berpihak kepada Didit. Tiba-tiba aja hujan yang tadinya hanya gerimis kini berubah menjadi hujan yang lebat. Aku bingung harus gimana. Aku ga mau tidur dengan Didit, tapi tak mungkin juga aku pulang dalam keadaan hujan deras. Yang ada aku bisa jatuh sakit dan tak bisa pergi ke sekolah.
"Tuch, hujan aja ga ngijinin kamu pulang."
"Hhmmm... Yah sudah aku tidur disini." aku harus pasrah kali ini. Meskipun saat berat tapi aku tak berdaya, keadaan telah menjebakku disini.
Oh God, lindungilah hambamu ini.
To be Continue
@pokemon
@coolmon
@Vendi74
@yuzz
@Edmun_shreek
@be_biant
@Rivengold
@deyna
@zhedix
@Gusti_Dimaz
@JonatJco
@Jhoshan26
@erickhidayat
@Tsu_no_YanYan
@Ozy_permana
@mr_kim
@kikyo
@aa_akew
@shinshin
@agungrahmat
@WYATB
@Adhi48
@Santay
@Sky_borriello
@CelloConcerto
@Hantuusil
@kimo_chie
@Putra_ajah
@jokerz
@rizky_27
@pokemon
@half_blood
@kizuna89
@Gabriel_Valiant
@bagasamanah98
@ananda1
@arya404
@babehnero
selamat membaca yach guys,
semoga suka ama ceritanya.
Mohon kritik dan sarannya yah.
Terimakasih
emm,kayaknya si didit bner" cinta deh ma aland, dianya aja yang gak sadar!
alhamdulillah aku udah bisa update cerita'y.
Semoga suka ama cerita'y yah guys.
Btw, sblum baca ini gw baca ulang part 9 dan 10... Emmm bukannya motornya ayah Aland lagi dibawa ke pelabuhan sama ayahnya. Lg dagang kayu eboni kan?... Hmm dah pulang pasti ayahnya nih ehehehe :-P
Didit n Puding.. Hmm... Aland pilih yg mana nantinya yah?... Kalo bisa mah jangn milih! Dua-duanya aja Land! *marukkumat*